Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG
Praktik anestesi dari waktu ke waktu mencerminkan seni seperti ilmu
pengetahuan, dan bisa dikatakan beserta komplikasi yang terjadi. Pada konteks ini
popularitas dari anestesi spinal dan epidural telah pasang surut dari tahun ke tahun, tetapi
penggunaannya yang meluas sekarang mengindikasikan adanya pemahaman yang
membaik dan perkembangan yang progresif pada pelaksanaannnya. Sebagai latar
belakang penyajian komplikasi dari jenis anestesi regional ini, berikut adalah sejarah
singkat untuk memberikan wawasan mendalam terhadap masalah yang menjadi perhatian
kita.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH ANESTESI SPINAL DAN EPIDURAL


Pada tahun yang sama saat sifat anestesi lokal kokain didemonstrasikan tahun
1884, Leonard Corning, ahli bedah dari New York mencoba mengurangi gejala pasien
dengan keluhan saluran kencing dengan menyuntikan larutan kokain ke daerah saraf
spinal. Kematian rasa pada setengah bagian bawah tubuh nampak setelah 20 menit
setelah penyuntikan. Kita bisa jadi tidak pernah tahu apakah Corning berhasil dalam
memberikan anestesi spinal dan epidural karena jarum suntiknya tersumbat oleh spoit,
dan Corning tidak berkomentar pada keluarnya cairan cerebrospinal (CSF).
Quincke pada tahun 1891 melakukan subarachnoid puncture untuk pertama kali.
Tetapi selangkah lebih maju Bier menyuntikan kokain kedalam tempat subarachnoid pada
tahun 1898. Setelah beberapa perlakuan pada pasien-pasien ia sebagai subjek, menjadi
yang pertama menderita komplikasi lazim dari anestesi spinal yaitu postural headache.
Jumlah copius dari CSF keluar karena spuit tidak cocok dengan jarum. Laporan-laporan
berikutnya berisi lebih banyak referensi kepada sakit kepala, mual, dan muntah (karena
praktek dari barbotage), dan meningitis. Selanjutnya, serangan tiba-tiba dari arterial
hypotension telah tercatat, sehingga telah menjadi kebiasaan untuk mengoperasi pasien
memberikan anestesi spinal dengan posisi kepala turun.

Pada 1901 Cathelin berhasil melakukan anestesi epidural dengan suntikan melalui
sendi sacroccoccygeal kedalam saluran caudal. Pada dekade pertama abad 20, banyak
detil dari anestesi spinal seperti yang kita ketahui sekarang diperkenalkan: penggunaan
dextrose untuk menekan cairan obat bius, dengan demikian mengijinkan hyperbaric
control; menggantikan kokain dengan Novocain yang lebih mudah mensterilkan procain,
dan menambahkan epinefrin untuk memperpanjang efek pemblokan syaraf. Sejak 1921,
Antoni menganjurkan penggunaan jarum small-gauge lumbar puncture untuk
meminimalisir kebocoran CSF dan berkembangnya sakit kepala.
Akhirnya, kegegeran pada ilmu penyakit syaraf sequale anestesi spinal lambat
laun menguat pada tahun 1940; mencapai puncak pada karya ilmiah milik Thorsen. Ia
maupun Kennedy, ahli syaraf terkenal, menyatakan bahwa penyakit syaraf dan
kelumpuhan beresiko terlalu tinggi untuk mengendurkan otot dengan anestesi spinal.
Pada akhirnya, obat bius baru, pengetahuan dari cara bertindak dan metabolisme, dan
memerinci pelajaran tehnik membawa pada kebangkitan dari anestesi epidural pada tahun
1950an dan 1960an
B. ANATOMI FUNGSIONAL DARI ANASTESI SPINAL DAN EPIDURAL
Subarachnoid dan saluran epidural
Untuk pencegahan penyakit syaraf berkelanjutan, pengetahuan anatomi dari
tulang belakang dan kandungannya sangat perlu dalam pelaksanaan epidural dan
subarachnoid puncture. Subarachnoid puncture harus dilakukan dengan baik dibawah
antar ruang L2-3 untuk mencegah luka langsung pada urat syaraf tulang belakang, yang
biasanya berakhir pada levle tersebut. Sedangkan pada anestesi epidural dapat dilakukan
pada titik mana saja pada tulang belakang tergantung pada area bagian yang akan dibius.

