TEKNIK LINGKUNGAN
PROSES PENGAWETAN DAN PENGALENGAN IKAN :
PENCEMARAN YANG DI TIMBULKAN
Dosen Pengampu: Sri Hastutiningrum, ST., M.Si.
Nama : Rahmadianto
NIM : 121071006
Prodi : Sistem Komputer
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TERAPAN
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2015
3. Pengisian (Filling)
Ikan yang keluar dari mesin rotary ditampung dalam keranjang plastik, lalu dibawa ke
meja pengisian untuk diisikan kedalam kaleng. Diatas meja pengisian terdapat pipa
air yang digunakan untuk melakukan pencucian ulang sebelum ikan diisikan kedalam
kaleng. Posisi ikan didalam kaleng diatur, misalnya untuk membuat produk kaleng
kecil setelah penghitungan rendemen ditentukan bahwa jumlah ikan yang diisikan
kedalam kaleng adalah 4 ekor ikan. Ikan-ikan tersebut diisikan dalam kaleng dengan
posisi 2 buah pangkal ekor menghadap kebawah dan 2 ekor lagi menghadap keatas.
Kaleng yang sudah diisi ikan diletakkan diatas conveyor yang terus berjalan
disamping meja pengisian untuk masuk tahapan berikutnya.
5. Penghampaan (Exhausting)
Penghampaan dilakukan dengan menambahkan medium pengalengan berupa saos
cabai atau saos tomat dan minyak sayur (vegetable oil). Suhu saos dan minyak sayur
yang digunakan adalah 800C. Pengisian saos dilakukan secara mekanis dengan
menggunakan filler. Pada prinsipnya proses penghampaan ini dapat dilakukan
melalui 2 macam cara, biasanya pabrik berskala kecil exhausting dilakukan dengan
cara melakukan pemanasan pendahuluan terhadap produk, kemudian produk
tersebut diisikan kedalam kaleng dalam keadaan panas dan wadah ditutup, juga
dalam keadaan masih panas. Untuk beberapa jenis produk, exhausting dapat pula
dilakukan dengan cara menambahkan medium pengalengan misalnya air, sirup, saos,
minyak, atau larutan garam mendidih. Sedangkan, pabrik pengalengan berskala besar
melakukan exhausting dengan cara mekanis, dan dinamakan pengepakan vakum
(vacuum packed). Cara kerjanya adalah menarik oksigen dan gas-gas lain dari dalam
kaleng dan kemudian segera dilakukan penutupan wadah.
kaleng permenit). Tutup kaleng yang dipakai adalah tutup kaleng yang sudah terlebih
dahulu diberi kode tanggal kedaluwarsa diruang jet print. Ruang jet print sengaja
dibuat berdekatan dengan ruang seamer sehingga tutup kaleng yang sudah diberi
kode dengan segera dapat dipakai untuk penutupan wadah kaleng. Nah, tanggal
kedaluwarsa ini penting banget buat kita. Sebelum membeli produk makanan apapun
tak terkecuali sarden perhatikanlah kode dibawah kaleng, lihat dengan seksama
tanggal kedaluwarsanya. Hal ini semata-mata untuk menjaga kesehatan kita. Di
pabrik pengalengan sendiri penentuan tanggal kedaluwarsa merupakan bagian yang
sangat penting. Jangka waktu kedaluwarsa telah ditentukan oleh pihak perusahaan
dengan berdasarkan pengujian makanan yang dilakukan oleh pihak perusahaan di
departemen kesehatan
7. Sterilisasi (Processing)
Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan retort. Dalam satu kali proses sterilisasi
dapat mensterilkan 4 keranjang besi produk ikan kalengan atau setara dengan 6.800
kaleng kecil atau 3.400 kaleng besar. Suhu yang digunakan antara 115 1170C
dengan tekanan 0,8 atm, selama 85 menit jika yang disterilisasi adalah kaleng kecil
dan 105 menit untuk kaleng besar. Sterilisasi dilakukan dengan memasukkan
keranjang besi kedalam menggunakan bantuan rel. Sterilisasi dilakukan tidak hanya
bertujuan untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan pathogen, tetapi berguna
untuk membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari penampilan, tekstur
dan cita rasanya sesuai dengan yang diinginkan.
nitrat.
