SKRIPSI
Oleh :
Siti Nur Hilaliyah
NIM 081810301002
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu tugas untuk menyelesaikan Program Strata 1
(S1) dan mencapai gelar sarjana sains
Oleh :
Siti Nur Hilaliyah
NIM 081810301002
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
PERSEMBAHAN
ii
MOTTO
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung dan Kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran
(QS. Al-Hidjr : 19)
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari padanya
dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama
kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan
(QS. Al Hadiid: 4)
Rahasia Kesuksesan adalah selalu bersyukur atas segala yang kita miliki, sekecil
apapun itu dan tidak membenci hidup atas hasil yang belum pernah diberikannya
kepada kita
( Walters, J.D)
iii
PERNYATAAN
: 081810301002
iv
SKRIPSI
Oleh :
Siti Nur Hilaliyah
NIM 081810301002
Pembimbing :
PENGESAHAAN
Skripsi berjudul Penggunaan Metode Potensiometri Dan Spektrometri Untuk
Mengukur Kadar Spesi Nitrogen (Nitrat: NO3- Dan Amonium: NH4+) Dalam Tanah
Pertanian Dengan Tiga Ekstraktan telah diuji dan disahkan oleh Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember pada:
hari, tanggal :
tempat
Tim Penguji
Ketua,
Sekretaris,
Anggota I,
Anggota II,
vi
RINGKASAN
Unsur hara merupakan zat-zat penting yang tersedia dialam yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara
penting yang dibutuhkan tanaman. Defisiensi nitrogen akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, dimana pada pohon berbuah, rontoknya daun yang terlalu
awal, kematian tunas-tunas lateral, rangkaian buah yang kurang baik dan
perkembangan buah yang tidak biasa merupakan tanda-tanda defisiensi nitrogen.
Kandungan nitrat dan amonium dalam tanah banyak dilakukan dengan
menggunakan metode spekrofotometri. Metode potensiometri merupakan salah satu
metode yang banyak digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu di
dalam suatu larutan, namum belum banyak diterapkan untuk analisis pada sampel
tanah. Metode potensiometri berdasarkan ion selective electrode (ISE) memiliki
selektivitas, sensitifitas, keakuratan, dan ketepatan yang relative besar. Elektroda
selektif ion nitrat dan amonium selektif terhadap ion nitrat dan amonium sehingga
dapat digunakan untuk mendeteksi ion-ion tersebut secara potensiometri. Oleh karena
itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari metode alternatif baru yang lebih
efisien untuk dapat digunakan mengukur kandungan hara pada tanah khususnya
Nitrat dan Amonium yaitu dengan metode potensiometri berdasarkan ion selektive
electrode (ISE). Penentuan ekstraktan optimum dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang terbaik dengan variasi jenis ekstraktan yaitu (KCl, CaSO4 dan CaCl2). Dan
untuk mengetahui kelayakan metode ini maka hasil penelitian dibandingkan dengan
metode lain yaitu spektrofotometri.
vii
47.716 mV/dec untuk nitrat dan 51.015 untuk amonium. Limit deteksi
sebesar 0.73 untuk nitrat dan 0.14 untuk amonium. Reprodusibilitas elektroda nitrat
maupun amonium cukup baik karena setiap kali melakukan pengulangan, kesalahan
yang dihasilkan kurang dari 5%.
viii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Penggunaan Metode
Potensiometri Dan Spektrometri Untuk Mengukur Kadar Spesi Nitrogen (Nitrat:
NO3- Dan Amonium: NH4+) Dalam Tanah Pertanian Dengan Tiga Ekstraktan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unej, Prof. Kusno
DEA, Ph.D atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir ini;
2. Drs. Siswoyo, M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing utama dan Drs. Zulfikar,
Ph.D.selaku dosen pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, pikiran,
tenaga, dan perhatiannya dalam penulisan tugas akhir ini;
3. Dr. Bambang Piluharto, S.Si., M.Si dan Asnawati, S.Si., M.Si sebagai dosen
penguji yang banyak memberikan masukan, perhatian, dan waktunya selama
penulisan tugas akhir ini;
4. Ayah, Ibu, kakak-kakak dan adik tercinta atas semangat, inspirasi dan kerja
kerasnya;
5. Rekan-rekan kerja di Laboratorium Instrumen Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, atas semangat dan kekompakan kalian selama penelitian;
6. Mas Dulkolim dan Mas Darma selaku Teknisi Lab instrumen dan organik yang
super baik, Mbak Sari selaku Teknisi Laboratorium Fisik atas bantuanbantuannya;
ix
7. Patner kerja penelitian seperjuangan Citra Awalul Laili dan Restu Tri Utami atas
bantuan-bantuan dan kerja sama yang super baik;
8. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi;
9. Teman terdekatku terima kasih atas perhatian, dukungan, dan pengorbanan demi
kebahagiaan serta kebaikan bersama;
10. Teman-teman Kimia 2008 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
ii
iii
iv
vi
RINGKASAN .............................................................................................
vii
PRAKATA .................................................................................................
ix
xiii
xiv
xv
10
10
11
13
xi
13
15
16
17
2.6.1 Ekstraktan........................................................................
19
20
22
22
22
22
3.2.2 Bahan...............................................................................
22
23
23
24
25
25
25
25
25
25
26
27
27
27
28
28
28
29
29
xii
29
30
30
30
30
32
33
38
41
46
46
54
54
54
55
LAMPIRAN ...............................................................................................
57
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1
14
2.5
16
2.6
18
18
18
4.1
34
4.2
34
4.3
35
4.3a
35
4.3b
36
39
4.4a
39
4.4b
39
40
40
40
4.6
42
4.7
43
4.8
49
49
50
51
51
52
4.4
4.5
4.9
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
4.1
37
37
37
4.2
45
4.3
48
4.4
51
4.5
53
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A.
58
58
58
59
59
59
59
60
60
60
60
60
60
60
61
61
B.2 Amonium.......................................................................................
62
63
63
C.2 Amonium.......................................................................................
65
67
67
67
E.
69
F.
70
B.
C.
D.
xvi
G.
H.
I.
71
71
71
72
72
73
74
75
76
76
77
xvii
BAB 1. PENDAHULUAN
2008). Tidak terpenuhinya salah satu maka akan menurunkan kualitas dan kuantitas
hasil produksi tanaman.
Nitrogen (N) merupakan unsur yang berlimpah didalam udara dalam bentuk
N2 , tetapi bentuk tersebut tidak bisa diserap atau dimanfaatkan oleh tanaman dan agar
bisa dimanfaatkan tanaman maka unsur N yang ada diudara tersebut terlebih dahulu
harus berfiksasi dengan unsur H ataupun oksigen dan air. Nitrogen yang berlimpah
menaikkan pertumbuhan dengan cepat dengan perkembangan yang lebih besar pada
batang dan daun-daun hijau gelap. Defisiensi Nitrogen akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, dimana pada pohon berbuah, rontoknya daun yang terlalu
awal, kematian tunas-tunas lateral, rangkaian buah yang kurang baik dan
perkembangan buah yang tidak biasa merupakan tanda-tanda defisiensi nitrogen
(Henry, 1998). Menurut Winarso, S., (2003) sebagian besar N didalam tanah dalam
bentuk senyawa organik tanah dan tidak tersedia bagi tanaman. Fiksasi N organik ini
sekitar 95% dari total N yang ada di dalam tanah. Nitrogen dapat diserap tanaman
dalam bentuk ion NO3- dan NH4+.
Salah satu cara mengetahui tingkat kesuburan tanah yaitu dengan mengambil
sampel tanah untuk ditest formulasi pemupukan (Lin J, et al., 2008) yang disebut
dengan uji tanah. Uji tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis
spektrometri. (Reza M, et al., 2010) terdapat beberapa metode analisis seperti Atomic
Absorption, UVVis Spectrometry dan Inductively Coupled Plasma (ICP) yang
banyak digunakan untuk penentuan kandungan unsur hara pertanaian.
Spektrometry UV-Vis sering digunakan untuk menentukan kandungan unsur
hara khususnya nitrogen di tingkat konsentrasi rendah. Spektrometry UV-Vis
merupakan salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi
elektromagnetik sinar tampak dengan menggunakan instrumen spektrofotometer yang
akan mengukur serapan molekul organik atau anorganik yang diberikan sumber
cahaya dengan rentang panjang gelombang di daerah UV-Vis 180-770 nm (Mulja dan
Suharman, 1995). Metode ini larutan yang digunakan harus dikomplekskan terlebih
dahulu dengan reagen yang menghasilkan senyawa berwarna sehingga membentuk
suatu warna yang spesifik (Hendayana S, 1994). Pegukuran nitrat akan diberikan
reagen HCl sedangkan pengukuran amonium akan diberikan reagen pengompleks
larutan fenol, natrium nitro prusida dan larutan pengoksidasi (SNI 01-3554-2006).
Hal ini membutuhkan perlakuan yang banyak dan cukup memakan waktu, serta
memerlukan biaya yang sedikit mahal. Oleh karena itu penulis ingin membuat suatu
pengembangan metode uji tanah dengan cara menentukan kandungan unsur hara
khususnya spesi nitrogen (nitrat dan amonium), dengan menggunakam elektroda
selektif ion berdasarkan metode potensiometri. Spesi-spesi nitrogen dipilih karena
nitrogen merupakan unsur utama penyusun protein tanaman dan pembentukan
senyawa penting di dalam sel tanaman, sedangkan ESI (elektroda selektif ion) dengan
metode potensiometri umumnya digunakan untuk uji liquid, namun berdasarkan
selektifitas, sensitifitas dan keakuratan penulis mencoba mengembangkan metode ini
untuk analisis tanah pertanian.
Analisis tanah pertanian menggunakan ESI (elektroda selektif ion) secara
potensiometri dilakukan dengan cara mengekstrak tanah terlebih dahulu, dimana
ekstraktan untuk unsur hara nitrogen yang digunakan adalah KCl 2 M, CaCl2 0,01 M
dan CaSO4 0,01 M (Griffin Gray et al., 2009). Metode penetapan senyawa nitrogen
dilakukan dengan metode ekstraksi dengan menggunakan KCl dengan dasar bahwa
NH4+ dan NO3- dalam tanah dapat dibebaskan oleh KCl 1 N menjadi amonium
klorida dan kalium nitrat. Nitrat dapat juga diekstraksi dengan menggunakan CaCl2.
