Anda di halaman 1dari 39

PENENTUAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND)

PADA LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT,


PABRIK KARET DAN DOMESTIK

KARYA ILMIAH

NURHASANAH
062401014

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

PENENTUAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND)


PADA LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT,
PABRIK KARET DAN DOMESTIK

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
NURHASANAH
062401014

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

PERSETUJUAN

Judul

: PENENTUAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN


DEMAND) PADA LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA
SAWIT, PABRIK KARET DAN DOMESTIK

Kategori

: KARYA ILMIAH

Nama

: NURHASANAH

Nomor Induk Mahasiswa

: 062401014

Program Studi

: DIPLOMA (D-3) KIMIA ANALIS

Departemen

: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di
Medan, Juni 2009

Diketahui
Departemen Kimia FMIPA USU

Dosen Pembimbing

Ketua,

(DR. Rumondang Bulan, MS)

(Dra. Herlince Sihotang,M.Si)

NIP. 131 459 466

NIP. 131 572 436

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND)


PADA LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT,
PABRIK KARET DAN DOMESTIK

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

Nurhasanah
062401014

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Adapun karya ilmiah ini
disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat menuyelesaikan Pendidikan
Diploma III Kimia Analis.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih kepada ayahanda
Bustami dan Ibunda Misrah, atas jerih payah dan doa restunya kepada penulis sejak kecil
hingga saat sekarang ini. Serta kepada kakanda Nurhayati dan Nurmayani atas kasih
sayang dan perhatiannya selama ini. Dan tidak lupa untuk Keluarga H.Suwarno, Bang
Dayat, Kak Inur kak Lasmah serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan
semangat dan motivasi kepada Penulis.
Selama penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Herlince Sihotang M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
arahan dan bimbingannya hingga selesainya karya ilmiah ini.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, Ms. Selaku ketua jurusan/Program studi Kimia Analis
FMIPA USU.
3. Ibu Suestinah,Bsc selaku pembimbing lapangan dalam pelaksanaan praktek kerja
lapangan dan beserta staf-stafnya
4. seluruh staff laboratorium analisa air di Baristand Ibu Marni, Ibu Mardiani, Kak
Nizar, Bang Fadhil. Yang telah membagi sebagian ilmunya kepada penulis.
5. Rekan satu patner penulis selama PKL di Balai Riset dan Standardisasi, Tina, Wira,
Anda.
6. Sahabat-sahabatku Apri, Darlina, Betty, Nora, Yuli, Ayu, Weni yang selalu
menghibur dengan canda tawanya.
7. Teman-teman di Kimia Analis khusunya seangkatan 2006 yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang tidak akan pernah terlupakan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang
membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membacanya.

Medan, Juni 2009

Penulis
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar COD pada limbah cair pabrik kelapa sawit,
industri karet, dan domestik dengan metode titrimetri.
Dari hasil analisa COD diperoleh kadar limbah kelapa sawit sebesar 206,33mg/l,
limbah industri karet sebesar 31,74 mg/l, dan limbah domestik sebesar 162,68 mg/l.
dimana menurut Standart baku mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995, kadar maksimum COD dalam air limbah
industri kelapa sawit sebesar 350 mg/l, dalam industri karet sebesar 300mg/l, limbah
domestik 300 mg/l. Sehingga dapat dinyatakan bahwa kadar COD dari beberapa jenis
limbah cair tersebut telah memenuhi standart baku mutu yang telah ditetapkan dan layak
untuk dibuang ke badan air.

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

ABSTRACT

The definite of COD value has done to palm oil factory waste, waste of rubber
factory and domestic waste with titrimetric method.
The result showed that COD value of palm oil factory waste is 206,33 mg/l, waste
of rubber factory is 31,74 mg/l, and domestic waste is 162,68 mg/l, according to the
standard which is established by the Minister of Living Environment number: Kep51/MENLH/10/1995, maximum value of COD in oil palm factory waste is 350 mg/l, in
rubber factory is 300 mg/l, and domestic waste is 300 mg/l. So, it can that appeared that
COD value from oil of the waste water has sufficient the standard which was established
and can be propered to the water body.

