Anda di halaman 1dari 21

TES VESTIBULER

I.

PENDAHULUAN
Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita

jumpai dan dapat mengenai segala usia. Seringkali pasien datang berobat
walaupun tingkat gangguan keseimbangan masih dalam taraf ringan. Hal ini
disebabkan oleh terganggunya aktivitas sehari-hari dan rasa ketidaknyamanan
yang ditimbulkannya.1,2
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di
sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ
visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut
akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh saat itu. 1,3
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan.Gejala
yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa
bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin. 1,2
Keseimbangan yang normal membutuhkan : (a) informasi sensorik yang
akurat dari mata, reseptor proprioseptif, dan labirin vestibular; (b) koordinasi dari
informasi tersebut dalam otak; dan (c) motor output yang normal dari sistem saraf
pusat kepada sistem muskuloskeletal. Kesalahan dari salah satu hal diatas dapat
menyebabkan ketidakseimbangan.(1)
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin),
terlindung oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara
umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat
keseimbangan.(2)

Gambar 1 - Komponen sensorik dan motorik dari keseimbangan.(1)

II.

ANATOMI DAN FISIOLOGI ALAT VESTIBULER


Telinga terdiri dari 3 bagian : telinga luar, tengah, dan telinga dalam.
Bagian telinga luar dan tengah mentransmisikan getaran suara yang ada di
udara ke telinga dalam sambil mengamplifikasi energi suara tersebut
selama prosesnya. Telinga dalam merupakan tempat dari 2 sistem sensorik
yang berbeda; cochlea yang memiliki reseptor untuk mengkonversi
gelombang suara menjadi impuls saraf, dan aparatus vestibular, yang
penting dalam sensasi keseimbangan.(4)

Gambar 3 Anatomi Telinga(4)

Sistem vestibular terdiri dari 5 organ sensori yang berbeda : 3 kanalis


semi-sirkularis yang sensitif terhadap perubahan kecepatan angular (rotasi
kepala) dan dua otolit yang sensitif terhadap perubahan kecepatan linear
(seperti pergerakan kendaraan atau elevator).(5)

Aparatus vestibular mendeteksi perubahan posisi dan pergerakan dari


kepala. Seperti cochlea, semua komponen dari aparatus vestibular memiliki
endolymph dan dikelilingi oleh perilymph. Selain itu, sama dengan organo
corti, setiap komponen vestibular memiliki sel rambut yang merespon
deformasi mekanikal yang dipicu oleh pergerakan tertentu dari endolymph.
(4)

Kanalis semi-sirkularis merupakan alat keseimbangan dinamik,


mendeteksi gerakan berputar atau akselerasi dan deselerasi angular dari
kepala, seperti ketika mulai atau berhenti berputar, jungkir balik, atau
memutar kepala, sehingga kemana saja arah gerakan kepala, asal gerakan
itu membentuk putaran, maka gerakan tersebut akan tertangkap oleh salah
satu, dua, atau oleh ketiga kanalis semi-sirkularis bersama-sama. Pada
manusia, kss horizontal fungsinya paling dominan dibandingkan dengan
kanalis yang lain. Hal ini sesuai dengan hidup manusia yang banyak
bergerak horizontal.(2, 4)
Gambar 4 Aparatus vestibularis (4)

Sel-sel rambut reseptor pada setiap kanalis semi-sirkularis terletak di


ampulla, bagian yang menebal di bagian bawah kanal. Sel-sel rambut
tersebut melekat pada cupula, yang menonjol ke arah endolymph. Kupula
akan bergoyang sesuai dengan gerakan cairan endolymph.(4)

Gambar 5 Sel-sel rambut reseptor (4)

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan


cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk.
Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion
kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses
depolarisasi dan akan merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator yang
selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat
keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terodorong ke arah berlawanan, maka
terjadi hiperpolarisasi.(2)

Sistem vestibuler, yang didefinisikan sebagai pendeteksi gerakan vestibular


perifer dan berkaitan dengan struktur sistem saraf pusat, mendeteksi pergerakan
dan mengubah pergerakan itu menjadi informasi yang dapat digunakan oleh
sistem saraf pusat untuk menghasilkan refleks motorik yang sesuai atau
memfasilitasi proses kompleks seperti koordinasi kepala, mata, dan pergerakan
anggota tubuh, atau megubah persepsi seseorang terhadap orientasinya di dunia.(3)
Sistem vestibular, seperti juga sistem auditorik, mengubah stimuli fisik
menjadi sinyal neuron, hanya saja sistem vestibular mendeteksi akselerasi linear
dan angular, bukan suara.(3)