Metode ekstraksi CaCl2 yang digunakan pada penentuan nitrat, sedangkan untuk
penentuan amonium menggunakan metode ekstraksi KCl (Umariah 2007 dalam
Harry N).
Elektroda Selektif Ion (ESI) merupakan suatu sensor elektrokimia yang
banyak digunakan karena memiliki selektivitas, sensitifitas, keakuratan, dan
ketepatan yang relatif tinggi. Keefektifan ESI dikarenakan gangguan terhadap kerja
ESI umumnya hanya sedikit dan mudah diatasi. Contoh larutan keruh (berwarna
sampat batas tertentu) tidak menyulitkan pengukuran dan prosedur analisisnya
sederhana, sehingga pengukuran hanya memerlukan waktu singkat, alat-alat
sederhana dan mudah dilakukan. Oleh karena itu ESI dapat digunakan untuk
pengukuran analisis (Agustiani W, 2007).
Detektor potensiometri merupakan salah satu teknik analisis elektrokimia
yang didasarkan pada hubungan antara potensial sel dengan konsentrasi spesi kimia
dari potensial antara dua elektroda. Metode ini didasarkan pada pengukuran arus
listrik sebagai fungsi perubahan potensial listrik yang diterapkan pada sel elektrolisis.
Sel elektrolisis terdiri atas elektroda kerja, elektroda pembanding dan elektroda
pendukung (Agustiani W, 2007). Detektor potensiometri juga selektif dan sensitif
terutama untuk penentuan senyawa-senyawa organik. Oleh karena itu penentuan
unsur nitrogen pada tanah akan dilakukan menggunakan ESI dengan metode
potensiometri.
Unsur hara tersebut adalah karbon (C), nitrogen (N), posfor (P). Tiga komponen
utama tanah yang menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman adalah bahan
organik, turunan bahan batuan induk, dan serpih-serpih lempung. Unsur hara
pertama-tama dibebaskan ke dalam larutan tanah (air tanah) sebelum dipindahkan ke
dalam sistem perakaran tanaman (Rao, 1994).
Fungsi tanah dalam bidang pertanian adalah sebagai tempat tumbuh, penyedia
hara, air dan lingkungan bagi akar dan batang tanaman dalam melakukan aktifitas
fisiologinya. Pertumbuhan tanaman yang baik memerlukan kualitas tanah tertentu,
berupa kesuburan tanah baik berupa fisik, kimia maupun biologis (Ajud, 2002).
Kesuburan tanah ialah kemampuan yang memungkinkan tanah untuk menyediakan
unsur hara yang memadai, baik dalam jumlah maupun keseimbangannya bagi
pertumbuhan tanaman dan produksi.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan oleh sejumlah faktor
dari tanah dan iklim, dan oleh faktor-faktor yang berasal dari tanaman itu sendiri.
Tanah yang berhasil menghasilkan tanaman dengan baik, pasti mempunyai sesuatu
yang lain, suatu penyediaan yang cukup dari semua unsur-unsur yang penting
(esensial) atau unsur-unsur hara. Unsur-unsur yang pada umumnya dibutuhkan
tanaman dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan
tanaman. Unsur hara makro diperlukan relatif dalam jumlah besar, biasanya di atas
500 ppm dalam tanaman. Unsur hara mikro diperlukan hanya dalam jumlah sangat
kecil, biasanya kurang dari 50 ppm dalam tanaman (Henry, 1998).
Unsur hara utama yang banyak dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen
(nitrat: NO3- dan amonium: NH4+), Phosporus (phosphate : PO43-, hydrophosphate :
HPO42-, dihydrophosphate : H2PO4-) dan Potasium (potash : K+) adalah elemen yang
paling penting (Lin J, et al., 2008). Tidak terpenuhinya salah satu maka akan
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil produksi tanaman.
2.2 Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada
umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian
vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar (Sutedjo, 2002). Unsur N banyak
tersedia atau berlimpah di dalam udara dalam bentuk N2 , tetapi bentuk tersebut tidak
bisa diserap atau dimanfaatkan oleh tanaman dan agar bisa dimanfaatkan tanaman
maka unsur N yang ada di udara tersebut terlebih dahulu harus berfiksasi dengan
unsur hidrogen ataupun oksigen dan air. Menurut Winarso, S., (2003) sebagian besar
N didalam tanah dalam bentuk senyawa organik tanah dan tidak tersedia bagi
tanaman. Fiksasi N organik ini sekitar 95% dari total N yang ada di dalam tanah.
Contohnya, konsentrasi N total (organik dan anorganik) dalam tanah yang ditanami
Kedelai jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan konsentrasi N anorganiknya, N
dapat diserap tanaman dalam bentuk ion NO3- dan NH4+ (Purwadi, E. 2011). Bentuk
nitrogen dalam tanah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: nitrogen dalam bentuk
organik yang terdiri dari protein (asam amino) dan urea, termasuk nitrogen yang
ditemukan dalam makhluk hidup serta dalam tanaman dan hewan. Nitrogen dalam
bentuk anorganik, terdiri dari ammonium, gas ammonia, nitrit, dan nitrat.
Surnber N utama tanah adalah dari bahan organik melalui proses mineralisasi
+
NH4 dan NO3-. Selain itu N dapat juga bersumber dari atmosfir melalui curah hujan,
penambatan (fiksasi) oleh mikroorganisme tanah baik secara sembiosis dengan
tanaman maupun hidup bebas. Walaupun sumber ini cukup banyak secara alami,
namun untuk memenuhi kebutuhan tanaman maka diberikan secara sengaja dalam
bentuk pupuk, seperti Urea, ZA, dan sebagainya maupun dalam bentuk pupuk
kandang ataupun pupuk hijau. Berikut sumber N dalam tanah :
a. Hujan
b. Pemupukan
c. Mineralisasi N dari bahan organik dan imobilisasinya
3). Nitrifikasi
Sebagian dari amonia yang berada bebas dalam tanah oleh golongan autotrob
dioksidasi menjadi NO3. Energi yang terlepas dari reaksi diambil oleh bakteri dan
mereka mendapat unsur karbon untuk menyusun sel tumbuhnya dari karbondioksida
udara. Nitrifikasi merupakan proses pengubahan nitrogen amonium secara biologis
menjadi nitrogen-nitrat. Reaksi pembentukan nitrit dari amonia dikatilisis oleh bakteri
Nitrosomonas, sedangkan perubahan nitrit menjadi nitrat dikatalisis oleh bakteri
Nitrobaker. Nitrifikasi bersifat reversible, di bawah kondisi anaerob, karena reduksi
nitrat menjadi sumber energi bagi bakteri memperbanyak diri (Kanisius, 1983).
Nitrifikasi ada dua tingkat, yakni : Nitritasi dan Nitratasi
- Nitritasi adalah perubahan amonia menjadi nitrit, yang dilakukan oleh bakteri
10
tanah ditambahkan melalui fiksasi biologis simbiotik dan non simbiotik. Fikasasi
nitrogen secara biologis merupakan reaksi reduksi yang memerlukan penambahan
energi oleh adenosine triphosphat (ATP). Asam piruvat adalah donor hidrogen, dan
fiksasi terjadi dalam suatu rangkaian tahap-tahap yang mereduksi N2 menjadi NH3
(Henry, 1998).
N2 + 8H+ + 8e- + 16 MgATP 2 NH3 + H2 + 16 MgADP + 16 Pi
(Henry, 1998).
2.2.1 Nitrat
Nitrat (NO3-) adalah bentuk utama nitrogen dan merupakan unsur hara utama
bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat merupakan ion yang mudah bergerak
(mobile) di dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang mudah sekali larut dan
tidak terjerap (adsorbsi) oleh koloid tanah. Nitrat menunjukkan bentuk kimia nitrogen
yang paling mudah teroksidasi dalam sistem alam ((Mukhlis;Fauzi, 2003).
Nitrat memiliki formula kimia NO3-, yang berarti bermuatan negatif (anion)
dan sangat mudah berpasanagan dengan ion bermuatan positif (kation), seperti dalam
garam kalium nitrat, KNO3 atau natrium nitrat, NaNO3. Nitrat merupakan salah satu
anion yang paling mudah larut dalam air (NECI, 2005 dalam skripsi Trisno N). Ion
nitrat memiliki struktur segitiga ekuilateral, dengan atom oksigen mengelilingi atom
nitrogen pusat (Encyclopedia Britannica, 1973 dalam skripsi Trisno N). Nitrat tidak
berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau, sehingga keberadaan nitrat dalam
lingkungan, khususnya pada air, hanya dapat dianalisa secara laboratorium.
2.2.2 Amonium
Amonium adalah suatu ion hasil hidrolisis amonia, dimana amonia merupakan
hasil hidrolisis dari urea yang ada dalam urin. Amonium adalah ion NH4+ yang
bersifat tidak berwarna, berbau menyengat dan berbahaya bagi kesehatan. Garamgaram amonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang mudah larut dalam air.
Melalui pemanasan, semua garam amonium terurai menjadi amonia dan asam yang
11
sesuai, kecuali jika asamnya tak mudah menguap. Gas amonia akan dilepaskan ketika
campuran senyawa dipanaskan.
NH4+ + OH-
NH3 + H2O
(Svehla, 1985).
Amonium bersifat basa sebagai substansi bergabung dengan ion hidrogen
(protons). Amonium dalam larutan berada dalam kesetimbangan seperti berikut :
NH3 + H2O NH4+ + OHAmonium bereaksi sebagai basa karena adanya pasangan bebas yang aktif
dari nitrogen. Nitrogen lebih elektronegatif dari hidrogen sehingga menarik ikatan
elekton pada molekul amonia kearahnya. Atau dengan kata lain dengan adanya
pasangan bebas terjadi muatan negatif sekitar atom nitrogen. Kombinasi dari
negatifitas ekstra tersebut dan daya tarik pasangan bebas, menarik hydrogen dari air.
