Skripsi
Oleh:
FAUZIAH
109101000014
LEMBAR PERNYATAAN
Fauziah
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing I
Pembimbing II
Penguji I,
Penguji II
: Fauziah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Golongan Darah
:A
Alamat
Hp
: 085691688797
: fauu_zia@yahoo.com
Pendidikan
1997 2003
2003 2006
2006 2009
IPA
2009 2013
S1, Kesehatan
Masyarakat
Organisasi
2011 2013
UIN Jakarta
2006 2009
Anggota ROHIS
SMA N 87 Jakarta
2004 - 2005
MTs N 13 Jakarta
Pengalaman
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan nikmat-Nya yang tak terbatas bagi penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW
semoga kelak kita mendapat syafaat nya.
Skripsi dengan judul Hubungan Karakteristik Sanitasi Air Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi
Tahun 2013 ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM). Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak
kesulitan yang dihadapi, tapi dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan. Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1.
Allah SWT, atas berkah, rahmat serta nikmat-Nya sehingga penulis diberikan
kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
2.
Untuk kedua orang tua, baba dan mama yaitu Murdih dan Sunah, untuk kakak-ku
Iman, Tinah, Tatang, Ismail, dan Kholida serta keponakan-keponakanku (Zidan,
Kholil dan Najwa) tersayang yang selalu mendoakan, memberi dukungan moril dan
materil serta memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And.; selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
4.
Ibu Ir. Febrianti, Msi; selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK
UIN dan sekaligus sebagai dosen penasehat akademik, terima kasih ibu atas
bimbingan, arahan serta kesediaan untuk memberikan waktu konsultasi selama
penyusunan skripsi.
5.
Bapak Dr. Arif Sumantri S.KM., M.Kes. selaku dosen pembimbing pertama
sekaligus penanggung jawab peminatan kesehatan lingkungan, terima kasih atas
bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang sangat berarti
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, terimaksih atas ilmu,
kesempatan, dan pengalaman yang penulis dapatkan bersama teman-teman di luar
kompetensi akademik melalui kegiatan yang bapak berikan.
6.
Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn. Kes; selaku dosen pembimbing kedua, terima
kasih ibu atas bimbingan, saran-saran, arahan, motivasi, dan doa yang selalu ada
selama penyusunan skripsi
7.
Kepala Puskesmas Bantargebang beserta jajaran; dr. Ikman, drg, Rina dan Bu Susi
atas perizinan untuk melakukan penelitian serta dukungannya dengan memberikan
data yang penulis butuhkan.
8.
Ibu Hj. Sumiati selaku kepala kelurahan Sumurbatu beserta staf seperti bapak Tri;
atas perizinan, arahan, dan dukungannya
9.
Ibu Masriah selaku kader posyandu yang selalu menemani dan membantu penulis
selama pelaksanaan turun lapangan
10. Untuk teman-teman seperjuangan di Kelurahan Sumurbatu ini yaitu Yeni dan Reni,
walaupun turun lapangannya ngga bareng, namun kerjasama berkesan sekali saat
vii
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
iv
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
10
1. Bagi Peneliti
10
10
10
F. Ruang Lingkup
11
12
B. Klasifikasi Diare
13
C. Etiologi Diare
14
ix
D. Gejala Diare
16
17
F. Epidemiologi Diare
20
G. Patofisiologi Diare
20
H. Pencegahan Diare
25
26
29
29
a. Umur Balita
29
b. Status Gizi
31
31
d. Immuno defisiensi
33
e. Imunisasi Campak
33
34
35
41
43
K. Kerangka Teori
47
48
B. Definisi Operasional
50
C. Hipotesis Penelitian
53
54
54
56
1. Populasi
56
2. Sampel
57
3. Teknik sampling
58
59
1. Data Primer
59
2. Data Sekunder
59
E. Instrumen Penelitian
60
63
G. Pengolahan Data
64
1. Mengkode Data
65
2. Menyunting Data
65
3. Memasukkan Data
65
4. Membersihkan Data
65
H. Analisis Data
66
1. Analisis Univariat
66
2. Analisis Bivariat
66
68
68
68
69
70
71
71
a) Umur Balita
72
72
c) Imunisasi Campak
73
73
73
75
77
xi
B. Analisis Bivariat
79
79
79
81
83
83
84
85
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
87
B. Kejadian Diare
88
90
90
90
93
98
98
xii
101
104
109
B. Saran
110
1. Bagi masyarakat
110
111
111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Definisi Operasional
50
Tabel 4.1
58
56
Tahun 2013
Tabel 4.3
58
68
69
69
70
71
73
xiv
74
Tabel 5.8
74
75
76
77
77
78
79
80
81
xv
82
xvi
83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
xvii
18
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Kerangka Teori
44
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
49
xviii
DAFTAR SINGKATAN
ASI
Depkes RI
TPA
WHO
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
: Kuesioner Penelitian
Lampiran 3
: Lembar Observasi
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
: Foto
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi masalah kesehatan di
negara berkembang. Penyakit berbasis lingkungan dapat terjadi karena adanya
hubungan interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan
yang memiliki potensi penyakit (Achmadi, 2008).
Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang menjadi
penyebab utama kesakitan dan kematian. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO), diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit
penyebab kematian di dunia (WHO, 2011).
Di Indonesia, penyebaran kasus diare ada di setiap provinsi dan
menyebabkan tingginya mortalitas dan mordibitas. Presentase kematian akibat
penyakit diare berdasarkan pola penyebab kematian semua umur sebesar 3,5 %,
sedangkan presentase kematian akibat diare diantara penyakit menular lainnya
adalah 13% berada pada urutan ke-empat (Kemenkes RI, 2007).
Menurut data Subdit diare Depkes RI, hasil survei menunjukkan dari
tahun 2000 sampai 2010 tren penyakit diare menunjukkan kecenderungan
insiden naik. Pada tahun 2000 angka kejadian diare 301/1000 penduduk, tahun
2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk (Kemenkes RI, 2011).
Selain itu, penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak
diatasi lebih lanjut diare akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan
kematian. Data terakhir dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa diare
menjadi pembunuh nomor satu penyebab kematian berdasarkan umur pada anak
balita atau kelompok umur 1-4 tahun (Kemenkes RI, 2011).
Di sisi lain, wilayah Jawa Barat menunjukkan daerah yang memiliki
penyebaran diare yang tinggi terlihat dari data Riskesdas tahun 2007 dengan
prevalensi penyakit diare di provinsi ini sebesar 10,2 % (Kemenkes, 2011). Pada
tahun 2010 jumlah kasus diare pada anak menunjukkan 269.483 penderita.
Jumlah kasus diare pada anak setiap tahunnya rata-rata di atas 40%, hal ini
menunjukkan bahwa kasus diare pada anak masih tetap tinggi dibandingkan
golongan umur lainnya di Propinsi Jawa Barat. Salah satu kota yang memiliki
insiden diare yang besar terjadi di kota Bekasi sebesar 1.965,42 per 1000
penduduk (Kemenkes RI, 2010).
Berdasarkan data di Puskesmas Bantargebang I Kota Bekasi dari tahun
2006 sampai 2008 dalam sepuluh besar penyakit diare selalu berada di nomor
empat. Dari pelaporan itu, kasus diare dari tahun ke tahun juga terus meningkat
(Puskesmas Bantar Gebang I tahun 2008, dalam Wijayanti, 2009). Dalam data
terbaru sepuluh penyakit terbesar tahun 2012 penyakit diare masih dalam posisi
ke-empat dengan jumlah penderita 2.689 orang. Selain itu, diantara empat
kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Bantargebang I,
kelurahan Sumur batu memiliki jumlah penderita diare terbanyak yaitu 120 orang
(Puskesmas Bantargebang I, 2012).
Menurut Depkes RI (2003), diare adalah penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari biasanya (lazimnya 3
kali atau lebih dalam sehari) (Sardjana, 2007). Penyakit diare merupakan
penyakit kompleks karena berbagai faktor ikut berperan aktif. Beberapa faktor
yang dapat meningkatkan insiden penyakit diare pada balita, diantaranya adalah
faktor individu pada balita yang terdiri dari umur balita, pemberian ASI eksklusif
serta imunisasi campak dan faktor sanitasi air yang terdiri dari antara lain kondisi
SAB, pengolahan air minum, dan keberadaan bakteri Eschericia Coli dalam air
minum.
