Refer at
Refer at
I.
PENDAHULUAN
Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita
jumpai dan dapat mengenai segala usia. Seringkali pasien datang berobat
walaupun tingkat gangguan keseimbangan masih dalam taraf ringan. Hal ini
disebabkan oleh terganggunya aktivitas sehari-hari dan rasa ketidaknyamanan
yang ditimbulkannya.1,2
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di
sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ
visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut
akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh saat itu. 1,3
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan.Gejala
yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa
bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin. 1,2
Keseimbangan yang normal membutuhkan : (a) informasi sensorik yang
akurat dari mata, reseptor proprioseptif, dan labirin vestibular; (b) koordinasi dari
informasi tersebut dalam otak; dan (c) motor output yang normal dari sistem saraf
pusat kepada sistem muskuloskeletal. Kesalahan dari salah satu hal diatas dapat
menyebabkan ketidakseimbangan.(1)
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin),
terlindung oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara
umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat
keseimbangan.(2)
II.
III.
IV.
Anamnesis
Dalam anamnesis pusing, pertama-pertama perlu dibedakan pusing yang
berasal dari vestibular dengan yang berasal dari sentral atau dengan sebab-sebab
yang tidak berhubungan dengan sistem keseimbangan. Jika pasien mengatakan
bahwa ia mengalami gangguan kesadaran atau terasa akan pingsan selama
serangan pusing, maka lebih dimungkinkan suatu etiologi non-vestibular.4
Dalam anamnesis, adalah penting mendapat data akurat mengenai waktu
awitan, sifat-sifat fase awal pusing, aktivitas pasien pada saat awitan, lamanya
gejala dan akhirnya masa pemulihan. Perjalanan penyakit juga diperjelas dengan
mendapatkan anamnesis frekuensi kekambuhan. 5
Secara klasik, pusing vestibular menimbulkan sensasi berputar baik pada
pasien sendiri atau lingkungannya. Pada kasus yang lebih kronik dan pada kasus
pusing perifer bilateral, pasien hanya dapat merasa mabuk atau amat goyah.5
Gejala pusing vestibular sering pula disertai gejala somatik. Pasien akan
mengeluh mual berat dan terkadang muntah pada saat serangan pusing vestibular.
Pasien dengan gejala-gejala vestibular sering kali mengeluh mengaburnya
penglihatan atau kesulitan memfokuskan penglihatan pada objek tertentu.
Penglihatan ganda, skotomata dan bintik buta amat jarang dikeluhkan. Perubahanperubahan visual yang tidak lazim ini mengesankan suatu etiologi nonvestibular.13
Tabel 1. Diagnosis banding pusing
Sentral
Bervariasi
Tidak stabil
Perifer
Mendadak
Berputar,membalik
Konstan, bervariasi
Episodic, terkait
Dapat
Jarang
melelahkan
Efek visual
Menutup mata
Gejala visual
mengubah gejala
Penglihatan ganda,
memperburuk gejala
Penglihatan kabur
Gejala telinga
Nyeri kepala
Efek sistemik
bintik buta
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Mual,muntah
Awitan
Sifatsifat/gambara
n
Lamanya
V.
PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Mengetes keseimbangan merupakan sebuah hal yang kompleks
karena berbagai variasi dari sistem sensorik yang terlibat dalam persepsi
keseimbangan. Tes dibagi menjadi 2 kelompok besar; tes yang
mengaktivasi refleks vestibulo-okular (contoh: electronystagmogram dan
tes rotasi) dan tes keseimbangan umum (posturografi).(7)
1. Tes Kalori
Tes Kobrak
7
endolymph
dalam
kanalis
semi-sirkularis
horizontal.