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN ......................................................................................... ii
PERNYATAAN .......................................................................................... iii
PENGHARGAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Permasalahan ................................................................................... 3
1.3. Tujuan.............................................................................................. 3
1.5. Manfaat ............................................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1. Limbah............................................................................................. 5
2.2. Sumber Limbah Cair ........................................................................ 5
2.3. Komposisi Air Limbah ..................................................................... 7
2.4. Parameter Kualitas Limbah Cair ....................................................... 8
2.5. Chemical Oxygen Demand (COD) ................................................... 12
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN .................................................... 15
3.1. Prinsip Analisa ................................................................................. 15
3.2. Alat Dan Bahan ................................................................................ 15
3.2.1. Alat ........................................................................................ 15
3.2.2. Bahan ..................................................................................... 16
3.3. Pembuatan Preaksi ........................................................................... 16
3.4. Prosedur Analisa .............................................................................. 17
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 19
4.1. Data Percobaan ................................................................................ 19
4.2. Perhitungan ...................................................................................... 19
4.3. Pembahasan ..................................................................................... 21
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 23
5.1. Kesimpulan
23
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

5.2. Saran

23

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang kita citacitakan berupa masyarakat yang adil dan makmur baik moril maupun materil, maka
berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini. Salah satu usaha
yang sedang digalakkan sesuai dengan Garis-garis besar Haluan Negara adalah
ditingkatkannya sektor industri baik yang berupa industri berat maupun yang berupa
industri ringan. Maka dengan munculnya industri perlu dipikirkan juga efek sampingnya
yang berupa limbah. Limbah tersebut dapat berupa limbah padat (solid wastes), limbah
cair (liquid wastes), maupun limbah gas (gaseous wastes). Ketiga jenis limbah ini dapat
dihasilkan sekaligus oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai dengan proses yang ada
diperusahaannya.
Limbah dari industri tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia karena
dapat membawa suatu penyakit, merugikan segi ekonomi karena dapat menimbulkan
kerusakan pada benda/bangunan maupun tanam-tanaman, dapat merusak atau membunuh
kehidupan yang ada di dalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya, dapat
merusak keindahan karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang
terutama di daerah hilir sungai yang merupakan daerah rekreasi.
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Berdasarkan pertimbangan diatas, Perlu kiranya diperhatikan efek sampingan


yang akan ditimbulkan oleh adanya suatu industri tersebut waktu mulai beroperasi. Oleh
karena itu perlu dipikirkan juga apakah industri tersebut menghasilkan limbah yang
berbahaya atau tidak, sehingga segera dapat ditetapkan perlu tidaknya disediakan
bangunan pengolah air limbah serta teknik yang dipergunakan dalam pengolahan.
(Sugiharto, 1987)
Dengan melihat perkembangan industri sekarang ini maka semakin meningkat
pula tingkat pencemaran pada perairan, udara dan tanah yang disebabkan oleh
perkembangan industri tersebut. Misalnya pabrik kelapa sawit, industri karet dan juga
kegiatan rumah tangga yang menghasilkan limbah domestik. Pabrik kelapa sawit
menghasilkan limbah cair yang mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi yang
mengakibatkan beban pencemaran semakin besar, karena diperlukan degradasi bahan
organik yang lebih besar. Industri karet menghasilkan limbah cair yang mengandung
senyawa organik yang relatif tinggi dalam bentuk karbon, nitrogen dan fosfor yang dapat
menimbulkan proses eutrofikasi yang ditandai dengan pertumbuhan ganggang secara
pesat dan kadar oksigen terlarut yang rendah. Limbah domestik terdiri dari pembuangan
air kotor dari kamar-kamar mandi, kakus dan dapur. Kotoran-kotoran itu mengandung zat
organik berupa nitrogen, karbohidrat, lemak dan sabun. Mereka bersifat tidak tetap dan
menjadi busuk, mengeluarkan bau-bauan yang tidak sedap. Disamping itu limbah
domestik juga mengandung zat-zat hidup khususnya bakteri, virus dan protozoa yang
sebagian besar dari bakteri itu menyebabkan penyakit. (Said, 1996. Masli, 2007. Mahida,
1984)

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Limbah cair dapat bersumber dari aktivitas manusia maupun aktivitas alam.
Adanya kegiatan-kegiatan industri yang dilakukan oleh manusia menghasilkan buangan
yang mengandung bahan kimia. Dimana kandungan bahan kimia yang ada di dalam air
limbah dapat merugikan lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat
menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak
sedap pada penyediaan air bersih. selain itu akan lebih berbahaya bila bahan tersebut
merupakan bahan yang beracun.
Untuk itu sebelum dibuang ke perairan bebas, limbah tersebut harus diolah
terlebih dahulu. Dimana dalam pengolahan limbah tersebut ada parameter-parameter yang
harus ditentukan misalnya COD, BOD TSS, Alkalinitas dan lain sebagainya.(Sugiharto,
1987)
Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk menentukan kadar
Chemical Oxygen demand (COD) pada beberapa limbah cair yaitu limbah cair pabrik
kelapa sawit, limbah cair industri karet dan limbah cair domestik. Yang selanjutnya dapat
diketahui apakah limbah cair tersebut telah memenuhi standar baku mutu yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah.

