Beberapa retak permukaan yang telah terjadi akan dapat tertutup lagi selama
proses pengeringan berlangsung, terutama pada sortimen kayu yang berasal dari golongan
kayu dawn. Pada produk-produk yang mempersyaratkan permukaan kayu yang direka-oles
(dipoles) secara sempurna, seperti halnya pada beberapa bentuk bingkai hiasan interior,
kabinet dan mebel, adanya retak permukaan yang tertutup kembali itu tetap tidak
dikehendaki. Retak permukaan yang demikian ini mungkin akan terbuka lagi dalam
beberapa hal selama penggunaan, karena adanya fluktuasi kondisi atmosfir. Retak
permukaan yang dangkal tidak perlu diperhatikan, karena retak tersebut akan hilang oleh
libasan akibat penyerutan pada bagian tersebut selama proses permesinan terhadap
permukaan kayu.
Dalam penggunaan beberapa produk kayu seperti raket tenis, pegangan pada
berbagai peralatan, dan komponen struktur bangunan, maka retak permukaan yang
terbuka maupun yang tertutup, akan cenderung meningkat menjadi pecah. Ada produkproduk kayu lain yang dapat memberi toleransi bagi keberadaan retak permukaan yang
telah tertutup ini. Produk kayu yang dimaksud antara lain berupa papan lantai dan
beberapa produk furniture, atau produk kayu lainnya yang nilainya tidak dipengaruhi oleh
retak permukaan yang telah tertutup lagi.
Dalam proses pengeringan yang dilakukan secara kombinasi antara pengeringan
secara alami dan pengeringan di dalam tanur pengering, kayu sebagai bahan balm yang
telah mengalami retak permukaan selama proses pengeringan secara alami, tidak boleh
dibasahi atau didedah pada kelembaban relatif yang sangat tinggi sebelum atau selama
pengeringan selanjutnya di dalam tanur pengering. Hal itu disebabkan beberapa perlakuan
tersebut seringkali akan memperlebar, memperdalam dan memperpanjang dimensi retak.
Material yang mempunyai retak terbuka tidak pelu dibasahi lagi setelah pengeringan
dengan tanur, karena pendedahan yang berkelanjutan terhadap kondisi pabrik akan
mengeringkan permukaan yang basah dan memperlebar retak.
Sebagaimana retak permukaan, Retak Ujung pada umumnya terjadi pada jari-jari
kayu, tetapi terletak pada permukaan ujung batang atau sortimen kayu. Retak ini juga
terjadi pada tahap awal pengeringan, dan dapat diminimalisasikan dengan menggunakan
kelembaban relatif yang lebih tinggi. Bahan yang mengalami retak ujung tidak boleh
dibasahi atau dikenai kelembaban relatif yang sangat tinggi sebelum, selama atau setelah
proses pengeringan.
Kecenderungan untuk mengalami retak ujung menjadi lebih besar pada semua
jenis kayu seining dengan meningkatnya ketebalan dan kelebaran dimensi sortimen kayu.
Berdasarkan atas alasan ini, permukaan ujung bahan yang tebal atau lebar dan harus
dilapisi pada bagian ujungnya. Popor senjata merupakan salah sate contoh bagi bends
yang terbuat dari kayu yang bentuknya persegi atau bujur sangkar. Di camping itu, terdapat
Universitas Gadjah Mada
pula beberapa contoh lain yang dapat disebutkan sebagai contoh atas barang-barang
khusus yang berukuran lebih pada sisi lebarnya. Pelapisan ujung harus dilakukan pada
potongan baru atau potongan yang masih segar, agar pengaruh lapisan itu terekspresi
secara paling efektif. Pelapisan seperti itu bahkan jugs harus dilakukan pada permukaan
ujung kayu yang masih berkondisi segar, meskipun ujung tersebut belum mengalami retak.
Sikap ini dilakukan untuk mencegah terjadinya retak ujung pada sortimen kayu. Untuk
memperjelas pemahaman terhadap retak permukaan maka disajikan gambar berikut:
Pecah Ujung biasanya dihasilkan dari perkembangan lebih lanjut dari retak ujung.
