Disusun oleh
Dr W. A. Dotulong, SpM
Teori Helmholtz
Kalau m. siliaris berkontraksi, maka iris
dan badan silier digerakkan ke depan
bawah, sehingga zonula zinii menjadi
kendor, lensa lebih cembung, karena
elastisitasnya sendiri.
Teori Tschernig
Bila m. siliaris berkontraksi, maka iris dan
badan siliar digerakkan ke belakang atas,
sehingga zonula zinii menjadi tegang, juga
bagian perifer lensa menjadi tegang,
sedang bagian tengahnya didorong ke
sentral dan menjadi cembung.
Carilah :
Pada Emetropia P = titik dekat 8 inchi = 20 cm,
40 100
5.00 D
Lebar akomodasi = A
8
20
Pada Hipermetropia, dimana sebagian akomodasi
diperlukan untuk penglihatan jauh diperlukan 2
D, maka lebar akomodasi :
40 100
5 D + 2D = 7 D
A=
8
20
40 100
Pada Emetropia :
10 th: P = 7 cm
20 th: P = 8,5 cm
30 th: P = 14 cm
40 th: P = 22 cm
50 th: P = 40 cm
60 th: P = 100 cm
75 th: P = tak terhingga
EMETROPIA
Sinar-sinar sejajar difokuskan tepat pada
retina dengan mata dalam keadaan
istirahat
KELAINAN REFRAKSI
Mata dianggap sebagai alat optik yang
disamakan dengan kamera foto.
Bayangan retina (sel batang dan sel
kerucut) saraf optik korteks
penglihatan.
Mata berbentuk sferis dengan diameter 24
mm
Permukaan refraksi : kornea dan lensa
Media refraksi : humor akueus, substansi
lensa, corpus vitreus.
AMETROPIA
Sinar-sinar sejajar yang jatuh pada mata
dalam keadaan istirahat tidak difokuskan
tepat pada retina.
Titik fokus mungkin berada di depan retina
atau dibelakang retina.
Ametropia aksial :
Sumbu optik bola mata lebih panjang, atau lebih pendek
sehingga bayangan difokuskan didepan atau dibelakang
retina.
Hiperopia
Suatu bentuk ametropia dimana sumbu dari
bola mata sangat pendek atau daya
refraksi lemah sehingga sinar-sinar sejajar
akan dibawa ke satu titik dibelakang
retina.
Hipermetropia = Hiperopia
Sinar sejajar dari tak terhingga dibiaskan
dibelakang retina, karena :
Sumbu anterior-posterior terlalu pendek
(hiperopia aksialis), misalnya pada
mikroftalmia.
Hiperopia Pembiasan daya bias
kurang, oleh karena lensa tak secembung
semula (proses sklerosis > 40 th) atau
karena afakia.
Macam :
Hiperopia Manifes
Tanpa melumpuhkan akomodasi visus
terbaik dengan lensa positif terkuat
Hiperopia manifes fakultatif : dapat diatasi dengan
akomodasi.
Hiperopia manifes absolut : tidak dapat diatasi
dengan akomodasi.
Hiperopia Total
Jumlah seluruh hiperopia sesudah akomodasi
dilumpuhkan atau selama otot siliaris istirahat
total.
Hiperopia Laten
Selisih hiperopia total dengan hiperopia
manifes.
Contoh :
seorang laki-laki umur 35 tahun dengan
visus OD/OS = 20/90 = 6/12. Dikoreksi
dengan S+ 0,50 D 6/6. kemudian
dikoreksi dengan S+ 1,50 D 6/6.
Kemudian diberi siklopegia visus OD/OS =
20/200 = 6/60. Kemudian dikoreksi
dengan S+4.00 D 6/6.
Gejala subyektif :
Astenopia, sakit sekitar mata dan margo
palpebra, sakit kepala, konjungtiva merah,
lakrimasi, fotofobia, mata terasa panas,
berat, mengantuk dan kabur saat melihat
dekat.