Dalam hubungannya dengan urin, sifat fisika bau (amonia) tidak berwarna dan
dalam sifat kimia amonia mempunyai dua reaksi yaitu :
1). Reaksi subtitusi : masuknya ion H+ (dari molekul H2O) dalam amonia, misal :
NH3 + H2O NH4OH NH4+ + OH2). Reaksi oksidasi : reaksi Amonia dengan Oksigen membentuk Nitrogen dan Air.
reaksinya : 4 NH3 + 3 O2 2 N2 + 6 H2O
(Svehla, 1985).
12
NH4OH ditentukan jumlahnya dengan mentitrasi dengan HCl. Analisa protein cara
Kjeldhal pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi,
proses destilasi dan tahap titrasi :
1. Tahap Destruksi
Tahap ini sampel dipanaskan, dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjdi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO,
CO2, dan H2O. Nitrogen akan berubah menjadi (NH4)2SO4. asam sulfat yang
diperunakan untuk destruksi diperhitungkan adanya bahan protein lemak dan
karbohidrat. Katalisator sering ditambahkan untuk memperepat proses destruksi yaitu
selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain
menaikkan itik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke
valensi rendah atau sebaliknya. Penggunaan selenium lebih reaktif dibandingkan
merkuri dan kupri sulfat tetapi selelnium mempunyai kelemahan yaitu karena sangat
cepatnya oksidasi maka nitrogennya justru mungkit ikut hilang. Hal ini dapat diatasi
dengan pemakaian selenium yang sangat sedikit yaitu kurang dari 0,25 gram. Proses
destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna.
2. Tahap Destilasi
Tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar selama destilasi tidak terjasi
superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar
maka dapat ditambahkan logam zink. Amonium yang dibebaskan selanjutnya akan
ditangkap oleh larutan asam standar. Asam standar yang dapat dipakai adalah asam
klorida atau asam borat 4% dalam jumlah yang berlebihan. Agar kontak antara asam
dengan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung tercelup sedalam
mungkin dalam asam. Asam dalam keadaan berlebih agar dapat diketahui maka
diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP. Destilasi diakhiri bila semua ammonia
telah teroksidai sempurna denmgan ditandai destilat tidak bereaksi basa.
13
3. Tahap Titrasi
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam
borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi dengan
menggunakan asam klorida 0,1N dengan indikator BCG + MR, akhir titrasi ditandai
dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Selisih jumlah titrasi
sampel dan blanko merupakan jumlah ekuivalen nitrogen (Sudarmaji, 1989)
2.4 Potensiometri
Potensiometri merupakan salah satu teknik analisis elektrokimia yang
didasarkan pada hubungan antara potensial sel dengan konsentrasi spesi kimia dari
potensial antara dua elektroda. Metode ini didasarkan pada pengukuran arus listrik
sebagai fungsi perubahan potensial listrik yang diterapkan pada sel elektrolisis. Sel
elektrolisis terdiri atas elektroda kerja, elektroda pembanding dan elektroda
pendukung (Agustiani W, 2007). Elektroda pembanding merupakan elektroda yang
harga potensial selnya diketahui, konstan dan sama sekali tidak peka terhadap
komposisi larutan yang sedang diselidiki. Elektroda indikator merupakan pasangan
elektroda pembanding yang potensialnya tergantung pada konsentrasi zat yang
sedang diteliti (Underwood, 1986). Dimana beda potensial dua elektroda yang tidak
terpolarisasi diukur pada kondisi arus mendekati nol. Pengukuran dalam
potensiometri, yang merupakan sensor kimia adalah elektroda indikator. Elektroda ini
dibagi menjadi dua golongan yaitu elektroda logam dan elektroda membran. Yang
digunakan dalam penelitian ini adalah elektroda indikator membran sering disebut
elektroda selektif ion (ISE) (Khopkar, 1990).
14
Elektroda Indikator
V
Elektroda selektif ion yang digunakan pada penelitian ini merupakan elektroda
komersial yang dikombinasikan dengan elektroda reference dan dialirkan pada volt
meter (Khopkar, 1990) dimana yang diukur adalah ekstrak dari spesi nitrogen yaitu
nitrat dan ammonium pada tanah pertanian. Beda potensial akan terukur karena inner
15
solution atau membrane electrode spesifik dengan analit yang diukur sehingga ion
analit
akan
berdifusi
ke
membran
dan
menyebabkan
adanya
perubahan
2.5 Spektrometri
Analisis spektrometri adalah salah satu metode analisis dalam ilmu kimia
yang didasarkan pada identifikasi dan kuantifikasi spesies analit berdasarkan sifat
optisnya. Dalam metode ini spektrum radiasi elektromagnetik dimanfaatkan sebagai
entitas perantara untuk analisis kualitatif dan kuantitatif ketika berinteraksi dengan
spesies analit yang dapat melalui proses absorpsi, emisi, fluoresensi atau proses
lainnya (Siswoyo, 2007). Dalam metode spektrometri, larutan sampel menyerap
radiasi elektromagnetik dari sumber yang tepat, dan jumlah yang diserap terkait
dengan konsentrasi analit dalam larutan. Transisi elektronik yang terjadi di daerah
tampak dan ultraviolet dari spektrum adalah karena penyerapan radiasi oleh jenis
tertentu dari kelompok, obligasi, dan kelompok fungsional dalam molekul. Panjang
gelombang penyerapan dan intensitas tergantung pada jenis. Panjang gelombang
serapan adalah ukuran dari energi yang dibutuhkan untuk transisi. Intensitasnya
tergantung pada probabilitas transisi yang terjadi ketika sistem elektronik dan radiasi
berinteraksi dan pada polaritas keadaan tereksitasi ( Christian, 1994).
16
Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis karena mereka
mengandung electron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke
tingkst energi yang lebih tinggi (Underwood, 1999). Adsorbsi cahaya oleh suatu
molekul merupakan bentuk interaksi antara gelombang cahaya (foton) dan
atom/molekul. Energi cahaya diserap oleh ataom/molekul dan digunakan oleh
elektron di dalam atom/molekul tersebut untuk bertransisi ke tingkat energi elektronik
yang lebih tinggi. Proses absorbsi cahaya UV-Vis berkaitan dengan promosi elektron
dari suatu orbital molekul dengan tingkat energi elektronik tertentu ke orbital molekul
lain dengan tingkat nergi elektronik yang lebih tinggi (Siswoyo, 2007).
Kompenen yang penting dari suatu spektrofotometer, secara skema dapat
ditunjukan sebagai berikut :
17
2.6 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan dua zat atau lebih dengan
menggunakan pelarut yang tidak saling campur. Berdasarkan fase yang terlibat,
terdapat dua jenis ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair
(Harborne, 1987).
a. Ekstraksi Cair-cair
Ekstraksi cair-cair dikenal sebagai ekstraksi pelarut yang merupakan metode
pemisahan senyawa berdasarkan kelarutannya dalam dua cairan yang berbeda dan
tidak saling larut, biasanya air dan pelarut organik. Ekstraksi cair-cair adalah teknik
dasar dalam laboratorium kimia, di mana dilakukan dengan menggunakan corong
pisah. Ekstraksi cair-cair dimana solute akan dipisahkan dari cairan pembawa (diluen)
menggunakan solvent cair. Campuran diluen dan solvent
dimana jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solvent
(ekstrak). Seperti pada gambar berikut :
18
Pelarut
Padatan
19
2.6.1 Ekstraktan
Tes tanah membutuhkan ekstraktan untuk menentukan jumlah hara dalam
tanah. Sebuah ekstraktan tanah adalah larutan yang terbuat dari air dengan
konsentrasi tertentu dari bahan kimia. Ekstraktan tersebut akan ditambahkan ke dalam
tanah sehingga akan bercampur untuk jangka waktu yang ditentukan. Campuran ini
kemudian dituangkan melalui kertas saring dan ekstraktan sekarang mengandung
unsur hara yang terlarut. Unsur hara dalam ekstraktan tersebut dianalisis
menggunakan peralatan laboratorium yang tepat untuk melihat berapa banyak unsur
hara yang hilang dari tanah. Jumlah unsur hara yang diekstrak akan mewakili
sebagian kecil dari nutrisi total yang tersedia (Mitchell, 2000). Ekstraktan adalah
pelarut yang digunakan untuk ekstraksi.
Tan (1991) menyatakan bahwa pemilihan ekstraktan (bahan pengekstraksi)
yang baik didasarkan pada dua pertimbangan yaitu : (1) pereaksi yang digunakan
tidak merubah sifat fisika dan kimia bahan yang diekstrak, (2) pereaksi harus dapat
memisahkan senyawa dari tanah secara kuantitatif. Ekstraktan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah KCl 2 M, CaCl2 0,01 M, dan CaSO4 0,01 M (Griffin Gray et al.,
2009). Metode penetapan senyawa nitrogen dilakukan dengan metode ekstraksi
20
dengan menggunakan KCl dengan dasar bahwa NH4+ dan NO3- dalam tanah dapat
dibebaskan oleh KCl 1 N menjadi amonium klorida dan kalium nitrat. Nitrat dapat
juga diekstraksi dengan menggunakan CaCl2. Metode ekstraksi CaCl2 yang
digunakan
pada
penentuan
nitrat,
sedangkan
untuk
penentuan
amonium
Penggunaan
elektroda
selektif
ion
biasanya
dilakukan
dalam
kandungan karbon organik total tanah menggunakan elektroda selektif CO2 sebagai
elektroda penunjuk. Prinsip penentuan kandungan karbon organik total tanah adalah
mengubah karbon organik total menjadi CO2 yang selanjutnya CO2 yang dihasilkan
diukur konsentrasinya berdasarkan perubahan potensial elektroda yang ditunjukkan
oleh elektroda selektif CO2. Konsentrasi CO2 yang didapatkan sebanding dengan
konsentrasi karbon organik total tanah. Sebelum digunakan untuk pengukuran tanah,
terlebih dahulu dilakukan karakterisasi terhadap elektroda selektif CO2. Kelayakan
hasil pengukuran karbon organik total tanah dengan metode potensiometri akan
dibandingkan dengan metode titrimetri. Hasil pengukuran dari kedua metode tersebut
menunjukkan bahwa metode potensiometri dapat digunakan untuk menentukan
kandungan karbon organik total tanah dengan hasil yang diperkirakan lebih akurat
dibandingkan
dengan
Sekarang
penulis
mencoba
21
3.2.2 Bahan
Padatan KNO3 (E-Merck), Padatan NaNO3 (E-Merck), larutan HCl (EMerck), serbuk NH4Cl anhidrat (Riedel-de-Han), aquademin, aquades, larutan fenol
(E-Merck), larutan etanol (E-Merck), serbuk natrium nitroprusida (E-Merck), serbuk
tri natrium sitrat (E-Merck), kristal NaOH (E-Merck), larutan natrium hipoklorit,
larutan H2SO4 (E-Merck), serbuk KCl (E-Merck), serbuk CaCl2 (Riedel-de-Han),
serbuk CaSO4 (E-Merck), larutan CHCl3 (E-Merck), resin kation asam, NaAsO2 (EMerck) dan larutan ISA nitrat ((NH4)2SO4) serta ammonium (CuSO4).