1.2. Permasalahan
Berapa besar kadar COD yang terkandung dari limbah cair pabrik kelapa sawit, limbah
cair pabrik karet dan limbah cair domestik apakah masih memenuhi standar baku mutu
yang telah ditetapkan oleh keputusan menteri lingkungan hidup.
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

1.4. Tujuan
- Untuk menentukan kadar COD dari limbah cair pabrik kelapa sawit, limbah cair pabrik
karet dan limbah cair domestik.
- Untuk mengetahui apakah kadar COD dari limbah cair pabrik kelapa sawit, limbah cair
pabrik karet dan limbah cair domestik telah memenuhi standart yang telah ditetapkan
oleh Menteri Lingkungan Hidup

1.5. Manfaat
Dapat memberikan informasi tentang kadar COD pada limbah cair pabrik kelapa sawit,
limbah cair pabrik karet dan limbah cair domestik yang layak untuk dibuang ke badan air
menurut keputusan Menteri Lingkungan Hidup.

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah
Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar
yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang
dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber industri, dan
pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan atau air hujan. Air tanah, air
permukaan dan air hujan pada kondisi tertentu masuk sebagai komponen limbah cair,
karena pada keadaan sistem saluran pengumpulan limbah cair sudah rusak atau retak, air
alam itu dapat menyatu dengan komponen limbah cair yang lainnya dan harus
diperhitungkan upaya penanganannya.

2.2. Sumber Limbah Cair


Limbah cair bersumber dari aktivitas manusia dan aktivitas alam.
a. Aktivitas Manusia
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair sangat beragam, sesuai dengan
jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula. Beberapa jenis aktivitas
manusia yang menghasilkan limbah cair diantaranya:
1. Aktivitas Bidang Rumah Tangga
Sangat banyak aktivitas rumah tangga yang menghasilkan limbah cair, antara lain
mmencuci pakaian, mencuci alat makan/minum, memasak makanan dan minuman,
mandi, mengepel lantai, mencuci kendaraan, penggunaan toilet, dan sebagainya. Semakin
banyak jenis aktivitas dilakukan, semakin besar volume limbah cair yang dihasilkan.
2. Aktivitas Bidang Perkantoran
Aktivitas perkantoran pada umumnya merupakan aktivitas penunjang kegiatan
pelayanan masyarakat. Beberapa contoh antara lain Kantor Pemerintah Daerah, Kantor
Skretariat DPR, Kantor Pos, Kantor PDAM, Kantor PLN, Bank, Kantor Badan
Pertahanan Nasional (BPN), Kantor Inspeksi Pajak. Limbah cair dari sumber itu biasanya
dihasilkan dari aktivitas kantin yang menyediakan makanan dan minuman bagi pegawai,
aktivitas penggunaan toilet (kamar mandi, WC, wastafel), aktivitas pencucian peralatan,
dan sebagainya.
3. Aktivitas Bidang Perdagangan
Aktivitas bidang perdagangan mempunyai variasi yang sangat luas.variasi itu ditinjau
dari berbagai aspek, yaitu jenis komoditas yang diperdagangkan, lingkup wilayah
pemasaran, kemampuan permodalan, bentuk badan/organisasi, jenis kegiatan, dan
sebagainya. Kegiatan dalam bidang perdagangan yang menghasilkan limbah cair yaitu
pengepelan lantai gedung, pencucian alat makan dan minum di restoran, penggunaan
toilet, pencucian pakaian, pencucian kendaraan, dan sebagainya.
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

