Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan inklusi di Indonesia telah dipayungi oleh kebijakan
pemerintah yakni Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 tahun
2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Peraturan menteri tersebut
memuat dengan lengkap rambu-rambu mengenai pendidikan inklusi mulai dari
perencanaan hingga pelaksanaan. Salah satu hal yang signifikan tercatat dalam
Peraturan Menteri tersebut adalah mengenai kewajiban pemerintahan daerah
kabupaten/kota
untuk
menunjuk
minimal
satu
sekolah
yang
harus
jumlah anak
gangguan lain (32,96%), 15 anak dengan ADHD dan gangguan tingkah laku
(16.48%), 8 anak dengan spektrum autis (8.79%), 12 anak dengan ADHD dan
epilepsi (13.19%), 13 anak dengan ADHD dan gangguan berbahasa (14.28%), 6
anak dengan ADHD dan kecerdasan batas ambang (6.59%) dan 2 anak dengan
ADHD dan antisosial (2.20%).
Data Balitbang Direktorat Pendidikan Luar Biasa pada tahuin 2006
yang menyoroti gangguan emosi dan perilaku anak, secara umum menemukan
bahwa dari 696 siswa SD dari empat provinsi di Indonesia yang rata-rata nilai
rapornya kurang dari 6, dinyatakan 33% mengalami gangguan emosi dan
perilaku (dalam Mahabbati, 2010). Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh
32
dr.Dwijo,Sp.KJ pada tahun 2000-2004, dari 4.015 siswa usia 6-13 tahun di 10
SD wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat menunjukkan prevalensi 26,2%
anak ADHD berdasarkan kriteria DSM IV (dalam Mahabbati, 2010).
Peningkatan jumlah anak berkebutuhan khusus tersebut tidak seiring
dengan pelayanan pendidikan inklusi. Merujuk data dari Direktorat PSLB tahun
2007 menyebutkan bahwa jumlah Anak Berkebutuhan Khusus yang sudah
mengikuti pendidikan formal baru mencapai 24,7% atau 78.689 anak dari
populasi anak cacat di Indonesia, yaitu 318.600 anak. Ini artinya masih terdapat
sebanyak
65,3%
Anak
Berkebutuhan
Khusus
yang
masih
terseklusi,
karakteristiknya,
sehingga
mengakibatkan
sulitnya
anak-anak
33
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
B. Rumusan Masalah
Fenomena anak berkebutuhan khusus tiap tahunnya menunjukkan atau
mengalami peningkatan jumlah. Meningkatnya jumlah anak berkebutuhan
khusus setiap tahunnya tidak seiring dengan pelayanan pendidikan inklusi.
Sementara sekolah yang telah menyelenggarakan pendidikan inklusi ternyata
masih banyak yang menemui kendala dalam menyelenggarakan pendidikan
inklusi. Salah satu kendala dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi
disebabkan oleh faktor pendidik anak usia dini di lembaga PAUD. Pendidik anak
usia dini di lembaga PAUD sebagai tangan kedua setelah orang tua di rumah,
masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mengenali anak berkebutuhan
khusus dengan berbagai karakteristiknya, sehingga mengakibatkan sulitnya
anak-anak bekebutuhan khusus ini diterima di lembaga PAUD untuk belajar
bersama dengan anak lain. Tentu ini sangat bertentangan dengan konsep
pendidikan untuk semua dan konsep pendidikan sedini mungkin.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa Program Studi
PG/PAUD terhadap anak berkebutuhan khusus.
2. Mengembangkan sikap positif (menerima) mahasiswa Program Studi
PG/PAUD terhadap pendidikan inklusi.
3. Mengembangkan bahan ajar anak berkebutuhan khusus untuk pendidikan
inklusi.
II. Kajian Pustaka
A. Identifikasi Dini Dan Assessmen Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan
dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan
berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam
dirinya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan
khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami
anak. Untuk mengetahui anak berkebutuhan khsusus melalui proses identifikasi.
34
inklusif
adalah
sistem
penyelenggaraan
pendidikan
yang
35
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
dilaksanakan
berkebutuhan khusus.
