Anda di halaman 1dari 62

REFRAKSI

Disusun oleh
Dr W. A. Dotulong, SpM

Alat refraksi mata :


Permukaan kornea
Humor akueus
Permukaan anterior dan posterior lensa
Badan kaca
Refraksi mata :
Perubahan jalannya cahaya akibat media
refrakta mata dimana mata dalam keadaan
istirahat.

Mata dalam keadaan istirahat mata


dalam keadaan tak berakomodasi.
Akomodasi : kesanggupan mata untuk
memperbesar daya pembiasannya.
Mekanisme akomodasi dua teori :
Teori Helmholtz
Teori Tschernig

Teori Helmholtz
Kalau m. siliaris berkontraksi, maka iris
dan badan silier digerakkan ke depan
bawah, sehingga zonula zinii menjadi
kendor, lensa lebih cembung, karena
elastisitasnya sendiri.

Teori Tschernig
Bila m. siliaris berkontraksi, maka iris dan
badan siliar digerakkan ke belakang atas,
sehingga zonula zinii menjadi tegang, juga
bagian perifer lensa menjadi tegang,
sedang bagian tengahnya didorong ke
sentral dan menjadi cembung.

Jarak tak terhingga :


5-6 m dari mata, sinar yang datang dari jarak ini jalan
sejajar sampai di mata.
Pungtum remotum (R) :
Titik terjauh yang dapat dilihat tanpa akomodasi;
pungtum remotum pada emetropia terletak pada titik tak
terhingga.
Pungtum proksimum (P) :
Titik yang terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi
maksimum.
Jarak akomodasi (Range of accomodation) =
Jarak P R

Amplitude of accomodation (A)


Perbedaan diantara kekuatan refraksi mata
sewaktu istirahat dan akomodasi maksimal.
Dinyatakan dalam Dioptri, besarnya sama
dengan kekuatan lensa konveks yang harus
diletakkan di depan mata yang menggantikan
akomodasi untuk punktum proksimum (titik
dekat).
A dalam Dioptri didapat dengan membagi 40
dengan jarak titik dekat dinyatakan dalam inchi,
atau membagi 100 dengan jarak titik dekat
dalam cm.

Carilah :
Pada Emetropia P = titik dekat 8 inchi = 20 cm,

40 100

5.00 D
Lebar akomodasi = A
8
20
Pada Hipermetropia, dimana sebagian akomodasi
diperlukan untuk penglihatan jauh diperlukan 2
D, maka lebar akomodasi :

40 100

5 D + 2D = 7 D
A=
8
20

Disini dapat dilihat P pada emetropia sama


dengan P pada hipermetropia, tetapi lebar
akomodasi pada emetropia lebih kecil daripada
hipermetropia. Bila lebar akomodasi dari
emetropia sama dengan hipermetropia, maka
pungtum proksimum emetropia lebih kecil
daripada hipermetropia.
100/20 = A pada emetropia. A pada hipermetropia
= 100/P+2 100/20 = 100/P + 2 5 = 100/P +
2
3= 100/P 3P = 100 P = 100/3 = 33,3 cm
Jadi P hipermetropia = 33,3 cm;
P emetropia = 20 cm

Pada miopia, untuk penglihatan jauh


diperlukan 2.00 D dan P = 4 inchi = 10 cm,
maka lebar akomodasi :

40 100

10.00 D 2.00 D = 8.00 D


A=
4
10

100/10 = A emetrop; A miopia = 100/P-2 10 =


100/P-2 12 = 100/P 12 P = 100 P = 8,3
cm. P pada miopia 8,3 cm; P emetropia 10 cm
Jika lebar akomodasi pada miopia sama
dengan emetropia, maka P lebih kecil pada
miopia daripada emetropia. Sedangkan bila P
pada miopia sama dengan emetropia, maka
lebar akomodasi pada miopia lebih kecil
daripada emetropia.

Kekuatan akomodasi, makin berkurang


dengan bertambahnya umur dan (P)
semakin jauh, disebabkan karena
berkurangnya elastisias dari lensa, juga otot
siliar berkurang kekuatannya Presbiopia,
akibat proses sklerosis.

Pada Emetropia :
10 th: P = 7 cm
20 th: P = 8,5 cm
30 th: P = 14 cm
40 th: P = 22 cm
50 th: P = 40 cm
60 th: P = 100 cm
75 th: P = tak terhingga

N = Nodal point merupakan pusat optik


dari sistem refrakta mata yang letaknya
dekat dengan polus posterior lensa, 7 mm
dari kornea. Cahaya yang melalui titik ini
tidak dibiaskan.
F = Posterior principal focus adalah titik
pada aksis mata, dimana cahaya yang
datang sejajar, setelah melalui sistem
refraktamata bertemu letaknya di bagian
dalam makula lutea, 23 mm dibelakang
kornea.

