DAN MOLEKULER
STRUKTUR DAN FUNGSI ENDOMEMBRAN
DISUSUN OLEH
1.
2.
3.
4.
5.
Desi Nugraheni
Anes Devy A
Rahmadiyono W
Ruchyan Intani
Nurul Endah
(13308141006)
(13308141056)
(13308144063)
(13308141073)
(13308141074)
Membran sel, selain berungsi untuk membatasi sel tetapi ia juga berperan sebagai suatu
sistem yang terdiri dari beberapa komponen, dan melakukan beberapa tugas dalam sel. Tugas
tersebut antara lain sintesis protein, transfer protein, metabolisme pergerakan lipid dan
detoksifikasi. Membran-membran pada sistem dihubugkan melalui sambungan baik fisik
maupun transfer segmen-segmen membran sebagai vesikula. Himpunan membran yang
membentuk unit fungsional baik yang terhubung secara langsung atau bertukar materi
melalui vesikel disebut sistem endomembran. Sistem endomembran mencakup selaput
nukleus,
vakuola,
endoplasma,
aparatus
golgi,
lisosom,
dan
membran
plasma
(campbell.2010).
Retikulum Endoplasma
Semua sel eukariot memiliki retikulum endoplasma (RE). RE bukan merupakan
suatu organel yang statis, tetapi komponen berupa suatu selaput yang dinamis . 50% dari
selaput yang berada pada sel adalah retikulum endoplasma. RE pertama kali diteliti pada
tahun 1902 oleh ilmuwan Italia Emilio Verati. penelitian lebih lanjut dilakukan oleh
Keith Porter tahun 1953. (Reksoatmodjo.1993).
RE terdiri atas jejaring tubulus dan kantungbermembran yang disebut sisterna.
Membran RE memisahkan kompartemen internal RE yang disebut lumen RE atau ruang
sisterna dari sitosol. Ada dua wilayah pada RE yang berbeda dalam hal struktur dan
fungsinya yaitu RE kasar dan RE halus namun keduanya saling terhubung. Disebut RE
halus karena permukaan luarnya tidak terdapat ribosom. Ribosom terletak di permukaan
RE kasar. Ribosom uga melekat pada membran luar selaput nukleus yang menghadap ke
sitoplasma, yang tersambung dengan RE kasar (Campbell. 2010).
P450
beracun yang bersifat hidrofilik diubah menjadi senyawa yang larut dalam air dengan
proses oksidasi. Reaksi ini berlangsung dengan menggunakan oksigen dan NADPH
dengan bantuan katalisator NADPH-sitokrom P450-reduktase dan sitokrom P450.
Senyawa yang dihasilkan bersifat mudah larut dalam air sehigga lebih mudah untuk
dikeluarkan dari tubuh. Proses detoksifikasi berlangsung sebagian besar di hati, namun
juga bisa terjadi di usus, ginjal, paru-paru, dan kulit (Reksoatmodjo, 1993).
b) RE kasar
RE kasar ditandai dengan adanya ribosom yang melekat pada selaputnya. Fungsi
utama RE kasar adalah sintesis protein bersama dengan ribosom. Protein yang dihasilkan
sebagian akan dieksport eksterior sel sebagai sekret contohnya enzim. Sebagian lagi akan
digunakan untuk membangun membran sel baru atau komponen protein organel lainnya
(Djohar, 1984).
Sel yang mensekresi protein oleh ribosom pada RE kasar adalah sel pankreas yang
mensintesis protein insulin dan mensekresikan hormon bersama aliran darah. Membran
RE kasar juga menjaga protein terpisah dari protein yang dihasilkan oleh ribosom bebas
dan akan tetap berada dalam sitosol. Selain sebagai tempat untuk produksi protein, RE
kasar juga berperan dalam pembentukan membran sel (Campbell, 2010).
Melakukan aktifitas metabolic dan sintetik dan memberikan permukaan yang lebih luas untuk
reaksi enzimatik.
Sebagai tempat sirkulasi dan transportasi.
Menyampaikan impuls intraseluler, melalui membrane RE.
Membentuk bungkus inti baru pada pembelahan sel.
Fungsi proteksi sel.
(Djohar, 1984)
2.