36
berdasarkan
hasil
identifikasi
dan
assessmen
anak
C. Pengetahuan
Dan
Keterampilan
Mahasiswa
Terhadap
Anak
Berkebutuhan Khusus
Pengetahuan dan keterampilan mahasiswa terhadap anak berkebutuhan
khusus berdasarkan level atau tingkatan taksonomi Bloom. Pada penelitian ini
level atau tingkatan konsep anak berkebutuhan khusus yang ingin dicapai
mahasiswa berada pada level C1 (mampu medeskripsikan atau menjabarkan
suatu konsep) sampai dengan level C3 (mampu mengaplikasikan atau
menerapkan suatu konsep). Level atau tingkat taksonomi Bloom pada level C1
sampai dengan C3 konsep anak berkebutuhan khusus yang ingin dicapai
mahasiswa adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian anak berkebutuhan anak khusus
2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis anak berkebutuhan anak khusus
3. Memahami dan terampil mengelompokkan anak berkebutuhan khusus
4. Memahami dan terampil membuat pembelajaran anak berkebutuhan khusus
D. Sikap Mahasiswa Terhadap Pendidikan Inklusi
Thurstone memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek
negatif terhadap suatu objek psikologis (Edwards, 1957 dalam Azwar, 2010).
Lebih lanjut Thurstone menjelaskan bahwa sikap merupakan sebuah proses
antara positif atau negatif yang disebabkan oleh suatu stimulus (Thurstone,
1931; Allport, 1935; Green and Goldfried, 1965 dalam Cacioppo and Berntson,
1994). Heri Purwanto (1998) menjelaskan lebih lanjut mengenai definisi sikap
positif dan negatif. Sikap positif adalah kecenderungan tindakan yang berupa
mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu, sedangkan sikap
negatif adalah kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak
menyukai objek tertentu.
Sikap mahasiswa terhadap pendidikan inklusi adalah gambaran yang
positif atau negatif dari komitmen mahasiswa dalam mengembangkan anak
berkebutuhan
khusus
yang
menjadi
tanggung
jawabnya
dan
juga
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
terhadap
anak
berkebutuhan
khusus
bahwa
anak
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian melibatkan seluruh staf pengajar berjumlah 6 orang
dan mahasiswa Program Studi PG/PAUD semester VII dan yang sedang
39
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
dan
Keterampilan
Mahasiswa
terhadap
Anak
Berkebutuhan Khusus
Hasil penelitian pada tabel di bawah ini menunjukan pengetahuan dan
keterampilan awal mahasiswa tentang konsep anak berkebutuhan khusus
dalam bentuk persentase
Tabel 4.1 Persentase
Pengetahuan dan Keterampilan Awal Mahasiswa
Tentang Anak Kebutuhan Khusus
No
Tidak Tahu/
Tidak Terampil
(%)
Tahu/
Terampil
(%)
Mengetahui
dana
memahami
pengertian anak berkebutuhan anak
73
27
40
khusus
Mengetahui dan memahami jenisjenis anak berkebutuhan anak
khusus
Memahami dan terampil melakukan
identifikasi anak berkebutuhan
khusus
88
12
100
Memahami
dan
mengelompokkan
berkebutuhan khusus
terampil
anak
100
100
Pengetahuan tentang
konsep pendidikan inklusi.
Negatif
(Tidak Tahu/Tidak
Menerima)
83
Positif
(Tahu/Menerima)
Pengalaman berhubungan
dengan anak berkebutuhan
khusus
87
13
Kebutuhan belajar
35
65
17
41
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
Pelatihan
anak
berkebutuhan khusus
88
12
3. Rancangan dan Uji Coba Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Untuk Anak
Berkabutuhan Khusus.
Rancangan bahan ajar anak berkebutuhan khusus untuk pendidikan
inklusi disusun berdasarkan tingkat pengetahuan dan keterampilan awal
mahasiswa mengenai anak berkebutuhan khusus, serta sikap mereka terhadap
penerimaan pendidikan inklusi, serta diperkaya dengan studi literatur yang
diperoleh melalui buku referensi maupun hasil penelitian lain yang mengkaji
tentang anak berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusi. Kemudian disusun
sebuah draft bahan ajar dengan merujuk pada taksonomi bloom. Tujuannya
adalah agar draft bahan ajar ini dapat diukur sejauh mana kelayakannya yang
dapat dilihat dari hasil pembelajaran mahasiswa. Setelah draft bahan ajar
tersebut rampung, langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba
(mengajarkan) kepada 30 orang mahasiswa Program Studi PG/PAUD. Setelah
diuji coba (diajarkan) kepada 30 orang mahasiswa Program Studi PG/PAUD,
pada akhir pembelajaran mahasiswa diberikan tes untuk menguji pengetahuan
dan keterampilan mereka tentang konsep anak berkebutuhan khusus. Hasil tes
menemukan terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa
mengenai konsep anak berkebutuhan khusus. Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan itu ditunjukkan pada tabel di bawah ini dalam bentuk
persentase.