Gejala obyektif :
Bilik mata depan lebih dangkal, miosis,
mata merah, pseudopapilitis.
Komplikasi :
Glaukoma Primer Sudut Terbuka
Strabismus konvergen
Pengobatan :
Kacamata : Lensa sferis konveks terbesar
Lensa kontak
Myopia
Suatu bentuk ametropia dimana sumbu dari
bola mata panjang atau atau daya refraksi
kuat sehingga sinar-sinar sejajar akan
dibawa ke satu titik didepan retina
Bentuk klinis :
Miopia Simpleks/stasioner
Miopia progresif
Miopia maligna
Berdasarkan tingginya dioptri :
Miopia sangat ringan 1 D
Miopia ringan
13D
Miopia sedang
36D
Miopia tinggi
6 10 D
Miopia sangat tinggi > 10 D
Gejala subyektif :
Penglihatan jauh kabur, dekat terang.
Muscae volitantes
Astenovergen
Gejala obyektif :
Bilik mata depan dalam
Pupil melebar
Vitreous floater
Fundus tigroid dan myopic cresent
Komplikasi :
Strabismus divergen
Ablasi retina
Prognosis :
Miopia simpleks : koreksi baik
Miopia progresif
pengurangan/penghentian pekerjaan
dekat
Miopia maligna buruk
Pengobatan :
Kacamata : Pemberian lensa sferis negatif
yang terlemah
Lensa kontak
Pembedahan pada kornea seperti :
Keratotomi radial (radial keratotomy = RK)
Keratektomi fotorefraktif (photorefractive
keratectomy= PRK)
Laser asisted stroma in situ keratomileusis
(LASIK)
Astigmatism
Terdapatnya variasi kurvatur atau
kelengkungan kornea/lensa pada meridian
yang berbeda yang akan mengakibatkan
sinar tidak terfokus pada satu titik
Astigmatisma
Kelainan refraksi dimana didapat bermacammacam derajat refraksi pada bermacam
meridian sehingga sinar sejajar difokuskan pada
bermacam fokus pula.
Astigmatisma regularis : fokus yang teratur
Astigmatisma iregularis : fokus yang tidak teratur
Sebab-sebab :
Kelainan kornea (90%) : kongenital, akuisita
(kecelakaan, peradangan, operasi)
Kelainan di lensa : katarak insipien/imatur
Astigmatisma regularis
Dibagi atas :
Astigmatisma lazim atau with the rule :
meridian verikal lebih kuat daya
refraksinya daripada meridian horizontal.
Astigmatisma tidak lazim atau against the
rule : meridian horizontal lebih kuat daya
refraksinya daripada meridian vertikal.
Gejala subyektif :
Astigmatisma ringan visus tidak
menurun
Astigmatisma derajat lebih tinggi visus
menurun
Astenopia terutama melihat dekat
Gejala obyektif :
Tampil seolah tortikolis
Fundus : retina normal, papila agak
lonjong
Penanggulangan :
Kacamata : lensa silinder
Lensa kontak
Pembedahan
Presbiopia
Merupakan keadaan refraksi mata dimana
pungtum proksimum telah begitu jauh sehingga
pekerjaan dekat yang halus seperti membaca,
menjahit sukar dilakukan.
Merupakan proses fisiologis
Di Indonesia biasanya dimulai pada umur 40
tahun.
Akomodasi berkurang akibat :
proses sklerosis
daya kontraksi otot siliar yang berkurang.
Gejala-gejala :
pekerjaan dekat sukar oleh karena kabur,
hanya dapat dikerjakan bila jarak lebih
dijauhkan.
astenopia
lakrimasi
mata sakit, lekas capai
Penanggulangan
Dengan kacamata sferis positif yang
besarnya tergantung umur :
Umur 40 th kedua mata diberi S+ 1.00 D
Umur 45 th kedua mata diberi S+ 1.50 D
Umur 50 th kedua mata diberi S+ 2.00 D
Umur 55 th kedua mata diberi S+ 2.50 D
Umur 60 th kedua mata diberi S+ 3.00 D