Aparatus Golgi
Hampir semua sel eukariot dilengkapi dengan sekelompok kantung yang dikelilingi
membran, disebut badan golgi (aparatus golgi atau diktiosom) Dasar penamaan golgi
adalah dari nama sitologiwan Italia Camillo Golgi yang pertama kali menjelaskan
mengenai organel ini pada akhir abad 19. Badan golgi mempunyai bentuk berupa
kantong pipih yang dikelilingi membran tunggal. Pada ujung aparatus golgi terdapat
katung bulat yang jauh lebih kecil (lehninger, 1983).
Tiap kantung pada aparatus golgi disebut sakulus. Sebuah diktiosom memiliki dua
permukaan yaitu permukan cis atau pembentukan yang berhubungan erat dengan RE
kasar dan permukaan tans atau pemasakan. Di sekitar diktiosom ada dua kelompok
vesikuli. Vesikuli yang terdapat diantara permukaan cis dan RE disebut vesikuli
peralihan sedang vesikuli di tepi permukaan trans disebut vesikuli sekretoris
(Reksoatmodjo, 1993).
Glikosilasi
Pada retikulum endoplasma dan kompleks golgi terjadi satu peristiwa yang
menghubungkan fungsi kerja keduanya. Proses tersebut disebut dengan glikosiasi.
Glikosiasi adalah perakitan protein dan lipid berkarbohidrat tinggi. Sebagian besar
karbohidrat yang berada pada sisterna RE sebelum dibawa ke golgi, lisosom, selaput sel,
atau ruang antar sel merupakan glikoprotein. Rantai oligosakarida ini mempunyai 14
monosakarida yang masing-masing berupa N-asetil-glukoasmin, manosa, dan glukosa
yang terikat pada aspargin.Pemindahan oligosakarida ke molekul protein yang berada di
RE dibantu oleh enzim transmembran yang gugus aktifnya berada di permukaan luminal
RE.Enzim ini disebut transferase glikosil.Oligosakarida yang berada pada sitosol terikat
pada molekul lipid pada membran RE.Molekul in disebut dolikol.Pengikatan
oligosakarida ke dolikol berlangsung secara bertahap, gula per gula diikatkan pada
dolikol sebelum dipindahkan ke protein yang berada di lumen. Oligosakarida dapat
terikat dengan dua cara yaitu ikatan N danikatan O. Ikatan N dapat dikelompokkan
menjadi oligoskarida majemuk dan oligosakarida bermanosa banyak. Pada kompleks
golgi oligosakarida banyak tidak mendapatkan tambahan monosakarida, yang
mendapatkan tambahan monosakarida adalah oligosakarida majemuk. Monosakarida
yang ditambahkan berasal dari sitosol yang melewati protein transmembran yang
sekaligus juga berperan dalam mengeluarkan sisa glikosiasi berupa nukleotida
(Reksoatmodjo,1993)
C. Mekanisme Sorting dan Distribusi Protein
1. mRNA terikat pada ribosom bebas
2. Pada ribosom terjadi sintesis sinyal peptida (6-15 asam amino nonpolar)
diperlukan untuk penempatan polipeptida dalam lumen RE.
3. Sinyal peptida dikenali oleh Partikel pengenalan sinyal (SRP): 7 polipeptida +
7S Rrna SRP berikatan dengan reseptor Ribosom berikatan dengan RE
sinyal peptida terlepas dari SRP masuk ke channel protein translokon terikat
pada binding site protein yang disintesis masuk ke lumen RE _protein akan
diikat oleh BiP atau chaperone lain untuk diproses lebih lanjut.
D. Mengarahkan Protein Menuju RE
Protein dapat dipindahkan ke RE selama sintesis pada membran pengikat
ribosom atau setelah translasi pada ribosom bebas di sitosol selesai. Pada sel mamalia,
sebagian besar protein masuk ke RE secara kotranslasional, yang mana baik lintasan
kotranslasional dan postranslasional, digunakan pada yeast. Langkah pertama pada
lintasan kotranslasional adalah asosiasi ribosom dengan RE. Ribosom lebih diarahkan
untuk mengikat ke membran RE dengan rangkaian asam amino dari rantai polipeptida
yang disintesiskan, daripada mengikat penyusun- penyusun intrinsik ribosom itu sendiri.