Proses
oksidasi
ammonium
menjadi
nitrit
dilakukan
oleh Nitrosomonas sp, dan oksidasi nitrit dilakukan oleh Nitrobacter sp. Oleh karena
itu pada limbah industri pengalengan ikan sering menimbulkan bau amoniak dan
biasanya dengan jumlah 1 mg/L.
B. Potensi jenis limbah yang dihasilkan dari setiap tahapan proses pengalegan
Terdapat tahapan proses dalam pengalengan ikan yang memungkinkan munculnya
berbagai jenis limbah yaitu sebaagai berikut
1. Penerimaan bahan baku
Setiap bahan baku yang diperoleh harus diperiksa mutunya paling tidak secara
organoleptik dan ditangani sesuai dengan persyaratan teknik sanitasi dan higiene.
Ikan yang tidak memenuhi persyaratan bahan baku harus ditolak. Untuk bahan baku
segar harus segera dilakukan pencucian menggunakan air mengalir dengan suhu
maksimum 5oC. Bahan baku yang diterima dalam keadaan beku, apabila menunggu
proses penanganan selanjutnya maka harus disimpan dalam es yang bersuhu -25oC.
Bahan baku yang dalam keadaan segar apabila menunggu proses penanganan
selanjutnya harus disimpan pada suhu chilling (0C).
Jenis limbah : Limbah cair, penggunaan air mengalir untuk mencuci ikan segar.
2. Persiapan
Apabila bahan baku masih dalam keadaan beku maka dilakukan pelelehan (thawing)
dalam air mengalir yang bersuhu 10o 15 oC. Untuk ikan dalam keadaan utuh,
dilakukan pemotongan kepala, sirip dan pembuangan isi perut. Sedangkan ikan yang
berukuran besar dilakukan pemotongan bagian badan menjadi ukuran yang sesuai
dengan alat precooking dan selanjutnya ditempatkan dalam rak pre-cooking.
Jenis limbah : Limbah padat, sisa bagian tubuh ikan dari kegiatan pemotongan
seperti kepala, sirip, isi perut, darah, sisik.
3. Pemasakan pendahuluan (pre-cooking)
Ikan tuna yang telah disiapkan dalam rak dimasukkan ke dalam alat pemasak
menggunakan uap panas (steam). Waktu yang dibutuhkan untuk pemasakan
pendahuluan tergantung pada ukuran ikan, namun umumnya berkisar 1 4 jam
(mampu mereduksi 17,5 % kadar air dari daging ikan) dengan suhu pemasakan 100 o
105o C.
Jenis limbah : Limbah cair, medium air yang digunakan sebagai pemanas (dalam
jumlah sedikit).
4. Penurunan suhu
Ikan yang telah dimasak dikeluarkan dari alat pemasak dan diturunkan suhunya
sampai ikan dapat ditangani lebih lanjut (30o C) dalam waktu maksimum 6 jam.
5. Pembersihan daging
Daging ikan dibersihkan dari sisik, kulit, tulang dan daging merah menggunakan pisau
yang tajam. Kulit, tulang dan daging merah yang terbuang ditampung dalam wadah
yang terpisah.
Jenis Limbah : Limbah padat, berupa sisik, kulit, tulang, daging merah.
6. Pemotongan
Daging putih yang telah bersih dari kulit, tulang dan daging merah, dipotong-potong
dengan ukuran yang disesuaikan dengan ukuran kaleng. Pada tahap pemotongan ini
sekaligus dilakukan sortasi terhadap daging yang rusak. Daging putih yang telah
dipotong secepatnya harus dimasukkan/diisikan ke dalam kaleng.