4. Aktivitas Bidang Perindustrian


Aktivitas bidang perindustrian juga sangat bervariasi. Variasi kegiatan bidang
perindustrian dipengaruhi antara lain oleh faktor jenis bahan baku yang diolah/ diproses,
jenis barang atau bahan jadi yang dihasilkan, kapasitas produksi, teknik/jenis proes
produksi yang diterapkan, kemampuan modal, jumlah karyawan, serta kebijakan
manajemen industri.
5. Aktivitas Bidang Pertanian
Aktivitas bidang pertanian menghasilkan limbah cair karena digunakannya air untuk
mengaliri lahan pertanian. Secara alami dan dalam kondisi normal, limbah cair pertanian
sebenarnya tidak menimbullkan dampak negatif pada lingkungan, namun dengan
digunakannya pestisida yang kadang-kadang dilakukan secara berlebihan, sering
menimbulkan dampak negatif pada keseimbangan ekosistem air pada badan air penerima.
b. Aktivitas Alam
Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair yang disebut air
larian. Air larian yang jumlahnya berlebih sebagai akibat dari hujan yang turun dengan
intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama dapat menyebabklan terjadinya banjir. Atas
dasar itu air hujan atau air larian perlu diperhitungkan dalam perencanaan sistem limbah
cair, agar dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan akibat air hujan, baik bagi
lingkungan maupun bagi kesehatan masyarakat. (Sugiharto. 1987)

2.3. Komposisi Air Limbah


Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang
sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi secara garis besar zat-zat
yang terdapat dalam air limbah dapat dikelompokkan seperti pada skema berikut ini:
Air limbah

Air
(99,%)

Bahan padat
(0,1%)
Anorganik

Organik
Protein (65%)

Butiran

Karbohidrat (25%)

Garam

Lemak (10%)

Metal

Gambar 2.1. Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam limbah.


(Sugiharto. 1987)

2.4. Parameter Kualitas Limbah Cair


Menurut Okun dan Ponghis (1975), berbagai parameter kualitas limbah cair yang
penting untuk diketahui adalah: bahan padat tersuspensi (suspended solids), bahan padat
terlarut

(dissolvel

solids),

kebutuhan

oksigen

kimiawi

(Chemical

Oxygen

Demand=COD), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand=BOD),

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

organisme coliform, pH, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen=DO), kebutuhan klor


(Chlorine demand), nutrien, dan logam berat (heavy metals).

a. Bahan Padat Tersuspensi


Bahan padat tersuspensi adalah bahan padat yang dihilangkan pada penyaringan
(filtration) melalui media standar halus dengan diameter 1 mikron. Bahan padat
tersuspensi dikelompokkan lagi dalam bahan padat yang tetap (fixed solids) dan yang
menguap (volatile solids). Bahan padat yang menguap merupakan bahan yang bersifat
organik yang diharapkan dapat dihilangkan melalui penguraian secara biologis
(biological degradation) atau pembakaran (incineration). Fixed solids merupakan bahan
padat yang bersifat tetap. Bahan padat tersuspensi selanjutnya dapat dikelompokkan lagi
berdasarkan sifat atau kemampuan pengendapannya. Bahan padat yang dapat diendapkan
secara normal dapat dihilangkan dalam ukuran besar pada tangki sedimentasi. Bahan
padat yang tidak dapat mengendap memerlukan perlakuan tambahan, baik secara kimia
ataupun biologis, untuk menghilangkannya dari limbah cair.
b. Bahan Padat Terlarut
Bahan padat terlarut adalah bahan padat yang terdapat dalam filtrat yang diperoleh
setelah penghilangan bahan padat tersuspensi. Bahan ini mewakili garam-garam dalam
larutan, termasuk garam-garam mineral dari penyediaan air. Bahan padat terlarut penting
terutama apabila limbah cair akan digunakan kembali setelah pengolahan. Bahan padat
terlarut tidak dapat dihilangkan melalui pengolahan konvensional.
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

c. Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand=BOD)


Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB) adalah ukuran kandungan bahan organik
dalam limbah cair. KOB ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh
sampel limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu,
biasanya 5 hari, pada satu temperatur tertentu, umumnya 200C. BOD merupakan ukuran
utama kekuatan limbah cair. BOD juga merupakan petunjuk dari pengaruh yang
diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan dengan pengurangan kandungan
oksigennya.
d. Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemical Oxygen Demand=COD)
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar
limbah organik yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Limbah
organik akan dioksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O7) sebagai sumber oksigen
menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan ukuran bagi
tingkat pencemaran oleh bahan organik.
e. Organisme Koliform
Organisme indikator ini meliputi Escherechia coli yang berasal dari saluran
penceranaan

makanan

binatang

berdarah

panas.