Ribosom- ribosom diikat pada saat sintesis protein yang berfungsi saat sekresi kemudian
diarahkan ke RE oleh rangkaian sinyal pada ujung terminal amino dari rantai polipeptida.
partikel
pengenal
sinyal
di
membran
RE.
Protein membran integral disimpan di dalam membran oleh rangkaian hidrofobik yang
merentangkan dua lapis fosfolipid. Porsi rentangan membrane dari protein ini biasanya
merupakan wilayah helical alpha yang terdiri dari 20-25 asam amino hidrofobik. Formasi dari
sebuah alfa helix memaksimalkan pengikatan hidrogen di anatara ikatan peptida, dan rantai
sisi asam amino hidrofobik berinteraksi dengan ekor asam lemak dari fosfolipid dalam
bilayer. Akan tetapi, protein membran integral yang berbeda beragam dalam hal cara mereka
disisipkan. Contohnya, sementara beberpa protein membran integral merentangkan
membrannya hanya sekali, protein membran integral yang lain memiliki wilayah rentangan
membran yang berlipat. Sebagai tambahan, beberapa protein diorientasikan ke dalam
membran dengan terminus amino mereka di sisi sitosolic; yang lainnya memiliki terminus
carboxy mereka yang terekspos ke sitosol. orientasi protein ini disisipkan ke dalam RE,
Golgi, lisosomal, dan membran plasma pada umumnya di bentuk ketika rantai polipeptida
yang tumbuh dipindahkan ke RE. Lumen RE secara topologi sama dengan bagian luar sel,
jadi asal dari protein membran plasma yang diekspos pada permukaan sel sesuai (cocok)
dengan wilayah rantai polipeptida yang dipindahkan ke lumen RE.
Cara yang paling terus terang dari penyisipan ke dalam hasil membran RE pada sintesis
protein transmembran diorientasikan dengan termini karboksi yang dipaparkan ke sitosol.
Protein-protein ini memiliki rangakaian sinyal terminal amino yang normal, yang dibelah
oleh sinyal peptida selama perpindahan dari rantai polipeptid melewati RE membran melalui
translokon. Protein tersebut kemudian dijangkarkan di dalam membran oleh membran kedua
yang merentangkan alfa helix di tengah protein. Rangkaian transmembrane ini, disebut
rangkaian stop-transfer, menandakan perubahan di jalur translokon. Translokasi lebih lanjut
dari rantai polipetida melewati membran RE dengan demikian ditutup., sehingga porsi
terminal karboksi dari rantai polipeptida yang tumbuh tersisa di sitosol. Sebagai subunit dari
translokon tersendiri, domain transmembran dari protein memasuki lipid dua lapis (lipid
bilayer). Penyisispan dari protein transmembrane ini ke dalam membran dengan demikian
melibatkan aksi runtut dari dua element yang berbeda: sebuah rangkaian sinyal terminal
amino yang dapat dibelah yang memulai perpindahan melewati membran, dan sebuah
rangkaian transmembran stop-transfer yang menancapkan protein ke dalam membran.
Protein dapat juga ditancapkan ke membran RE oleh rangkaian sinyal integral yang
tidak dibelah oleh sinyal peptidase. Rangkaian sinyal integral ini dikenali oleh SRP dan
dibawa ke RE membran seperti yang telah didiskusikan. Karena mereka tidak terbelah oleh
sinyal peptidase, bagaimanapun, rangkaian sinyal ini bertindak sebagai transmembran alfa
helix yang keluar dari translokon dan menancapkan protein dalam membran RE. Yang
penting, rangkaian sinyal integral bisa diorientasikan sehingga bisa dikatakan untuk
mengarahkan translokasi baik itu
melewati membran. Oleh karena itu, bergantung pada orientasi dari rangkaian sinyalnya,
protein yang disisipkan ke dalam membran menggunakan mekansme ini dapat memiliki baik
terminus amino maupun karboksi yang dipaparkan ke sitosol.