Gambar 2 Input dan output dari vestibular nuklei (4)

Organ-organ otolit, yang disebut utrikulus dan sakulus merupakan


alat keseimbangan statik. Alat ini terangsang oleh gerak percepatan atau
perlambatan yang lurus arahnya, dan juga oleh gravitasi. Utrikulus
mendeteksi : (1) perubahan posisi kepala yang menjauh dari medan vertikal
dan (2) akselerasi dan deselerasi linear horizontal. Sakulus mendeteksi : (1)
perubahan posisi kepala yang menjauh dari medan horizontal dan (2)
akselerasi dan deselerasi linear vertikal.(2, 4)

Gambar 6 Pergerakan kanalis semi-sirkularis (4)

III.

PATOFISIOLOGI ALAT VESTIBULER


Rangsangan normal akan selalu menimbulkan gangguan vertigo,
misalnya pada tes kalori. Rangsangan abnormal dapat pula menimbulkan
gangguan vertigo bila terjadi kerusakan pada sistem vestibularnya,
misalnya orang dengan paresis kanal akan merasa terganggu bila naik
perahu. Rangsangan normal dapat pula menimbulkan vertigo pada orang
yang normal, bila situasinya berubah, misalnya dalam ruangan tanpa bobot.
(2)

Sistem vestibular sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2


dalam darah, oleh karena itu perubahan aliran darah yang mendadak dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan timbul jika hanya ada perubahan
konsentrasi O2 saja, tetapi harus ada faktor lain yang menyertainya,
misalnya sklerosis pada salah satu dari arteri auditiva interna, atau salah
satu arteri tersebut terjepit. Dengan demikina, bila ada perubahna
konsentrasi O2, hanya satu sisi saja yang mengadakan penyesuaian,
akibatnya terdapat perbedaan elektropotensial antara vestibular kiri dan
kanan. Akibatnya akan terjadi serangan vertigo.(2)
Pada kasus-kasus patologi vestibular, refleks motorik yang
tergantung pada input dari sistem vestibular terganggu. Refleks vestibulookular yang berperan dalam menjaga stabilitas objek pada retina selama
pergerakan kepala. Gangguan fisiologis dapat menyebabkan nistagmus
dan/atau pada pergerakan mata yang terganggu sebagai respon terhadap
pergerakan kepala dengan konsekuensi hilangnya ketajaman penglihatan.(6)

Nistagmus merupakan pergerakan bolak balik yang sangat cepat dari


mata dengan komponen cepat dan lambat. Arah nistagmus umumnya
dinamakan sesuai dengan komponen cepatnya.(6)

IV.

PEMERIKSAAN FUNGSI KESEIMBANGAN

Anamnesis
Dalam anamnesis pusing, pertama-pertama perlu dibedakan pusing yang
berasal dari vestibular dengan yang berasal dari sentral atau dengan sebab-sebab
yang tidak berhubungan dengan sistem keseimbangan. Jika pasien mengatakan
bahwa ia mengalami gangguan kesadaran atau terasa akan pingsan selama
serangan pusing, maka lebih dimungkinkan suatu etiologi non-vestibular.4
Dalam anamnesis, adalah penting mendapat data akurat mengenai waktu
awitan, sifat-sifat fase awal pusing, aktivitas pasien pada saat awitan, lamanya
gejala dan akhirnya masa pemulihan. Perjalanan penyakit juga diperjelas dengan
mendapatkan anamnesis frekuensi kekambuhan. 5
Secara klasik, pusing vestibular menimbulkan sensasi berputar baik pada
pasien sendiri atau lingkungannya. Pada kasus yang lebih kronik dan pada kasus
pusing perifer bilateral, pasien hanya dapat merasa mabuk atau amat goyah.5
Gejala pusing vestibular sering pula disertai gejala somatik. Pasien akan
mengeluh mual berat dan terkadang muntah pada saat serangan pusing vestibular.
Pasien dengan gejala-gejala vestibular sering kali mengeluh mengaburnya
penglihatan atau kesulitan memfokuskan penglihatan pada objek tertentu.
Penglihatan ganda, skotomata dan bintik buta amat jarang dikeluhkan. Perubahanperubahan visual yang tidak lazim ini mengesankan suatu etiologi nonvestibular.13
Tabel 1. Diagnosis banding pusing

