PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PLEURA
Pleura merupakan membran serosa yang tersusun dari lapisan sel yang
embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrional dan bersifat memungkinkan
organ yang diliputinya mampu berkembang, mengalami retraksi atau deformasi sesuai
dengan proses perkembangan anatomis dan fisiologis suatu organisme.1,2
Pleura viseral membatasi permukaan luar parenkim paru termasuk fisura
interlobaris, sementara pleura parietal membatasi dinding dada yang tersusun dari otot
dada dan tulang iga, serta diafragma, mediastinum dan struktur servikal 3
Pleura viseral dan parietal memiliki perbedaan inervasi dan vaskularisasi.
Pleura viseral diinervasi saraf-saraf otonom dan mendapat aliran darah dari sirkulasi
pulmoner, sementara pleura parietal diinervasi saraf-saraf interkostalis dan nervus
frenikusserta mendapat aliran darah sistemik. yang meliputi masing-masing paru.
Pleura parietal berkembang dari bagian rongga pleura yang menghadap ke pleura
viseral4
Pleura viseral dan pleura parietal terpisah oleh rongga pleura yang mengandung
sejumlah tertentu cairan pleura.
Pleura normal memiliki permukaan licin, mengkilap dan semitransparan. Luas
permukaan pleura viseral sekitar 4.000 cm pada laki-laki dewasa dengan berat badan 70
kg.
Pleura parietal terbagi dalam beberapa bagian, yaitu pleura kostalis yang
berbatasan dengan iga dan otot-otot interkostal, pleura diafragmatik, pleura servikal atau
kupulan sepanjang 2-3 cm menyusur sepertiga medial klavikula di belakang otot-otot
sternokleidomastoid
mediastinum.
dan
pleura
mediastinal
yang
membungkus
organ-organ
5,6
Bagian inferior pleura parietal dorsal dan ventral mediastinum tertarik menuju
rongga toraks seiring perkembangan organ paru dan bertahan hingga dewasa sebagai
jaringan ligamentum pulmoner, menyusur vertikal dari hilus menuju diafragma
membagi rongga pleura menjadi rongga anterior dan posterior. Ligamentum pulmoner
memiliki pembuluh limfatik besar yang merupakan potensi penyebab efusi pada kasus
traumatik.4
Pleura kostalis mendapat sirkulasi darah dari arteri mammaria interkostalis dan
internalis. Pleura mediastinal mendapat sirkulasi darah dari arteri bronkialis,
diafragmatik superior, mammaria interna dan mediastinum. Pleura servikalis mendapat
sirkulasi darah dari arteri subklavia. Pleura diafragmatik mendapat sirkulasi darah dari
cabang-cabang arteri 6,7 mammaria interna serta aorta toraksika dan abdominis. Vena
pleura parietal mengikut jalur arteri dan kembali menuju vena kava superior melalui
vena azigos. Pleura viseral mendapat sirkulasi darah dari arteri bronkialis menuju vena
pulmonaris.5,6
Ujung saraf sensorik berada di pleura parietal kostalis dan diafragmatika. Pleura
kostalis diinervasi oleh saraf interkostalis, bagian tengah pleura diafragmatika oleh saraf
frenikus. Stimulasi oleh inflamasi dan iritasipleura parietal menimbulkan sensasi nyeri
dinding dada dan nyeri tumpul pada bahu ipsilateral. Tidak ada jaras nyeri pada pleura
viseral walaupun secara luas diinervasi oleh nervus vagus dan trunkus simpatikus.
Eliminasi akumulasi cairan pleura terutama diatur oleh sistem limfatik sistemik di
pleura parietal. Cairan masuk ke dalam rongga pleura melalui arteriol interkostalis
pleura parietal melewati mesotel dan kembali ke sirkulasi melalui stoma pada pleura
3
parietal yang terbuka langsung menuju sistem limfatik. Pleksus limfatikus superfi sialis
terletak pada jaringan ikat di lapisan subpleura viseral dan bermuara di pembuluh limfe
septa lobularis dan lobaris. Jaringan limfatikus ini dari pleura kostalis menyusur ventral
menuju nodus limfatik sepanjang arteri mammaria interna atau dorsal menuju ujung
sendi kostosternal, dari pleura mediastinal menuju nodus limfatikus trakeobronkial dan
mediastinum, dan dari pleura diafragmatik menuju nodus parasternal, frenikus medialis
dan mediastinum superior.