23
Ekstraksi Tanah
Variasi Larutan Ekstraktan:
1. KCl 2 M
Variasi Waktu:
2. CaCl2 0,01 M
3. CaSO4 0,01 M
4. Air
Larutan
Standart
Filtrat Hasil
Optimasi
Filtrat
Larutan
Standart
Analisis
Potensiometri
Analisis Spektrofotometri
UV-Vis
Data 1
Linier
Range
Sensitivitas
Uji t
dibandingkan
Reprodusibilitas
Data 2
Limit
Deteksi
24
Aktifitas
untuk
dianalisis
cara
pengeringan
ditentukan
menggunakan yang
optimum
digunakan
optimum
yaitu
dengan
yang
menggunakan
selektif
sehingga
optimum.
tersebut
ion
dilakukan
elektroda
potensiometri
didapatkan
data
Hasil
optimum
diulangi
kembali
dengan
2 kemudian
dianalisis
linier
25
potensiometri
spektrometri
( )
100 %
( )
Keterangan:
a = berat cawan saja
b = berat cawan dan berat sampel tanah
c = berat cawan dan berat sampel tanah setelah dioven dan dimasukkan
desikator
ke dalam
26
b. CaCl2 0,01 M
Sebanyak 20,00 g tanah dimasukan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan
larutan CaCl2 0,01 M sebanyak 50 mL. Setelah itu dilakukan pengadukan selama 45
menit dan disaring menggunakan kertas saring sehingga ekstrak didapatakan. Ekstrak
dari tanah tersebut dan dilakukan pengukuran secara potensiometri.
c. CaSO4 0,01 M
Penggunaan ekstraktan ini digunakan rasio perbandingan 1 : 2,5 yaitu 20,00 g
tanah dilarutkan dengan 50 mL CaSO4 0,01 M kemudian dilakukan pengadukan
selama 45 menit. Dilakukan penyaringan sehingga didapatkan ekstrak dari tanah
tersebut dan dilakukan pengukuran secara potensiometri.
d. Air
Sebanyak 20,00 g tanah dimasukan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan
Aquademin sebanyak 50 mL. Setelah itu dilakukan pengadukan selama 45 menit dan
disaring menggunakan kertas saring sehingga ekstrak didapatakan. Ekstrak dari tanah
tersebut dan dilakukan pengukuran secara potensiometri.
27
dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Waktu optimum menunjukkan nilai beda
potensial yang optimum.
(Ket : Hasil optimum diulangi lagi untuk pengukuran secara spektrofotometri UVVis)
2) Amonium
Larutan baku dibuat dengan dengan mengencerkan 2,97 gram NH4Cl pada
labu ukur 1 L. Larutan baku amonium divariasi konsentrasi 0; 0.01; 0.05; 0.1; 0.5; 1;
5; 10; 50 mg/L, kemudian dipipet 50 ml pada setiap konsentrasi dan dimasukkan ke
dalam beaker gelas. Ditambahkan 1 mL larutan ISA ( larutan 1M CuSO4) pada
masing-masing larutan standart. Kemudian celupkan elektroda amonium dan
elektroda referensi ke dalam larutan tersebut. Tunggu kurang lebih 5 menit sampai
nilai potensial yang terbaca pada mV meter stabil.
28
2) Amonium
Ekstrak yang didapat dimasukkan ke dalam beaker gelas sebanyak 50 mL
kemudian ditambahkan 1 mL larutan ISA ( larutan 1 M CuSO4) pada masing-masing
sampel. Kemudian celupkan elektroda amonium dan elektroda referensi ke dalam
larutan tersebut. Tunggu kurang lebih 5 menit sampai nilai potensial yang terbaca
pada mV meter stabil.
2) Amonium
(SNI 01-3554-2006) Larutan baku amonium dibuat dari penimbangan 2,97
gram NH4Cl yang dilarutkan dalam labu ukur 1000 mL aquademin. Larutan baku
29
divariasi konsentrasi sebesar 0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 mg/L ke dalam labu ukur
25 mL, kemudian pada masing-masing variasi ditambahkan 1 mL larutan natrium
nitro porusida dan 2,5 mL larutan pengoksidasi. Erlenmeyer masing-masing ditutup
dengan aluminium foil 15 menit kemudian diukur absorbannya pada panjang
gelombang 640 nm.
2) Amonium
Ekstrak yang didapat diambil 25 mL, kemudian ditambahkan 1ml larutan
natrium nitro porusida dan 2,5 mL larutan pengoksidasi. Erlenmeyer masing-masing
ditutup dengan aluminium foil 15 menit kemudian diukur absorbannya pada panjang
gelombang yang sudah optimum pada panjang gelombang 640 nm.
30
SB
3.8.3 Sensitifitas
Sensitifitas dinyatakan sebagai slope dari kurva yang diperoleh dengan range
tertentu (Miller dan Miller, 1991). Menurut IUPAC, sensitifitas yang dinyatakan
dengan slope merupakan sensitifitas kurva. Kateman (1993) menyatakan sensitifitas
sebagai rasio perubahan konsentrasi analit. Nilai sensitifitas yang besar berarti bahwa
perubahan konsentrasi yang kecil dari analit dapat memberikan respon yang berarti.
3.8.4 Reprodusibilitas
Pengulangan percobaan yang dilakukan pada reprodusibilitas diharapkan akan
dihasilkan limit antar percobaan yang sekecil mungkin, dengan nilai setiap
pendekatan untuk satu kali pengulangan atau lebih yang berbeda adalah 95%
(Caulcutt, 1995). Hasil pengulangan dapat dinyatakan sebagai koefisien variasi dari
simpangan induk.
=
. 100%
31
data
untuk
menguji
hasil
dari
metode
analitik
dengan
membandingkan dua metode dapat menggunakan uji statistik salah satunya yaitu ujit. Uji-t dapat diperoleh dengan menghitung nilai x untuk respon metode pertama dan
nilai y untuk respon metode kedua. Nilai t-eksperimen diperoleh melalui persamaan
berikut :
S
{ (n 1)S + (n 1)S )
(n + n 2)
dimana
x x
1
1
S n + n
S2
n1
n2
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap unsur nitrogen pada tanah
yaitu nitrat dan amonium berdasarkan metode potensiometri. Pengukuran nitrat dan
amonium diekstrak menggunakan berbagai jenis ekstraktan dengan proses filtrasi,
dimana dilakukan optimasi jenis ekstraktan sehingga didapatkan ekstraktan optimum
dengan variasi waktu pengadukan untuk mendapatkan waktu yang efisien. Sebagai
pembanding telah dilakukan pula penentuan nitrat dan amonium dalam tanah dengan
metode spektrofotometri. Sampel yang digunakan yaitu tiga jenis sampel tanah,
dimana tanah yang digunakan yaitu tanah dari lokasi berbeda-beda. Ada tiga lokasi
tanah yang digunakan yaitu tanah perumahan di Jl.Kalimantan no.46 Jember sebagai
tanah A, tanah perkarangan daerah belakang kampus FMIPA Kimia Universitas
Jember sebagai tanah B dan tanah pertanian Agrotechno Park Universitas Jember
sebagai tanah C.
Sampel tanah untuk pengukuran ekstraktan optimum nitrat dan amonium
dieksrak tiga kali dengan masing-masing variasi jenis ekstraktan sehingga didapatkan
12 sampel siap ukur per tanah. Sedangkan sampel tanah untuk menentukan waktu
optimum diekstrak tiga kali dengan masing-masing variasi waktu sehingga
didapatkan 15 sampel siap ukur per tanah. Ekstraktan optimum dan waktu optimum
yang sudah didapatkan akan digunakan juga untuk pengukuran nitrat dan amonium
dengan menggunakan metode spektrofotometri. Kemudian hasil pengukuran nitrat
dan amonium secara spektrofotometri tersebut dibandingkan dengan pengukuran
secara potensiometri, dimana analisis statistik yang digunakan yaitu uji-t. Penentuan
ekstraktan dan waktu optimum dilakukan dengan teknik potensiometri, dimana
sampel yang memberikan respon beda potensial tinggi diasumsikan sebagai hasil
yang terbaik. Beda potensial akan terukur karena inner solution atau membrane
electrode spesifik dengan analit yang diukur sehingga ion analit akan berdifusi ke
33
34
kelarutan ekstraktan maka nilai beda potensial yang dihasilkan semakin tinggi.