Sentral
Bervariasi
Tidak stabil

Perifer
Mendadak
Berputar,membalik

Konstan, bervariasi

Episodic, terkait

Dapat

Jarang

gerakan, <2-3 hari


Ya

melelahkan
Efek visual

Menutup mata tidak

Menutup mata

Gejala visual

mengubah gejala
Penglihatan ganda,

memperburuk gejala
Penglihatan kabur

Gejala telinga
Nyeri kepala
Efek sistemik

bintik buta
Tidak ada
Ada
Tidak ada

Ada
Tidak ada
Mual,muntah

Awitan
Sifatsifat/gambara
n
Lamanya

V.

PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Mengetes keseimbangan merupakan sebuah hal yang kompleks
karena berbagai variasi dari sistem sensorik yang terlibat dalam persepsi
keseimbangan. Tes dibagi menjadi 2 kelompok besar; tes yang
mengaktivasi refleks vestibulo-okular (contoh: electronystagmogram dan
tes rotasi) dan tes keseimbangan umum (posturografi).(7)

1. Tes Kalori
Tes Kobrak
7

Posisi pasien tidur telentang, dengan kepala fleksi 30 O, atau duduk


dengan kepala ekstensi 60 O. Digunakan semprit 5 atau 10 ml, ujung
jarum disambungkan dengan kateter. Perangsangan dilakukan dengan
mengalirkan air es (0 OC), sebanyak 5 ml, selama 20 detik. Nilai
dihitung dengan mengukur lama nistagmus, dihitung sejak mulai air
dialirkan sampai nistagmus berhenti. Nilai normal 120-150 detik. Nilai
yang kurang dari 120 detik mengindikasikan adanya parese kanal.(2)
Tes Kalori Bitermal
Nistagmus yang dihasilkan dari tes kalori merupakan pergerakan
konveksi

endolymph

dalam

kanalis

semi-sirkularis

horizontal.

Mekanisme pergerakan konveksi ini berdasar pada air hangat dan air
dingin pada MAE, menyebabkan perubahan suhu dari 1 sisi kanalis
horizontal ke yang lainnya. Perubahan suhu ini menyebabkan
perbedaan densitas endolymph dalam kanal.(6)
Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Dingin 30 OC,
panas 44 OC. Volume air yang dialirkan kedalam liang telinga masingmasing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat
lama nistagmus yang timbul. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga
kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan
selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).(2)
Rumus : Sensitivitas L R : (a+c) - (b+d) = <40 detik
Dalam rumus ini dihitung selisih waktu nistagmus kiri dan kanan.
Bila kurang dari 40 detik artinya kedua fungsi vestibuler dalam keadaan
seimbang. Jika lebih dari 40 detik, berati yang mempunyai waktu
nistagmus lebih kecil mengalami parese kanal.(2)

Langkah
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat

Telinga
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan

Suhu air
O

30 C
30 OC
44 OC
44 OC

Arah nistagmus
Kanan
Kiri
Kiri
Kanan

Tabel 1 Tes Kalori (2)