Jenis limbah : Limbah padat, berupa daging yang rusak dan daging sisa pemotongan.
7. Pengisian
Pengisian daging ke dalam kaleng dilakukan dengan cara menata daging ikan ke
dalam kaleng sesuai dengan tipe produk (solid, chunk, flake, standard, grated).
a. Solid : 1 2 potong daging putih, bebas serpihan.
b. Standard : 2 3 potong daging putih, serpihan maksimum 2 %.
c. Chunk : serpihan daging putih satu kali makan, sepihan flake maks 40 %.
d. Flake : potongan daging kecil < chunk.
e. Grated : daging kecil (flake, tidak seperti pasta).
Jenis Limbah : Limbah padat, berupa serpihan dari potongan ikan
8. Penambahan medium
Medium ditambahkan sesaat sebelum kaleng ditutup. Suhu medium antara 70 8oC.
Pengisian media hingga batas head space atau antara 6 10 % dari tinggi
kaleng. Tahap ini medium biasanya dapat dipanaskan terlebih dahulu untuk mengusir
oksigen yang dapat dipergunakan oleh mikroorganisme untuk tumbuh, hal ini dikenal
dengan exhausting.
Jenis limbah : Limbah cair, berupa medium pengisian yang terbuang.
9. Penutupan kaleng
Penutupan
kaleng dilakukan
dengan
sistem double
seaming dan
dilakukan
12. Pemeraman
Kaleng yang telah dingin dimasukkan ke dalam suatu ruang dengan suhu kamar dan
diletakkan dengan posisi terbalik, dan kemudian dilakukan pengecekan terhadap
kerusakan kaleng. Kaleng yang dianggap rusak adalah kaleng yang menggembung
atau bocor. Pemeraman dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari.
Jenis Limbah : Limbah padat, berupa kaleng sisa pembentukan pengalengan ikan.
Berikut adalah penjelasan dari beberapa limbah yang disebabkan oleh pengawetan dan
pengalengan ikan :
A. Limbah Padat
1. Sumber limbah padat pengalengan ikan
a. Bagian tubuh ikan
Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan industri pengalengan ikan dapat berasal
dari bagian tubuh ikan yaitu :
Ingsang
Kepala ikan
Tulang ikan
Perut ikan
Ekor ikan
Sisik
Bahkan ada pengalengan ikan yang mengeluarkan kulit ikan itu sendiri
b. Kemasan
Dalam kegiatan pengalengan biasanya digunakan wadah pengemas untuk mewadahi
sekaligus menjaga keamanan ikan yang dikalengkan sehingga masa simpan dapat
diperpanjang, namun disisi lain sisa hasil pembentukan pengalengan dan setelah
digunakan oleh konsumen menjadi limbah yang berbasis rumah tangga yang
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu kemasan kaleng
yang digunakan menjadi sumber limbah padat dari pengalengan ikan.
2. Penanganan
a. Bagian tubuh ikan
Limbah padat yang dihasilkan dari proses pengalengan ikan ini umumnya sangat
jarang sekali dilakukan penanganan untuk dibuang ke badan air. Namun mengingat
potensi dari limbah padat yang masih memiliki kandungan gizi dan nilai ekonomis
yang tinggi, sehingga limbah padat diolah menjadi berbagai produk yang bernilai
ekonomis tinggi. Pengolahan seperti itu juga dapat meminimalkan limbah dari ikan
b) Air limbah produksi, berasal dari aktifitas produksi seperti pencucian komponenkomponen peralatan dan lantai produksi. Sesuai dengan kegiatan industri dan
setiap aktivitas yang ada didalam suatu perusahaan.