Penentuan jenis ekstraktan diperoleh data pada Gambar 4.1 untuk ekstraktan optimum
nitrat dan Gambar 4.2 untuk ekstraktan optimum amonium berikut :
500
450
400
350
300
250
Air
200
CaCl2
150
CaSO4
100
KCl
50
0
Tanah A
Tanah B
Tanah C
Sampel
Gambar 4.1 Grafik penentuan jenis ekstraktan optimum nitrat
450
400
350
300
Air
250
CaCl2
200
CaSO4
150
KCl
100
Tanah A
Tanah B
Tanah C
Sampel
Gambar 4.2 Grafik penentuan jenis ekstraktan optimum amonium
35
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 mengindikasikan bahwa setiap jenis ekstraktan
memiliki respon yang berbeda-beda. Respon tertinggi ditunjukkan oleh KCl sehingga
KCl tampak sebagai ekstraktan optimum pada pengukuran nitrat dan amonium,
namun karena nilai yang dihasilkan pada pengukuran amonium nilai beda potensial
yang dihasilkan sangat tinggi sekali dengan kata lain tidak masuk range standar
kalibrasi amonium, ini menunjukkan bahwa yang terukur oleh elektroda bukan unsur
hara yang diharapkan melainkan ion dari pengganggu elektroda. Selain itu nilai beda
potensial yang dihasilkan berbeda jauh dengan respon yang dihasilkan oleh
ekstraktan lainnya, sehingga KCl masih harus dibuktikan kembali. Berdasarkan Tabel
4.1 berikut terlihat beda potensial yang dihasilkan dari deret standar yang dilarutkan
dengan KCl baik untuk unsur nitrat maupun amonium dengan variasi konsentrasi
tersebut tidak mengalami peningkatan. Gambar 4.3 berikut :
410
390
Pengenceran dgn KCl
370
Pengenceran dgn
Aquademin
350
330
310
290
-1.00
1.00
1.30
1.48
Log [C]
1.60
1.70
1.78
36
440
Beda Potensial (mV)
420
400
380
360
340
Pengenceran dgn
KCl
Pengenceran dgn
Aquademin
320
300
280
-1.00
0.00
0.30
0.48
0.60
0.70
Log [C]
37
mudah mengion dengan ekstraktan CaCl2 dari pada ekstraktan yang lain. Selain itu
CaCl2 dikatakan optimum dapat dilihat juga pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1a Hasil pengukuran pengenceran larutan standar NO3- dengan CaCl2
Beda Potensial (mV)
Deret Standar
(ppm)
0.01
373
374
375
374
0.1
370
371
370
370
10
367
368
367
367
20
356
358
359
358
30
349
348
350
349
40
340
341
342
341
50
336
337
338
337
60
330
332
333
332
100
323
323
324
323
Rata-Rata
Tabel 4.1b Hasil pengukuran pengenceran larutan standar NH4+ dengan CaCl2
Beda Potensial (mV)
Deret Standar
(ppm)
0.01
240
225
226
230
0.05
229
231
230
230
0.1
243
240
241
241
0.5
246
243
243
244
255
256
255
255
291
290
290
290
10
311
310
310
310
50
350
351
351
351
100
369
369
370
369
Rata-Rata
38
Pada Tabel 4.1a dan 4.1b merupakan hasil dari larutan standar yang dilarutkan
dengan CaCl2 memiliki range beda potensial yang terus meningkat seiring
bertambahnya konsentrasi larutan standar tersebut. Hal ini menunjukan bahwa beda
potensial yang terukur merupakan ion dari NO3- dan NH4+. Oleh karena itu penulis
yakin bahwa CaCl2 merupakan ekstraktan optimum untuk analisa nitrat dan amonium
secara potensiometri. Selain itu CaCl2 ini juga memiliki respon yang bagus untuk
unsur hara lainnya seperti kalium, natrium dan fosfat pada tanah. Namun tujuan dari
penelitian ini mencari ekstraktan yang nantinya akan memudahkan pekerjaan analis
tanah dan tidak membutuhkan biaya yang begitu mahal, sehingga respon dari air
masih ingin dilihat. Selain itu air juga lebih mudah diperoleh dari pada CaCl2. Air
juga memberikan respon yang tidak begitu buruk yang ditunjukkan pada Gambar 4.1
dan Gambar 4.2 dimana beda potensial yang dihasilakan oleh air masih memenuhi
syarat yaitu potensial yang dihasilkan masih dapat terbaca oleh elektroda walaupun
dalam proses filtrasinya air memerlukan waktu yang lama. Sehingga untuk mencari
waktu optimum dari ekstraksi ini air masih tetap digunakan.
39
seragam serta nilai SD yang relatif kecil bisa dianggap nilai-nilai tersebut tidak
berbeda signifikan. Selain itu dari nilai SD yang kecil bisa dihitung nilai
reprodusibilitas tidak lebih dari 5% sehingga pengukuran tersebut dikatakan
konsisten. Berdasarkan hasil penentuan variasi waktu optimum nitrat berdasarkan dua
jenis ekstraktan yaitu Air dan CaCl2 dapat ditunjukan gambar histogramnya sebagai
berikut :
400
390
380
370
360
350
340
330
320
310
300
45 menit
35 menit
25 menit
15 menit
5 menit
Tanah A
Tanah B
Tanah C
Sampel
Gambar 4.4a Grafik penentuan variasi waktu optimum dengan menggunakan CaCl2 untuk
nitrat
400
390
380
370
360
350
340
330
320
310
300
45 menit
35 menit
25 menit
15 menit
5 menit
Tanah A
Tanah B
Tanah C
Sampel
Gambar 4.4b Grafik penentuan variasi waktu optimum dengan menggunakan air untuk nitrat
40
Pada pengukuran unsur amonium kasus yang dihasilkan juga sama dengan
nitrat dimana nilai beda potensial yang dihasilkan hampir seragam dengan konsistensi
pengukurang yang baik sehingga waktu pengadukan dianggap tidak berpengaruh.
Berdasarkan hasil penentuan variasi waktu optimum amonium secara histogram
berdasarkan dua jenis ekstraktan yaitu Air dan CaCl2 dapat ditunjukan sebagai
berikut:
280
275
270
45 menit
265
35 menit
25 menit
260
15 menit
255
5 menit
250
Tanah A
Tanah B
Sampel
Tanah C
Gambar 4.5a Grafik penentuan variasi waktu optimum dengan menggunakan CaCl2 untuk
amonium
280
270
260
250
45 menit
240
230
35 menit
220
15 menit
210
5 menit
25 menit
Tanah A
Tanah B
Tanah C
Sampel
Gambar 4.5b Grafik penentuan variasi waktu optimum dengan menggunakan Air untuk
amonium
41
Penentuan waktu yang optimum dapat dilihat juga dari SD. Setiap garis SD
yang didapat baik untuk nitrat maupun amonium saling berhimpit antar waktu satu
dengan waktu lainnya pada masing-masing tanah. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan nilai beda potensial disetiap waktunya tidak berbeda secara signifikan.
Oleh karena itu waktu yang paling rendah dipilih sebagai waktu yang opimum yaitu 5
menit, dikarenakan tidak adanya perbedaan secara signifikan disetiap jenis waktunya.
Selain itu perlu dilihat dari segi efisien waktu. Jika nilai beda potensial yang
dihasilkan disetiap waktunya tidak mengalami perbedaan maka semakin singkat
waktu yang digunakan untuk pengadukan maka akan semakin baik karena semakin
dapat mempersingkat waktu. Nilai beda potensial yang hampir selalu sama
dimungkinkan karena ekstraktan dengan unsur hara yang ada di dalam tanah sudah
mengion diwaktu yang singkat sehingga walaupun range waktu dibuat begitu lama
nilai beda potensial yang didapat tetap sama yaitu tidak akan ada kecenderungan
peningkatan sehingga pemilihan waktu 5 menit sebagai waktu yang cukup efektif
dapat digunakan.
42
440
420
y = -x + 412.3
R = 1
400
380
Daerah Linier
360
y = -47.71x + 416
R = 0.983
340
320
300
-1.5
-1
-0.5
0 Log [C]0.5
1.5
Parameter yang penting yang penting dari kurva kalibrasi antara lain: slope
(b), intersep (a) dan koefisien korelasi (R). Linieritas yang baik diperoleh dengan
nilai koefisien korelasi adalah 0.99.
Hasil penelitian menunjukkan respon elektroda selektif ion nitrat terhadap
sampel nitrat linier pada konsentrasi 1; 10; 20; 30; 40; 50 dan 60 ppm. Berdasarkan
gambar 4.5 diketahui bahwa semakin besar konsentrasi nitrat maka semakin tinggi
nilai beda potensial yang diperoleh. Persamaan dan koefisien korelasi pada gambar
4.5 diperoleh dari hubungan antara log konsentrasi nitrat dengan potensial, dimana
berdasarkan gambar 4.5 diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.9831, artinya 98%
perubahan potensial dipengaruhi oleh konsentrasi sedangkan 2% dipengaruhi oleh
faktor lain. Kadar nitrat dalam sampel tanah diperoleh dengan cara mensubstitusikan
nilai beda potensial larutan sampel pada persamaan y = -47.716x + 416.
Linier range untuk amonium didapatkan dari membuatan larutan standar
amonium 1000 ppm. Pembuatan larutan standar amonium 1000 ppm dapat dilakukan
43
dengan dengan menimbang 2.97 g NH4Cl, yang dimasukan kedalam labu ukur 1000
mL. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. Sedangkan variasi
konsentrasi yang digunakan untuk amonium yaitu 0.01; 0.05; 0.1; 0.5; 1; 5; 10 dan 50
ppm. Sama halnya nitrat daerah linier dapat dilihat dari kurva kalibrasi dengan
memplotkan log [C] sebagai sumbu x dan nilai beda potensial sebagai sumbu y.
360
340
y = 51.01x + 266.9
R = 0.995
320
300
280
Daerah linier
260
240
y = 4.897x + 247.1
R = 0.869
220
200
-3
-2
-1
Log [C]
Demikian pula pada gambar 4.6 menunjukkan respon linier pada konsentrasi
0.5; 1; 5; 10 dan 50 ppm. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0.9959, artinya
99% perubahan nilai beda potensial dipengaruhi oleh konsentrasi sedangkan 1%
dipengaruhi oleh faktor lain. Kadar amonium dalam sampel tanah diperoleh dengan
cara mensubstitusikan nilai beda potensial larutan sampel pada persamaan y =
51.015x + 266.9
4.3.2 Sensitifitas
Sensitifitas merupakan rasio perubahan sinyal tiap unit perubahan analit.
Sensitifitas dinyatakan sebagai slope dari kurva yang diperoleh dengan range tertentu
(Miller dan Miller, 1991) dan menyatakan sensitifitas dari elektroda selektif ion nitrat
44
dan amonium dalam mendeteksi nitrat dan amonium secara potensiometri. Nilai slope
pada nitrat sebesar 47.716, sedangkan nilai slope pada amonium sebesar 51.015 yang
diperoleh dari kurva kalibrasi untuk nitrat maupun amonium. Nilai slope ini
mendekati nilai slope dari spesifikasi elektroda selektif ion Elit baik untuk nitrat
maupun ammonium yaitu sebesar 54 5 mV/decade. Nilai slope yang besar berarti
bahwa perubahan konsentrasi yang kecil dari analit dapat memberikan respon yang
berarti. Nilai slope yang dihasilkan memberikan arti bahwa perubahan dari setiap satu
satuan konsentrasi nitrat dan amonium menghasilkan perubahan respon potensial
sebesar nilai slope tersebut.