Jarum dengan stylet ketat diperlukan untuk menghindari pengantar dari potongan
epidermis, jaringan subcutaneous, atau periosteum kedalam ruang epidural atau
subarachnoid, yang dapat mengakibatkan infeksi transplantasi sel epidermal ke meninges.
Ketika jarum berada di ruang subarachnoid, jangan pernah menyuntikan anastesi lokal
ketika paresthesia muncul, karena kerusakan permanen kemungkinan akan terjadi.
Ruang Epidural
Ruang epidural berada didalam tulang belakang melingkupi kantong dural.
Perpanjangan dari foramen magnum diatas ke sacrococcygeal ligament dibawah dan
bermacam kapasitasnya tergantung pada area tampang melintang dari saluran dan
diameter tulang belakang, yang dimana lebih besar dibagian cervical, bagian atas dada,
dan daerah lumbar. Ruang ini berisi akar urat syaraf sebagian di meninges, lemak
setengah cair, jaringan aerolar, dan akar peridural plexus nadi.
Dura
Dura adalah membran avascular collagenous dengan urat tegak lurus, dapat
dikenal dengan karakteristik kekurangan daya tahan selama membran ditujukan dan
dilubangi oleh jarum. Telah direkomendasikan bahwa dura dimasuki dengan jarum
menyerong sejajar dengan dengan poros panjang dari urat otot untuk mengurangi ukuran
bukaan, tapi tampaknya belum efektif untuk menghindari sakit kepala.
Ruang Subdural
Ruang subdural adalah ruang diantara dura dan arachnoid yang diamati selama
laminectomy, ketika dura diiris dan dasar arachnoid mencegah keluarnya CSF. Penting

nya ruang ini bagi anestesi spinal adalah pada kemungkinan anestesi lokal boleh
disuntikan disini, daripada kedalam ruang subarachnoid, dan berakibat kegagalan.
Arachnoid
Arachnoid adalah membran seperti jaring yang terdiri dari CSF dan berperan sebagai
kerangka untuk pembuluh darah menyuplai tulang belakang. CSF dan obat bius diserap
oleh butiran spinal arachnoidal melalui perineural lymphatics dan pada anestesi epidural
setelah keluar melalui ruang intervertebral perineural.
Ruang Subarachnoid dan spinal cord
Pada area lumbar, struktur yang penting dalam ruang subarachnoid terdiri dari
anterior dan posterior akar urat syaraf membentuk cauda equina, yang jalan secara
menyamping dari asalnya melalui intervertebral foramina, dimana akar dorsal ganglia
ditemukan. Suntikan bius lokal yang menggiatkan paresthesia, sakit yang hebat dan
terkadang kehilangan kesadaran berakibat pada kerusakan syaraf permanen, karena obat
bius menyebar sepanjang urat syaraf sampai tulang belakang, dimana terjadi tekanan
ischemia.
C. EFEK PSIKOLOGIS DARI ANESTESI SPINAL DAN EPIDURAL
Kekurangan pernapasan
Banyak pasien yang mengeluh kesulitan bernafas, kemungkinan karena indra
proprioceptive dari otot intercostal dan abdominal telah hilang. Kelumpuhan high
intercostal disertai dengan rasa sesak napas dan tanda dari kelumpuhan sensor dan gerak
di lengan. Pasien tidak dapat berbicara dikarenakan ketidakmampuan menggerakan udara
dan kemungkinan hilang kesadaran.