2. Tes Kontrol Postural

Kanan
Kiri
Kiri
Kanan

Waktu
Nistagmus
a. detik
b. detik
c. detik
d. detik

Tes Kontrol Postural terdiri dari : (1) tes Romberg, (2) Pastpointing test,
(3) Tandem Gait test, dan (4) Fukuda Stepping test. Tes kontrol postural
memiliki sensitivitas dan spesifitas sedang dalam mengidentifikasi lesi.
Goyangan berlebih ke satu sisi pada tes Romberg, deviasi ke satu sisi
pada pastpointing test, atau rotasi ke salah satu sisi pada Fukuda
stepping test mengindikasikan adanya lesi parese pada labirin di sisi
tesebut atau lesi iritatif pada arah yang berlawanan.(13)
a. Romberg Test
Selama tes Romberg, yang digunakan untuk mengetahui gangguan
vestibuler, pasien diminta untuk berdiri tegak dengan kaki rapat,
mata terbuka kemudian dengan mata tertutup (untuk mengeliminasi
input visual). Normalnya, tidak ada pergerakan badan atau jatuh ke
salah satu sisi. Pada vestibulopati perifer unilateral, pasien
mengalami deviasi perlahan lahan ke arah lesi.(13, 14)
Tes Romberg dapat dibuat menjadi lebih sensitif dengan :
Manuver Jendrassik : Pasien diminta menarik kedua tangan ke
arah yang berlawanan dengan jari jari yang saling melekat,
menghasilkan peningkatan relaksasi kuskular pada anggota
tubuh bagian bawah.(14)

Manuver Jendrassik

Tandem Romberg test : meminta pasien untuk berdiri dengan


heel-to-toe position dan dengan tangan yang dilipat di depan
dada. Tes ini sangat sulit dan hanya sedikit orang tua yang dapat
melakukannya. Interpretasi pada orang normal jika mampu
berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selam 30 detik

atau lebih. (13, 14)


Tes dorong : pasien dibuat kehilangan keseimbangan dengan
dorongan anterior-posterior diikuti oleh dorongan lateral. Variasi

tes ini sering digunakan jika pasien dicurigai pura-pura sakit.(14)


Pemeriksa dapat mengganggu konsentrasi pasien dengan cara
menggambar angka pada lengan bawah pasien jika dicurigai
kelainan psikologis atau pura-pura sakit.(14)

10

Gambar 12 Tes Romberg (15)

Pada gambar diatas, input sensorik dari mata dihalangi. Hal ini
dapat mengakibatkan miring atau jatuh pada pasien dengan
kehilangan proprioseptif dari persendian atau gangguan vestibular
perifer.(15)
b. Pastpointing Test
Pasien dan pemeriksa berdiri saling berhadapan; mereka kemudian
merentangkan tangan ke depan dengan jari telunjuk saling
menyentuh satu sama lain. Pasien diminta mengangkat tangannya
dan menyentuhkan kembali jari telunjuknya dengan jari telunjuk
pemeriksa yang diam. Pasien melakukan gerakan ini 3 kali dengan
mata terbuka, kemudian diulangi dengan mata tertutup. Deviasi ke
satu sisi termasuk abnormal.(13)

c. Tandem Gait Test


Pasien diminta melakukan langkah tandem dimana kaki pasien
saling menyilang dan tangan menyilang di dada. Pasien disuruh
berjalan lurus, pada saat melangkah tumit akaki kiri diletakkan pada
ujung jari kaki kanan dan seterusnya. Interpretasi pada individu yg
sehat adalah dapat melakukan 10 langkah tanpa deviasi sedangkan
pada pasien dengan gangguan vestibular akan berjalan menyimpang
dan gagal melakukan tes ini.(13)

11

d. Fukuda Stepping Test (Unterberger's stepping test)


Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan mata tertutup jika
pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada sisi
tersebut) . Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada
kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar
ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi
turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase
lambat ke arah lesi.

3. Tes Nistagmus Spontan


12

Nylen memberikan kriteria dalam menentukan kuatnya nistagmus


ini. Bila nistagmus spontan ini hanya timbul ketika mata melirik searah
dengan nistagmusnya, maka kekuatan nistagmus itu sama dengan
Nylen-1. Bila nistagmus timbul sewaktu mata melihat ke depan, maka
disebut Nylen 2, dan bila nistagmus tetap ada meskipun mata melirik
berlawanan arah dengan arah nistagmus, maka kekuatannya disebut
Nylen 3.(2)
Bila terdapat nistagmus spontan, maka harus dilakukan tes
hiperventilasi. Caranya ialah pasien diminta mengambil nafas cepat dan
dalam selama satu menit, dan sejak mulai setengah menit terakhir
direkam. Bila terdapat perbedaan 7 derajat perdetik maka berarti tes
hiperventilasi positif. Tes valsava caranya adalah dengan menahan nafas
selama 30 detik, dan sejak mulai menahan nafas itu direkam, dan
interpretasi sama dengan hiperventilasi.(2)
4. Head Shaking Nystagmus (HSN)
Untuk menguji Head Shaking Nystagmus ( HSN ) , pemeriksa
menggelengkan kepala pasien sekitar 45 secara horizontal sekitar 30
kali dalam waktu sekitar 15 detik atau dapat diminta pasien untuk
melakukannya sendiri . HSN dikatakan positif jika segera terjadi
sekurang-kurangnya 5 kali nistagmus setelah dilakukan tes ini yang
dapat dipastikan dengan menggunakan kacamata Frenzel.
5. Tes Nistagmus Posisi
Teknik ini disebut juga perasat Dix-Hallpike. Tes ini dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV). Caranya adalah, mula-mula pasien duduk, kemudian
kepalanya dimiringkan 45