Beberapa
kelurahan
Sumurbatu
termasuk
dalam
kawasan
tempat
penanganan akhir sampah yang dikirim dari Bekasi dan Jakarta. TPA ini sangat
dekat dengan pemukiman warga dan pemukiman pemulung yang berada si
B. Rumusan Masalah
Dilihat dari angka mordibitas dan mortalitas diare di Indonesia, kelompok
umur balita merupakan yang terbanyak diantara kelompok umur lainnya. Data
dari puskesmas Bantargebang pada tahun 2012 menunjukkan diare masih
menjadi masalah kesehatan dilihat dari jumlah kasusnya yang cukup tinggi yaitu
2.689 dan menempati urutan empat dari sepuluh penyakit terbesar setelah
penyakit ISPA, penyakit gigi, dispepsia. Selain itu, angka kejadian diare tertinggi
di antara kelurahan lainnya di puskesmas Bantargebang pada tahun 2012adalah
di kelurahan Sumur Batu sebesar 120 orang.
Kelurahan Sumur Batu merupakan wilayah yang termasuk dalam TPA
Sumurbatu dan berjarak sekitar 5 meter dari pemukiman warga. Keberadaan
sampah di sekitar pemukiman warga ini dapat menimbulkan pencemaran air
pada masyarakat sekitarnya. Sebagian besar masyarakat juga berada pada sosial
ekonomi menengah ke bawah yang memiliki risiko pencemaran pada sarana
sanitasi airnya.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013
2. Bagaimana gambaran faktor individu balita umur 10-59 bulan (umur balita,
pemberian ASI Eksklusif dan imunisasi campak) di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013
3. Bagaimana gambaran karakteristik sanitasi air (kondisi sarana air bersih,
pengolahan air minum dan E. Coli dalam air minum) di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013
4. Apakah ada hubungan antara variabel umur balita dengan kejadian diare pada
balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantar Gebang
Tahun 2013
5. Apakah ada hubungan antara variabel pemberian ASI Eksklusif dengan
kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
6. Apakah ada hubungan antara variabel imunisasi campak dengan kejadian
diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013
7. Apakah ada hubungan antara variabel kondisi sarana air bersih dengan
kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
8. Apakah ada hubungan antara variabel pengolahan air minum dengan kejadian
diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013
9. Apakah ada hubungan antara variabel E. Coli dalam air minum dengan
kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara faktor individu dan karakteristik sanitasi
air terhadap kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan
Sumurbatu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan
di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
b. Diketahuinya gambaran faktor individu balita umur 10-59 bulan
(umur balita, pemberian ASI eksklusif dan imunisasi campak) di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013
c. Diketahuinya gambaran karakteristik sanitasi air (kondisi sarana air
bersih, pengolahan air minum dan E. Coli dalam air minum) di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013
10
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Dapat mengaplikasikan secara nyata teori yang menitikberatkan pada
hubungan interaksi antara manusia dan komponen lingkungan yang
mengandung agen penyakit, khususnya tentang hubungan umur balita,
pemberian ASI eksklusif, imunisasi campak, kondisi sarana air bersih,
pengolahan air minum dan E.Coli dalam air minum dengan kejadian diare
pada baita
2. Bagi instansi terkait
Memberikan informasi tentang hubungan karakteristik balita dan
sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita agar dapat menjadi
bahan masukan dalam perencanaan dan penyusunan program lintas sektoral
dalam dalam pemberantasan dan pencegahan penyakit diare pada balita di
kelurahan Sumur Batu.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat menyadari bahwa penyakit diare dapat
dipengaruhi dari faktor karakteristik balita dan sanitasi lingkungan di
sekitarnya. Dengan begitu masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan.
4. Bagi Peneliti Lain
Menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan
meneliti pada bidang kajian sejenis sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat
memperbaharui dan menyempurnakan penelitian ini.
11
F. Ruang Lingkup
Penelitian
ini
peminatan
Kesehatan
Pengukuran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Diare
Sesuai dengan definisi Hippocrates, diare adalah buang air besar dengan
frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek
atau cair (Nelson dkk, 1969 dalam Suharyono, 2008)
Menurut Depkes RI (2003), diare adalah penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari biasanya (lazimnya 3
kali atau lebih dalam sehari) (Sardjana, 2007).
Definisi diare lainnya menurut Smeltzer (2002) dalam Sardjana (2007),
diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari
3 kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr per hari) dan
konsistensi (feses cair).
WHO pada 1984, mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau
lebih dalam sehari semalam (Widoyono, 2008). Secara spesifik WHO
menyebutkan diare dengan feses yang berwarna hijau, bercampur lendir dan atau
darah (Sardjana, 2007).
Dari beberapa definisi diare, dapat disebutkan bahwa diare adalah
penyakit yang ditandai dengan buang air besar yang sering melebihi keadaan
12
13
biasanya dengan konsistensi tinja yang melembek sampai cair dengan atau tanpa
darah atau lendir dalam tinja (Sardjana, 2007).
B. Klasifikasi Diare
Menurut Depkes RI (2000) dalam Wulandari (2009), berdasarkan
jenisnya diare dibagi empat yaitu :
1. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2.
Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa.
3. Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
4.
14
C. Etiologi Diare
Kondisi diare dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi, penyakit
dari makanan atau kelebihan vitamin C dan biasanya disertai sakit perut, dan
muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tetapi tidak semua gejala
diare. Definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram
per hari (Sardjana, 2007).
Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh kolon.
Sebagai bagian dari proses digesti, atau karena masukan cairan, makanan
tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu, makanan yang dicerna
terdiri dari cairan sebelum mencapai kolon. Kolon menyerap air, meninggalkan
material lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila kolon rusak atau inflame,
penyerapan yang tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair (Sardjana,
2007)
Menurut Widoyono (2008), penyebab diare dapat dikelompokan menjadi:
1. Virus
: Rotavirus
2. Bakteri
3. Parasit
6. Alergi
7. Imunodefisiensi
15
16
D. Gejala diare
Beberapa gejala dan tanda diare antara lain (Widoyono, 2008):
1. Gejala umum
a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroentritis akut
c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis
bahkan gelisah
2. Gejala spesifik
a. Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan
berbau amis
b. Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan (Widoyono, 2008):
1. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi
ringan, sedang atau berat
2. Gangguan sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat.
Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat
mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh kurangnya volume darah
(hipovolemia).
17
18
Gambar 2.1
Jalur pemindahan kuman penyakit dari tinja ke penjamu yang baru
( Wagner & Lanoix, 1958 dalam Depkes, 2000)
19
20
F. Epidemiologi Diare
Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang termasuk di indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian
dan kesakitan pada anak, terutama anak usia di bawah 5 tahun. Di dunia,
sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun dan sebagian besar terjadi di negara
berkembang (Kemenkes RI, 2011). Angka kematian bayi dan balita karena diare
berdasarkan hasil survei antara lain:
1. Berdasarkan SKRT 2001, angka kematian bayi sebesar 9 %, angka
kematian balita sebesar 13%
2. Studi mortalitas tahun 2005 menunjukkan angka kematian bayi
sebesar 9,1%, angka kematian balita sebesar 15,3%
3. Dari riskesdas 2007, angka kematian bayi sebesar 42%, angka
kematian balita sebesar 25,5%
G. Patofisiologi Diare
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk
keperluan hidup sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran
sisa-sisa makanan yang tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses
fisiologi pencernaan yang majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat berupa
(Sinthamurniwaty, 2007):
21
22
23
menyebabkan mikroorganisme
24
25
H. Pencegahan Diare
Menurut Adrianto (2003) dalam Bintoro (2009), diare umumnya
ditularkan melalui empat F, yaitu food, feces, fly dan finger. Oleh karena itu
upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan
tersebut. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah menyiapkan makanan
dengan bersih, menyediakan air minum yang bersih, menjaga kebersihan
individu, mencuci tangan sebelum makan, pemberian ASI eksklusif, buang air
besar pada tempatnya, membuang sampah pada tempatnya, mencegah lalat agar
tidak menghinggapi makanan, membuat lingkungan hidup yang sehat.
Diare pada anak dapat menyebabkan kematian dan gizi kurang. Kematian
dapat dicegah dengan mencegah dan mengatasi dehidrasi dengan pemberian
oralit. Gizi yang kurang dapat dicegah dengan pemberian makanan yang cukup
selama berlangsungnya diare. Pencegahan dan pengobatan diare pada anak harus
dimulai dari rumah dan obat-obatan dapat diberikan bila diare tetap berlangsung.
Anak harus segera dibawa ke rumah sakit bila dijumpai tanda-tanda dehidrasi
pada anak (Bintoro, 2009).
Menurut Kemenkes RI (2011), kegitan pencegahan penyakit diare yang
benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemberian ASI
b. Makanan Pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Mencuci tangan
26
e. Penggunaan jamban
f. Membuang tinja bayi yang benar
g. Pemberian imunisasi campak
27
28
5. Pemberian nasihat
Ibu atau keluarga harus diberi nasihat tentang:
a) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan, yaitu jika diare
lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan atau minum sedikit,
timbul demam, tinja berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari.