Adanya

organisme

koliform

menunjukkan kemungkinan adanya pathogen, baik virus ataupun bakteri. Karena tinja
manusia mengandung kira-kira 1 x 1012 organisme koliform per kapita per hari, harus
dicurigai semua limbah cair dari kegiatan rumah tangga terkontaminasi berat oleh
oragnisme ini.
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

f. pH
pH limbah cair adalah ukuran keasaman (acidity) atau kebasaan (alkalinity)
limbah cair. pH menunjukkan perlu atau tidaknya pengolahan pendahuluan (pretreatment)
untuk mencegah terjadinya gangguan pada proses pengolahan limbah cair secara
konvensional. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pH limbah cair domestik adalah
mendekati netral.
g. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen=DO)
DO penting dalam pengoperasian system saluran pembuangan maupun bangunan
pengolahan limbah cair. Air bersih biasanya jenuh akan oksigen, namun dengan cepat
akan berkurang apabila limbah organik ditambahkan ke dalamnya. Derajat kandungan
oksigen pada limbah cair sangat bervariasi dan sama sekali tidak stabil. Tujuan
pengolahan limbah cair sebelum diolah adalah memelihara kandungan oksigen yang
terlarut dan cukup untuk mencegah terjadinya kondisi anaerob.
h. Kebutuhan Klor (Chlorine Demand)
Pendesinfeksian terhadap efluen limbah cair yang diolah diperlukan angka
kebutuhan klor yang merupakan parameter kualitas yang penting angka tersebut
merupakan fungsi dari kekuatan limbah. Semakin tinggi derajat pengolahan, semakin
kecil angka keutuhan klor dari efluen tersebut.
i. Nutrien

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Limbah cair mengandung nutrient (misal nitrogen dan fosfor) yang dapat
digunakan untuk zat pembangun bagi organisme hidup. Konsentrasi normal tidak
menyebabkan masalah pada badan air penerima ataupun pada limbah cair yang akan
digunakan kembali untuk irigasi atau perindustrian. Ketika limbah cair akan dibuang ke
badan air yang relatif

bersih, seperti danau atau muara sungai, nutrient itu dapat

menyuburkan air sampai tingkat tertentu. Namun jika merangsang pertumbuhan algae
secara berlebihan, air penerima dapat dirusak oleh pengayaan itu atau yang disebut
eutrofikasi.
j. Logam Berat
Bila industri membuang limbah cair ke sistem saluran limbah cair, banyak logam
berat yang masuk ke dalam system dan mengganggu proses pengolahan atau kualitas air
penerima. Tembaga yang berakumulasi dalam tangki penguraian Lumpur dan
mengganggu proses penguraian itu. (Soeparman. 2002, Sunu. 2001)

2.5. Chemical Oxygen Demand (COD)


Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji
yang lebih cepat dibandingkan dengan uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu
bahan oksidan yang disebut uji COD.

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar
bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal
ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh kalium bichromat atau K2Cr2O7
digunakan sebagi sumber oksigen (oxidizing agent). Oksidasi terhadap bahan buangan
organik akan mengikuti reaksi berikut ini:

CaHbOc + Cr2O7 2- + H+
CO2 + H2O + Cr3+
Zat organik
(warna kuning)

(warna hijau)

Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat
(Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan
ada unsur chlorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat
untuk menghilangkan gangguan tersebut.
(Wardhana, 1995)
Chlorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bichromat
sesuai dengan reaksi berikut ini:
6C l- + Cr2O72-+ + 14 H+
3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7H2O
Dengan penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada sampel, sebelum penambahn reagen
lainnya. Ion merkuri bergabung dengan ion klorida membentuk merkuri klorida, sesuai
reaksi dibawah ini:
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Hg2+ + 2 Cl-
HgCl2
Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil dan tidak
mengganggu oksidasi zat organik dalam tes COD.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat
pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa di
dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai.
Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat (FAS),
dimana reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut:
6 Fe2+ + Cr2O7 2 - + 14 H+
6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O
Indikator feroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna
hijau-biru larutan berubah menjadi coklat-merah. sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko
adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organik yang
dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7. (Alaerts. 1987).
Pengukuran COD didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan
oraganik dapat dioksidasi menjadi karbondiokasida dan air dengan bantuan oksidator kuat
(kalium bichromat/K2Cr2O7) dalam suasana asam. Dengan menggunakan kalium
bichromat sebagai oksidator, diperkirakan sekitar 95%-100% bahan organik dapat
dioksidiasi. (Effendi. 2003)
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari
pada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh, selulosa sering
tidak terukur melalui uji BOD karena sukar dioksidasi melalui reaksi biokimia, tetapi
dapat terukur melalui uji COD. (Fardiaz. 1992)
Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum
reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi
hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan
organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti
makin banyak oksigen yang diperlukan. ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak
tercemar oleh bahan buangan organik.
(Wardhana, 1995)

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Prinsip Analisa


Penentuan kadar COD pada limbah cair dilakukan dengan metode titrimetri
dimana campuran H2SO4(p) dengan K2Cr2O7 dan zat organik direfluks selama 2 jam.
Kelebihan kalium bichromat yang tidak tereduksi, dititrasi dengan larutan ferro
ammonium sulfat (FAS).