Didalam proses produksi, air yang digunakan untuk kegiatan seperti :
Pencucian/pembersihan bahan baku
Pembersihan isi perut ikan
Pemasakan dan pembersihan lokasi pabrik
Oleh karena itu banyak air yang digunakan dalam sekali produksi tidak sedikit. Dalam data
survey penggunaan air dalam industri ikan dalam suatu daerah dapat dilihat dalam tabel
beriku:
Tabel 1. Penggunaan air dalam berbagai industri pengolahan ikan
No.
Industri
m3/ton
1.
Pengalengan Ikan
20
2.
Tepung Ikan
12
3.
Cold Storage Ikan
15
4.
Minyak Ikan
10
5.
Pengoalah Ikan Lainya
15
6
Keperluan Ikan Domestik
0,10
Dengan asumsi diatas diketahui jumlah air yang digunaan dalam satu hari mencapai rata-rata
14 m3/ton dalam satu kali produksi. Dengan jumlah yang sangat banyak ini tentu akan
menghasilkan limbah cair yang sangat banyak dan tentu tidak dapat langsung dibuang
karena dapat meningkatkan beban lingkungan.
b. Bahan tambahan
Dalam pengalengan ikan digunakan bahan tambahan yang berpotensi menimbukan
limbah. Limbah ini berasal dari air yang mengandung garam, campuran minyak kedelai, asam
sorbat, kalium, natrium sorbat, dan cairan yang mengandung zat zat organik hasil
pengolahan. Selain itu limbah cair juga dihasilkan dari medium pengalengan seperti saos
cabai atau saos tomat dan minyak sayur (vegetable oil), air, sirup, minyak, atau larutan
garam mendidih.
2. Mikroorganisme limbah cair
Limbah cair yang tidak langsung ditangani menimbulkan sejumlah dampak negatif
yang salah satu faktor penyebabnya adalah kegiatan mikroorganisme. Adapun
mikroorganisme yang sering terdapat pada limbah padat dapat diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu :
a. Bakteri aerob
Bakteri ini dapat digolongkan menjadi bakteri atau mikroorganisme autotrof dimana
pada kondisi awal limbah yang dibuang masih dalam keadaan aerob akibat
tersedianya oksigen sehingga, dengan tersedianya oksigen bakteri ini dapat tumbuh
dan mereduksi limbah yang terdapat pada badan air terutama dengan bantuan
matahari dan hasil fotosintesa tumbuhan air.
b. Bakteri anaerob
Bakteri ini dikenal dengan bakteri pembusuk dimana air limbah tanpa penangan jika
langsung dibuang ke badan air dapat menurunkan kandungan oksigen yang terlarut
pada air sehingga akan tercipta kondisi anaerob yang memicu pertumbuhan bakteri
anaerob yang dapat mengubah bahan-bahan organik limbah menjadi senyawasenyawa yang dapat menganggu ekosistem lingkungan seperti dihasilkannya H2S dari
penguraian sulfur, gas metan (CH4) dari penguraian unsur karbon, amina dari
penguraian ammonium, dan PH4 dari penguraian phospat. Kebanyakan bakteri dapat
hidup pada aw >0.90, sehingga kerusakan oleh bakteri terutama terjadi pada produkproduk yang berkadar air tinggi. Untuk beberapa bakteri lainnya, oksigen bersifat
racun. Bakteri ini dinamakan anaerob. Contoh bakteri yang bersifat anaerobik
adalah Clostridium. Ada juga bakteri yang dapat tumbuh pada kondisi tanpa dan
dengan
adanya
oksigen.
Kelompok
ini
disebut
fakultatif
anaerobik,
contohnya Bacillus.