AF = Aksis Optika garis yang


menghubungkan pusat kornea, nodal
point dan posterior principal focus
OM = Garis visualis garis yang
menghubungkan benda yang kita lihat,
nodal point dan makula.
Sudut gamma sudut yang dibentuk
oleh aksis optika dan visualis.

EMETROPIA
Sinar-sinar sejajar difokuskan tepat pada
retina dengan mata dalam keadaan
istirahat

KELAINAN REFRAKSI
Mata dianggap sebagai alat optik yang
disamakan dengan kamera foto.
Bayangan retina (sel batang dan sel
kerucut) saraf optik korteks
penglihatan.
Mata berbentuk sferis dengan diameter 24
mm
Permukaan refraksi : kornea dan lensa
Media refraksi : humor akueus, substansi
lensa, corpus vitreus.

Aparat dioptrik (refraksi) disamakan


dengan lensa konveks dengan titik fokus
23 mm
Macam-macam kelainan refraksi :
Hipermetropia
Miopia
Astigmatisma

AMETROPIA
Sinar-sinar sejajar yang jatuh pada mata
dalam keadaan istirahat tidak difokuskan
tepat pada retina.
Titik fokus mungkin berada di depan retina
atau dibelakang retina.

Ametropia aksial :
Sumbu optik bola mata lebih panjang, atau lebih pendek
sehingga bayangan difokuskan didepan atau dibelakang
retina.

Ametropia indeks refraktif :


Kelainan indeks refraksi media penglihatan, sehingga
walaupun panjang sumbu normal, sinar terfokus di
depan atau di belakang retina

Hiperopia
Suatu bentuk ametropia dimana sumbu dari
bola mata sangat pendek atau daya
refraksi lemah sehingga sinar-sinar sejajar
akan dibawa ke satu titik dibelakang
retina.

Hipermetropia = Hiperopia
Sinar sejajar dari tak terhingga dibiaskan
dibelakang retina, karena :
Sumbu anterior-posterior terlalu pendek
(hiperopia aksialis), misalnya pada
mikroftalmia.
Hiperopia Pembiasan daya bias
kurang, oleh karena lensa tak secembung
semula (proses sklerosis > 40 th) atau
karena afakia.

Macam :
Hiperopia Manifes
Tanpa melumpuhkan akomodasi visus
terbaik dengan lensa positif terkuat
Hiperopia manifes fakultatif : dapat diatasi dengan
akomodasi.
Hiperopia manifes absolut : tidak dapat diatasi
dengan akomodasi.

Hiperopia Total
Jumlah seluruh hiperopia sesudah akomodasi
dilumpuhkan atau selama otot siliaris istirahat
total.
Hiperopia Laten
Selisih hiperopia total dengan hiperopia
manifes.

Contoh :
seorang laki-laki umur 35 tahun dengan
visus OD/OS = 20/90 = 6/12. Dikoreksi
dengan S+ 0,50 D 6/6. kemudian
dikoreksi dengan S+ 1,50 D 6/6.
Kemudian diberi siklopegia visus OD/OS =
20/200 = 6/60. Kemudian dikoreksi
dengan S+4.00 D 6/6.

Total Hipermetropia : S + 4.00 D


(ditemukan dengan sikloplegik)
Manifes hipermetropia : S+1.50 D
(ditemukan tanpa sikloplegik)
Latent hipermetropia : S+ 2.50 D (selisih
antara Total hipermetropia dengan
manifes hipermetropia)
Absolut hipermetropia : S+ 0.50 D (koreksi
terkecil yang menghasilkan visus terbaik)
Fakultatif hipermetropia : S + 1.00 D
(manifes hipermetropia dikurangi absolut
hipermetropia; diatasi dengan akomodasi)

Gejala subyektif :
Astenopia, sakit sekitar mata dan margo
palpebra, sakit kepala, konjungtiva merah,
lakrimasi, fotofobia, mata terasa panas,
berat, mengantuk dan kabur saat melihat
dekat.
Gejala obyektif :
Bilik mata depan lebih dangkal, miosis,
mata merah, pseudopapilitis.