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
- Neraca analitik

Mettler AE 20

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

- Tabung COD

Pyrex

- Buret 50 ml

Pyrex

- Erlenmeyer 500 ml

Pyrex

- Pipet volume 10 ml

Pyrex

- Gelas ukur 25 ml

Pyrex

- COD Destruction Block

Velf Scientifica Eco 6

pipet tetes

3.2.2. Bahan
- Indikator ferroin
- Larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05N
- Serbuk Merkuri Sulfat (HgSO4)
- Batu didih
- Larutan Kalium bichromat (K2Cr2O7) 0,25N
-

Larutan Asam Sulfat-Perak Sulfat (Ag2SO4-H2SO4)

3.3. Pembuatan Pereaksi


1. Pembuatan Larutan Indikator Ferroin
-

1,10 phenanthrolin monohidrat ditimbang sebanyak 1,485 g

kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL

FeSO4.7H2O ditambahkan sebanyak 0,695 g

kemudian ditepatkan volumenya sampai tanda garis dengan akuades,


kemudian dihomogenkan

2. Pembuatan Larutan Kalium bichromat (K2Cr2O7) 0,25 N


Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

K2Cr2O7 ditambahkan sebanyak 6,1295 g dengan neraca analitik

kemudian dilarutkan dalam labu takar 500 mL dan ditambahkan dengan akuades
Sampai garis tanda

- kemudian dihomogenkan
3. Pembuatan Larutan Asam Sulfat- Perak Sulfat (Ag2SO4-H2SO4)
-

Ag2SO4 ditimbang sebanyak 5 g

kemudian dilarutkan dalam labu takar 500 mL dengan (H2SO4) (p)

4. Pembuatan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 N


-

Ferro Ammonium Sulfat ditimbang sebanyak 19,6 g, dimasukkan dalam labu ukur
1000 mL

kemudian dilarutkan dengan 300 mL akuades

kemudian ditambahkan 20 mL H2SO4 (p)

Ditepatkan volumenya sampai tanda garis dengan akuades kemudian


dihomogenkan

3.4. Prosedur Analisa


a. Standardisasi Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 N
-

K2Cr2O7 0,25 N dipipet sebanyak 10 mL

Kemudian dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 300 mL

Kemudian ditambahkan 90 mL akuades

Kemudian ditambahkan 20 mL H2SO4 (p) dan didinginkan

Ditambahkan 2 -3 tetes indikator Ferroin dan dititrasi dengan Ferro Ammonium

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Sulfat yang telah dibuat sampai berubah warna menjadi merah


Kecoklatan
-

Dicatat hasil titrasinya

Diulangi titrasi sebanyak dua kali perulangan

Normalitas.FAS =

(V1 )(N1 )
V2

Dimana:
V1 = volume larutan K2Cr2O7 yang digunakan, (mL)
V2 = volume larutan FAS yang dibutuhkan, (mL)
N1 = normalitas larutan K2Cr2O7

N .FAS =

10 x0,25
= 0,0496
50,4

N .FAS =

10 x0,25
= 0,0497
50,3

Jadi N .FAS =

0,0496 + 0,0497
= 0,0496
2

b. Analisa Sampel PKS, Karet dan Domestik


- Dipipet 10 mL sampel PKS, dimasukkan ke dalam tabung COD
- Ditambahkan 0,2 g serbuk HgSO4 dengan beberapa batu didih
- Ditambahkan 5 mL larutan K2Cr2O7 0,25N sambil diaduk hingga larutan homogen
- Didinginkan tabung COD dalam pendingin es dan tambahkan 15 mL larutan
Ag2SO4-H2SO4 sedikit demi sedikit melalui dinding tabung kemudian diaduk
hingga homogen
- Dihubungkan dengan pendingin dan dididihkan diatas COD Destruction Block
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

selama 2 jam
- Didinginkan sampai temperatur kamar
- Dicuci bagian pendingin dengan air suling hingga volume sampel menjadi lebih
kurang 70 mL
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml, ditambahkan indikator Ferroin 2 sampai 3
tetes
- Dititrasi dengan larutan FAS 0,05N sampai berubah warna menjadi merah
kecoklatan
- Dicatat larutan FAS yang terpakai
- Diulangi titrasi sebanyak dua kali perulangan
- Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel karet dan domestik
- Dilakukan prosedur yang sama terhadap air suling sebagai blanko

