Anda di halaman 1dari 2

Indonesia Finance Today - Pertumbuhan Industri Minuman Diestimasi 12% Tahun Ini

1 of 8

Selasa 10 Maret 2015, 11:04:22

Berita Foto

http://www.ift.co.id/posts/pertumbuhan-industri-minuman-diestimasi-12-tahun-ini

IFT Data
Akun ( Active until 01-11-2015 )

Dashboard

Logout

Home Today's Paper Analisis Laporan Khusus Market Outlook Indeks

Search
MARKET
Home

INDUSTRI

MAKRO

DUNIA

TEKNO

OPINI

Konsumer

Pertumbuhan Industri Minuman Diestimasi 12% Tahun Ini


Reporter: Salim Maula Djuha
Editor: Andryanto Suwismo
Senin 05 Januari 2015, 04:33:00

JAKARTA - Pertumbuhan industri minuman tahun ini diestimasi 11%-12%, melampaui pertumbuhan industri makanan yang hanya single digit. Asosiasi
industri menilai ruang tumbuh untuk sektor minuman dinilai masih lebih besar dengan penetrasi yang masih sangat rendah dibandingkan dengan
makanan.
Rachmat Hidayat, Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), mengatakan tahun ini
industri makanan dan minuman diperkirakan tumbuh 8% menjadi Rp 1.080 triliun dibandingkan tahun lalu Rp 1.000 triliun. "Namun sektor minuman
pertumbuhannya akan lebih tinggi dibandingkan dengan makanan. Sektor minuman dapat tumbuh mencapai 11%-12% seperti pada segmen air minum
dalam kemasan (AMDK) atau juga susu dalam kemasan. Untuk makanan hanya single digit," tutur Rachmat kepada IFT.

3/10/2015 11:12 AM

Indonesia Finance Today - Pertumbuhan Industri Minuman Diestimasi 12% Tahun Ini

http://www.ift.co.id/posts/pertumbuhan-industri-minuman-diestimasi-12-tahun-ini

Dia melanjutkan untuk sektor makanan penetrasinya dinilai lebih besar jika dibandingkan minuman. "Seperti contoh segmen mi instan yang penetrasinya
sudah sangat besar," tambahnya.
Kondisi tersebut juga didukung dengan semakin bertumbuhnya masyarakat kelas menengah dari tahun ke tahun. Masyarakat kelas menengah biasanya
lebih banyak menghabiskan uang untuk makan atau minum di luar rumah sebagai kompensasi secara psikologis dari kerja yang sudah dilakukannya
seharian.
Selain itu, inovasi produk minuman saat ini terlihat semakin berkembang baik dari jenis maupun segmennya. Seperti beberapa tahun belakangan terbukti
banyak bermunculan produk-produk minuman yang inovatif, sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh konsumen sekalipun. "Seperti contoh kita tidak
pernah terbayang sebelumnya minuman kopi dimasukkan dalam botol plastik," ujarnya.
Mengingat tingginya peluang pertumbuhan sektor ini, dua emiten makanan dan pakan ternak, yakni PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) dan PT
Charoen Pokphand ndonesia Tbk (CPIN), serius merambah bisnis minuman ringan mulai tahun ini. Ekspansi bisnis tersebut akan direalisasikan antara lain
dengan cara bermitra dengan perusahaan asing (joint venture) dan membangun pabrik pemrosesan minuman ringan.
Charoen berinvestasi Rp 600 miliar dengan mengakuisisi dan memiliki lahan seluas 100 hektare di Cikande. Fasilitas tersebut akan digunakan untuk
membangun pabrik pemrosesan produk minuman, termasuk air mineral, teh siap minum, dan produk susu serta olahannya.
Perseroan juga akan meluncurkan air mineral dengan nama Frozen. Sedangkan untuk produk susu, perseroan diprediksi membentuk usaha patungan
(joint venture) dengan Meiji (Jepang), mengikuti jejak joint venture di tingkat regional antara Charoen Pokphand-Meiji Co Ltd di Thailand yang didirikan
pada 1989 dan sudah dikenal sebagai salah satu produsen susu dingin dan yoghurt merek Meiji.
Selain itu, dengan prospek pertumbuhan industri minuman yang cukup tinggi dan potensi perolehan margin lebih stabil, perseroan berniat untuk
melakukan perluasan penjualan minuman dengan memanfaatkan jaringan distribusi produk konsumsi (Fiesta) yang sudah ada pada perdagangan modern
melalui Prima Food International, termasuk toko ritel CP Prima Mart.
Di sisi lain, emiten makanan TPS Food berencana berinvestasi Rp 100 miliar untuk membangun pabrik minuman ringan dengan mitra asing di Solo, Jawa
Tengah, pada kuartal II tahun ini. Perseroan akan bekerjasama (joint venture) dengan salah satu perusahaan asing sebagai pemegang merek untuk
merealisasikan investasi di bidang produksi dan distribusi. Dengan begitu perseroan nantinya menjadi pemegang saham mayoritas.
"Kami sedang dalam tahap final negosiasi terkait pembangunan dan pendistribusian pabrik minuman di Solo, Jawa Tengah. Apabila negosiasi rampung
sebelum akhir tahun ini, maka kami berharap pembangunan pabrik sudah bisa dimulai pada April tahun depan," kata Sjambiri Lioe, Direktur Keuangan
TPS Food.
Pabrik baru itu akan dibangun di atas area pabrik existing perseroan dengan masa pembangunan sekitar tujuh bulan. "Dengan demikian, kami berharap
pabrik minuman tersebut bisa mulai beroperasi pada awal 2016," ujar dia.(*)

Tanya IFT?
Klik Disini

2 of 8

3/10/2015 11:12 AM

Anda mungkin juga menyukai