29
30
31
b. Status gizi
Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada
penderita gizi buruk (Sardjana, 2007)
Pada penderita kurang gizi serangan diare terjadi lebih sering
terjadi. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan berat diare
yang diderita. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka
terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang kurang (kalista, 2002)
Hasil penelitian Sinthamurniwaty (2005) menunjukkan status gizi
balita yang kurang secara statistik signifikan merupakan faktor risiko
terjadinya diare pada balita dengan nilai p = 0,00. Risiko menderita diare
pada balita yang mempunyai status gizi kurang adalah 2,54 kali lebih
besar dibanding yang memiliki status gizi cukup.
c. Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 33 taun 2012 ASI (Air
Susu Ibu) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain.
Salah satu resiko terjadinya diare pada balita adalah tidak
diberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan bayi. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita
32
diare lebih besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar (Sardjana, 2007).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir,
pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol
(Kemenkes, 2011). Hal ini karena ASI terutama kolostrum sangat kaya
akan secrete imunoglobulin A (SigA). ASI mengandung laktooksidase
dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibakterial terhadap E.Coli
dan Staphylococcus (Depkes RI, 2005 dalam Purnamasari, 2011)
Menurut Kemenkes RI (2010), ASI bersifat steril, berbeda dengan
sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan
dengan air atau bahan-bahan yang dapat terkontaminasi dalam botol yang
kotor. Pemberian ASI saja (ASI eksklusif) tanpa cairan atau makanan lain
dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri
dan organisme lain yang akan menyebabkan diare.
Simatupang (2003) menyebutkan bahwa proporsi kejadian diare
pada anak balita lebih besar terjadi pada anak balita yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif. Penelitian tersebut menunjukkan terdapat
hubungan antara ASI eksklusif dengan kejadian diare. Pemberian ASI
eksklusif akan meningkatkan daya tahan tubuh balita sehingga
kemungkinan balita tidak mudah terkena diare.
33
34
35
36
37
tangan
dangkal
prinsip
kerjanya
adalah
38
air
tersebut
(bronkaptering).
Selanjutnya
yang
penting
39
5) Perpipaan / PDAM
Ledeng atau perpipaan adalah air yang diproduksi melalui
proses penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada
konsumen melalui suatu
Air
40
41
menggunakan
sarana
air
bersihnya
tidak
terlindung
42
yang disebabkan oleh penyakit yang dibawa oleh air seperti diare
(Depkes RI, 2008 dalam Rosa 2011).
Memasak air merupakan cara paling baik untuk proses purifikasi
air di rumah. Agar proses purifikasi menjadi lebih efektif, maka air
dibiarkan mendidih antara 5-10 menit. Hal tersebut bertujuan agar semua
kuman, spora, kista, dan telur telah mati sehingga air bersifat steril. Selain
itu proses pendidihan juga dapat mengurangi kesadahan karena dalam
proses pendidihan terjadi peguapan CO2 dan pengendapan CaCO3
(Chandra, 2007).
Hasil penelitian Rosa (2011) menunjukkan bahwa dari 48 ibu
yang memiliki balita yang mengalami diare 33,3% tidak mengolah air
minum secara PAMRT (secara industri). Selain itu, Suprapti (2003) hasil
penelitiannya berkesimpulan bahwa ada hubungan antara pemasakan air
minum dengan kejadian diare pada balita.
Puspitasari (2012) dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan
kejadian diare pada kelompok balita yang ibuya memiliki perilaku
memasak air minum yang buruk mempunyai risiko 2,68 kali
dibandingkan dengan kelompok balita yang ibunya memiliki perilaku
memasak air minum yang baik.
43
44
45
46
47
K. Kerangka Teori
Berdasarkan teori dan penelitian di atas, maka diperoleh kerangka teori
sebagai berikut:
FAKTOR INDIVIDU
BALITA
a. Umur balita
b. Status gizi
c. Pemberian ASI
Eksklusif
d. Imunodefisiensi
e. Imunisasi Campak
Kejadian diare
KARAKTERISTIK
SANITASI AIR
a. Kondisi Sarana Air
Bersih (SAB)
b. Pengolahan Air minum
c. E.Coli Dalam Air
Minum
Bagan 2.1.
Kerangka Teori
Modifikasi teori dan penelitian dari Sinthamurniwaty (2005), Cahyono (2003),
Simatupang (2003), Suhardiman (2007), dan Rosa (2011)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada beberapa teori
dari penelitian dari Sinthamurniwaty (2005), Cahyono (2003), Simatupang
(2003), Suhardiman (2007), dan Rosa (2011). Berdasarkan teori dan
penelitian yang ada, faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada
balita yaitu faktor individu yaitu umur balita, status gizi, pemberian ASI
eksklusif, dan imunodefisiensi serta karakteristik sanitasi air yang terdiri dari
kondisi sarana air bersih (SAB), dan pengolahan air minum.
Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang tidak diteliti, yaitu
status gizi karena untuk balita dengan status gizi buruk biasanya langsung
ditangani dalam pusat pemulihan gizi / Therapeutic Feeding Centre (TFC)
dan berdasarkan laporan tahunan kelurahan menunjukkan tidak ada balita
dengan status gizi kurang sedangkan gizi buruk hanya satu orang. Hal ini
menunjukkan untuk variabel status gizi data dapat homogen. Selanjutnya,
variabel immunodefisiensi tidak diteliti karena sulitnya untuk menilai balita
yang mengalami immunodefisiensi.
Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel
bebas (independen). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen
48
49
adalah faktor individu yaitu umur balita, status gizi, pemberian ASI eksklusif,
dan imunodefisiensi dan karakteristik sanitasi air yang terdiri dari kondisi
sarana air bersih (SAB), pengolahan air minum, sedangkan variabel
dependen yaitu kejadian diare pada balita.
Hubungan antara variabel dependen dan variabel independen tersebut
dapat dilihat pada bagan 3.1 sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Umur balita
Pemberian ASI
Eksklusif
Imunisasi campak
Kejadian diare
Kondisi Sarana Air
Bersih (SAB)
Pengolahan Air Minum
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
50
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Cara ukur
Variabel Dependen
Diare
Penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk Wawancara
dan konsistensi feses melembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar
(BAB) lebih dari biasanya (lazimnya 3 kali atau
lebih dalam sehari). (Depkes, 2003)
Balita yang diare pada periode 2 minggu yang lalu
sampai pada saat diwawancara
Alat ukur
Kuesioner
Hasil ukur
skala
0. Diare, jika:
Ordinal
Balita mengalami
berak-berak, > 3
kali sehari dan
bentuk
kotoran
campur air atau
air saja.
1. Tidak diare, jika:
Balita
tidak
mengalami berakbera atau balita
mengalami berakberak, 3 kali
dan
bentuk
seperti biasa
51
Variabel Independen
Variabel
Definisi
Cara ukur
Umur balita
Lama hidup yang dialami oleh balita yang diukur
Wawancara,
dengan menggunakan tanggal, bulan kelahiran pada observasi
saat dilaksanakan penelitian (10 59 bulan)
(Sinthamurniwaty, 2005)
Pemberian
ASI eksklusif
Imunisasi
campak
Wawancara
Wawancara,
observasi
Alat ukur
Kuesioner
Kuesioner
KMS atau
kartu
kunjungan ke
puskesmas/
sarana
kesehatan
lainnya
Hasil ukur
0. 10-24 bulan
1. 25-59 bulan
(Sinthamurniwaty,
2005)
0. Tidak, jika ASI
non eksklusif
1. Ya, jika ASI
eksklusif
(Simatupang, 2003)
0. Belum
1. Sudah
skala
Ordinal
Ordinal
Ordinal
52
Variabel
Kondisi Sarana
Air
Bersih
(SAB)
Definisi
Cara ukur
Kondisi fisik sarana air bersih di
Wawancara dan
rumah tempat tinggal balita yang di
observasi
survei meliputi kualitas fisik air
yang digunakan, persyaratan
kontruksi dan jarak minimal dengan
sumber pencemar yang diwakili
oleh beberapa isian pada lembar
observasi
(Suhardiman, 2007)
Wawancara
Pengukuran
Alat ukur
Hasil ukur
Wawancara dan
0. Buruk, jika skor yang
lembar observasi
didapatkan dari hasil
observasi pada masingmasing SAB adalah:
PDAM: < 3
SPL: < 7
SPT: < 6
SG: < 8
1. Baik, jika skor skor
yang didapatkan dari
hasil observasi pada
masing-masing SAB
adalah:
PDAM: 3
SPL: 7
SPT : 6
SG: 8
(Suhardiman, 2007)
Kuesioner
0. Tidak mengolah
1. Merebus
Uji laboratorium
Skala
Ordinal
Ordinal
53
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara umur balita dengan kejadian diare pada balita
umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang
tahun 2013
2. Ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare
pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan
Bantargebang tahun 2013
3. Ada hubungan antara imunisasi campak dengan kejadian diare pada
balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan
Bantargebang tahun 2013
4. Ada hubungan antara kondisi sarana air bersih dengan kejadian diare
pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan
Bantargebang tahun 2013
5. Ada hubungan antara pengolahan air minum dengan kejadian diare
pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan
Bantargebang tahun 2013
6. Ada hubungan antara E. Coli dalam air minum dengan kejadian diare
pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan
Bantargebang tahun 2013
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
cross sectional, karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen
akan diamati pada waktu (periode) bersamaan. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah karakteristik sanitasi air yang terdiri dari faktor individu
yaitu umur balita, status gizi, pemberian ASI eksklusif dan kondisi sarana air
bersih (SAB), pengolahan air minum, sedangkan variabel dependen yaitu
kejadian diare pada balita.