Protein yang merentangkan membran berkali-kali dianggap untuk disisipkan sebagai
hasil dari sebuah rangkaian pengganti dari rangkaian sinyal dan rangkaian transmembran
stop-transfer. Contohnya, sebuah rangkaian sinyal integral bisa menghasilkan di membran
penyisipan rantai polipeptida dengan terminus aminonya pada sisi sitosolic. Jika sebuah
rangkaian stop-transfer kemudian ditemukan, polipeptida akan membentuk putaran (loop) di
lumen RE, dan sintesi protein akan berlanjut di sisi sitosolik membran. Jika rangkaian sinyal
kedua ditemukan, rantai polipeptida yang tumbuh akan disispkan ke dalam RE lagi,
membentuk domain putaran lainnya di sisi sitosilik membrane. Hal ini dapat diikuti oleh
rangkaian stop-transfer lainnya dan seterusnya, jadi sebuah rangkaian pengganti dari
rangkaian sinyal dan stop-transfer bisa menghasilkan dalam penyisipan protein yang
merentangkan membran berkali-kali, dengan domain yang diputar dipaparkan pada sisi
lumenal dan sitosolik.
Seperti yang didiskusikan di bawah, kebanyakan protein transmembran yang ditujukan
bagi ruang lainnya di jalur sekretori dikirimkan kepada mereka di vesikel angkut. Akan
tetapi, membran nuclear dalam berlanjut dengan RE dan dianggap bahwa protein
dipersiapkan untuk membran nuclear dalam yang tersebar dalam taraf membran dan
kemudian ditahan di membran nuclear dalam oleh interaksi dengan komponen nuclear,
seperti lamin atau kromatin. Sebagai tambahan, penelitian terkini menyarankan bawhawa
membran nuklear dalam pada protein berisi rangkaian transmembran yang spesifik yang
mengubah interaksi mereka dengan translokon dan menandai transportasi mereka ke dalam
membran nuklear dalam.
Mekanisme
tersebut
diketengahkan
oleh
M.G.
Farquhar yang
menyatakan, bahwa tonjolan yang berasal dari satu sisterna bergerak dengan jarak
tertentu, kemudian mengadakan fusi dengan tonjolan dari sisterna lain yang terdapat
dalam satu garis. Akhirnya protein dan glikoprotein akan mencapai permukaan trans
dan sisterna. Pada tempat ini, tonjolan sisterna akan membentuk vesikel sekretori,
lisosom atau veikel penyimpanan.
Gambar diatas adalah Faktor-faktor yang terlibat dalam gerakan vesikel ulangalik
dalam komplek Golgi damn dari RE ke kompleks Golgi. Tonjolan RE atau sisterna
Golgi mengambil mantel protein dan vesikel yang sudah bermantel bergerak ke
sisterna target. Sesaat sebelum
vesikel melepas mantel protein dengan menggunakan energi dan hasil hidrolisis GTP.
Pembentukan Lisosom
Enzim lisosom adalah suatu protein yang diproduksi oleh ribosom dan kemudian
masuk ke dalam RE. Dari RE enzim dimasukkan ke dalam membran kemudian
dikeluarkan ke sitoplasma menjadi lisosom. Selain ini ada juga enzim yang
dimasukkan terlebih dahulu ke dalam golgi. Oleh golgi, enzim itu dibungkus
membran kemudian dilepaskan di dalam sitoplasma. Jadi proses pembentukan
lisosom ada dua macam, pertama dibentuk langsung oleh RE dan kedua oleh
golgi.Lisosom merupakan organel yang bentuknya tidak uniform antara satu sama
lainnya, cenderung bervariasi bergantung pada isi yang dicerna oleh lisosom tersebut.
Namun pada umumnya lisosom memiliki bentuk yang hampir bulat, dengan garis
tengah berada pada kisaran 0.05 sampai 1.2 m. Rata-rata sebuah sel memiliki sekitar
tiga ratus lisosom, yang tersebar merata di seluruh sel.
Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asamseperti protease,
nuklease, glikosidase,lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupunsulfatase yang dibentuk
tidak sangat aktif sebab sitosol memiliki pH netral.Akan tetapi kebocoran berlebihan
A.
dari banyak lisosom dapat menghancurkan sel melalui autodigesti. (Campbell, 2008)
Macam Lisosom
Secara fisiologis lisosom terdiri dari dua kategori yaitu lisosom primer
yang hanya berisi enzim-enzim hidrolase dan lisosom sekunder yang selain
berisi enzim hidrolase juga terdapat substrat yang sedang dicerna.Lisosom
primer adalah vesikuli yang bersalutkan protein yang disebut klatrin.Lisosom
sekunder merupakan vakuola pencernaan yang berasal dari fusi antara
B.
C.
G. Peroksisom
Proses pencernaan dalam lisosom tergantung dari jenis dan asal bahan yang
akan dicerna. Bila bahan yang dicerna berasal dari luar sel proses pencernaannya
disebut heterofagi., sedangkan bila bahannya berasal dari dalam disebut autofagi.
Proses pencernaan heterofagi terjadi dengan jalan endositosis artinya bahan yang
berasal dari luar sel akan masuk ke dalam sel dengan jalan endositosis membentuk endosom.
Endosom akan melebur dengan lisosom primer sehingga enzim lisosom akan berkontak
langsung dengan bahan yang dicerna. Proses pencernaaan akan terbentuk lisosom sekunder
kemudian sisa pencernaan akan dikeluarkan dari sel dengan cara eksositosis. (Sumadi dan
Aditya.2007:142)
Pada pencernaan autofagi,bahan yang menjadi substrat berasal dari dalam sel.
Mekanisme dimulai dengan kegiatan sebuah sisterna RE yang akan melngkung dan
mengelilingi sebagian sitoplasma yang padanya terdapat berbagai macam organel dan inklusi.
Setelah terbentuk vesikel maka enzim akan segera dicurahkan sehingga terjadi autolisosoma
yang akan menghasilkan badan-badan residu yang akan dikeluarkan dari sel. Selain mencerna
organel yang rusak lisosom juga memiliki peran untuk menelan dan menghancurkan bakteri
atau virus yang masuk ke sel proses itu disebut fagositosis. (Sumadi dan Aditya.2007:142)
Biosintesis lisosom dimulai dari RE memilah enzim hidrolase dengan enzim lain.
RE dapat memilah enzim ini karena enzim ini telah ditandai dengan M-6-P(manosa-6-fosfat.
Penambahan ini terjadi di daerah cis golgi kemudian dilanjutkan ke daerah trans golgi.
Ternyata di daerah transmembran terdapat reseptor bagi M-6-P yang letaknya bergerombol di
membran golgi yang berklatrin. Hal ini menyebabkan enzim hidrolase akan menuju ke daerah
tersebut untuk terbentuknya kompleks M-6-P dengan reseptornya. Reseptor M-6-P akan
mengikat M-6-P pada PH 7 dan enzim lisosom akan dilepaskan pada PH kurang dari 6. Maka
substrat dalam lisosom tersebut dalam keadaan asam. Untuk menghindari selfdigesti
membran lisosom oleh enzim lisosomnya sendiri maka pada membran lisosom dilengkapi
dengan pelindung yang terdiri dari rantai sakarida yang panjang, sehingga sisi protein dan
fosfolipid membran lisosom akan terlindungi dari proses selfdigesti.(Sumadi dan
Aditya.2007:135)
H. Peroksisom
Peroksisom, yang awalnya disebut badan micro (microbody), adalah organel-organel
kecil yang diikat selapis membrane dan biasanya mengandung matriks dengan granula halus.
Pada tumbuhan peroksisom memainkan peranan penting dalam fotorespirasi. Peroksisomperoksisom yang ikut serta dalam siklus metabolic yang mencakup pembentukan glioksilat
disebut glioksisom. Seluruh peroksisom yang dipelajari sejauh ini mengandung enzim-enzim
yang mengoksidasi zat, hal ini berlawanan dengan enzim-enzimhidrolitik (digestif) yang
dihasilkan lisosom. Secara umum, hidrogen peroksida (H 2O2) dihasilkan selama proses
oksidasi tersebut, tetapi enzim katalase dengan cepat menguraikan H 2O2 itu untuk mencegah
penumpukan peroksida yang berbahay. Lanhkah-langkah perakitan peroksisom belum benarbenar diketahui, tetapi tampaknya peroksisom berasosiasi erat dengan reticulum endoplasma
(Fried, 2011).