45
4.3.4 Reprodusibilitas
Reprodusibilitas merupakan suatu kemampuan elektroda dalam memberikan
output yang sama ketika diberikan input yang tetap. Reprodusibilitas dapat
dinyatakan sebagai koefisien variasi (Kv) yang menunjukkan tingkat kesalahan
pengukuran akibat pengulangan. Reprodusibilitas elektroda dalam mendeteksi sampel
dikatakan baik apabila nilai Kv (koefisien variasi) kurang dari 5%. Dimana dalam
setiap 100 kali pengukuran terdapat kesalahan pengukuran kurang sari 5 kali.
Tabel 4.2 Nilai Kv nitrat dan amonium
Unsur
Nitrat
Amonium
Konsentrasi
0.01
0.1
1
10
20
30
40
50
60
SD
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58
0.00
0.00
0.58
0.58
Kv (%)
0.14
0.14
0.14
0.15
0.16
0.00
0.00
0.17
0.18
0.01
0.05
0.1
0.5
1
5
10
50
0.58
0.58
1.00
1.73
0.58
1.00
1.53
0.00
0.24
0.24
0.41
0.68
0.22
0.33
0.49
0.00
46
pengulangan, kesalahan yang dihasilkan kurang dari 5%. Berdasarkan data penelitian
dapat disimpulkan bahwa potensial yang dihasilkan bersifat reprodusibel terhadap
variasi konsentrasi.
47
nitrat
secara
spektrofotometri
dilakukan
menggunakan
48
CaCl2
Air
Jenis Tanah
Spektro
Tanah A
36.94
3.94
Tanah B
32.26
2.29
Tanah C
37.73
7.67
Tanah A
11.79
-96.16
Tanah B
9.07
-161.17
Tanah C
9.78
-91.52
Pada ekstraktan air untuk nitrat yang diukur secara spektrofotometri nilai
konsentrasi yang didapat yaitu negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ekstraktan jenis
air tidak dapat digunakan dalam metode spektrofotometri karena dalam pengukuran
nitrat secara spektrofotometri UV larutan yang digunakan tidak berwarna sedangkan
sampel yang diekstrak menggunakan air berwarna coklat kekuningan. Sehingga
dilakukan pengenceran yang terlalu banyak yaitu 200 kali pengenceran untuk
mendapatkan larutan tidak berwarna. Hal ini akan mempengaruhi pengukuran nitrat,
dengan kata lain kemungkinan nilai absorban yang terbaca belum tentu absorban dari
nitrat. Bisa dilihat pada (Lampiran hal 70) panjang gelombang 275 yaitu panjang
gelombang yang digunakan sebagai faktor pengoreksi memunculkan nilai absorban
yang cukup tingggi. Diasumsikan air dapat mengionkan kandungan logam-logam
lainnya yang ada ditanah sedangkan CaCl2 tidak sehingga nilai absorban yang
dihasilkan lebih baik. Tanah banyak sekali mengandung unsur logam seperti Ca, Mg,
K dan Na dimana logam-logam ini akan ikut mengion juga sehingga nilai absorban
yang didapat pada panjang gelombang pengoreksi sangat besar. Mengingat
kandungan logam Ca ditanah juga tinggi. Banyaknya gangguan yang ada pada
penentuan nitrat dengan ekstraktan jenis air sangat tidak cocok jika ekstraktan jenis
49
air ini digunakan untuk pengukuran nitrat dengan metode spektrofotometri. Selain itu
mengacu pada skripsi Egih, N dan Harry, N untuk pegukuran nitrat secara
spektrofotometri juga menggunakan CaCl2 bukan air, oleh karena itu disarankan
ekstraktan jenis air tidak digunakan untuk analisis nitrat secara spektrofotometri.
Beda halnya dengan potensiometri dimana kekeruhan atau warna tidak akan
mengganggu pengukuran. Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa konsentrasi nitrat pada tanah
A, tanah B dan tanah C bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ekstraktan jenis
air tidak dapat digunakan untuk mengukur kandungan nitrat dengan metode
spektrofotometri, sedangkan ekstraktan CaCl2 yang digunakan masih memiliki
kecenderungan nilai yang sama walaupun berbeda nominalnya. Berdasarkan
konsentrasi yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut menunjukkan bahwa metode
potensiometri secara ISE dengan metode spektrofotometri berbeda. Hal ini bisa
38.00
37.00
y = 0.869x + 31.61
R = 0.638
36.00
35.00
34.00
33.00
32.00
31.00
30.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
50
12.00
11.00
y = 0.016x + 12.18
R = 0.310
10.00
9.00
8.00
-200.00 -150.00
-100.00 -50.00
0.00
50.00
[NO3-] Berdasarkan Metode Spektrofotometri
51
CaCl2
Air
Jenis Tanah
Spektro
Tanah A
2.61
0.97
Tanah B
4.29
0.93
Tanah C
6.05
1.92
Tanah A
2.31
5.00
Tanah B
2.54
4.15
Tanah C
5.28
19.00
Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa ekstraktan jenis air pada spektrofotometri
bernilai lebih tinggi daripada potensiometri. Esktraktan CaCl2 juga sama dengan nitrat
yaitu korelasi yang didapat belum bagus, dimana apabila nilai pada metode
spektrofotometri tinggi belum tentu akan tinggi pula pada metode potensiomerei.
Bisa dilihat pada gambar 4.8a, dimana terlihat banyak titik titik yang satu sama lain
berjauhan. Hal ini dikarenakan ekstraktan CaCl2 tidak optimum digunakan untuk
penentuan kadar amonium pada tanah secara spektrofotometri, sehingga melihat
kurva
perbandingan
tersebut
bisa
dikatakan
metode
potensiometri
7.00
6.00
y = 2.626x + 0.963
R = 0.724
5.00
4.00
3.00
2.00
0.50
1.00
1.50
2.00
[NH4+] Berdasarkan Metode Spektrofotometri
dan
52
6.00
y = 0.197x + 1.526
R = 0.982
5.00
4.00
3.00
2.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
[NH4+] Berdasarkan Metode Spektrofotometri
53
statistik kedua metode tersebut mempunyai perbedaan signifikan. Berikut Tabel 4.5
statistik uji t-test :
Tabel 4.5 Nilai uji statistik t-test
Unsur
Nitrat
Amonium
Sampel
Tanah A
Tanah B
Tanah C
Tanah A
Tanah B
Tanah C
t-eksperimen
CaCl2
Air
54.82
14.77
36.04
33.77
41.23
13.60
26.61
-79.33
45.06
-12.05
17.54
-106.87
t-tabel
2.78
Pada Tabel 4.5 tersebut jelas terlihat nilai t-eksperimen lebih besar daripada ttabel sehingga kedua metode tersebut bisa dikatakan berbeda signifikan. Namun
untuk amonium dengan ekstraktan air memiliki nilai t-eksperimen yang jauh lebih
kecil dibandingkan dengan nilai t-tabel sehingga untuk penentuan kadar amonium
pada tanah dengan menggunakan ekstraktan jenis air pada kedua metode bisa
dikatakan tidak memiliki perbedaan signifikan. Namun secara garis besar metode
potensiometri dianggap berbeda signifikan dengan metode spektrofotometri.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ekstraktan optimum untuk pengukuran nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+)
secara potensiometri adalah CaCl2, karena ekstraktan tersebut memberikan
nilai beda potensial tertinggi dan ekstraktan ini juga dapat digunakan untuk
mengekstrak K, Na dan fosfat. Sedangkan air juga merupakan ekstraktan yang
paling mudah untuk didapatkan dibandingkan dengan keempat ekstraktan
yang lainnya sehingga air juga digunakan.
2. Waktu optimum untuk nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+) untuk pengukuran
nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+) secara potensiometri adalah 5 menit,
dikarenakan sudah dianggap mewaliki nilai beda potensial yang diharapkan.
Selain itu perbedaan beda potensial antara waktu satu dengan waktu yang
lainnya dapat dikatakan tidak beda secara signifikan baik yang menggunakan
ekstraktan CaCl2 ataupun air dan pemilihan waktu ini juga berdasarkan pada
efisisensi waktu.
3. Perbandingan metode potensiometri dan spektrometri untuk analisis nitrat
(NO3-) dan amonium (NH4+) dapat dikatakan berbeda signifikan karena
ekstraktan yang digunakan optimum pada potensiometri namun tidak
optimum pada spektrofotometri. Sedangkan untuk analisis unsur amonium
menggunakan ekstraktan jenis air dimana kedua metode ini dapat dikatakan
tidak berbeda signifikan karena nilai t-eksperimen jauh lebih kecil dari t-tabel.
5.2 Saran
Perlu dilakukan optimasi jenis ekstraktan terhadap analisis unsur hara
khususnya nitrat dan amonium untuk penentuan kadar dengan menggunakan
metode spektrofotometri.
55
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani W, 2007. Modifikasi Membran Elektrode Selektif Ion Nitrat Tipe Kawat
Platina Terlapis Dengan Polietilena Glikol Sebagai Porogen [skripsi]. Bogor
: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas IPB.
Ajud Sulaiman. 2002. Identifikasi Kurva Karakteristik Air Tanah dan Beberapa Sifat
Fisik Tanah Pada Lahan Kebun Kec.Jubung-UNEJ [skripsi]. Jember: Fak.
Pertanian Universitas Jember
Caulcutt, R. 1995. Statistic for Analytical Chemist. London : Chapman and Hall.
Christian, Gary D. 1994. Analytical Chemistry. USE: Hamilton Printing Company
Egih N, 2009. Mineralisasi Nitrogen Pada Empat Kedalaman Tanah Andisol Yang
Dikelola Secara Organik Dan Konvensional Di Ciwidey Cisarua [skripsi].
Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas IPB.
Griffin, G, W. Jokela and D. Ross. 1995. Recommended Soil Nitrate-N Tests. P.2229. In Sims, T. and A. Wolf (eds.) Recommended soil testing procedures for
the Northeastern United States. U. Delaware Agric. Exp. Stn. Bull. 493.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penerbit ITB: Bandung.