Cairan pleura tidak masuk ke dalam pleksus limfatikus di pleura viseral karena
pleura viseral lebih tebal dibandingkan pleura parietal sehingga tidak terjadi pergerakan
cairan dari rongga pleura ke pleura viseral.8
Gangguan duktus torasikus karena limfoma maupun trauma menyebabkan
akumulasi cairan limfe di rongga pleura menyebabkan chylothorax.50
1.1
PERSARAFAN 12
Pleura viseralis tidak sensitif terhadap nyeri, sedangkan pleura parientalis
sangat sensitif dengan serat-serat aferen yang terdapat di nyeri intercostalis dan n.
Phrenicus
EFUSI PLEURA
2.1
DEFINISI
Efusi pleura adalah penumpukan cairan yang berlebihan didalam rongga
pleura
2.2
ETIOLOGI
peritoneal
- sumbatan duktus toraksikus
B.Penurunan absorbsi cairan pleura
- obstruksi saluran limfe parietal
- peningkatan tekanan vaskuler sistemik
* sindrom vena cava superior atau
* gagal jantung kanan
2.3
2.4
Nyeri dada
Kesulitan bernapas
Keletihan
Batuk
PENEGAKAN DIAGNOSA
A. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
cembung
Palpasi
Perkusi
:pekak
B. Pemeriksaan penunjang10
1.Pemeriksaan Radiologi
a. Foto toraks
2. Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura (cairan torakosintesis) berguna sebagai sarana
untuk diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan
pada pasien dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah
paru sela iga garis aksilaris posterior dengan memakai abbocath nomor 14
atau 16. Pengeluaran cairan pelura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc
pada setiap kali aspirasi. Aspirasi lebih baik dikerjakan berulang-ulang dari
pada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleura shock
(hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru dapat terjadi karena paru-paru
mengembang terlalu cepat.
3.Transudat
Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik
dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi
pleura akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya.Biasanya terdapat pada :
4. Biopsi
Biopsi pleura perlu dipikirkan setelah hasil pemeriksaan sitologik
ternyata negatif. Diagnosa keganasaan dapat ditegakkan dengan biopsi
pleura tertutup pada 60% penderita. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa biopsi yang dilakukan berulang( 2 sampai 4 kali) dapat meningkatkan
diagnosis sebesar 24 %. Biopsi pleura dapat dilakukan dengan jarum.
5.Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan (sero-xanthoctrorne). Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada trauma, infrak
paru, keganasan. Dan adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning
kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema. Bila merah
coklat, ini menunjukkan adanya abses karena amuba.
6.Biokimia
Secara biokimia diperiksa juga cairan pleura:
Kadar ph dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakitpenyakit infeksi, artritis reumatoid dan neoplasma
7.Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang
permeabelnya
abnormal
dan
berisi
protein
berkonsentrasi
tinggi
2.5
PENATALAKSANAAN
Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit dikeluar atau bila
empisemanya multilokular, perlu tindakan operastif
a. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasaan dan efusi rekuren lain. Diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk meletakan kedua
lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
3.TB PARU
3.1 DEFINISI
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan
oleh
Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma
pada jaringan yang terinfeksi.
3.2 ETIOLOGI
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan
batang aerob tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas
dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi
adalah M. Bovis dan M.Avium.
3.3 EPIDEMIOLOGI
Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
1 . Reservour, sumber dan penularan manusia adalah reservour paling umum,
sekret
karena
itu
luas
total
c.Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
d.Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
(menimbulkan pleuritis)
e.Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan
turun, sakit kepala,meriang, nyeri otot, keringat malam.
3.6 PEMERIKSAAN
Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah 48 72 jam; dengan hasil
positif bila terdapat indurasi diameter lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9
mm. Uji tuberkulin bisa diulang setelah 1-2 minggu. Pada anak yang telah
mendapt BCG, diameter indurasi 15 mm ke atas baru dinyatakan positif,
sedangkan pada anak kontrak erat dengan penderita TBC aktif, diameter
indurasi 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkanoleh keadaan infeksi
berat, pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia),dapat
pula oleh gizi buruk, morbili, varicella dan penyakit infeksi lain.
Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nils
, paratrakeal, dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusipieura, kavitas
dan gambaran milier. Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari
bilasan lambung, namun memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis,
beberapa diantaranya dengan cara ELISA (enzyime linked immunoabserben
assay)
untuk
mendeteksi
antibody
atau
uji
peroxidase
anti
dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan
dalam pengobatan penderita yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,
dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu
penderita dalam satu masa pengobatan.