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
54
55
568,995 ha. Dari luas 56.955 ha areal yang ada, sekitar 318 ha
dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan pertanian, sedangkan sisanya
dipergunakan untuk sarana gedung perkantoran dan prasarana pendidikan
serta tempat penampungan akhir (TPA) pemerintah DKI Jakarta 20 ha dan
pemerintah kota Bekasi 22,5 ha. Data mengenai penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan dan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1
Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk
di Kelurahan Sumurbatu Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SD
Sedang sekolah di SD
Tamat SD/sederajat
Tamat SLTP/sederajat
Tamat SMA/sederajat
Akademi D1-D2
Universitas
Jumlah
Jumlah (orang)
686
1.023
987
726
598
45
47
4112
Persentase (%)
16,7
24,9
24
17,6
14,5
1,1
1,1
100
Tabel 5.2
Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di
Kelurahan Sumurbatu Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis Mata
Pencaharian
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai swasta /
karyawan
Petani
Pertukangan
Pemulung
Buruh tidak tetap
TNI / POLR
Pensiunan ABRI / Sipil
Pedagang
Jasa angkutan
Jumlah
Jumlah
(Orang)
387
674
Presentase
(%)
1.156
218
419
597
29
71
418
287
4256
27,1
5,1
9,8
14
0,68
1,67
9,8
6,7
100
9,1
15,8
56
75
Kelurahan
Bantargebang.
Luas
wilayah
kerja
Puskesmas
57
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah balita, sedangkan responden
adalah orang tua dari anak. Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus
uji beda dua proporsi dengan arah uji statistik dua arah (two tail) karena
untuk mengetahui suatu hubungan. Besar sampel menggunakan rumus uji
di bawah ini (Ariawan, 1998):
Keterangan:
n
Z1-/2
Z1-
P1
58
Tabel 4.1
Hasil Penghitungan Sampel Berdasarkan Uji Hipotesis
Beda Dua Proporsi Terhadap Hasil Penelitian Terdahulu
Variabel
Umur
(Anwar, 2009)
ASI eksklusif
(Cahyomo, 2003)
Imunisasi campak
(Cahyono, 2003)
Kondisi Sarana Air
Bersih
(Suhardiman, 2007)
Pengolahan air minum
(Rosa, 2011)
Escheria coli
(Fardhani, 2013)
Diketahui
P1 = 0,182
P2 = 0,771
P1= 0,594
P2= 0,406
P1= 0,609
P2= 0,391
P1 = 0,416
P2 = 0,288
p
0,470
11x 2 = 22
0,001
110x2 = 220
0,036
82x2 = 164
0,047
282x2 = 964
P1= 0,333
P2= 0,417
P1=0,692
P2= 0,308
0,358
0,038
Sampel total
696x2 = 1392
26x2= 52
3. Teknik sampling
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling yakni pengambilan sampel didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui. Kriteria responden sebagai
berikut:
59
a. Kriteria inklusi
1) Ibu yang memiliki balita umur 10-59 bulan
2) Ibu yang bersedia sarana air bersihnya diobservasi
3) Ibu yang bersedia diambil air minumnya untuk dilakukan uji
laboratorium
b. Kriteria eksklusi
1) Ibu yang tidak memiliki balita umur 10-59 bulan
2) Ibu yang tidak bersedia sarana air bersihnya diobservasi
3) Ibu yang tidak bersedia diambil air minumnya untuk dilakukan uji
laboratorium
60
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan
mewawancarai ibu-ibu yang balitanya menjadi sampel. Kuesioner terdiri dari
beberapa item pertanyaan. Kuesioner dalam penelitian ini mencakup pertanyaan
mengenai umur balita, pemberian ASI, imunisasi campak dan pengolahan air
iinum serta lembar observasi yang berisi mengenai variabel kondisi sarana air
bersih.
Untuk
variabel
E.Coli
air
minum
digunakan
pemeriksaan
61
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel
air minum, media endo agar, alkohol 90%, kapas dan kertas pembungkus.
3. Prosedur kerja
a) Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari air minum warga di Kelurahan
Sumurbatu. Sampel air minum yang diambil bersumber dari wadah
atau tempat air minum antara lain berupa dispenser, teko, botol atau
tempat lainnya yang biasa digunakan oleh responden. Pengambilan
sampel dilakukan secara aseptis. Mulut botol disterilisasi dahulu
dengan api spirtus, setelah air cukup untuk pemeriksaan kemudian
disterilisasi kembali dengan api spirtus dan botol ditutup kembali.
Setelah itu, botol sampel diberi label sesuai kode sampel yang tertulis
pada kuesioner.
b) Pembuatan Media dan Sterilisasi
Pembuatan media dilakukan dengan tahapan menimbang
bubuk media dan mencampurnya dengan aquades dalam gelas beaker
hingga kemudian dipanaskan di atas hotplate dengan stirer sampai
homogen dan mendidih. Setelah itu media dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ke dalam labu Erlenmeyer, lalu menyumbat mulut
tabung dan labu Erlenmeyer dengan kapas.
Kemudian
dilakukan
sterilisasi
medium
menggunakan
62
63
64
2. Reliabilitas Instrumen
Pertanyaan mengenai pemberian ASI eksklusif telah diuji
reliabilitasnya pada penelitian siregar (2011)dan diperoleh nilai r sebesar
0,881. Nilai ini lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,2461. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumen ini telah reliable untuk digunakan dalam
penelitian.
Adapun pada pertanyaan mengenai kejadian diare berasal dari
penelitian Pusitasari (2012), pertanyaan tentang imunisasi campak dari
penelitian Cahyono (2003), dan pertanyaan pengolahan air minum dari
penelitian Rosa (2012)
penelitiannya.
G. Pengolahan Data
1. Mengkode Data (Data Coding)
Kegiatan pemberian kode pada setiap variabel yang dikumpulkan
untuk mempermudah proses pemasukan dan pengolahan data selanjutnya.
Mengkode jawaban adalah merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka. Pada proses coding ini, variabel independen dan
dependen akan diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisa yaitu :
a. Variabel diare
b. Umur balita
Diare
[0]
Tidak diare
[1]
10-24 bulan
[0]
25-59 bulan
[1]
65
d. Imunisasi campak
Tidak
[0]
Ya
[1]
Belum
[0]
Sudah
[1]
Buruk
[0]
Baik
[1]
Tidak mengolah
[0]
Merebus
[1]
Ada
[0]
Tidak ada
[1]
Bersih
66
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis
univariat
dilakukan untuk
mengetahui
gambaran
67
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
Analisis univariat mendekripsikan karakteristik responden, kejadian diare
pada balita, umur balita, pemberian ASI eksklusif, imunisasi campak, kondisi sarana
air bersih, pengolahan air minum, dan E. Coli dalam air minum
1. Gambaran Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, pendidikan dan
pekerjaan ibu yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Distribusi Umur Responden
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Kelurahan Sumurbatu
Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2013
Variabel
Mean
SD
Min-Max
Umur
29,83
6,97
19-45
68
69
Frekuensi
Presentase (%)
Tidak Sekolah
7.7
SD
28
53.8
SMP
10
19.2
SMA
15.4
Perguruan Tinggi
3.8
Jumlah
52
100
70
Frekuensi
Presentase (%)
PNS
1,9
Buruh
1,9
36
69,2
Karyawan
5,8
Pemulung
10
19,2
Lainnya
1,9
Jumlah
52
100
71
Frekuensi
Persentase (%)
Diare
23
44,2
Tidak diare
29
55,8
Jumlah
52
100
Berdasarkan tabel 5.4 dari hasil analisis gambaran kejadian diare pada
balita, diperoleh bahwa dari 52 balita, 23 balita (44,2%) mengalami diare dan 29
balita (55,8%) tidak mengalami diare. Dari tabel tersebut terlihat bahwa lebih
banyak responden yang balitanya tidak mengalami diare.