Mekanisme pergerakan konveksi ini berdasar pada air hangat dan air
dingin pada MAE, menyebabkan perubahan suhu dari 1 sisi kanalis
horizontal ke yang lainnya. Perubahan suhu ini menyebabkan
perbedaan densitas endolymph dalam kanal.(6)
Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Dingin 30 OC,
panas 44 OC. Volume air yang dialirkan kedalam liang telinga masingmasing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat
lama nistagmus yang timbul. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga
kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan
selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).(2)
Rumus : Sensitivitas L R : (a+c) - (b+d) = <40 detik
Dalam rumus ini dihitung selisih waktu nistagmus kiri dan kanan.
Bila kurang dari 40 detik artinya kedua fungsi vestibuler dalam keadaan
seimbang. Jika lebih dari 40 detik, berati yang mempunyai waktu
nistagmus lebih kecil mengalami parese kanal.(2)
Langkah
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Telinga
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Suhu air
O
30 C
30 OC
44 OC
44 OC
Arah nistagmus
Kanan
Kiri
Kiri
Kanan
Kanan
Kiri
Kiri
Kanan
Waktu
Nistagmus
a. detik
b. detik
c. detik
d. detik
Tes Kontrol Postural terdiri dari : (1) tes Romberg, (2) Pastpointing test,
(3) Tandem Gait test, dan (4) Fukuda Stepping test. Tes kontrol postural
memiliki sensitivitas dan spesifitas sedang dalam mengidentifikasi lesi.
Goyangan berlebih ke satu sisi pada tes Romberg, deviasi ke satu sisi
pada pastpointing test, atau rotasi ke salah satu sisi pada Fukuda
stepping test mengindikasikan adanya lesi parese pada labirin di sisi
tesebut atau lesi iritatif pada arah yang berlawanan.(13)
a. Romberg Test
Selama tes Romberg, yang digunakan untuk mengetahui gangguan
vestibuler, pasien diminta untuk berdiri tegak dengan kaki rapat,
mata terbuka kemudian dengan mata tertutup (untuk mengeliminasi
input visual). Normalnya, tidak ada pergerakan badan atau jatuh ke
salah satu sisi. Pada vestibulopati perifer unilateral, pasien
mengalami deviasi perlahan lahan ke arah lesi.(13, 14)
Tes Romberg dapat dibuat menjadi lebih sensitif dengan :
Manuver Jendrassik : Pasien diminta menarik kedua tangan ke
arah yang berlawanan dengan jari jari yang saling melekat,
menghasilkan peningkatan relaksasi kuskular pada anggota
tubuh bagian bawah.(14)
Manuver Jendrassik
10
Pada gambar diatas, input sensorik dari mata dihalangi. Hal ini
dapat mengakibatkan miring atau jatuh pada pasien dengan
kehilangan proprioseptif dari persendian atau gangguan vestibular
perifer.(15)
b. Pastpointing Test
Pasien dan pemeriksa berdiri saling berhadapan; mereka kemudian
merentangkan tangan ke depan dengan jari telunjuk saling
menyentuh satu sama lain. Pasien diminta mengangkat tangannya
dan menyentuhkan kembali jari telunjuknya dengan jari telunjuk
pemeriksa yang diam. Pasien melakukan gerakan ini 3 kali dengan
mata terbuka, kemudian diulangi dengan mata tertutup. Deviasi ke
satu sisi termasuk abnormal.(13)
11
akan ditemukan masa laten dan terdapat kelelahan dan vertigo biasanya
terasa berat. Pada kelainan sentral sebaliknya, yaitu tidak ada masa
laten, tidak ada kelelahan, dan vertigo ringan saja.(2)
Sebagai contoh, misalnya jika BPPV terjadi pada kanalis semisirkularis posterior kiri, maka manuver ini akan menginduksi terjadinya
nistagmus seperti crescendo-descendo, yang menurut penderita seperti
berlawanan arah jarum jam ke telinga kiri dan dahi. Ketika pasien
dikembalikan ke posisi duduk, maka arah nistagmusnya akan berhenti.