Katagori
Rumus
2HRZE/
Indikasi
4H3R3
Tahap intensif
Penderita
baru Selama
TB
BTA frekuensi
paru
bulan, Selama
1
kali bulan,
positif.
Tahap lanjutan
TB jumlah
Penderita
paru
60
jumlah 54 kali
menelan obat.
negatiffoto toraks
posit
Penderita
TB
ekstra paru
II
2HRZES/
HRZE/
5H3R3E3
Penderita
Selama
kambuh (relaps)
Penderita gagal
Penderita dengan
60
kali
bulan Selama
menelan jumlah
obat.
pengobatan
66
Satu
setelah
3kali
total
kali
putus berobat
berikutnya selama 1
(default)
30
kali
menelan obat.
Anak
2RHZ/
Prinsip
dasar Selama
bulan Selama
4RH
bulan
hari
4
setiap
dan diberikan
dalam waktu 6 bulan.
12
Dosis
obat
disesuaikan
harus
dengan
berat
badan anak.
Meninggal adalah penderita yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab
apapun.
Pindah adalah penderita yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang
lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui. Default (Putus berobat) adalah
penderita yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
Gagal adalah penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
pengobatan diperlukan seorang PMO. Persyaratan untuk menjadi PMO yaitu seseorang
yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun penderita,
selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita, seseorang yang tinggal dekat
dengan penderita, bersedia membantu penderita dengan sukarela dan bersedia dilatih
atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita.
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat,
Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan
yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI
(Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia), PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga.
14
BAB III
CATATAN MEDIK PASIEN
No. Reg. RS : 218273
Nama Lengkap : Tn.Antonius Sitohang
Tanggal Lahir : -
Umur : 30 Tahun
Alamat :
No. Telepon : -
Pekerjaan : -
Status: Kawin
Pendidikan : -
Dokter Muda
ANAMNESIS
Alloanamnesis
Autoanamnesis
: Sesak Napas
:
Tanggal
Penyakit
Tidak ingat
Sesak Napas
RIWAYAT KELUARGA
Tempat
Pengobatan
Perawatan
Operasi
RSU Porsea
Tidak jelas
dan
Tidak ada
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat imunisasi
Riwayat alergi
Tahun
Bahan / obat
Gejala
Tahun
Jenis imunisasi
Hobi
:-
Olah Raga
:-
Minum Alcohol
: (+)
Hubungan Seks
Abdomen :
Endokrin
Metabolik:
tidak
ada
kelainan
Mulut dan Tenggorokan: tidak ada Musculoskeletal: tidak ada kelainan
kelainan
Pernafasan : sesak nafas
Emosi :stabil
Vaskuler :
DESKRIPSI UMUM
Kesan Sakit
Ringan
Sedang
Berat
Gizi:
Berat Badan : 53 Kg
kg/m2
TANDA VITAL
Kesadaran:
Compos Mentis
Nadi
Frekuensi 93x/i
Tekanan darah
Berbaring:
Duduk:
Lengan kanan:
mmHg
Lengan kiri
Lengan kiri
mmHg
Temperatur
Aksila: 36,3 C
Pernafasan
Frekuensi: 27 x/menit
Deskripsi: thoracalminaltorakal
17
KULIT :
Tidak dijumpai kelainan
TELINGA:
Dalam batas normal
HIDUNG:
Dalam batas normal
MATA
Conjunctiva palp. inf. Pucat (-) , sklera ikterik (-) ,
RC (+)/(+), Pupil Isokor, ki = ka, - mm
18
TORAKS
Depan
Belakang
Inspeksi
Simetris fusiform
Simetris fusiform
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
SP: Vesikuler
SP: Vesikuler
JANTUNG
Batas Jantung Relatif: Atas
ABDOMEN
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Soepel, H/L/R :tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-), undulasi (-),
massa (-),
Perkusi
Auskultasi
PUNGGUNG
(-), tapping pain
EKSTREMITAS:
Superior: oedem (-)/(-)
Inferior: oedem (-)/(-)
19
ALAT KELAMIN:
Tidak dilakukan pemeriksaan
REKTUM:
Tidak dilakukan pemeriksaan
NEUROLOGI:
Tidak dilakukan pemeriksaan
BICARA:
Dalam batas normal
PEMERIKSAAN LAB
Darah Lengkap
Nilai
Nilai Rujukan
Hb
10,5 g/dl
13-16
Leukosit
14.500 g/dl
4.000-10.000/mm3
Trombosit
229.000 /mm3
250.000/mm3
Hematokrit
32 %
45-55 %
MCV
85-95gr/dl
MCH
28-32gr/dl
MCHC
32-36 gr/dl
20
FOTO TORAKS
Interprestasi:
Infiltrat
21
No. RM : 218273
1. KELUHAN UTAMA
: Sesak Napas
2. ANAMNESIS
Pasien datang ke Rumah Sakit Balige dengan keluhan sesak napas. Sesak di rasakan os 2 tahun.