Hampir semua sel eukariot memiliki peroksisom, organel yang berbentuk vesikuli
dengan diameter 5m, dan diselubungi selaput tunggal. Lumen vesikuli ini berisi enzimenzim oksidase, yang pada hepatosit terdiri atas oksidase D-asam amino, oksidase urat, dan
katalase.
katalase
R + 2H2O
katalase
2 H2O + O2
Reaksi terakhir berperan sebagai reaksi pelindung untuk mencegah tertimbunnya H2O2.
Selaput peroksisom yang bersifat sangat permeabel sehingga ion-ion anorganik dapat dapat
masuk dengan bebas ke peroksisom.
Glioksisom
Pada banyak jenis benih yang bertunas, siklus glioksalat dari glioksisom memainkan
peranan yang kritis dalam konversi minyak bibit menjadi glukosa, yang diperlukan tumbuhtumbuhan untuk bertumbuh. Salah satu enzim dari glioksisom juga mengoksidasi asam
glikolat, menghasilkan asam glioksilat. Dalam reaksi, oksigen molecular diubah menjadi
hydrogen peroksida, yang kemudian dirusak oleh katalase peroksisomal. Reaksi ini
menjelaskan bagaimana tumbuh-tumbuhan, yang sebelumnya hanya mengambil oksigen
dalam gelap, melakukan hal ini selama proses fotosintesis aktif. Sebagai produk sampingan
utama dari fotosintesis, asam glikolat tersedia dengan mudah untuk oksidasi.
Sebagian besar tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme menggunakan asam lemak
atau asetat, dalam bentuk asetil-KoA, sebagai sumber karbon utama atau satu-satunya; hal ini
dicapai melalui suatu siklus TCA yang dimodifikasi, disebut siklus glioksilat, yang dijelaskan
oleh Krebs dan Hans R. Kornberg. Pada tumbuh-tumbuhan, siklus glioksilat terjadi dalam
glioksisom. Suatu peranan kunci dari siklus adalah mengubah asetil-KoA yang dihasilkan
dari asam lemak.(didapat dari minyak biji-bijian) menjadi suksinat,yang kemudian digunakan
sebagai suatu precursor gukosa (hasil utama) dan biomolekul lain yang diperlukan oleh benih
untuk bertumbuh.
Siklus glioksilat digambarkan: seperti pada siklus TCA, asetil-KoA berkondensasi
dengan oksaloasetat untuk menghasilkan sitrat yang kemudian dikonversikan menjadi
isositrat. Dua rekasi selanjutnya merupakan ciri unik dari siklus. Pada reaksi pertama,isositrat
liase membelah isositrat, menghasilkan suksinat dan gllioksilat, asetil-KoA kedua
berkondensasi dengan glioksilat, menghasilkan L-Malat. Siklus ini dilengkapi dengan
oksidasi dari L-Malat menjadi oksaloaseta. Siklus ini, yag melintasi dua langkah
dekarboksilasi karakteristik dari siklus TCA, berhasil dalam mengubah dua molekul asetilKoA menjadi satu molekul suksinat. Keselruhan reaksi dari siklus dinyatakan sebagai berikut:
2 Asetil-KoA + NAD+ + H2O suksinat + 2 KoA +NADH + H+
Siklus glioksilat
Siklus glioksilat tidak terjadi pada sel-sel hewan, oleh karena itu hewan tidak mampu
mengubah asam lemak menjadi karbohidrat (Reksoatmodjo, 1993).
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. dkk, 2010, Biologi edisi kedelapan jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Cooper, Geoffrey M. 2007. The Cell Molecular Approach Fourth Edition. Massachucets:
Sinauer Associations.
Djohar. 1984. Biologi Sel 1. Yogyakarta: IKIP
Fried, George H. dan George J. Hademenos. 2011. Schaums Outlines Biologi. Jakarta,
Erlangga.
Kleinsmith, L.J and V.M Kish. 1988. Princeples of Cell Biology. New York, Harper and Row
Publ. Inc.
Lehninger, Albert L. 1983: Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:Erlangga.
Reksoatmodjo, Issoegianti. 1993. Biologi Sel. Jakarta: Depdikbud.