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Harry N, 2008. Laju Mineralisasi N-NH4+ dan N-NO3- Tanah Andisol Pada Pertanian
Organik dan Konvensional Yang Ditanami Kentang [skripsi]. Bogor :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas IPB.
Henry, D.Foth. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Jackson, A.R. & Jackson, J.M. 1996. Enviromental Science. England : Longman
Group Limited
Kanisius. 1993. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Kateman, G. 1993. Quality Control in Analytical Chemistry. New York : J. Willey
and Sons, Inc.
56
57
58
1.
Ar (NO )
x [NaNO ]
Mr NaNO
62.01
x [NaNO ]
82
1000
729.53
Sebanyak 1.37 gram dilarutkan dalam labu ukur 1000 mL dengan aquademin
sampat tanda batas
2.
Ar (NH )
x [NH Cl]
Mr NH Cl
18.01
x [NH Cl]
53.46
1000
336.89
59
Sebanyak 2.97 gram dilarutkan dalam labu ukur 1000 mL dengan aquademin
sampat tanda batas
3.
Ar (NO )
x [KNO ]
Mr KNO
62.01
x [KNO ]
101.11
1000
613.29
[KNO ] = 1.63
Sebanyak 1.63 gram dilarutkan dalam labu ukur 1000 mL dengan aquademin
sampat tanda batas
4.
Larutan CuSO4 1 M
Sebanyak 15.96 gram dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan aquademin
sampat tanda batas.
5.
Larutan (NH4)2SO4 2 M
Sebanyak 26.43 gram dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan aquademin
sampat tanda batas.
6.
60
7.
Larutan KCl 2 M
Sebanyak 14.90 gram dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan aquademin
sampat tanda batas.
8.
9.
Larutan HCl 1 M
Sebanyak 10 mL HCl 37% dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan
aquademin sampai tanda batas.
61
LAMPIRAN
B.
RESPON
ELEKTRODA
TERHADAP
VARIASI
EKSTRAKTAN
1. Nitrat
Variasi
Ekstraktan
Rata2
Tanah B
Rata2
Tanah C
Rata2
Air
390
441
439
433
438
383
385
384
384
CaCl2
375
379
382
382
381
383
382
381
382
CaSO4
380
427
424
413
421
387
381
380
383
KCl
295
292
292
290
291
293
296
293
294
400
350
300
Air
250
CaCl2
200
CaSO4
150
KCl
100
50
0
Tanah A
Tanah B
Sampel
Tanah C
62
2. Amonium
Beda Potensial (mV)
Variasi
Ekstrakta
n
Air
CaCl2
CaSO4
KCl
Rata
2
Tanah A
25
5
26
7
25
7
45
6
25
8
26
7
25
6
45
3
25
5
26
8
25
6
45
7
256
267
256
455
Rata
2
Tanah B
25
7
25
9
25
4
45
8
25
6
25
7
25
2
45
7
25
6
26
0
25
4
45
8
256
259
253
458
Rata
2
Tanah C
26
0
27
3
26
3
45
7
26
1
27
4
26
7
45
6
26
2
27
2
26
5
45
7
261
273
265
457
400
350
300
Air
CaCl2
250
CaSO4
200
KCl
150
100
Tanah A
Tanah B
Sampel
Tanah C
63
1.
Nitrat
Ekstraktan CaCl2
Variasi
Waktu
(menit)
45
35
25
15
5
RataRata
SD
347
346
340
335
343
339
341
340
342
343
341
347
348
335
341
342
345
343
337
342
4.16
3.21
4.62
4.04
1.15
Tanah B
45
35
25
15
5
388
388
393
391
389
387
389
393
391
390
389
389
392
391
389
388
389
393
391
389
1.00
0.58
0.58
0.00
0.58
Tanah C
45
35
25
15
5
368
372
375
373
370
369
373
374
374
371
368
373
373
373
370
368
373
374
373
370
0.58
0.58
1.00
0.58
0.58
Sampel
Tanah A
Beda Potensial
Ekstraktan CaCl2
400
380
45 menit
360
35 menit
340
25 menit
320
15 menit
300
Tanah A
Tanah B
Sampel
Tanah C
5 menit
64
Ekstraktan Air
Variasi
Waktu
(menit)
45
35
25
15
5
339
339
345
350
342
Tanah B
45
35
25
15
5
Tanah C
45
35
25
15
5
Sampel
Tanah A
Beda Potensial
3
RataRata
SD
340
340
346
351
343
339
340
346
351
343
339
340
346
351
343
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58
370
368
370
371
371
371
370
368
370
371
371
368
369
370
372
371
369
369
370
371
0.58
1.15
1.00
0.58
0.58
384
386
384
391
390
386
387
385
392
390
386
389
386
392
391
385
387
385
392
390
1.15
1.53
1.00
0.58
0.58
Ekstraktan Air
400
390
380
370
360
350
340
330
320
310
300
45 menit
35 menit
25 menit
15 menit
5 menit
Tanah A
Tanah B
Sampel
Tanah C
65
2.
Amonium
Ekstraktan CaCl2
Sampel
Tanah A
Tanah B
Tanah C
Variasi
Waktu
(menit)
45
35
25
15
5
270
269
274
270
267
45
35
25
15
5
Beda Potensial
3
RataRata
SD
269
268
270
269
267
269
268
270
268
267
269
268
271
269
267
0.58
0.58
2.31
1.00
0.00
265
266
261
264
261
266
266
262
263
262
264
265
262
264
264
265
266
262
264
262
1.00
0.58
0.58
0.58
1.53
45
270
269
270
270
0.58
35
272
271
271
271
0.58
25
276
275
276
276
0.58
15
269
270
269
269
0.58
271
271
270
271
0.58
Ekstraktan CaCl2
Beda Potensial (mV)
280
275
270
45 menit
265
35 menit
260
25 menit
255
15 menit
250
5 menit
Tanah A
Tanah B
Sampel
Tanah C
66
Ekstraktan Air
Variasi
Waktu
(menit)
45
35
25
15
5
255
258
260
260
255
Tanah B
45
35
25
15
5
Tanah C
45
35
25
15
5
Sampel
Tanah A
Beda Potensial
3
RataRata
SD
257
257
253
258
254
255
257
253
258
255
256
257
255
259
255
1.15
0.58
4.04
1.15
0.58
247
252
250
238
238
246
250
250
237
237
247
250
250
238
237
247
251
250
238
237
0.58
1.15
0.00
0.58
0.58
238
244
247
259
250
238
244
246
259
252
239
244
246
259
250
238
244
246
259
251
0.58
0.00
0.58
0.00
1.15
Ekstraktan Air
Beda Potensial (mV)
280
270
260
250
45 menit
240
35 menit
230
25 menit
220
15 menit
210
5 menit
Tanah A
Tanah B
Sampel
Tanah C
67
1. Nitrat
Persamaan regresi linier y = -47.71x + 416
Sinyal blanko
411
413
414
417
415
416
416
415
417
417
417
419
418
418
418
YB
SB
416
2.15
YB
SB
212
3.81
(X ) =
= -0.14
Log [NO3-] = -0.14
Antilog [NO3-] = 0.73
2. Amonium
Persamaan regresi linier y = 51.015x + 266.94
Sinyal blanko
225
215
212
210
211
210
210
209
210
212
212
212
212
213
212
68
(X ) =
69
x
,
. 100%
. 100% = 0,14 %
2. Amonium
Kv =
=
x
,
. 100%
. 100% = 0,24
Rata-Rata
SD
Kv(%)
415
413
412
374
357
347
339
333
327
238
240
243
254
265
303
314
356
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58
0
0
0.58
0.58
0.58
0.58
1
1.73
0.58
1
1.53
0
0.14
0.14
0.14
0.15
0.16
0
0
0.17
0.18
0.24
0.24
0.41
0.68
0.22
0.33
0.49
0
70
Unsur
Sampel
Tanah A
Nitrat
Tanah B
Tanah C
Tanah A
Amonium Tanah B
Tanah C
a
61.00
50.60
54.80
61.00
50.60
54.80
b
66.00
55.60
59.80
66.00
55.60
59.80
c
65.10
55.00
58.50
64.80
54.80
58.60
b-c
0.90
0.60
1.30
1.20
0.80
1.20
c-a
4.10
4.40
3.70
3.80
4.20
3.80
KA (%)
21.95
13.64
35.14
31.58
19.05
31.58
x 100 %
.
.