Sesak dirasakan os pada saat beraktivitas dan tidak beraktivitas. Os juga mengeluhkan batauk
berdahak 2 tahun, dahak berwarna putih, mual dan muntah (+), demam (+), keringat malam (+). Os
juga mengalami penurunan berat badan mencapai 10 kg. Os ada riwayat rokok (+), alkohol (+), os
juga suka minum kopi (+). BAB (+), BAK (+) berwarna merah. Os juga sudah pernah berobat
dirumah sakit porsea, os sudah sembuh dan kambuh lagi dengan keluhan yang sama.
3. PEMERIKSAAN FISIK :
- Vital Sign (di IGD) :
RR : 27 kali/menit
T : 360C
Sp O2: 98%
22
RENCANA AWAL
Nama Penderita :Tn. Antonius Sitohang
No. RM. :
9 6
Rencana yang akan dilakukan masing-masing masalah (meliputi rencana untuk diagnosa, penatalaksanaan
dan edukasi)
No.
Masalah
Rencana Diagnosa
Rencana Terapi
Rencana
Rencana Edukasi
Monitoring
1.
Hydropneumo
toraks
Demam (+)
Paru
- O2 2-4 lpm
Pneumonia
DPL
KGD
Foto Rotgen
23
Tanggal
23/12/2014
P
Therapy
Diagnostics
Kesadaran:
Compos Efusi pleura ec. TB - O2 2-4 lpm
mentis.
Nyeri dada (-)
Paru
IVFD Nacl 0,9% 20 ggt/i
TD : 90/70 mmHg
Demam (-)
Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
HR : 110x/menit
Inj paracetamol 500 mg/12jam
Nyeri
bekas
RR : 20x/menit
operasi (+)
Inj Streptomisin 1000mg/H
Temp: 35,7oC
RHZE 450/300/1000/1000
SpO2 : 84%
Curcuma 2x1
Tramadol 500mg 3x1
- O2 4-6 lpm
24/12/2014
Kesadaran:
Compos
Nyeri dada (+)
Efusi pleura ec. IVFD Nacl 0,9% 20 ggt/i/12 jam
mentis.
Batuk
(+),
TB paru
IVFD Kalbamin 20 tpm / 12jam
TD : 90/70mmHg
Berdahak (+)
HR : 119x/menit
Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
RR : 32x/menit
Inj paracetamol 500 mg/12jam
Temp: 36oC
Inj Streptomisin 1000mg/H
SpO2 : 93%
RHZE 450/300/1000/1000
Curcuma 2x1
Tramadol 500mg 3x1
Ambroxol syr 3 x 1
24
25/12/2014
Kesadaran:
Compos Efusi pleura ec. O2 4-6 lpm
mentis.
TB Paru
IVFD Nacl 0,9% 20 ggt/i/12 jam
TD : 100/80mmHg
IVFD Kalbamin 20 tpm / 12jam
HR : 106x/menit
Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
RR : 28x/menit
Inj paracetamol 500 mg/12jam
Temp: 36oC
SpO2 : 99%
Inj Streptomisin 1000mg/H
RHZE 450/300/1000/1000
Curcuma 2x1
Tramadol 500mg 3x1
Ambroxol syr 3 x 1
Inj keterolac 1 amp / 24 jam
26/12/2014
Kesadaran:
Compos Efusi pleura ec. O2 4-6 lpm Nasal Kanul
mentis.
TB.Paru
IVFD Nacl 0,9% 20 ggt/i/12 jam
TD : 100/80mmHg
IVFD Kalbamin 20 tpm / 12jam
HR : 106x/menit
Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
RR : 28x/menit
Ambroxol syr 3 x 1
Temp: 36oC
Inj keterolac 30 gr/iv/bila nyeri
25
27/12/2014
Kesadaran:
Compos
mentis.
TD : 100/80mmHg
HR : 110x/menit
RR : 28x/menit
Temp: 36oC
SpO2 : 90%
28/12/2014
Kesadaran:
Compos
mentis.