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Percobaan


Sampel limbah cair yang digunakan dalam analisa yaitu limbah cair PKS, limbah
cair pabrik karet, dan limbah cair domestik.
Tabel: Data Hasil Penentuan COD

No
Sampel
1

limbah domestik

limbah PKS

limbah karet

Volume
FAS (mL)
Blanko
25,05
25,05
25,05
25,05
25,05
25,05

Sampel
(mL)
20,95
20,95
19,85
19,85
24,25
24,25

N FAS
(mL)
0,0496
0,0496
0,0496
0,0496
0,0496
0,0496

Volume
Sampel
(mL)
10
10
10
10
10
10

COD
(mg/L)
162,68
162,68
206,33
206,33
31,74
31,74

COD
ratarata
(mg/L)
162,68
206,33
31,74

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

4.2. Perhitungan
Kadar COD
COD(mg O 2 ) =

( A B )(N )(8000)
V

dimana :
A = volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk blanko, (mL)
B = volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk sampel, (mL)
N = normalitas larutan FAS
V = volume sampel, (mL)
-

Limbah Domestik

: 25,05 mL

N FAS

: 0,0496 mL

: 20,95 mL

V sampel

: 10 mL

COD =

(25,05 20,95) 0,0496 8000 = 162,68mg / l


10

Limbah PKS

: 25,05 ml

N FAS

: 0,0496 ml

: 19,85 ml

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

V sampel

COD =

: 10 ml

(25,05 19,85) 0,0496 8000 = 206,33mg / l


10

Limbah Pabrik Karet

: 25,05 ml

N FAS

: 0,0496 ml

: 24,25 ml

V sampel

: 10 ml

COD =

(25,05 24,25) 0,0496 8000 = 31,74mg / l


10

4.3. Pembahasan
Dari hasil uji yang dilakukan terhadap beberapa limbah cair dengan parameter
COD ternyata diperoleh kadar COD pada limbah cair pabrik kelapa sawit sebesar 206,33
mg/l, limbah cair pabrik karet sebesar 31,74 mg/l, dan limbah cair domestik sebesar
162,68 mg/l. adanya perbedaan kadar COD yang besar dari limbah cair pabrik kelapa
sawit, limbah cair pabrik karet maupun limbah cair domestik dikarenakan adanya
kandungan-kandungan senyawa kimia yang terdapat dari masing-masing limbah cair
tersebut, dimana limbah cair domestik mengandung bahan mineral dan zat-zat organik
yang sebagian besar terdiri dari bahan-bahan nitrogen, karbohidrat, lemak dan sabun.
Limbah cair kelapa sawit mempunyai kadar bahan organik yang tinggi. tingginya bahan
organik tersebut mengakibatkan beban pencemaran yang semakin besar, karena
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar. salah satu limbah cair industri
kelapa sawit penyebab pencemaran lingkungan adalah lumpur yang mempunyai
kandungan bahan organik yang tinggi. (Masli.2007)
Limbah cair pabrik karet juga mengandung senyawa organik yang tinggi antara
lain dalam bentuk senyawa karbon, nitrogen dan fosfat yang dapat mencemari linkungan.
Dan untuk mengurangi kandungan bahan organik tersebut penanganan limbah cair
industri karet umumnya menggunakan sistem sequencing batch reactor (SBR) yang dapat
menyisihkan senyawa karbon, nitrogen, dan fosfor sebesar 85-90% (Said. 1996)
Dengan demikian dapat dilihat bahwa kadar COD pada limbah cair pabrik kelapa
sawit, limbah cair pabrik karet, dan limbah cair domestik telah memenuhi persyaratan
baku mutu air limbah. yaitu standart baku mutu air limbah yang telah ditetapkan oleh
Menteri lingkungan hidup dalam Surat keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor:
Kep-51/MENLH/10/1995, dimana kadar maksimal COD dalam air limbah industri kelapa
sawit sebesar 350 mg/l, industri karet sebesar 300 mg/l, limbah domestik sebesar 300
mg/l. Sehingga limbah-limbah cair tersebut dapat/layak untuk dibuang ke badan air.

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Dari hasil hasil uji kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada beberapa limbah
cair dapat diperoleh kesimpulan bahawa kadar COD pada limbah cair pabrik karet sebesar
31,74 mg/l, limbah cair kelapa sawit sebesar 206,33 mg/l, limbah domestik sebesar
162,68 mg/l.
Dan dapat disimpulkan bahwa kadar COD pada beberapa limbah cair tersebut
berada di bawah batas maksimal yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Nomor: Kep.51/MENLH/10/1995 tanggal 23 Oktober 1995 sehingga layak untuk di


buang ke badan air.