72
Tabel 5.5
Distribusi Faktor Individu Balita (Umur Balita, Pemberian ASI Eksklusif,
Dan Imunisasi Campak) di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan
Bantargebang Tahun 2013
No.
Variabel
Kategorik
Frekuensi
Persentase
(%)
1.
Umur
10-24 bulan
20
38,5
25-59 bulan
32
61,5
Tidak
31
59,6
Ya
21
40,4
Belum
24
46,2
Sudah
28
53,8
52
100
2.
3.
Imunisasi Campak
Jumlah
a. Umur Balita
Variabel umur dalam penelitian ini adalah lama hidup yang dialami
oleh balita di Kelurahan Sumurbatu. Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa
dari 52 balita, terdapat 20 balita berumur 10-24 bulan (38,5%) dan 40 balita
berumur 25 59 bulan (61,5%)
b. Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi
selama enam bulan, tanpa menambahkan dengan makanan atau minuman lain.
Dari tabel 5.5 diketahui bahwa dari 52 balita, terdapat 31 balita (59,6%) yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan 21 balita lainnya (40,4%)
mendapatkan ASI eksklusif.
73
c. Imunisasi Campak
Imunisasi campak dalam penelitian ini merupakan riwayat imunisasi
campak yang diperoleh balita. Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa dari 52
balita, 24 (46,2%) balita yang berumur 10 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak dan 28 (53,8%) balita yang berumur 10 bulan lainnya
sudah mendapatkan imunisasi campak.
74
Tabel 5.6
Distribusi Balita Menurut Sarana Air Bersih Yang Digunakan di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantargebang Tahun 2013
Sarana Air Bersih
Frekuensi
Presentase (%)
PDAM
17,3
Sumur gali
43
82,7
Sungai
Jumlah
52
100
Frekuensi
Persentase (%)
Buruk
39
75
Baik
13
25
Jumlah
52
100
75
Frekuensi
Presentase (%)
PDAM
5.8
Sumur gali
21
40.4
24
46.2
Air kemasan
7.7
Jumlah
52
100
76
yang menggunakan air minum yang bersumber dari sumur pompa listrik
(40,4%), dan 4 responden yang menggunakan air minum yang bersumber
dari air kemasan (7,7%).
Tabel 5.9
Distribusi Sumber Air Minum Sumur dan Isi Ulang Berdasarkan
Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantargebang Tahun 2013
Kejadian Diare
Sumber Air Minum
Diare
Tidak diare
Sumur
28,6
15
71,4
Isi Ulang
12
50
12
50
77
Tabel 5.10
Distribusi Balita Menurut Pengolahan Air Minum di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantargebang Tahun 2013
Pengolahan air minum
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak mengolah
26
50
Merebus
26
50
Jumlah
52
100
Frekuensi
Persentase (%)
Ada
12
23.1
Tidak ada
40
76.9
Jumlah
52
100
78
Ada
Tidak
Sumur
14,3
18
85,7
20,8
19
79,2
Dari tabel 5.12 menunjukkan E. Coli lebih banyak ada pada sumber
air isi ulang dibandingkan dengan air sumur. Dari 8 responden yang terdapat
5 (20,8%) responden yang memiliki sumber air minum dari sumur terdapat
E.Coli dalam air minumnya, sedangkan 3 (14,3%) responden lainnya yang
menggunakan sumber air isi ulang terdapat E.Coli dalam air minumnya.
79
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univarit yang
bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan faktor sanitasi air
dengan kejadian diare pada balita menggunakan uji Chai Square yang hasilnya
akan dijelaskan dibawah ini.
1. Hubungan antara Faktor Individu dengan Kejadian Diare Pada Balita
Uji chi square digunakan untuk variabel umur balita, pemberian ASI
eksklusif dan imunisasi campak dengan kejadian diare pada balita. Hasil
penelitian mengenai hubungan antara faktor individu (umur balita, pemberian
ASI eksklusif dan imunisasi campak) dengan kejadian diare pada balita
sebagai berikut.
a. Hubungan Umur Balita dengan Kejadian Diare
Hasil penelitian megenai hubungan antara umur balita dengan
kejadian diare pada balita di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang
Kota Bekasi tahun 2013 sebagai berikut.
80
Tabel 5.13
Distribusi Hubungan Umur Balita dengan Kejadian Diare di Kelurahan
Sumurbatu Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2013
Kejadian diare
Diare
Umur balita
Total
Tidak
diare
Pvalue
10-24 bulan
35
13
65
20
100
25 59 bulan
16
50
16
50
32
100
Total
23
44.2
29
55.8
52
100
0,392
Berdasarkan tabel 5.13 balita yang memiliki umur 10-24 bulan dan
mengalami kejadian diare sebesar 35 % (7 dari 52 balita) sedangkan balita yang
memiliki umur 25-59 bulan dan mengalami kejadian diare sebesar 50 % (16 dari
52 balita). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,392,
yang artinya pada 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara umur balita
dengan kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumrbatu
Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2013.
81
Kejadian diare
Total
Diare
Tidak diare
Pvalue
Tidak
17
54,8
14
45,2
31
100
Ya
28,6
15
71,4
21
100
Total
23
44,2
29
55,8
52
100
0,089
Berdasarkan tabel 5.14 balita yang tidak diberikan ASI eksklusif dan
menderita diare sebesar 54,8% (17 dari 52 balita) sedangkan balita yang
diberikan ASI eksklusif dan mengalami diare sebesar 28,6% (6 dari 52 balita).
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,089 yang artinya
pada 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumrbatu
Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2013.
82
13
54,2
11
45,8
24
100
Sudah
10
35,7
18
64,3
28
100
Total
23
44,2
29
55,8
52
100
0,263
83
Diare
Tidak
diare
Total
Pvalue
Buruk
21
53,8
18
46,2
39
100
Baik
15,4
11
84,6
13
100
23
44,2
29
55,8
52
100
0,023
Dari tabel 5.16 diketahui responden dengan kondisi sarana air bersih yang
buruk dan mengalami kejadian diare pada balitanya sebanyak 21 (53,8%),
sedangkan responden dengan kondisi sarana air bersih baik dan mengalami
kejadian diare pada balitanya sebanyak 2 responden (15,4%).
Hasil uji chai square menunjukkan bawa ada hubungan antara kondisi
sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di
84
Diare
Total
Tidak
diare
Pvalue
Tidak
mengolah
14
53,8
12
46,2
26
100
merebus
34,5
17
65,4
26
100
Total
23
44,2
29
55,8
52
100
0,264
85
75
25
12
100
Tidak ada
14
35
26
65
40
100
Total
23
44,2
29
55,8
52
100
0,021
Pada tabel 5.17 dapat dilihat bahwa responden dengan adanya E.Coli
dalam air minum dan mengalami kejadian diare pada balita sebesar 9 (75%),
responden dengan adanya E.Coli dalam air minum dan tidak mengalami kejadian
diare pada balita sebesar 14 (35%). Selain itu, pada tabel silang hasil uji statistik
86
didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,021, yang artinya ada hubungan yang
signifikan antara adanya E.Coli dalam air minum dengan kejadian diare pada
balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang Kota
Bekasi Tahun 2013.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan
penelitian diantaranya yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan disain studi cross sectional.
Dalam desain ini hanya menjelaskan hubungan keterkaitan, tidak dapat
menjelaskan hubungan sebab akibat. Meskipun demikian, desain ini
dipilih karena paling sesuai dengan tujuan penelitian dan efektif dari segi
waktu.
2. Kerangka
konsep
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
hanya
87
88
B. Kejadian Diare
Diare didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair dan bertambahnya buang
air besar lebih dari biasanya (lazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari) (Sardjana,
2007). Menurut Hippocrates dalam Suharyono (2008), diare adalah buang air
besar dengan frekuensi yag tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang
lebih lembek atau cair.
Kejadian diare dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan definisi penyakit
diare. Oleh karena itu, bias informasi mungkin terjadi pada saat dilakukan
wawancara. Bias pada saat menjawab pertanyaan dari pewawancara karena
89
responden pada penelitian ini sulit mengingat dengan pasti kapan terjadi diare.
Selain itu, kejadian diare hanya diukur menggunakan instrumen dari kuesioner
berdasarkan pengertian diare. Padahal terdapat gejala-gejala klinis untuk
penentuan penyakit diare yang didiagnosa oleh dokter.
Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 diketahui bahwa
sebagian besar balita di kelurahan Sumurbatu tidak mengalami diare yaitu
sebesar 55,8% dari 52 responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Muhadi (2008)
yang mendapatkan hasil penelitian bahwa balita yang tidak mengalami kejadian
diare lebih banyak dibandingkan dengan balita yang mengalami kejadian diare
sebesar 82,70%. Selain itu, hasil penelitian Wulandari (2009) sebesar 54,3%
responden yang diteliti mengalami kejadian diare.