ke salah satu sisi, dan dengan cepat

dibaringkan kedalam posisi supinasi sampai kepala menggantung di


ujung meja periksa. Pemeriksaan diulang pada sisi yang lain.(2, 10)
Pada setiap posisi nistagmus diperhatikan, terutama pada posisi
akhir. Nistagmus yang terjadi dicatat masa laten, dan intensitasnya. Juga
ditanyakan kekuatan vertigo secara subjektif. Tes posisi ini dilakukan
berkali-kali dan diperhatikan ada tidaknya kelelahan. Dengan tes posisi
ini dapat diketahui kelainan sentral atau perifer. Pada kelainan perifer
13

akan ditemukan masa laten dan terdapat kelelahan dan vertigo biasanya
terasa berat. Pada kelainan sentral sebaliknya, yaitu tidak ada masa
laten, tidak ada kelelahan, dan vertigo ringan saja.(2)

Gambar 9 Manuver Dix-Hallpike (10)

Sebagai contoh, misalnya jika BPPV terjadi pada kanalis semisirkularis posterior kiri, maka manuver ini akan menginduksi terjadinya
nistagmus seperti crescendo-descendo, yang menurut penderita seperti
berlawanan arah jarum jam ke telinga kiri dan dahi. Ketika pasien
dikembalikan ke posisi duduk, maka arah nistagmusnya akan berhenti.
(10)

Salah satu batasan dari manuver Dix-Hallpike adalah tidak dapat


dilakukan pada pasien dengan penyakit servikal yang membatasi
ekstensi kepala atau gangguan tulang belakang yang melarang
perubahan

posisi

pasien

yang

cepat

menjadi

posisi

kepala

menggantung. Pada pasien-pasien tersebut, manuver sidelying BojrabCalvert dapat dilakukan. Manuver ini memungkinkan pemosisian
kanalis semi-sirkularis posterior yang sama seperti manuver DixHallpike, tanpa kepala menggantung.(8)

14

Gambar 10 Manuver sidelying Bojrab-Calvert (8)

Manuver Bojrab-Calvert dimulai dengan pasien dalam posisi


duduk, menghadap pemeriksa. Kepala diputar 45

ke kanan sehingga

pinna berada dalam garis tegak lurus terhadap permukaan meja.


Pemeriksa memegang kepala pada posisi tersebut sambil pasien
berbaring dengan bahunya dengan kepala bersandar di meja periksa.
Posisi ini ditahan selama kurang lebih 20 detik sambil gerakan mata
diperhatikan. Kemudian pasien dikembalikan ke posisi duduk. Dan
diulang pada posisi yang berbeda. Sama dengan manuver Dix-Hallpike,
posisi telinga dimana nistagmus terjadi dianggap sebagai sisi yang sakit.
(8)

6. Tes Rotasi
Ada 2 macam uji rotasi. Salah satunya dengan menempatkan
subjek di atas kursi yang diletakkan pada pusat aksis rotasi dari suatu
motor torque. Bila subjek duduk tegak dengan memiringkan kepala 30 O
ke bawah, maka kanalis horizontalis dapat dirangsang secara
maksimum. Gerakan leher dicegah sehingga rotasi akan menggerakkan
tubuh dan kepala bersamaan. Rotasi dapat dilakukan dalam 1 arah
dengan percepatan konstan dalam waktu singkat (mis., 18 detik) atau
secara osilatorik (mis. Sinusiod). Untuk percepatan konstan dilakukan
pengukuran amplitudo dan lamanya respons, sedangkan untuk ruang
sinusoid diukur fase serta hasil yang didapat.(11)
Tes diatas disebut juga sebagai Rotary Chair Test. Tes ini berguna
untuk membantu menentukan apakah gejala yang pasien alami karena
gangguan pada telinga dalam atau pada otak. Pergerakan mata direkam
oleh elektroda kecil yang mirip dengan yang digunakan pada tes ENG.
Tes ini memungkinkan pengukuran terhadap respon dari pergerakan
kepala yang kecepatannya hampir sama dengan kegiatan sehari-hari.(12)
7. Electronystagmography (ENG)
ENG gunanya untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya
sederhana saja, yaitu bahwa kornea mata itu bermuatan positif. Muatan