4.2. Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan terutama pada perairan,
sebaiknya para pabrik industri mengolah limbah cairnya sehingga sesuai dengan standar
baku mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Pemilik pabrik harus
mempunyai usaha untuk melestarikan kualitas lingkungan agar lingkungan pabrik
maupun masyarakat yang menggunakan air sebagai sumber kehidupan tidak tercemar
oleh limbah industri.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.


Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air Dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan
Pertama. Jakarta: C.V. Rajawali
Said, G. 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Jakarta: Trubus
Agriwidaya.
Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja Dan Limbah Cair. Jakarta: Buku
Kedokteran.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: UI Press.
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Masli, L.N., Utomo, T.P., dan Nawansih, O. 2007. Kajian Proses Start-Up Sequencing
Batch Reactor (SBR) Dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Karet.
http://www.unila.ac.id/~fp/index2.php%3foption%3Dcom_content%26do_pdf%3
D1%26id%3d123+kadar+COD+pada+limbah+industri+karet&cd==3&hl=id&ct=
clnk&gl=id. Diakses tanggal 1 Mei, 2009.
Wardhana, W. A. 1995 Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi
Yogyakarta.

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

LAMPIRAN

Lampiran -1 : Baku Mutu Limbah Cair


NOMOR

: KEP-51/MENHL/10/1995

TENTANG

: BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

TANGGAL

: 23 OKTOBER 1995

BAKU MUTU LIMBAH CAIR


No

Parameter

Satuan

Golongan Baku
BM (Aqua) Mutu Limbah
Cair

Temperatur

Zat padat terlarut

38

40

mg/l

2000

4000

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Zat padat tersuspensi

mg/l

200

400

KIMIA
1

pH

6,0 sampai 9,0

Besi terlarut (Fe)

mg/l

10

Mangan terlarut (Mn)

mg/l

Barium (Ba)

mg/l

Tembaga (Cu)

mg/l

Seng (Zn)

mg/l

10

Krom Heksavalen (Cr3+)

mg/l

0,1

0,5

Krom Total (Cr)

mg/l

0,5

Cadmium (Cd)

mg/l

0,05

0,1

10

Raksa (Hg)

mg/l

0,002

0,005

11

Timbal (Pb)

mg/l

0,1

12

Stanum

mg/l

13

Arsen

mg/l

0,1

14

Selenium

mg/l

0,05

0,5

15

Nikel (Ni)

mg/l

0,2

0,5

16

Kobalt (Co)

mg/l

0,4

0,6

17

Sianida (CN)

mg/l

0,05

0,5

18

Sulfida (H2S)

mg/l

0,05

0,1

19

Fluorida (F)

mg/l

20

Klorin bebas (Cl2)

mg/l

21

Amonia bebas (NH3-N)

mg/l

22

Nitrat (NO3-N)

mg/l

20

30

23

Nitrit (NO2-N)

mg/l

24

BOD5

mg/l

50

150

25

COD

mg/l

100

300

26

Senyawa aktif biru metilen

mg/l

10

27

Fenol

mg/l

0,5

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

28

Minyak Nabati

mg/l

10

29

Minyak Mineral

mg/l

10

50

30

Radioaktivitas

mg/l

Lampiran -2 : Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Kelapa Sawit


LAMPIRAN BIV

: KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR

: KEP-51/MENLH 10/1995

TENTANG

: BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

TANGGAL

: 23 OKTOBER 1995

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI KELAPA SAWIT


Parameter
BOD 5
COD
TSS
Minyak Lemak
N Total
PH
Debit Limbah
Maksimum

Kadar Maksimum
(mg l )

Beban Pencemaran Maksimum


(kg ton )

100
350
250
25
50

0,25
0,88
0,63
0,063
0,125
6.0-90
2,5 m 2 ton produk minyak sawit

Lampiran -3

: Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Karet

LAMPIRAN A VI

: KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR

: KEP-51/MENLH 10/1995

TENTANG

: BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

TANGGAL

: 23 OKTOBER 1995

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI KARET


Parameter

Kadar Maksimum

Beban Pencemaran Maksimum

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

(mg l )
BOD 5
COD
Amonia total
(sebagai NH3-N)
PH
Debit Limbah
Maksimum

(kg

ton )

150
300

6,0
12,0

10

0,4
6.0-90
40 m 3 ton produk karet

Nurhasanah : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet
Dan Domestik, 2009.

Anda mungkin juga menyukai