Meskipun sebagian besar balita responden di kelurahan Sumurbatu tidak
mengalami kejadian diare, apabila tidak ditangani secara serius oleh petugas
kesehatan maka dapat menimbulkan keparahan bagi penderitanya dan penularan
penyakati diare ke daerah lain. Untuk itu petugas kesehatan setempat dalam
menanggulangi kejadian diare dapat dengan meningkatkan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai tatalaksana diare pada anak yang direkomendasikan oleh
Kemernterian Kesehatan. Prinsip tatalaksana diare adalah LINTAS DIARE
(Lima Langkah Tuntaskan diare) yang ditujukan bagi penderita diare yang
bertujuan utuk mencegah dan mengobati dehidrasi, mencegah gangguan nutrisi
dengan memberikan makanan selama dan sesudah diare serta memperpendek
lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.
Selain itu, harus dilakukan pula tindakan pencegahan untuk memutus
rantai penularan melalui penyuluhan pemberian ASI makanan pendamping asi,
90
balita
merupakan
salah
satu
faktor
yang
dapat
91
signifikan antara umur balita dengan kejadian diare dengan Pvalue 0,006.
Hasil penelitian ini menunjukkan balita umur <24 bulan mempunyai
risiko 3,18 kali terkena diare dibandingkan dengan balita berumur 24
bulan.
Menurut Muthmainah (2011), bayi usia di bawah 10 bulan
mendapat makanan tambahan diluar ASI dimana risiko ikut sertanya
kuman pada makanan tambahan adalah tinggi (terutama jika sterilisasinya
kurang). Selanjutnya, anak yang berusia di bawah 24 bulan produksi ASI
mulai berkurang, yang berarti juga antibodi yang masuk bersama ASI
berkurang. Setelah usia 24 bulan tubuh anak mulai membentuk sendiri
antibodi dalam jumlah cukup (untuk defence mekanisme), sehingga
serangan virus berkurang.
Ditinjau dari tahap tumbuh kembang anak, balita dengan rentang
6-12 bulan adalah masa pengenalan terhadap lingkungan sekitarnya.
Perilaku yang sering dilakukan yakni berusaha memegang benda apa saja
yang ada di sekelilingnya dan memasukkan ke dalam mulut. Ketika
kondisi tangan dari balita maupun benda yang dipegang tidak steril
memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri E.Coli (Puspitasari, 2012).
Akan tetapi pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara
umur balita dengan kejadian diare, dimungkinkan karena ibu balita selalu
melakukan perhatian khusus terhadap balita mengingat sebagian besar
pekerjaan ibu balita adalah ibu rumah tangga sehingga memiliki waktu
lebih banyak untuk mengurus dan menjaga kebersihan balitanya sendiri.
Selain itu, sebagian responden menganggap bahwa diare yang terjadi
92
pada umur dibawah 25 bulan adalah kejadian wajar dan merupakan tanda
fase perubahan anak menjadi besar dan pandai sehingga tidak adanya
upaya pencegahan.
Walaupun demikian terdapat 35% balita yang berumur 10-24
bulan menderita kejadian diare, yang artinya tidak semua balita yang
berumur 10-24 bulan pada penelitian ini tidak mengalami diare. Hal
tersebut dapat terjadi karena pada kelompok umur 6-12 bulan biasanya
balita
sudah
mendapat
makanan
tambahan
dan
menurut
yang
dapat
menyebabkan
tingginya
risiko
terkena
diare
(Sinthamurniwaty, 2004).
Di samping itu, pada kelompok umur 7 sampai dengan 24 bulan,
biasanya ada beberapa balita yang menyusui sudah mulai disapih oleh
ibunya, sehingga tidak lagi mendapat ASI, dengan demikian tingkat
imunitas balita itu sendiri menjadi rendah. Keadaan tersebut jika
disekitarnya ada kuman infeksi yang dapat menimbulkan diare, balita
tersebut memiliki risiko tinggi untuk terkena diare (Sinthamurniwaty,
2004). Muhadi (2010) dalam penelitiannya mengatakan pada usia di atas
12 bulan, balita mulai bermain di luar rumah dan mulai mengkonsumsi
hampir semua jenis makanan jajanan yang tidak terjamin kebersihannya.
93
94
yang tidak diberi ASI eksklusif mempunyai risiko terkena diare sebesar
3,19 kali dibandingkan dengan balita tang diberi ASI eksklusif.
Hasil penelitian lain yang dihasilkan oleh Simatupang (2003) di
kota Sibolga yang menyatakan terdapat hubungan antara pemberian ASI
dengan kejadian diare. ASI mempunyai khasiat preventif secara
imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya.
ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru
lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih
besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare
yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Kemenkes, 2011)
Kecilnya presentase pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini
diduga menyebabkan tidak ditemukannya hubungan yang bermakna
antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Selain itu, faktor
lain adalah imunitas balita yang cukup baik dari sebagian responden yang
terutama ibu rumah tangga
95
saat itu ASI tidak keluar. Di samping itu, beberapa responden lainnya
juga mengatakan bahwa bayi tidak mau diberi ASI sehingga oleh
responden diberi makanan lain seperti bubur biskuit kepada bayinya.
Menurut Kemenkes RI (2010), ASI bersifat steril, berbeda dengan
sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan
dengan air atau bahan-bahan yang dapat terkontaminasi dalam botol yang
kotor. Pemberian ASI saja (ASI eksklusif) tanpa cairan atau makanan lain
dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri
dan organisme lain yang akan menyebabkan diare.
96
97
98
99
kuantitas)
dan
keberhasilan
perorangan
akan
mengurangi
100
101
102
103
104
105
peraturan
menteri
kesehatan
nomor
106
akan
menghasilkan
enterotoksin.
Enterotoksin
ini
akan
107
Selain itu, adanya E.Coli dalam air minum dapat terjadi pada
pengelolaan air minum yang berupa cara pengolahan dan penyimpanan
air yang tidak sesuai dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, untuk
mengurangi risiko kejadian diare pada balita dapat dilakukan dengan
melakukan pengelolaan air minum secara benar.
Untuk mengurangi kontaminasi E.Coli pada air minum, cara yang
paling mudah adalah dengan cara memasak air yang digunakan untuk
minum dan dibiarkan mendidih antara 5-10 menit sebelum diberikan
kepada balita. tujuannya adalah agar semua kuman, spora, kista dan telur
telah mati termauk E.Coli. sehingga air bersifat steril (Chandra, 2005).
Menurut Rahayu (2006), Sifat E.coli adalah tidak tahan pada pemanasan
dan akan mati pada suhu 100oc, sehingga salah satu cara paling mudah
menghilangkan E.coli dalam air minum adalah dengan memasak air
hingga mendidih.
Walaupun begitu, pada tabel 5.14 menunjukkan E. Coli lebih
banyak ada pada sumber air isi ulang dibandingkan dengan air sumur. Hal
ini menunjukkan bahwa diperlukan pengelolaan air minum rumah tangga
yang baik dan benar.
Oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan dan tindak lanjut
yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kontaminasi E.Coli dalam air
minum dan mengurangi angka kesakitan diare adalah dengan memberikan
sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat tertutama bagi mereka
yang menggunakan sumber air minum berasal dari sumur dan air minum
isi ulang.
108
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada balita di Kelurahan
Sumurbatu, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran balita umur 10-59 bulan yang mengalami kejadian diare sebesar
44,2% dan balita yang tidak mengalami diare sebesar 55,8%.
2. Gambaran faktor individu balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu
antara lain, 61,5% balita berumur 25-59 bulan, 40,4% balita mendapatkan
ASI eksklusif dan 53,8% balita mendapatkan imunisasi campak.
3. Gambaran karakteristik sanitasi air di Kelurahan Sumurbatu antara lain, 25%
kondisi sarana air bersih baik, 50% menggunakan pengolahan air minum
dengan merebus, dan 76,9% tidak ada E.Coli dalam air minumnya.