TD : 100/80mmHg
HR : 110x/menit
RR : 28x/menit
Temp: 36oC
SpO2 : 87%
26
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PLEURA
Pleura merupakan membran serosa yang tersusun dari lapisan sel yang
embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrional dan bersifat memungkinkan
organ yang diliputinya mampu berkembang, mengalami retraksi atau deformasi sesuai
dengan proses perkembangan anatomis dan fisiologis suatu organisme.1,2
Pleura viseral membatasi permukaan luar parenkim paru termasuk fisura
interlobaris, sementara pleura parietal membatasi dinding dada yang tersusun dari otot
dada dan tulang iga, serta diafragma, mediastinum dan struktur servikal 3
Pleura viseral dan parietal memiliki perbedaan inervasi dan vaskularisasi.
Pleura viseral diinervasi saraf-saraf otonom dan mendapat aliran darah dari sirkulasi
pulmoner, sementara pleura parietal diinervasi saraf-saraf interkostalis dan nervus
frenikusserta mendapat aliran darah sistemik. yang meliputi masing-masing paru.
Pleura parietal berkembang dari bagian rongga pleura yang menghadap ke pleura
viseral4
Pleura viseral dan pleura parietal terpisah oleh rongga pleura yang mengandung
sejumlah tertentu cairan pleura.
Pleura normal memiliki permukaan licin, mengkilap dan semitransparan. Luas
permukaan pleura viseral sekitar 4.000 cm pada laki-laki dewasa dengan berat badan 70
kg.
Pleura parietal terbagi dalam beberapa bagian, yaitu pleura kostalis yang
berbatasan dengan iga dan otot-otot interkostal, pleura diafragmatik, pleura servikal atau
kupulan sepanjang 2-3 cm menyusur sepertiga medial klavikula di belakang otot-otot
sternokleidomastoid
mediastinum.
dan
pleura
mediastinal
yang
membungkus
organ-organ
5,6
Bagian inferior pleura parietal dorsal dan ventral mediastinum tertarik menuju
rongga toraks seiring perkembangan organ paru dan bertahan hingga dewasa sebagai
jaringan ligamentum pulmoner, menyusur vertikal dari hilus menuju diafragma
membagi rongga pleura menjadi rongga anterior dan posterior. Ligamentum pulmoner
memiliki pembuluh limfatik besar yang merupakan potensi penyebab efusi pada kasus
traumatik.4
Pleura kostalis mendapat sirkulasi darah dari arteri mammaria interkostalis dan
internalis. Pleura mediastinal mendapat sirkulasi darah dari arteri bronkialis,
diafragmatik superior, mammaria interna dan mediastinum. Pleura servikalis mendapat
sirkulasi darah dari arteri subklavia. Pleura diafragmatik mendapat sirkulasi darah dari
cabang-cabang arteri 6,7 mammaria interna serta aorta toraksika dan abdominis. Vena
pleura parietal mengikut jalur arteri dan kembali menuju vena kava superior melalui
vena azigos. Pleura viseral mendapat sirkulasi darah dari arteri bronkialis menuju vena
pulmonaris.5,6
Ujung saraf sensorik berada di pleura parietal kostalis dan diafragmatika. Pleura
kostalis diinervasi oleh saraf interkostalis, bagian tengah pleura diafragmatika oleh saraf
frenikus. Stimulasi oleh inflamasi dan iritasipleura parietal menimbulkan sensasi nyeri
dinding dada dan nyeri tumpul pada bahu ipsilateral. Tidak ada jaras nyeri pada pleura
viseral walaupun secara luas diinervasi oleh nervus vagus dan trunkus simpatikus.
Eliminasi akumulasi cairan pleura terutama diatur oleh sistem limfatik sistemik di
pleura parietal. Cairan masuk ke dalam rongga pleura melalui arteriol interkostalis
pleura parietal melewati mesotel dan kembali ke sirkulasi melalui stoma pada pleura
3
parietal yang terbuka langsung menuju sistem limfatik. Pleksus limfatikus superfi sialis
terletak pada jaringan ikat di lapisan subpleura viseral dan bermuara di pembuluh limfe
septa lobularis dan lobaris. Jaringan limfatikus ini dari pleura kostalis menyusur ventral
menuju nodus limfatik sepanjang arteri mammaria interna atau dorsal menuju ujung
sendi kostosternal, dari pleura mediastinal menuju nodus limfatikus trakeobronkial dan
mediastinum, dan dari pleura diafragmatik menuju nodus parasternal, frenikus medialis
dan mediastinum superior.