3. Penanganan
1. Desain Pengolahan Limbah
Jika dilihat dari karakteristik limbah cair industri pengolahan hasil ikan memiliki kadar
BOD 2,96 kg/ton ini berarti memiliki range yang cukup besar. Untuk membuat
pengolahan limbah harus diturunkan dahulu COD hingga mencapai 200 ppm atau
disesuaikan dengan ambang batas COD, dan biasanya menggunakan pengolahan
sebagai berikut :
a. Penyaring, penyaring ini dibutuhkan untuk memisahkan padatan yang terbawa
oleh limbah cair, penyaringan ini dipasang sesuai kebutuhan.
b. Bak/Tangki Equalisasi, Tangki ekualisasi ini berfungsi untuk menampung limbah
yang keluar sebelum diolah sehingga kualitas limbah menjadi homogen.
c. Fixed Bed Reactor, merupakan peralatan pengolahan anaerob yang digunakan
untuk COD diatas 6000 ppm.
d. Trikling Filter, merupakan peralatan poses biologi aerob fan anaerob yang biasa
digunakan untuk pengolahan limbah 4000 ppm.
e. Instalasi dan pompa, yang merupakan alat penunjang proses pengolahan
sebelum dan sesudah.
2. Proses Pengolahan Limbah Cair
1. Pengolahan Primer
Beberapa proses pengolahan primer yang biasa digunakan untuk mengolah
limbah cair adalah :
a. Equalisasi
Proses ini dimaksudkan untuk mengontrol karakteristik limbah cair agar
supaya fluktuasi kualitasnya dapat dikurangi. Proses ini sangat diperlukan
apabila limbah cair akan mengalami proses pengolahan berikutnya.
Equalisasi dilakukan dalam suatu bak yang ukuran dan jenis baknya sangat
bervariasi. Hal ini tergantung pada jumlah limbah cair yang diolah dan
variabilitas aliran air limbah cair. Bak equalisasi yang digunakan harus dapat
menampung keseluruhan jadwal proses dari suatu kegiatan produksi yang
mungkin bervariasi dari segi debit limbah cair yang dihasilkan.
Bak equalisasi ini dapat pula dipakai sebagai tempat pengkondisian limbah
cair sebelum mengalami proses pengolahan berikutnya. Secara sistematis,
tujuan dilakukan proses di dalam bak equalisasi adalah sebagi berikut :
1. Untuk menjaga terjadinya umpan kejutan (shock loading) pada system
proses biologi.
2. Untuk mengontrol pH.
3. Untuk menjaga agar aliran limbah cair yang diolah pada sistem biologi
dapat mengalir secara kontinyu, khususnya apabila kegiatan produksi
sedang diberhentikan.
4. Untuk mencegah konsentrasi tinggi dari bahan-bahan toksik yang
mungkin dihasilkan dari kegiatan produksi sebelum masuk ke sistem
pengolahan biologi.
Bak equalisasi biasanya memerlukan mixer untuk menjamin homogenitas
limbah cair. Tambahan pula, mixer ini juga membantu terjadinya proses
transfer oksigen dari udara ke dalam limbah cair yang pada gilirannya akan
mengurangi kadar BOD di dalam limbah.
2. Netralisasi
Beberapa limbah cair industri makanan bersifat asam atau alkali. Kondisi ini
memerlukan langkah-langkah netralisasi sebelum limbah cair itu diijinkan
untuk dibuang ke badan air atau dimasukkan ke dalam sistem pengolahan
berikutnya, baik secara biologi maupun kimia.
a. Pengolahan Sekunder
Pada umumnya proses pengolahan sekunder terdiri dari proses aerobik
dan anaerobik, digunakan untuk mendegradasi senyawa-senyawa
organik yang terlarut di dalam limbah cair. Proses pengolahan ini
menggunakan mikrooganisme untuk mendegradasi bahan organik yang
terkandung di dalam limbah cair. Mikroorganisme yang digunakan pada
umumnya diambil dari sistem yang sudah berjalan, dan dapat diambil
sangat
mempengaruhi
kinerja
dari trickling
filter.
Pada
adalah
Sumber :
http://wismanpermana3.blog.com/pengalengan-ikan/
http://itpanggela.blogspot.com/2015/02/makalah-limbah-pengalengan-ikan_4.html
https://www.scribd.com/doc/225996807/Contoh-Tugas-ILING-Makalah-RKL-PengalenganIkan