4. Tidak ada hubungan antara variabel umur balita dengan kejadian diare pada
balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang
tahun 2013 dengan pvalue 0,392
5. Tidak ada hubungan antara variabel pemberian ASI Eksklusif dengan
kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013 dengan pvalue 0,089
6. Tidak ada hubungan antara variabel imunisasi campak dengan kejadian diare
pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang tahun 2013 dengan pvalue 0,263
109
110
7. Ada hubungan antara kondisi sarana air bersih dengan kejadian diare pada
balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang
tahun 2013 dengan pvalue 0,023
8. Tidak ada hubungan antara variabel pengolahan air minum dengan kejadian
diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang tahun 2013 dengan pvalue 0,264
9. Tidak ada hubungan E. Coli dalam air minum dengan kejadian diare pada
Balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang tahun 2013 dengan pvalue 0,021
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan upaya pencegahan diare yang efektif kepada balita
terutama melalui menjaga kebersihan air yang dikonsumsi dan digunakan
sehari-hari serta serta melakukan penatalaksanaan pada balita yang
mengalami diare yang dianjurkan Kemenkes RI yaitu LINTAS DIARE .
b. Melakukan perlindungan dan perawatan terhadap sarana air bersih
sehingga dapat meminimanisasi risiko sarana air bersih terkontaminasi
pencemaran
c. Melakukan pengolahan air minum dengan benar, yaitu air dimasak
sampai mendidih 100C dan dibiarkan dalam keadaan mendidih selama 12 menit.
111
b.
c.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Imron. 2003. Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Gede Kota Bekasi Tahun 2003.
Tesis. Universitas Indonesia
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Departemen kesehatan RI. 1984. Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih.
Depkes RI. Jakarta.
_______________________.1992. Pedoman teknis perbaikan kualitas air bagi petugas
pembinaan kesehatan lingkungan. Dirjen PPM & PLP Depkes RI. Jakarta.
______________________.1994. Penyehatan Air Dalam Program Penyediaan dan
Pengelolaan Air Bersih : Buku Pedoman bagi Para Pengelola Program.
Dirjen PPM & PLP Depkes RI. Jakarta.
Departemen kesehatan RI, 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare.
Jakarta : Depkes RI
______________________.2008. Buku Saku Monitoring Dan Evaluasi PAMRT
(Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga). Dirjen PPM & PLP Depkes RI:
Jakarta.
______________________. 2010. Data base Kesehatan Per Kabupaten diakses dari
http://www.bankdata.depkes.go.id/ pada tanggal 9 Januari 2013
______________________. 2010. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare.
Dirjen PPM & PLP Depkes RI. Jakarta.
Dewanti, Ratih. 2005. Bakteri Indikator Sanitasi dan Keamanan Air Minum diakses
dari http://web.ipb.ac.id/ pada tanggal 28 Juni 2013
Dinas Kesehatan Kota Banjar. Betulkah jarak sumur dengan septic tank 10 meter?
Diakses dari http://www.banjar-jabar.go.id/ pada tanggal 26 Mei 2013
Fardani, Sekar Astrika. 2013. Hubungan Eschericia Coli dalam air minum dan
Kondisi Sarana Sanitasi Dasar dengan Diare Akut pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Pancoran Mas, Depok. Skripsi: Universitas Indonesia
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius: Bogor
2010.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
Rini, Lestiyo. 2001. Hubungan Status Imunisasi Campak Dengan Kejadian Penyakit
Diare (Campak, Ispa Dan Diare) Dan Status Gizi Anak Usia 1-4 Tahun Di
Desa Karang Duren Kecamatan Tenggaran Kabupaten Semarang. Skripsi:
Universitas Diponegoro
Rohmat, Dede. Materi Pengkayaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bagi Dunia
Pendidikan Se-Jawa Barat. Diakses dari http://file.upi.edu pada tanggal 10
Mei 2013
Rosa, Syaefty Dewi. Hubungan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan
Perilaku Sehat Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas
Cipayung Kota Depok Tahun 2011. Skripsi: Universitas Indonesia
Ruspianto, Atjep. 2012. Mulai Digarap, Proyek Zona 5 Makan Waktu 3 Bulan
diakses pada tanggal 20 November 2013 dari http://www.radar-bekasi.com
Sandra, Christyana. 2007. Hubungan Pengetahuan Dan Kebiasaan Konsumen Air
Minum Sisi Ulang Dengan Penykit Diare. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol
3, No.2
Sardjana & Nisa, Hairun. 2007. Epidemiologi Penyakit menular. UIN Jakarta Press:
Jakarta
Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. 1995. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Setyorogo, Sudijono. 1990. Peranan Air Bersih dan Sanitasi dalam Pemberantasan
Penyakit Menular. Santasi Vol. II No. 2, YLKI: Jakarta
Simatupang, M. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Tesis Universitas Sumatra
Utara.
Sinthamurniwaty. 2005. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita
(Studi Kasus Di Kabupaten Semarang). Tesis Universitas Diponegoro
Subagyo, Bambang dan Budi S N. 2010 Diare Akut. Dalam Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbi IDAL
Suhardiman. 2007. Hubungan Eschericia Coli (E.Coli) dalam Air Minum dengan
Kejadian Diare pada Balita di Kota Tangerang tahun 2007. Tesis:
Universitas Indonesia
Suharyono. 2008. Diare Akut: Klinik dan Laboratorik. Rineka Cipta: Jakarta
Sukana, Bambang. 1993. Penelitian Sarana Penyediaan Air Minum Dalam
Hubungannya Dengan Penyakit Diare Para Pemulung Di Pemukiman
Sekitae LPA Budhi Dharma Kelurahan Semper Jakarta Utara.
Sukarni, Mariati. 1994. Kesehatan Lingkungan dan Keluarga. Kanisius: Yogyakarta
Suprapti. 2003. Hubungan Kualitas Sumber Air Minum Dan Pengelolaannya
Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Kuripan Kecamatan
Karangawen Kabupaten Demak 2003. Skripsi: Universitas Indonesia
Suriawijaya, U. 199. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Air Buangan
Secara Biologi. Penerbit Alumni: Bandung
Umiati, Badar Kirwono, Dwi Astuti. Jurnal Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan
dengan Diare Pada Balita
Umarotuzuhro. 2011. Studi Diskriptif Upaya Keluarga Dalam Pencegahan
Terjadinya Penyakit Diare Pada Balita Di Desa Brambang Rw 01
Kecamatan
Karangawen
Kabupaten
Demak.
Skripsi:
Universitas
Muhammadiyah Semarang
WHO. The top 10 causes of death diakses dari http://www.who.int pada tanggal 8
Januari 2013
Widiyanti, Ni Luh. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum
Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3. No 1
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta
Wijayanti, Putri Dianing. 2009. Hubungan Kepadatan Lalat dengan Kejadian Diare
pada Balita yang bermukim Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah Bantar Gebang
LAMPIRAN 2
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN KARAKTERISTIK SANITASI AIR
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN SUMUR BATU
KECAMATAN BANTAR GEBANG KOTA BEKASI TAHUN 2013
Peneliti,
Fauziah
Kode Responden
A. Karakteristik Responden
ISI JAWABAN DENGAN LENGKAP!
No.
1.
2.
3.
4.
Pertanyaan
Nama ibu
RT - RW No. rumah
Umur
Pendidikan
5.
Pekerjaan
Jawaban
0.
1.
2.
3.
4.
5.
0.
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Perguruan Tinggi
PNS
Buruh
Ibu rumah tangga
Karyawan
Pemulung
Lainnnya.............
Kode
A1
A2
A3
A4
A5
B. Kejadian Diare
ISI JAWABAN DENGAN LENGKAP!
No.
Pertanyaan
6.
Apakah anak balita ibu sedang
mengalami / dua minggu
Jawaban
0. Ya
1. tidak
Kode
B1
8.
B2
0. Air saja
1. Campur air
2. Seperti biasa
B3
No.
Pertanyaan
Jawaban
Kode
Identitas balita
7
8
10
11
12
13
14
15
Nama Balita
Jenis Kelamin
0. Laki-laki
1. Perempuan
Umur balita
0. 10-24 bulan
1. 25-59 bulan
Pemberian ASI Eksklusif
Setelah melahirkan, apakah ibu
0. Tidak
langsung memberikan ASI
1. Ya
kepada balita?
Berapa usia balita, saat
0. Kurang dari 6
pertama kali ibu memberikan
bulan
makanan tambahan selain ASI?
1. 6 bulan
Apa makanan tambahan yang
0. Tidak menjawab
ibu berikan kepada balita?
1. Pisang
2. Biskuit
3. Susu formula
4. Bubur
5. ........(selain di atas)
Imunisasi Campak
Apakah ada KMS (Kartu
0. Tidak ada
Menuju Sehat)?
1. Ada
Apakah anak ibu sudah
0. Belum
diimunisasi campak?
1. Sudah
C1
C2
C3
D1
D2
D3
E1
E2
No.
16
Pertanyaan
Darimana keluarga ini
memperoleh air bersih
untuk mencuci, mandi
dan masak?
(pilih satu sumber air
bersih utama)
Jawaban
Sarana air bersih
0. PDAM
1. Sumur gali
2. Sumur pompa listrik
3. pompa tangan
4. Sungai
5. Lain-lain,
sebutkan...........
Kode
F1
17.
18.
19.
20.