Cairan pleura tidak masuk ke dalam pleksus limfatikus di pleura viseral karena
pleura viseral lebih tebal dibandingkan pleura parietal sehingga tidak terjadi pergerakan
cairan dari rongga pleura ke pleura viseral.8
Gangguan duktus torasikus karena limfoma maupun trauma menyebabkan
akumulasi cairan limfe di rongga pleura menyebabkan chylothorax.50
1.1
PERSARAFAN 12
Pleura viseralis tidak sensitif terhadap nyeri, sedangkan pleura parientalis
sangat sensitif dengan serat-serat aferen yang terdapat di nyeri intercostalis dan n.
Phrenicus
EFUSI PLEURA
2.1
DEFINISI
Efusi pleura adalah penumpukan cairan yang berlebihan didalam rongga
pleura
2.2
ETIOLOGI
peritoneal
- sumbatan duktus toraksikus
B.Penurunan absorbsi cairan pleura
- obstruksi saluran limfe parietal
- peningkatan tekanan vaskuler sistemik
* sindrom vena cava superior atau
* gagal jantung kanan
2.3
2.4
Nyeri dada
Kesulitan bernapas
Keletihan
Batuk
PENEGAKAN DIAGNOSA
A. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
cembung
Palpasi
Perkusi
:pekak
B. Pemeriksaan penunjang10
1.Pemeriksaan Radiologi
a. Foto toraks
2. Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura (cairan torakosintesis) berguna sebagai sarana
untuk diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan
pada pasien dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah
paru sela iga garis aksilaris posterior dengan memakai abbocath nomor 14
atau 16. Pengeluaran cairan pelura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc
pada setiap kali aspirasi. Aspirasi lebih baik dikerjakan berulang-ulang dari
pada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleura shock
(hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru dapat terjadi karena paru-paru
mengembang terlalu cepat.
3.Transudat
Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik
dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi
pleura akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya.Biasanya terdapat pada :
4. Biopsi
Biopsi pleura perlu dipikirkan setelah hasil pemeriksaan sitologik
ternyata negatif. Diagnosa keganasaan dapat ditegakkan dengan biopsi
pleura tertutup pada 60% penderita. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa biopsi yang dilakukan berulang( 2 sampai 4 kali) dapat meningkatkan
diagnosis sebesar 24 %. Biopsi pleura dapat dilakukan dengan jarum.
5.Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan (sero-xanthoctrorne). Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada trauma, infrak
paru, keganasan. Dan adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning
kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema. Bila merah
coklat, ini menunjukkan adanya abses karena amuba.
6.Biokimia
Secara biokimia diperiksa juga cairan pleura:
Kadar ph dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakitpenyakit infeksi, artritis reumatoid dan neoplasma
7.Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang
permeabelnya
abnormal
dan
berisi
protein
berkonsentrasi
tinggi
2.5
PENATALAKSANAAN
Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit dikeluar atau bila
empisemanya multilokular, perlu tindakan operastif
a. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasaan dan efusi rekuren lain. Diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk meletakan kedua
lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
3.TB PARU
3.1 DEFINISI
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan
oleh
Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma
pada jaringan yang terinfeksi.
3.2 ETIOLOGI
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan
batang aerob tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas
dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi
adalah M. Bovis dan M.Avium.
3.3 EPIDEMIOLOGI
Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
1 . Reservour, sumber dan penularan manusia adalah reservour paling umum,
sekret
karena
itu
luas
total
c.Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
d.Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
(menimbulkan pleuritis)
e.Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan
turun, sakit kepala,meriang, nyeri otot, keringat malam.
3.6 PEMERIKSAAN
Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah 48 72 jam; dengan hasil
positif bila terdapat indurasi diameter lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9
mm. Uji tuberkulin bisa diulang setelah 1-2 minggu. Pada anak yang telah
mendapt BCG, diameter indurasi 15 mm ke atas baru dinyatakan positif,
sedangkan pada anak kontrak erat dengan penderita TBC aktif, diameter
indurasi 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkanoleh keadaan infeksi
berat, pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia),dapat
pula oleh gizi buruk, morbili, varicella dan penyakit infeksi lain.
Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nils
, paratrakeal, dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusipieura, kavitas
dan gambaran milier. Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari
bilasan lambung, namun memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis,
beberapa diantaranya dengan cara ELISA (enzyime linked immunoabserben
assay)
untuk
mendeteksi
antibody
atau
uji
peroxidase
anti
dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan
dalam pengobatan penderita yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,
dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu
penderita dalam satu masa pengobatan.