(10)
posisi
pasien
yang
cepat
menjadi
posisi
kepala
menggantung. Pada pasien-pasien tersebut, manuver sidelying BojrabCalvert dapat dilakukan. Manuver ini memungkinkan pemosisian
kanalis semi-sirkularis posterior yang sama seperti manuver DixHallpike, tanpa kepala menggantung.(8)
14
ke kanan sehingga
6. Tes Rotasi
Ada 2 macam uji rotasi. Salah satunya dengan menempatkan
subjek di atas kursi yang diletakkan pada pusat aksis rotasi dari suatu
motor torque. Bila subjek duduk tegak dengan memiringkan kepala 30 O
ke bawah, maka kanalis horizontalis dapat dirangsang secara
maksimum. Gerakan leher dicegah sehingga rotasi akan menggerakkan
tubuh dan kepala bersamaan. Rotasi dapat dilakukan dalam 1 arah
dengan percepatan konstan dalam waktu singkat (mis., 18 detik) atau
secara osilatorik (mis. Sinusiod). Untuk percepatan konstan dilakukan
pengukuran amplitudo dan lamanya respons, sedangkan untuk ruang
sinusoid diukur fase serta hasil yang didapat.(11)
Tes diatas disebut juga sebagai Rotary Chair Test. Tes ini berguna
untuk membantu menentukan apakah gejala yang pasien alami karena
gangguan pada telinga dalam atau pada otak. Pergerakan mata direkam
oleh elektroda kecil yang mirip dengan yang digunakan pada tes ENG.
Tes ini memungkinkan pengukuran terhadap respon dari pergerakan
kepala yang kecepatannya hampir sama dengan kegiatan sehari-hari.(12)
7. Electronystagmography (ENG)
ENG gunanya untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya
sederhana saja, yaitu bahwa kornea mata itu bermuatan positif. Muatan
15
positif ini sifatnya sama dengan muatan positif listrik atau magnet yang
selalu mengimbas daerah sekitarnya.(2, 7)
Dengan meletakkan elektroda pada kulit kantus lateral mata kanan
dan kiri, maka kekuatan muatan kornea kanan dan kiri bisa direkam.
Rekaman muatan ini disambungkan pada galvanometer. Bila muatan
kornea kanan sama dengan kiri, galvanometer akan menunjukkan angka
nol (di tengah). Jadi kesimpulannya jarum galvanometer akan bergerak
sesuai dengan gerak bola mata. Dengan demikian, nistagmus yang
terjadi bisa dipantau dengan baik.(2, 7)
8. Videonystagmography / Videooculography
VNG atau disebut juga VOG belakangan menjadi cara yang dipilih
untuk merekam pergerakan mata selama tes vestibular. VOG
memberikan keuntungan dibandingkan dengan tes EOG konvensional
karena pengukurannya akurat. Komponen utama dari sistem VOG
adalah sebuah kamera video infrared sensitif yang terhubung dengan
komputer untuk menentukan posisi mata.(9)
16
9. Posturografi
Karena keseimbangan merupakan kombinasi antara sensasi
vestibular, penglihatan, dan proprioseptif, telah dirancang beberapa
jenis posturografi untuk mengevaluasi fungsi keseimbangan secara
umum. Yang paling sering digunakan saat ini adalah Computerized
Dynamic Posturography.Pasien yang menjadi kandidat tes ini adalah
pasien
dengan
gangguan
keseimbangan
yang
tidak
diketahui
sistem
visual,
vestibular,
dan
sensorik
selama
keseimbangan.(12)
17
suatu
Kesimpulan
Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita
jumpai dan dapat mengenai segala usia. Sistem keseimbangan manusia
bergantung kepada telinga dalam, mata, dan otot dan sendi untuk menyampaikan
informasi yang dapat dipercaya tentang pergerakan dan orientasi tubuh di dalam
ruang. Alat keseimbangan terdapat di telinga dalam, terlindung oleh tulang yang
paling keras yang dimiliki oleh tubuh.