Komplikasi :
Glaukoma Primer Sudut Terbuka
Strabismus konvergen
Pengobatan :
Kacamata : Lensa sferis konveks terbesar
Lensa kontak

Myopia
Suatu bentuk ametropia dimana sumbu dari
bola mata panjang atau atau daya refraksi
kuat sehingga sinar-sinar sejajar akan
dibawa ke satu titik didepan retina

Sinar sejajar dari tak terhingga dibiaskan


didepan retina, sebab :
Miopia Aksialis Jarak antero-posterior
bola mata terlalu panjang, misalnya
makroftalmus
Miopia Pembiasan daya pembiasan
terlalu kuat, misalnya keratokonus,
katarak imatur, lensa menjadi cembung.

Bentuk klinis :
Miopia Simpleks/stasioner
Miopia progresif
Miopia maligna
Berdasarkan tingginya dioptri :
Miopia sangat ringan 1 D
Miopia ringan
13D
Miopia sedang
36D
Miopia tinggi
6 10 D
Miopia sangat tinggi > 10 D

Gejala subyektif :
Penglihatan jauh kabur, dekat terang.
Muscae volitantes
Astenovergen

Gejala obyektif :
Bilik mata depan dalam
Pupil melebar
Vitreous floater
Fundus tigroid dan myopic cresent

Komplikasi :
Strabismus divergen
Ablasi retina

Prognosis :
Miopia simpleks : koreksi baik
Miopia progresif
pengurangan/penghentian pekerjaan
dekat
Miopia maligna buruk

Pengobatan :
Kacamata : Pemberian lensa sferis negatif
yang terlemah
Lensa kontak
Pembedahan pada kornea seperti :
Keratotomi radial (radial keratotomy = RK)
Keratektomi fotorefraktif (photorefractive
keratectomy= PRK)
Laser asisted stroma in situ keratomileusis
(LASIK)

Astigmatism
Terdapatnya variasi kurvatur atau
kelengkungan kornea/lensa pada meridian
yang berbeda yang akan mengakibatkan
sinar tidak terfokus pada satu titik

Astigmatisma
Kelainan refraksi dimana didapat bermacammacam derajat refraksi pada bermacam
meridian sehingga sinar sejajar difokuskan pada
bermacam fokus pula.
Astigmatisma regularis : fokus yang teratur
Astigmatisma iregularis : fokus yang tidak teratur
Sebab-sebab :
Kelainan kornea (90%) : kongenital, akuisita
(kecelakaan, peradangan, operasi)
Kelainan di lensa : katarak insipien/imatur

Astigmatisma regularis
Dibagi atas :
Astigmatisma lazim atau with the rule :
meridian verikal lebih kuat daya
refraksinya daripada meridian horizontal.
Astigmatisma tidak lazim atau against the
rule : meridian horizontal lebih kuat daya
refraksinya daripada meridian vertikal.

Astigmatisma regularis dapat dibagi atas :


Astigmatisma simpleks dimana satu meridian
emetropia dan yang lain hipermetropia atau
miopia.
Astigmatisma Miopikus Simpleks
Astigmatisma Hipermetropikus Simpleks

Astigmatisma kompositus dimana kedua


meridian miop atau hipermetrop tetapi berbeda
derajat.
Astigmatisma miopikus kompositus
Astigmatisma hipermetropikus kompositus

Astigmatisma mikstus dimana meridian yang


satu miopia dan yang lain hipermetropia

Gejala subyektif :
Astigmatisma ringan visus tidak
menurun
Astigmatisma derajat lebih tinggi visus
menurun
Astenopia terutama melihat dekat
Gejala obyektif :
Tampil seolah tortikolis
Fundus : retina normal, papila agak
lonjong

Penanggulangan :
Kacamata : lensa silinder
Lensa kontak
Pembedahan

Presbiopia
Merupakan keadaan refraksi mata dimana
pungtum proksimum telah begitu jauh sehingga
pekerjaan dekat yang halus seperti membaca,
menjahit sukar dilakukan.
Merupakan proses fisiologis
Di Indonesia biasanya dimulai pada umur 40
tahun.
Akomodasi berkurang akibat :
proses sklerosis
daya kontraksi otot siliar yang berkurang.

Gejala-gejala :
pekerjaan dekat sukar oleh karena kabur,
hanya dapat dikerjakan bila jarak lebih
dijauhkan.
astenopia
lakrimasi
mata sakit, lekas capai

Penanggulangan
Dengan kacamata sferis positif yang
besarnya tergantung umur :
Umur 40 th kedua mata diberi S+ 1.00 D
Umur 45 th kedua mata diberi S+ 1.50 D
Umur 50 th kedua mata diberi S+ 2.00 D
Umur 55 th kedua mata diberi S+ 2.50 D
Umur 60 th kedua mata diberi S+ 3.00 D

Anda mungkin juga menyukai