100 % = 21.95 %
= 1.22
1000 mL
x 1000 g
1 kg
= 4.33
1000 mL
x 1000 g
1 kg
FK
1.22
1.14
1.35
1.32
1.19
1.32
71
Ekstraktan
CaCl2
220
Air
275
CaCl2
A pengurangan
PPm
Rerata
SD
0.067
0.067
0.064
0.050
0.050
0.047
0.284
0.284
0.238
4.33
4.33
3.63
4.09
0.41
0.067
0.067
0.067
0.049
0.049
0.049
0.268
0.268
0.268
4.09
4.09
4.09
4.09
0.00
0.066
0.067
0.068
0.046
0.048
0.047
0.222
0.253
0.238
3.39
3.86
3.63
3.63
0.23
0.073
0.072
0.074
0.040
0.039
0.044
0.130
0.115
0.192
1.85
1.63
2.72
2.07
0.58
0.073
0.073
0.073
0.042
0.041
0.043
0.161
0.146
0.176
2.29
2.07
2.50
2.29
0.22
0.074
0.074
0.074
0.043
0.043
0.043
0.176
0.176
0.176
2.50
2.50
2.50
2.50
0.00
0.083
0.084
0.085
0.057
0.057
0.060
0.391
0.391
0.437
6.60
6.60
7.38
6.86
0.45
0.088
0.088
0.089
0.061
0.061
0.062
0.452
0.452
0.468
7.64
7.64
7.90
7.73
0.15
0.089
0.089
0.089
0.063
0.066
0.063
0.483
0.529
0.483
8.16
8.94
8.16
8.42
0.45
0.065
0.062
0.065
0.019
0.017
0.023
-0.192
-0.222
-0.130
-116.95
-135.66
-79.52
-110.71
28.58
0.065
0.064
0.063
0.023
0.021
0.022
-0.130
-0.161
-0.146
-79.52
-98.24
-88.88
-88.88
9.36
0.065
0.065
0.065
0.022
0.022
0.022
-0.146
-0.146
-0.146
-88.88
-88.88
-88.88
-88.88
0.00
0.053
0.052
0.054
0.013
0.012
0.014
-0.284
-0.299
-0.268
-161.17
-169.88
-152.45
-161.17
8.71
0.057
0.057
0.057
0.017
0.016
0.015
-0.222
-0.238
-0.253
-126.32
-135.03
-143.74
-135.03
8.71
0.049
0.05
0.051
0.009
0.010
0.011
-0.345
-0.330
-0.314
-196.01
-187.30
-178.59
-187.30
8.71
0.068
0.068
0.068
0.018
0.021
0.018
-0.207
-0.161
-0.207
-139.87
-108.78
-139.87
-129.51
17.94
0.073
0.072
0.074
0.025
0.024
0.026
-0.100
-0.115
-0.084
-67.34
-77.70
-56.98
-67.34
10.36
0.07
0.07
0.07
0.025
0.024
0.023
-0.100
-0.115
-0.130
-67.34
-77.70
-88.06
-77.70
10.36
0.017
0.017
0.017
0.018
0.018
0.018
0.02
0.019
0.021
0.033
0.033
0.03
72
Air
0.031
0.032
0.03
0.031
0.031
0.031
0.026
0.027
0.025
0.027
0.027
0.027
0.026
0.023
0.026
0.046
0.045
0.042
0.042
0.043
0.041
0.043
0.043
0.043
0.04
0.04
0.04
0.04
0.041
0.042
0.04
0.04
0.04
0.05
0.047
0.05
0.048
0.048
0.048
0.045
0.046
0.047
Keterangan :
Tanah A
Tanah B
Tanah C
Sampel
Tanah A
CaCl2
Tanah B
Tanah C
Beda Potensial
(mV)
366 366 363
1.11
Konsentrasi basah
(ppm)
11.17 11.17 12.90
Konsentarsi kering
(ppm)
34.05 34.05 39.36
1.05
1.05
364
364
364
1.09
1.09
1.09
12.30
12.30
12.30
37.50
37.50
364
364
364
1.09
1.09
1.09
12.30
12.30
12.30
37.50
365
365
365
366
365
1.07
1.07
1.07
11.72
11.72
11.72
367
1.07
1.05
1.03
11.72
11.17
10.64
367
364
367
1.03
1.09
1.03
10.64
12.30
366
367
365
1.05
1.03
1.07
11.17
366
366
366
1.05
1.05
1.05
11.17
Rerata
SD
35.82
3.06
37.50
37.50
0.00
37.50
37.50
37.50
0.00
33.28
33.28
33.28
33.28
0.00
33.28
31.71
30.22
31.73
1.53
10.64
30.22
34.92
30.22
31.78
2.72
10.64
11.72
37.71
35.93
39.57
37.74
1.82
11.17
11.17
37.71
37.71
37.71
37.71
0.00
73
Tanah A
Air
Tanah B
Tanah C
366
365
367
1.05
1.07
1.03
11.17
11.72
10.64
37.71
39.57
35.93
37.74
1.82
389
388
387
0.57
0.59
0.61
3.68
3.86
4.05
11.22
11.78
12.36
11.79
0.57
388
388
388
0.59
0.59
0.59
3.86
3.86
3.86
11.78
11.78
11.78
11.78
0.00
386
389
389
0.63
0.57
0.57
4.25
3.68
3.68
12.97
11.22
11.22
11.81
1.01
391
392
393
0.52
0.50
0.48
3.34
3.18
3.03
9.49
9.04
8.62
9.05
0.44
392
392
392
0.50
0.50
0.50
3.18
3.18
3.18
9.04
9.04
9.04
9.04
0.00
392
389
395
0.50
0.57
0.44
3.18
3.68
2.75
9.04
10.45
7.82
9.11
1.31
394
396
392
0.46
0.42
0.50
2.89
2.63
3.18
9.76
8.87
10.75
9.79
0.94
395
393
394
0.44
0.48
0.46
2.75
3.03
2.89
9.30
10.25
9.76
9.77
0.47
394
394
394
0.46
0.46
0.46
2.89
2.89
2.89
9.76
9.76
9.76
9.76
0.00
Sampel
Tanah A
CaCl2
Tanah B
Tanah C
Air
Tanah A
Konsentrasi (ppm)
Rerata
SD
0.318
0.318
0.318
0.15
0.15
0.15
0.97
0.97
0.97
0.97
0.00
0.319
0.318
0.32
0.15
0.15
0.15
0.98
0.97
0.99
0.98
0.01
0.32
0.32
0.317
0.15
0.15
0.15
0.99
0.99
0.96
0.98
0.01
0.322
0.322
0.322
0.15
0.15
0.15
0.90
0.90
0.90
0.90
0.00
0.326
0.326
0.326
0.16
0.16
0.16
0.94
0.94
0.94
0.94
0.00
0.328
0.328
0.328
0.16
0.16
0.16
0.95
0.95
0.95
0.95
0.00
0.43
0.43
0.424
0.29
0.29
0.29
1.93
1.93
1.88
1.92
0.03
0.428
0.429
0.427
0.29
0.29
0.29
1.92
1.93
1.91
1.92
0.01
0.429
0.43
0.431
0.29
0.29
0.29
1.93
1.93
1.94
1.93
0.01
0.784
0.783
0.785
0.76
0.75
0.76
4.99
4.98
5.00
4.99
0.01
0.787
0.787
0.787
0.76
0.76
0.76
5.01
5.01
5.01
5.01
0.00
0.787
0.787
0.787
0.76
0.76
0.76
5.01
5.01
5.01
5.01
0.00
74
Tanah B
Tanah C
0.423
0.423
0.423
0.28
0.28
0.28
4.22
4.22
4.22
4.22
0.00
0.423
0.423
0.423
0.28
0.28
0.28
4.22
4.22
4.22
4.22
0.00
0.423
0.423
0.39
0.28
0.28
0.24
4.22
4.22
3.58
4.01
0.37
0.644
0.645
0.646
0.57
0.57
0.58
18.90
18.94
18.98
18.94
0.04
0.647
0.647
0.647
0.58
0.58
0.58
19.03
19.03
19.03
19.03
0.00
0.648
0.647
0.646
0.58
0.58
0.58
19.07
19.03
18.98
19.03
0.04
Sampel
Tanah A
CaCl2
Tanah B
Tanah C
Tanah A
Air
Tanah B
Tanah C
mV
262
261
262
276
275
275
281
280
280
260
259
259
266
262
263
277
276
277
263
261
262
275
275
274
281
283
279
260
259
259
266
265
263
278
276
277
x
264
261
259
277
275
273
278
280
281
257
259
259
260
262
263
279
279
277
-0.10
-0.12
-0.10
0.18
0.16
0.16
0.28
0.26
0.26
-0.14
-0.16
-0.16
-0.02
-0.10
-0.08
0.20
0.18
0.20
-0.08
-0.12
-0.10
0.16
0.16
0.14
0.28
0.31
0.24
-0.14
-0.16
-0.16
-0.02
-0.04
-0.08
0.22
0.18
0.20
-0.06
-0.12
-0.16
0.20
0.16
0.12
0.22
0.26
0.28
-0.19
-0.16
-0.16
-0.14
-0.10
-0.08
0.24
0.24
0.20
Konsentrasi basah
(ppm)
0.80
0.84
0.88
0.76
0.76
0.76
0.80
0.80
0.70
1.51
1.44
1.57
1.44
1.44
1.44
1.44
1.38
1.31
1.89
1.89
1.65
1.80
2.06
1.80
1.80
1.72
1.89
0.73
0.73
0.64
0.70
0.70
0.70
0.70
0.70
0.70
0.96
0.96
0.73
0.80
0.92
0.80
0.84
0.84
0.84
1.57
1.65
1.72
1.51
1.51
1.72
1.57
1.57
1.57
Konsentrasi kering
(ppm)
2.64
2.76
2.89
2.52
2.52
2.52
2.64
2.64
2.31
4.48
4.28
4.68
4.28
4.28
4.28
4.28
4.09
3.91
6.22
6.22
5.44
5.95
6.81
5.95
5.95
5.69
6.22
2.41
2.41
2.11
2.31
2.31
2.31
2.31
2.31
2.31
2.85
2.85
2.17
2.38
2.73
2.38
2.49
2.49
2.49
5.20
5.44
5.69
4.97
4.97
5.69
5.20
5.20
5.20
Rerata
SD
2.76
2.52
2.53
4.48
4.28
4.09
5.96
6.24
5.95
2.31
2.31
2.31
2.63
2.50
2.49
5.44
5.21
5.20
0.12
0.00
0.19
0.20
0.00
0.18
0.46
0.50
0.27
0.18
0.00
0.00
0.39
0.20
0.00
0.25
0.42
0.00
75
76
S=
x x
1
1
S n + n
36.94 3.94
1 1
0.74 3 + 3
Ekstraktan
CaCl2
Air
Sampel
Tanah A
Tanah B
Tanah C
Tanah A
Tanah B
Tanah C
= 54.82
x1
36.94
32.26
37.73
11.79
9.07
9.78
x2
3.94
2.29
7.67
-96.16
-161.17
-91.52
S1^2
1.04
2.01
1.47
0.28
0.34
0.22
S2^2
0.05
0.07
0.12
159.92
75.89
16.11
t-eks
54.82
36.04
41.23
14.77
33.77
13.60
2. Amonium
Contoh perhitungan :
Mencari nilai teks untuk kalium pada tanah A menggunakan ekstraktan CaCl2
S=
S=
77
x x
1
1
S n + n
2.61 0.97
1 1
0.08 3 + 3
Ekstraktan
CaCl2
Air
Sampel
Tanah A
Tanah B
Tanah C
Tanah A
Tanah B
Tanah C
= 26.61
x1
2.61
4.29
6.05
2.31
2.54
5.28
x2
0.97
0.93
1.92
5.00
4.15
19.00
s1^2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.02
0.00
s2^2
0.01
0.02
0.17
0.00
0.04
0.05
t-eks
26.61
45.06
17.54
-79.33
-12.05
-106.87