Tabel 4.3 Persentase
Pengetahuan dan Keterampilan Mahasiswa Tentang Anak Kebutuhan Khusus
Setelah Uji Coba Bahan Ajar
NO
42
Tidak Tahu/
Tidak
Terampil
17
Tahu/
Terampil
83
jenis-jenis
19
81
14
76
43
57
68
32
Memahami
dan
terampil
melakukan
Memahami
dan
mengelompokkan
anak
terampil
berkebutuhan
khusus
5
Memahami
dan
terampil
membuat
No
Indikator
Kepuasan
Mahasiswa
Cakupan
materi
Sistematika
Sangat
Tidak
Memuas
kan
(%)
10
15
Tidak
Memuaskan
(%)
Memuaskan
(%)
Sangat
Memuaskan
(%)
12
65
13
25
56
14
43
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
penyajian
3
Manfaat
materi
11
13
64
12
Relevansi
materi
11
20
67
12
Kemuktahira
n materi
12
14
63
11
Tingkat
pemahaman
terhadap
materi
10
20
57
13
Kesesuaian
penyampaian
dengan tujuan
10
27
58
15
Kesesuaian
penyampaian
dengan
karakteristik
peserta
10
10
67
13
Rasio latihan
dengan teori
11
68
12
10
Penggunaan
media
14
65
13
11
Penggunaan
contoh
12
19
57
12
12
Interaksi
penyaji
dengan
peserta
11
11
67
11
13
Alokasi waktu
untuk
12
11
67
10
14
Ketuntasan
materi yang
73
14
44
dijelaskan
15
Kesempatan
untuk
menyampaika
n gagasan
71
11
16
Kesesuaian
waktu dengan
strategi yang
digunakan
75
11
ajar
pendidikan
Inklusi
Untuk
anak
berkebutuhan
khusus
untuk
menyertakan
gambar
atau
contoh
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
bagian kedua bahan ajar ini, memuat tentang konsep pendidikan inklusi untuk
pokok
bahasan
pertama.
Pokok
bahasan
kedua
memuat
landasan
47
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
1. Faktor guru yang terdiri dari latar belakang guru, pandangan terhadap anak
berkebutuhan khusus, tipe guru, tingkat kelas, keyakinan guru, pandangan
sosio-politik, empati guru, dan gender.
2. Faktor pengalaman yang terdiri dari pengalaman mengajar anak berkebutuhan
khusus dan pengalaman kontak dengan anak berkebutuhan khusus.
3. Faktor pengetahuan yang terdiri dari level pendidikan guru, pelatihan,
pengetahuan, dan kebutuhan belajar guru.
4. Faktor lingkungan pendidikan yang terdiri dari dukungan sumber daya,
dukungan orang tua dan keluarga, dan sistem sekolah.
Merujuk pada penelitian di atas terdapat kesamaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Elisa, S & Wrastari, AT. (2013) untuk faktor pandangan
terhadap anak berkebutuhan khusus, pengetahuan, pengalaman kebutuhan
belajar. Namun terdapat perbedaan yang tidak ditemukan dalam penelitian
tersebut. Perbedaan tersebut adalah persentase sikap positif (menerima) dan
sikap negatif (menolak) pendidikan inklusi.
Dalam penelitian terdahulu tidak dijelaskan seberapa besar sikap positif
(menerima) dan sikap negatif (menolak) terhadap pendidikan inklusi. Sedangkan
dalam penelitian ini ditemukan persentase sikap positif (menerima) dan sikap
negatif (menolak) terhadap pendidikan inklusi.
Dari hasil penelitian menemukan 83% mahasiswa pada program studi
PG/PAUD bersikap negatif atau menolak pendidikan inklusi berdasarkan faktor
pengetahuan tentang konsep pendidikan inklusi. Artinya bahwa ketidaktahuan
mahasiswa tentang konsep pendidikan inklusi mempengaruhi pandangan mereka
terhadap pendidikan inklusi dimana sebagian besar mahasiswa memiliki sikap
negatif atau menolak pendidikan inklusi.
Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa 87% bersikap negatif
menolak pendidikan inklusi berdasarkan faktor pengalaman berhubungan dengan
anak berkebutuhan khusus. Artinya bahwa belum berpengalamannya mahasiswa
berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus menjadi dasar terbentuknya
sikap mereka menolak pendidikan inklusi.