Telinga memiliki 3 kanalis semisirkularis yang secara tiga dimensi
tersusun dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain. Di setiap kanalis
semisirkularis terdapat Sel-sel rambut reseptif yang terletak di atas suatu
bubungan (ridge), terletak di ampula (suatu pembesaran dipangkal kanalis).
Rambut rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi diatasnya
yaitu kupula yang menonjol kedalam endolimfe di dalam ampula. Kupula
bergoyang sesuai arah gerakan cairan.
Sejumlah uji klinis dapat dilakukan untuk menentukan apakah sistem
vestibularis berfungsi normal atau tidak. Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat
18
dilakukan mulai dari pemeriksaan yang sederhana terlebih dahulu, pemeriksaanpemeriksaan tersebut antara lain (Uji Romberg, Uji berjalan (stepping test), tes
unterberger, past-pointing tes ( uji tunjuk barany), rangsangan kalori (uji kalori),
test Nistagmus spontan, test Nistagmus Posisi, test Rotasi, Posturografi,
Elektronigtagmogram.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Ludman H. Vertigo, in : Ludman H, Bradly PJ. ABC of Ear, Nose, and Throat
Fifth Edition. Blackwell Publishing. USA. 2007. pp. 40.
2. Hadjar E. Gangguan Keseimbangan, dalam : Soepardi EA, Iskandar N. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Balai Penerbit FK UI.
Jakarta. 1997. pp. 75-79.
3. Newlands SD, Wall C. Vestibular Function and Anatomy, in : Bailey BJ,
Johnson JT, Newlands SD. Head & Neck Surgery Otolaryngology 4 th
Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2006.
4. Sherwood L. Human Physiology : From Cells to Systems, Seventh Edition.
Books/Cole Cengeage Learning. USA. 2010. Chapter 6. pp. 213, 215, 224-25,
227-28.
5. Lysakowski A. Anatomy of Vestibular End Organs and Neural Pathways, in :
Cummings CW, et al. Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery
Fourth Edition. Elsevier. USA. 2005. Chapter 138.
6. Hullar TE, Minor LB. Vestibular Physiology and Disorders of the Labyrinth,
in: Glasscook ME, Gulya AJ. Glasscook-Shambaugh Surgery of the Ear Fifth
Edition. BC Decker. USA. 2003. pp. 83, 94.
7. Staecker H. Testing Balance and The Vestibular System, in : Van De Water TR,
Staecker H. Otolaryngology Basic Science and Clinical Review. Thieme. New
York. 2006. pp. 415, 419.
8. Bojrab DI, Kaot MB. Vestibular Testing, in : Glasscook ME, Gulya AJ.
Glasscook-Shambaugh Surgery of the Ear Fifth Edition. BC Decker. USA.
2003. pp. 202, 208-09.
9. Wuyts FL, et al. Vestibular Function Testing. Lippincott Williams & Wilkins.
2007. pp. 19-20.
10. Brandt T, Strupp M. General Vestibular Testing. Elsevier. Clinical
Neurophysiology 116. 19 August 2004. pp. 416.
11. Anderson JH, Levine SC. Sistem Vestibularis, dalam : Adams GL, BOIES LR,
Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi III. Penerbit Buku
Kedokteran ECG. Jakarta. 1997. pp. 43-44.
12. Robinson BS. Common Vestibular Function Test. American Physical Therapy
Association, Section on Neurology. USA. pp. 2.
20
13. Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology Head and
Neck Surgery Second Edition. McGraw Hill Publishing, Lange. New York.
2007. Chapter 46.
14. Dejardin S. The Clinical Investigation of Static and Dynamic Balance. B-ENT.
2008. Suppl 8, 29.
15. Dhillon RS, East CA. An Illustrated Colour Test Ear, Nose, and Throat and
Head and Neck Surgery Second Edition. Churchill Livingstone. UK. 1999.
Pp20
21