Penurunan sistem peredaran darah


Arterial hypotension dari anestesi spinal diakibatkan gangguan pembuluh sistemik
oleh sympathetic innervation, baik vena maupun arteri, serta gangguan refleks yang
mengontrol level tekanan.
Dalam menangani hypotension, sebaiknya konsentrasi pada organ perfusion dari
pada tekana darah. Hypotension sebagai konsekuensi dari anestesi epidural terjadi
dibawah keadaan yang sama seperti hypotension selama anestesi spinal.
Baik aliran darah otak maupun jantung bisa jadi tetap tidak berubah selama
hypotension anestesi spinal dan epidural dikarenakan vasodilation dan berkurangnya
daya tahan untuk mengalir yang artinya sirkulasi biasanya dirawat dalam alas pembuluh
darah vascular.
Gangguan pencernaan dan kencing
Gangguan sympathetic innervation terhadap pencernaan menyebabkan urat syaraf
parasympathetic tidak terlawan yang diakibatkan kontrkasi otot halus, hyperactive
peristalsis, dan relaksasi sphincters.
Mual dan Muntah
Babcock salah satu pionir anestesi spinal menemukan 13% pasiennya mengalami
muntah dan 18% pasiennya mengalami mual. Ia percaya bahwa mual merupakan suata
tanda peringatan hypotension, cyanosis atau penurunan pernapasan.
Neurologic sequelae dari anestesi spinal dan epidural
Sampai saat ini, ahli syaraf, ahli bedah syarah, dan masyarakat takut pada metode
ini, karena mereka percaya bahwa neurologic sequelae tidak dapat terelakkan. Telah

terlihat jelas bahwa komplikasi neurologic dari anestesi spinal adalah hasil dari lumbar
puncture yang didalamnya atau suntikan setelahnya dari bius lokal. Memperhatikan
lumbar puncture, beberapa factor etiologic terlibat. Yang sering dikenal adalah
diakibatkan oleh bocornya CSF, membuat naiknya sindrom penurunan tekanan
intracranial: sakit kepala, gejala pendengaran dan penglihatan.
Komplikasi terkait suntikan bius lokal
Dua komplikasi basar dari anestesi spinal patut disebutkan spesial karena
mengakibatkan sakit kelumpuhan: sindrom cauda equina dan adhesive arachnoiditis
kronis.
1
Cauda equina syndrom
Pasien dengan sindrom ini memperlihatkan cacat autonomic, masalah pengosongan
kandung kemih dan pencernaan, keringat yang tidak nyaman, pengaturan suhu pada
lumbar dan sacral dermatomes.
2
Adhesive arachnoiditis
Sebuah reaksi phatologic pusat syaraf, yang terjadi jauh sebelum anestesi spinal
dilakukan. Adhesive arachnoiditis terjadi setelah anestesi spinal memunculkan ciri-ciri
tambahan dari berbagai lokasi dan kekusutan pada tulang belakang dan otak, maka dari
itu disebut chronic progressive adhesive arachnoiditis. Hydrocephalus, sryingomyelia,
dan keseluruhan paraplegia dan tetraplegia menandakan tingkat akhir proses ini.

BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN

Popularitas dari anestesi spinal dan epidural telah pasang surut dari tahun ke
tahun, tetapi penggunaannya yang meluas sekarang mengindikasikan adanya
pemahaman yang membaik dan perkembangan yang progresif pada pelaksanaannnya.
Corning berhasil dalam memberikan anestesi spinal dan epidural

karena

jarum suntiknya tersumbat oleh spoit, dan Corning tidak berkomentar pada keluarnya
cairan cerebrospinal (CSF). Laporan berikutnya berisi lebih banyak referensi kepada
sakit kepala, mual, dan muntah dan meningitis. Selanjutnya, serangan tiba-tiba dari
arterial hypotension telah tercatat, sehingga telah menjadi kebiasaan untuk
mengoperasi pasien memberikan anestesi spinal dengan posisi kepala turun.
Efek psikologis dari anestesi spinal yaitu kekurangan pernafasan, penurunan
sistem peredaran darah, Gangguan pencernaan dan kencing, mual dan muntah, dan
neurologic sequelae dari anestesi spinal dan epidural. Komplikasi terkait suntikan
bius lokal adalah Cauda equina syndrom dan adhesive arachnoiditis.

Anda mungkin juga menyukai