Oleh karena itu, bila perkembangan lebih lanjut secara berlebihan atas retak ujung dapat
dihindari, maka pecah ujung tampaknya akan berkurang intensitasnya. Penempatan
ganjalganjal secara berderet menuju ke tingkat yang lebih atas pada bagian yang paling
ujung dari setiap papan atau sortimen kayu yang sedang dikeringkan, akan membantu
mengurangi berkembangnya pecah ujung.
Koleps (Collapse) yang disebut jugs salah-bentuk adalah beberapa distorsi
pada permukaan kayu atau perataan sel-sel pada permukaan kayu. Dalam jumlahnya yang
sedikit, cacat ini mungkin sulit untuk dideteksi atau bahkan tidak mungkin untuk dideteksi.
Keberadaan cacat kolep ini sering terlihat sebagai lekukan atau alur atau bagian
mengombak atau menggelombang pada permukaan kayu.
Koleps mungkin disebabkan oleh dua hal. Pertama, tegangan pengeringan yang
menekan (kompresi) pada bagian interior kayu, sehingga bagian ini mengalami gaya
penekanan. Kedua, tegangan cairan pada rongga sel kayu yang semula terisi sepenuhnya
oleh air. Kedua kondisi ini teijadi pada awal proses pengeringan. Koleps biasanya tidak
terlihat pada permukaan kayu, sampai pada proses pengerjaan kayu berikutnya. Cacat ini
pada umumnya berkaitan dengan temperatur bola kering yang tinggi secara berlebihan
pada tahap awal pengeringan. Apabila cacat koleps terjadi pada proses pengeringan di
dalam tanur, maka penurunan terhadap temperatur pada tahap awal proses pengeringan
harus dilakukan, terutama pada pengeringan yang diberlangsungkan terhadap muatan
Universitas Gadjah Mada
berikutnya yang terdiri atas jenis kayu dan karakter yang sama. Untuk memperjelas
pemahaman terhadap koleps maka disajikan gambar berikut:
Koleps merupakan cacat yang serius dan oleh karena itu jika memungkinkan, cacat
ini harus dihindarkan. Dalam konteks inilah perlu disakan untuk menggunakan skedul
pengeringan khusus yang memang dirancang untuk mengurangi kehadiran kolep tersebut,
terutama pada kayu yang rentan. Beberapa kayu yang rentan terhadap cacat ini pada
umumnya dikeringkan secara alami, sebelum dikeringkan dengan tanur pengering.
Retak dalam atau Honey-comb merupakan celah internal di dalam kayu yang
disebabkan karena kegagalan tarik menarik dalam arah serat. Hal ini biasanya terjadi pada
jari-jari kayu. Cacat ini dihasilkan karena penggunaan suhu yang tinggi secara berlebihan
dalam periode waktu yang terlalu panjang, ketika air bebas masih berada di dalam rongga
sel. Sementara itu, kayu mungkin tidak sungguh-sungguh gagal sampai dengan
pertengahan perjalanan proses pengeringan atau perjalanan lebih lanjut dalam proses
pengeringan. Pengurangan kekuatan kayu mungkin dimulai pada setiap langkah pada
perjalanan proses pengeringan bila suhu disetel pada kondisi yang sungguh-sungguh
tinggi secara berlebihan. Oleh karena itu, retak-dalam dapat dikendalikan pada tingkat
yang minimum dengan menghindarkan penyetelan suhu bola kering yang terlalu tinggi dari
awal proses
Pengeringan sampai dengan proses pengeringan yang ditandai dengan sudah
terevaporasinya semua air-bebas dari seluruh bagian kayu. Untuk memperjelas
pemahaman terhadap retak-dalam maka disajikan gambar berikut:
Retak permukaan dan retak ujung yang dalam, yang oleh kondisi tertentu kedua
retak itu telah tertutup kembali secara rapat pada bagian permukaan bahan, meskipun
masih tetap terbuka pada bagian bawah permukaan tersebut. Dua jenis retak permukaan
tersebut seringkali juga disebut sebagai retak-dalam. Kegagalan atau kerusakan ini juga
sering disebut retak leher botol.