15

positif ini sifatnya sama dengan muatan positif listrik atau magnet yang
selalu mengimbas daerah sekitarnya.(2, 7)
Dengan meletakkan elektroda pada kulit kantus lateral mata kanan
dan kiri, maka kekuatan muatan kornea kanan dan kiri bisa direkam.
Rekaman muatan ini disambungkan pada galvanometer. Bila muatan
kornea kanan sama dengan kiri, galvanometer akan menunjukkan angka
nol (di tengah). Jadi kesimpulannya jarum galvanometer akan bergerak
sesuai dengan gerak bola mata. Dengan demikian, nistagmus yang
terjadi bisa dipantau dengan baik.(2, 7)

Gambar 7 ENG (8)

8. Videonystagmography / Videooculography
VNG atau disebut juga VOG belakangan menjadi cara yang dipilih
untuk merekam pergerakan mata selama tes vestibular. VOG
memberikan keuntungan dibandingkan dengan tes EOG konvensional
karena pengukurannya akurat. Komponen utama dari sistem VOG
adalah sebuah kamera video infrared sensitif yang terhubung dengan
komputer untuk menentukan posisi mata.(9)

16

Gambar 8 VNG (8)

9. Posturografi
Karena keseimbangan merupakan kombinasi antara sensasi
vestibular, penglihatan, dan proprioseptif, telah dirancang beberapa
jenis posturografi untuk mengevaluasi fungsi keseimbangan secara
umum. Yang paling sering digunakan saat ini adalah Computerized
Dynamic Posturography.Pasien yang menjadi kandidat tes ini adalah
pasien

dengan

gangguan

keseimbangan

yang

tidak

diketahui

penyebabnya, riwayat sering jatuh, riwayat trauma kepala, atau pusing


yang terus menerus walaupun tanpa adanya kegiatan, juga yang suspek
malignansi.(7)Tes ini mengevaluasi seberapa baiknya pasien dapat
menggunakan

sistem

visual,

vestibular,

dan

sensorik

selama

keseimbangan.(12)

Gambar 11 Computerized Dynamic Posturography(12)

Subjek berdiri diatas panggung yang mengukur gaya yang ditimbulkan


masing-masing kaki, dan posisi kepala serta panggul diukur. Pengujian
dilakukan dalam beberapa kondisi; penglihatan normal dengan subjek

17

berdiri diatas panggung terfiksasi, tanpa penglihatan (kegelapan total),


tanpa gerakan pergelangan kaki (panggung bergerak bersama subjek
agar sudut pergelangan kaki tetap konstan dan dengan demikian
mencegah rangsangan reseptor sendi dan otot), dan dengan konflik
visual (lapangan pandangan atau drum yang mengelilingi subjek
bergerak bersama subjek sementara ia bergoyang ke depan dan ke
belakang). Subjek dengan gangguan fungsi vestibularis mengalami
kesukaran besar saat panggung dan lapangan pandang keduanya
bergerak bersama subjek. Pada kondisi ini terjadi konflik visual :
masukan penglihatan dan proprioseptif tidak menangkap gerakan
apapun, sementara kenyataannya tubuh bergerak ke depan dan ke
belakang. Pada subjek normal, sistem vestibularis memiliki

suatu

rujukan inersia untuk menyelesaikan konflik ini dan postur tubuh


dipertahankan. Namun hal ini tidak dapat dilakukan subjek dengan
cacat vestibuli.(11)