Katagori
Rumus
2HRZE/
Indikasi
4H3R3
Tahap intensif
Penderita
baru Selama
TB
BTA frekuensi
paru
bulan, Selama
1
kali bulan,
positif.
Tahap lanjutan
TB jumlah
Penderita
paru
60
jumlah 54 kali
menelan obat.
negatiffoto toraks
posit
Penderita
TB
ekstra paru
II
2HRZES/
HRZE/
5H3R3E3
Penderita
Selama
kambuh (relaps)
Penderita gagal
Penderita dengan
60
kali
bulan Selama
menelan jumlah
obat.
pengobatan
66
Satu
setelah
3kali
total
kali
putus berobat
berikutnya selama 1
(default)
30
kali
menelan obat.
Anak
2RHZ/
Prinsip
dasar Selama
bulan Selama
4RH
bulan
hari
4
setiap
dan diberikan
dalam waktu 6 bulan.
12
Dosis
obat
disesuaikan
harus
dengan
berat
badan anak.
Meninggal adalah penderita yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab
apapun.
Pindah adalah penderita yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang
lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui. Default (Putus berobat) adalah
penderita yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
Gagal adalah penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
pengobatan diperlukan seorang PMO. Persyaratan untuk menjadi PMO yaitu seseorang
yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun penderita,
selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita, seseorang yang tinggal dekat
dengan penderita, bersedia membantu penderita dengan sukarela dan bersedia dilatih
atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita.
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat,
Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan
yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI
(Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia), PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga.
14
BAB III
CATATAN MEDIK PASIEN
No. Reg. RS : 218273
Nama Lengkap : Tn.Antonius Sitohang
Tanggal Lahir : -
Umur : 30 Tahun
Alamat :
No. Telepon : -
Pekerjaan : -
Status: Kawin
Pendidikan : -
Dokter Muda
ANAMNESIS
Alloanamnesis
Autoanamnesis
: Sesak Napas
:
Tanggal
Penyakit
Tidak ingat
Sesak Napas
RIWAYAT KELUARGA
Tempat
Pengobatan
Perawatan
Operasi
RSU Porsea
Tidak jelas
dan
Tidak ada
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat imunisasi
Riwayat alergi
Tahun
Bahan / obat
Gejala
Tahun
Jenis imunisasi
Hobi
:-
Olah Raga
:-
Minum Alcohol
: (+)
Hubungan Seks
Abdomen :
Endokrin
Metabolik:
tidak
ada
kelainan
Mulut dan Tenggorokan: tidak ada Musculoskeletal: tidak ada kelainan
kelainan
Pernafasan : sesak nafas
Emosi :stabil
Vaskuler :
DESKRIPSI UMUM
Kesan Sakit
Ringan
Sedang
Berat
Gizi:
Berat Badan : 53 Kg
kg/m2
TANDA VITAL
Kesadaran:
Compos Mentis
Nadi
Frekuensi 93x/i
Tekanan darah
Berbaring:
Duduk:
Lengan kanan:
mmHg
Lengan kiri
Lengan kiri
mmHg
Temperatur
Aksila: 36,3 C
Pernafasan
Frekuensi: 27 x/menit
Deskripsi: thoracalminaltorakal
17
KULIT :
Tidak dijumpai kelainan
TELINGA:
Dalam batas normal
HIDUNG:
Dalam batas normal
MATA
Conjunctiva palp. inf. Pucat (-) , sklera ikterik (-) ,
RC (+)/(+), Pupil Isokor, ki = ka, - mm
18
TORAKS
Depan
Belakang
Inspeksi
Simetris fusiform
Simetris fusiform
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
SP: Vesikuler
SP: Vesikuler
JANTUNG
Batas Jantung Relatif: Atas
ABDOMEN
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Soepel, H/L/R :tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-), undulasi (-),
massa (-),
Perkusi
Auskultasi
PUNGGUNG
(-), tapping pain
EKSTREMITAS:
Superior: oedem (-)/(-)
Inferior: oedem (-)/(-)
19
ALAT KELAMIN:
Tidak dilakukan pemeriksaan
REKTUM:
Tidak dilakukan pemeriksaan
NEUROLOGI:
Tidak dilakukan pemeriksaan
BICARA:
Dalam batas normal
PEMERIKSAAN LAB
Darah Lengkap
Nilai
Nilai Rujukan
Hb
10,5 g/dl
13-16
Leukosit
14.500 g/dl
4.000-10.000/mm3
Trombosit
229.000 /mm3
250.000/mm3
Hematokrit
32 %
45-55 %
MCV
85-95gr/dl
MCH
28-32gr/dl
MCHC
32-36 gr/dl
20
FOTO TORAKS
Interprestasi:
Infiltrat
21
No. RM : 218273
1. KELUHAN UTAMA
: Sesak Napas
2. ANAMNESIS
Pasien datang ke Rumah Sakit Balige dengan keluhan sesak napas. Sesak di rasakan os 2 tahun.