PDAM:
0. Skor < 3
1. Skor = 3
(diisi setelah observasi) Sumur Pompa Listrik
0. Skor < 7
1. Skor = 7
Sumur Pompa Tangan
0. Skor < 6
1. Skor =6
Sumur Gali
0. Skor < 8
1. Skor 8
Pengolahan air minum
Darimana sumber air
0. PDAM
yang digunakan untuk
1. Sumur gali
air minum?
2. Sumur pompa listrik
3. Sumur pompa tangan
4. Air isi ulang
5. Air kemasan
Bagaimana cara ibu
0. Tidak mengolah
mengolah air untuk
1. Merebus
diminum?
E. Coli dalam air minum
Bagaimana kandungan
0. Ada, jika positif kuman
Eschericia Coli
Eschericia Coli
berdasarkan hasil
1. Tidak Ada, jika negatif
pemeriksaan
kuman Eschericia Coli
laboratorium
(diisi setelah hasil
laboratorium keluar)
F2
G1
G2
G3
LAMPIRAN 3
LEMBAR OBSERVASI
beri tanda cheklist () pada kolom sesuai hasil pengamatan dan isi dengan lengkap, bila
perlu pewawancara dapat bertanya kepada responden
Item
Syarat
Bobot
1.
2.
Pipa distribusi
3.
Kran air
Jumlah
Hasil pengamatan
Ya
Tidak
skor
1
1
Item
Syarat
Bobot
1.
2.
Lubang sumur
3.
4.
5.
Pipa distribusi
Kran air
Jarak sumur dengan
sumber pencemar
(septic tank)
Jumlah
2
1
1
2
Hasil
Pengamatan
Ya
Tidak
Skor
Item
Syarat
Bobot
1.
2.
Dudukan pompa
tangan
Lantai sumur
Ukuran lantai sumur
1
1
10 m
3.
4.
5.
Hasil
Pengamatan
Ya
Tidak
Skor
2
1
Parameter
Syarat
Bobot
1.
2.
3.
5.
6.
7.
Lantai sumur
Ukuran lantai sumur
4.
8.
9.
1
1
1
1
2
1
2
Hasil
Pengamatan
Ya
Tidak
Skor
LAMPIRAN 5
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
Deteksi E.Coli
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Sampel
B01
B02
B03
B04
B05
B06
B07
B08
B09
B10
B11
B12
B13
B14
B15
B16
B17
B18
B19
B20
B21
B22
B23
B24
B25
B26
Deteksi E. Coli
Negatif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Valid
52
Missing
Mean
29.8269
.96614
Median
28.5000
Std. Deviation
6.96693
Minimum
19.00
Maximum
45.00
2. Pendidikan Ibu
Pendidikan Ibu
Frequency
Valid
Tidak sekolah
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7.7
7.7
7.7
SD
28
53.8
53.8
61.5
SMP
10
19.2
19.2
80.8
SMA
15.4
15.4
96.2
Perguruan Tinggi
3.8
3.8
100.0
52
100.0
100.0
Total
3. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan Ibu
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
PNS
1.9
1.9
1.9
Buruh
1.9
1.9
3.8
36
69.2
69.2
73.1
Karyawan
5.8
5.8
78.8
Pemulung
10
19.2
19.2
98.1
1.9
1.9
100.0
52
100.0
100.0
Lainnya
Total
Diare
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Diare
23
44.2
44.2
44.2
Tidak diare
29
55.8
55.8
100.0
Total
52
100.0
100.0
5. Umur Balita
Umur balita
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
10-24
20
38.5
38.5
38.5
25-59
32
61.5
61.5
100.0
Total
52
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
31
59.6
59.6
59.6
Ya
21
40.4
40.4
100.0
Total
52
100.0
100.0
7. Imunisasi Campak
Imunisasi Campak
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Belum
24
46.2
46.2
46.2
Sudah
28
53.8
53.8
100.0
Total
52
100.0
100.0
PDAM
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
17.3
17.3
17.3
43
82.7
82.7
100.0
Total
52
100.0
100.0
Kondisi SAB
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Buruk
39
75.0
75.0
75.0
Baik
13
25.0
25.0
100.0
Total
52
100.0
100.0
PDAM
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
5.8
5.8
5.8
21
40.4
40.4
46.2
24
46.2
46.2
92.3
air kemasan
7.7
7.7
100.0
52
100.0
100.0
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak mengolah
26
50.0
50.0
50.0
merebus
26
50.0
50.0
100.0
Total
52
100.0
100.0
Selected
Count
% within SAM = 2 (FILTER)
Total
Total
15
21
28.6%
71.4%
100.0%
15
21
28.6%
71.4%
100.0%
Count
% within SAM = 2 (FILTER)
Tidak diare
Selected
Count
% within SAM = 4 (FILTER)
Total
Count
% within SAM = 4 (FILTER)
Tidak diare
Total
12
12
24
50.0%
50.0%
100.0%
12
12
24
50.0%
50.0%
100.0%
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
ada E.Coli
12
23.1
23.1
23.1
40
76.9
76.9
100.0
Total
52
100.0
100.0
Selected
Count
% within SAM = 2 (FILTER)
Total
Count
% within SAM = 2 (FILTER)
Tidak ada
Total
18
21
14.3%
85.7%
100.0%
18
21
14.3%
85.7%
100.0%
10-24
Count
% within Umur balita
25-59
Count
% within Umur balita
Total
Count
% within Umur balita
Tidak diare
Total
13
20
35.0%
65.0%
100.0%
16
16
32
50.0%
50.0%
100.0%
23
29
52
44.2%
55.8%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
a
.289
.597
.440
1.134
.287
1.123
b
Likelihood Ratio
.392
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
1.101
.294
52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,85.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
.170
1.702
.700
.351
1.396
1.300
.810
2.086
25-59)
For cohort Diare = Diare
For cohort Diare = Tidak diare
N of Valid Cases
52
.220
Tidak
Count
% within ASI Eksklusif
Ya
14
31
54.8%
45.2%
100.0%
15
21
28.6%
71.4%
100.0%
23
29
52
44.2%
55.8%
100.0%
Count
% within ASI Eksklusif
Total
17
Count
% within ASI Eksklusif
Total
Tidak diare
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
a
.061
2.518
.113
3.582
.058
3.502
b
Likelihood Ratio
.089
3.434
.064
52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,29.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
.931
9.897
1.919
.909
4.055
.632
.394
1.015
Ya)
For cohort Diare = Diare
For cohort Diare = Tidak diare
N of Valid Cases
52
.055
Belum
Count
% within Imunisasi Campak
Sudah
Total
11
24
54.2%
45.8%
100.0%
10
18
28
35.7%
64.3%
100.0%
23
29
52
44.2%
55.8%
100.0%
Count
% within Imunisasi Campak
Total
13
Count
% within Imunisasi Campak
Tidak diare
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
a
.182
1.114
.291
1.791
.181
1.784
b
Likelihood Ratio
.263
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
1.750
.186
52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,62.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
.698
6.485
1.517
.817
2.815
.713
.426
1.193
(Belum / Sudah)
For cohort Diare = Diare
For cohort Diare = Tidak diare
N of Valid Cases
52
.146
Buruk
Count
% within Kondisi SAB
Baik
Count
% within Kondisi SAB
Total
21
18
39
53.8%
46.2%
100.0%
11
13
15.4%
84.6%
100.0%
23
29
52
44.2%
55.8%
100.0%
Count
% within Kondisi SAB
Total
Tidak diare
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
a
.016
4.392
.036
6.397
.011
5.847
b
Likelihood Ratio
.023
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
5.735
.017
52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,75.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
1.254
32.844
3.500
.947
12.940
.545
.362
.822
Baik)
For cohort Diare = Diare
For cohort Diare = Tidak diare
N of Valid Cases
52
.016
tidak mengolah
Count
% within Pengolahan air minum
merebus
Count
% within Pengolahan air minum
Total
Count
% within Pengolahan air minum
Tidak diare
Total
14
12
26
53.8%
46.2%
100.0%
17
26
34.6%
65.4%
100.0%
23
29
52
44.2%
55.8%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
a
.163
1.247
.264
1.962
.161
1.949
b
Likelihood Ratio
.264
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
1.912
.167
52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
.721
6.733
1.556
.823
2.941
.706
.428
1.164
52
.132
ada E.Coli
Tidak Diare
Count
% within E. Coli dalam air minum
Count
% within E. Coli dalam air minum
Total
Count
% within E. Coli dalam air minum
Total
12
75.0%
25.0%
100.0%
14
26
40
35.0%
65.0%
100.0%
23
29
52
44.2%
55.8%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
a
.014
4.476
.034
6.102
.014
5.987
b
Likelihood Ratio
.021
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
5.872
.015
52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
1.295
23.973
2.143
1.256
3.655
.385
.141
1.052
52
.017
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto 1. Tempat Penelitian