Kesimpulan
Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita
jumpai dan dapat mengenai segala usia. Sistem keseimbangan manusia
bergantung kepada telinga dalam, mata, dan otot dan sendi untuk menyampaikan
informasi yang dapat dipercaya tentang pergerakan dan orientasi tubuh di dalam
ruang. Alat keseimbangan terdapat di telinga dalam, terlindung oleh tulang yang
paling keras yang dimiliki oleh tubuh.
Telinga memiliki 3 kanalis semisirkularis yang secara tiga dimensi
tersusun dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain. Di setiap kanalis
semisirkularis terdapat Sel-sel rambut reseptif yang terletak di atas suatu
bubungan (ridge), terletak di ampula (suatu pembesaran dipangkal kanalis).
Rambut rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi diatasnya
yaitu kupula yang menonjol kedalam endolimfe di dalam ampula. Kupula
bergoyang sesuai arah gerakan cairan.
Sejumlah uji klinis dapat dilakukan untuk menentukan apakah sistem
vestibularis berfungsi normal atau tidak. Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat
18

dilakukan mulai dari pemeriksaan yang sederhana terlebih dahulu, pemeriksaanpemeriksaan tersebut antara lain (Uji Romberg, Uji berjalan (stepping test), tes
unterberger, past-pointing tes ( uji tunjuk barany), rangsangan kalori (uji kalori),
test Nistagmus spontan, test Nistagmus Posisi, test Rotasi, Posturografi,
Elektronigtagmogram.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Ludman H. Vertigo, in : Ludman H, Bradly PJ. ABC of Ear, Nose, and Throat
Fifth Edition. Blackwell Publishing. USA. 2007. pp. 40.
2. Hadjar E. Gangguan Keseimbangan, dalam : Soepardi EA, Iskandar N. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Balai Penerbit FK UI.
Jakarta. 1997. pp. 75-79.
3. Newlands SD, Wall C. Vestibular Function and Anatomy, in : Bailey BJ,
Johnson JT, Newlands SD. Head & Neck Surgery Otolaryngology 4 th
Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2006.
4. Sherwood L. Human Physiology : From Cells to Systems, Seventh Edition.
Books/Cole Cengeage Learning. USA. 2010. Chapter 6. pp. 213, 215, 224-25,
227-28.
5. Lysakowski A. Anatomy of Vestibular End Organs and Neural Pathways, in :
Cummings CW, et al. Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery
Fourth Edition. Elsevier. USA. 2005. Chapter 138.
6. Hullar TE, Minor LB. Vestibular Physiology and Disorders of the Labyrinth,
in: Glasscook ME, Gulya AJ. Glasscook-Shambaugh Surgery of the Ear Fifth
Edition. BC Decker. USA. 2003. pp. 83, 94.
7. Staecker H. Testing Balance and The Vestibular System, in : Van De Water TR,
Staecker H. Otolaryngology Basic Science and Clinical Review. Thieme. New
York. 2006. pp. 415, 419.
8. Bojrab DI, Kaot MB. Vestibular Testing, in : Glasscook ME, Gulya AJ.
Glasscook-Shambaugh Surgery of the Ear Fifth Edition. BC Decker. USA.
2003. pp. 202, 208-09.
9. Wuyts FL, et al. Vestibular Function Testing. Lippincott Williams & Wilkins.
2007. pp. 19-20.
10. Brandt T, Strupp M. General Vestibular Testing. Elsevier. Clinical
Neurophysiology 116. 19 August 2004. pp. 416.
11. Anderson JH, Levine SC. Sistem Vestibularis, dalam : Adams GL, BOIES LR,
Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi III. Penerbit Buku
Kedokteran ECG. Jakarta. 1997. pp. 43-44.
12. Robinson BS. Common Vestibular Function Test. American Physical Therapy
Association, Section on Neurology. USA. pp. 2.

20

13. Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology Head and
Neck Surgery Second Edition. McGraw Hill Publishing, Lange. New York.
2007. Chapter 46.
14. Dejardin S. The Clinical Investigation of Static and Dynamic Balance. B-ENT.
2008. Suppl 8, 29.
15. Dhillon RS, East CA. An Illustrated Colour Test Ear, Nose, and Throat and

Head and Neck Surgery Second Edition. Churchill Livingstone. UK. 1999.
Pp20

21

Anda mungkin juga menyukai