Sesak dirasakan os pada saat beraktivitas dan tidak beraktivitas. Os juga mengeluhkan batauk
berdahak 2 tahun, dahak berwarna putih, mual dan muntah (+), demam (+), keringat malam (+). Os
juga mengalami penurunan berat badan mencapai 10 kg. Os ada riwayat rokok (+), alkohol (+), os
juga suka minum kopi (+). BAB (+), BAK (+) berwarna merah. Os juga sudah pernah berobat
dirumah sakit porsea, os sudah sembuh dan kambuh lagi dengan keluhan yang sama.
3. PEMERIKSAAN FISIK :
- Vital Sign (di IGD) :
RR : 27 kali/menit
T : 360C
Sp O2: 98%
22
RENCANA AWAL
Nama Penderita :Tn. Antonius Sitohang
No. RM. :
9 6
Rencana yang akan dilakukan masing-masing masalah (meliputi rencana untuk diagnosa, penatalaksanaan
dan edukasi)
No.
Masalah
Rencana Diagnosa
Rencana Terapi
Rencana
Rencana Edukasi
Monitoring
1.
Hydropneumo
toraks
Demam (+)
Paru
- O2 2-4 lpm
Pneumonia
DPL
KGD
Foto Rotgen
23
Tanggal
23/12/2014
P
Therapy
Diagnostics
Kesadaran:
Compos Efusi pleura ec. TB - O2 2-4 lpm
mentis.
Nyeri dada (-)
Paru
IVFD Nacl 0,9% 20 ggt/i
TD : 90/70 mmHg
Demam (-)
Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
HR : 110x/menit
Inj paracetamol 500 mg/12jam
Nyeri
bekas
RR : 20x/menit
operasi (+)
Inj Streptomisin 1000mg/H
Temp: 35,7oC
RHZE 450/300/1000/1000
SpO2 : 84%
Curcuma 2x1
Tramadol 500mg 3x1
- O2 4-6 lpm
24/12/2014
Kesadaran:
Compos
Nyeri dada (+)
Efusi pleura ec. IVFD Nacl 0,9% 20 ggt/i/12 jam
mentis.
Batuk
(+),
TB paru
IVFD Kalbamin 20 tpm / 12jam
TD : 90/70mmHg
Berdahak (+)
HR : 119x/menit
Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
RR : 32x/menit
Inj paracetamol 500 mg/12jam
Temp: 36oC
Inj Streptomisin 1000mg/H
SpO2 : 93%
RHZE 450/300/1000/1000
Curcuma 2x1
Tramadol 500mg 3x1
Ambroxol syr 3 x 1
24
25/12/2014
Kesadaran:
Compos Efusi pleura ec. O2 4-6 lpm
mentis.
TB Paru
IVFD Nacl 0,9% 20 ggt/i/12 jam
TD : 100/80mmHg
IVFD Kalbamin 20 tpm / 12jam
HR : 106x/menit
Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
RR : 28x/menit
Inj paracetamol 500 mg/12jam
Temp: 36oC
SpO2 : 99%
Inj Streptomisin 1000mg/H
RHZE 450/300/1000/1000
Curcuma 2x1
Tramadol 500mg 3x1
Ambroxol syr 3 x 1
Inj keterolac 1 amp / 24 jam
26/12/2014
Kesadaran:
Compos Efusi pleura ec. O2 4-6 lpm Nasal Kanul
mentis.
TB.Paru
IVFD Nacl 0,9% 20 ggt/i/12 jam
TD : 100/80mmHg
IVFD Kalbamin 20 tpm / 12jam
HR : 106x/menit
Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
RR : 28x/menit
Ambroxol syr 3 x 1
Temp: 36oC
Inj keterolac 30 gr/iv/bila nyeri
25
27/12/2014
Kesadaran:
Compos
mentis.
TD : 100/80mmHg
HR : 110x/menit
RR : 28x/menit
Temp: 36oC
SpO2 : 90%
28/12/2014
Kesadaran:
Compos
mentis.
TD : 100/80mmHg
HR : 110x/menit
RR : 28x/menit
Temp: 36oC
SpO2 : 87%
26