49
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
dan
keterampilan
membuat
pembelajaran
untuk
anak
berkebutuhan khusus
Persentase jumlah mahasiswa yang mampu memahami dan menerapkan atau
membuat pembelajaran anak berkebutuhan khusus meningkat sebesar 32%.
Sebelum dilakukan uji coba bahan ajar, persentase jumlah mahasiswa yang
mampu memahami dan menerapkan atau membuat pembelajaran anak
berkebutuhan khusus sebesar 0%. Berarti terjadi peningkatan sebesar 32%
jumlah mahasiswa yang mampu memahami dan menerapkan atau membuat
pembelajaran anak berkebutuhan khusus.
Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa bahan ajar yang
dirancang sudah memenuhi kriteria suatu bahan ajar yang baik. Dimana ukuran
sebagai bahan ajar yang baik adalah seberapa banyak mahasiswa mampu
mencapai tujuan pembelajaran dari bahan ajar tersebut.
Hasil evaluasi tingkat kepuasan mahasiswa terhadap bahan ajar anak
berkebutuhan khusus untuk pendidikan inklusi berdasarkan 16 indikator
kepuasan mahasiswa terhadap bahan ajar anak berkebutuhan khusu untuk
51
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
j)
anak
dengan
keterlambatan
perkembangan;
anak
dengan
sebesar
56%
jumlah
mahasiswa
yang
mampu
sebesar
69%
jumlah
mahasiswa
yang
mampu
53
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
pendidikan inklusi.
4. Dari 16 indikator pengukuran tingkat kepuasan mahasiswa menunjukkan
tingkat kepuasan mahasiswa program studi PG/PAUD di atas 56%
terhadap bahan ajar anak berkebutuhan khusus untuk pendidikan inklusi.
B. Saran
1. Kajian tentang pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khsusus di
masukkan dalam kurikulum Program Studi PG/PAUD sebagai mata
kuliah pilihan.
2. Menyempurnakan kalimat dengan kesalahan dalam pengetikan
3. Menggunakan kalimat yang mudah dipahami, dan tidak bermakna ganda,
lebih opersional.
4. Menyertakan gambar atau menggunakan contoh dalam mendeskripsikan
jenis-jenis anak berkebutuhan khusus.
Daftar Pustaka
Adnan, Evita, dkk. 2012. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Bahan Ajar Diklat
Berjenjang: Diklat Dasar. Direktorat Pembinaan Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan PAUD NI Direktorat Jenderal PAUD NI Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan
American Psychiatric Association.1994. Diagnotic and Statistical Manual of
Mental Disorders. 4th ed. Washsington DC: APA
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas, Dirjen Mandikdasmen, dan Direktorat P L B. (2007). Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Depdiknas.
Elliot, S. 2008. The Effect of Teachers' Attitude Toward Inclusion on the Practice
and Success Levels of Children with and without Disabilities in
Physical Education. International Journal of Special Education
Ekowarni, Endang. 2003. Teori Modifikasi Perilaku, Diet, dan Obat untuk
Penangan Perilaku Hiperaktivitas pada Anak Dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Jurnal ANIMA, Vol. 18.
Nomor 2
55
Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido, Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus.
Elisa, S & Wrastari, AT. 2013. Sikap Guru Terhadap Pendidikan Inklusi Ditinjau
Dari Faktor Pembentuk Sikap. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Surabaya: Jurnal Psikologi Perkembangan Dan PendidikanVol. 2, No.
01, Februari 2013
Fanu, J.L. 2006. Deteksi Dini Masalah-Masalah Psikologi Anak. Yogyakarta:
Think
Florian, Leni 2008. Special or Inclusive Education: Future Trends. Dalam British
Journal of Special Education.
Hildayani, dkk. 2009. Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan
Khusus. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mahabbati, Aini. 2010, Pendidikan Inklusif Untuk Anak Dengan Gangguan Emosi
Dan Perilaku (Tunalaras). Jurnal Pendidikan Khusus (JPK) ISSN
1858-0998 Vol.7, No.2, November 2010
Hwang, Yoon-Suk. 2010. Attitudes towards inclusion: gaps between belief and
practice. International Journal of Special Education.
Sunaryo, 2009. Manajemen Pendidikan Inklusif (Konsep, Kebijakan, dan
Implementasinya dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa). Jurusan
PLB FIP UPI.
56