Retak-dalam dapat menghasilkan kehilangan yang cukup banyak dalam arah
panjang. Meskipun demikian, retak-dalam pada beberapa kasus tidak dapat dideteksi pada
bagian permukaan papan atau kayu gergajian. Oleh karena itu, retak-dalam sulit untuk
ditemukan sebelum kayu yang mengalami retak-dalam ini sedang berada pada proses
pengerjaan kayu yang menggunakan mesin pengolah. Akan tetapi, sortimen kayu yang
mengalami beberapa retak-dalam, seringkali mempunyai menampakkan permukaan kayu
yang bergelombang atau berombak. Retak-dalam sangat sering berasosiasi (hadir secara
bersama) dengan koleps, terutama terjadi pada sortimen kayu yang berada pada muatan
yang ditempatkan pada posisi tertentu di dalam tanur pengering. Pada posisi tertentu itulah
terjadi terkonsentrasi kelembaban udara yang tinggi selama proses pengeringan
berlangsung. Dengan demikian, disadari bahwa di dalam tanur pengering terdapat bagian
atau wilayah pengeringan yang bervariasi kondisi suhu dan kelembabannya, meskipun
skedul suhu dan kelembaban yang dioperasikan adalah sama di dalam tanur pengering
tersebut.
Kegagalan Lingkaran Pertumbuhan merupakan cacat yang terjadi secara paralel
dengan lingkaran tahun, baik berada dalam lingkaran atau di antara lingkaran
pertumbuhan. Dalam penampilannya, kegagalan ini mirip dengan luka bacokan, yang
terjadi pada pohon yang masih berdiri atau dalam pohon ketika pohon tersebut ditebang.
Biasanya kegagalan mencakup beberapa lingkaran pertumbuhan, dimulai dari salah satu
lingkaran pertumbuhan dan memotong melintang lingkaran pertumbuhan yang lain
sepanjang jari-jari kayu. Hal ini dapat terjadi sebagai kegagalan pada permukaan ujung
papan pada tahap awal pengeringan. Cacat ini akan membesar, baik menuju ke arah
Universitas Gadjah Mada
dalam maupun menuju ke arah panjang, sejalan dengan berlanjutnya proses pengeringan.
Kegagalan ini jugs dapat terjadi secara internal, disebabkan oleh cacat indung madu
(retak-dalam) dan melemahnya ikatan antara lingkaran tahun ketika penerapan suhu tinggi
dalam proses pengeringan. Kegagalan lingkaran dapat ditahan pada tingkat minimum
dengan pelapisan ujung kayu atau dengan penggunaan skedul pengeringan yang diwarnai
dengan kelembaban relatif yang lebih tinggi pada awal proses pengeringan dan suhu bola
kering yang lebih rendah. Untuk memperjelas pemahaman terhadap kegagalan lingkaran
pertumbuhan maka disajikan gambar berikut:
kelewat batas. Di samping itu, cacat ini dalam beberapa hal dapat dihindarkan dengan cara
pengeringan alami terhadap persediaan bahan sebelum bahan tersebut dikeringkan dalam
tanur pengering. Metode atau cara terbaik untuk mengontrol perkembangan cacat
pemangkokan ialah dengan penumpukan yang baik atau dengan praktek-praktek
penumpukan yang mengikuti prosedur penumpukkan secara benar. Sortimen berupa
papan yang semakin tipis, maka papan tersebut akan semakin besar kecenderungannya
untuk menderita cacat memangkok.
Membusur (Bow) adalah suatu deviasi pelengkungan lebar terhadap garis lurus
yang ditarik dari ujung yang satu terhadap ujung yang lain dalam satu papan. Cacat ini
diasosiasikan dengan pengerutan longitudinal dalam kayu yang berasal dari posisi yang
berdekatan dengan empulur pohon. Di samping itu, cacat membusur juga cenderung
terjadi pada sortimen yang mengandung kayu tekan atau kayu tarik, yaitu sortimen kayu
yang berasal dari bagian batang pohon yang merunduk. Cacat membusur juga terjadi pada
sortimen kayu yang arahnya tegak lurus arah serat kayu. Cacat ini dapat dikendalikan
dengan prosedur yang sama dengan prosedur yang digunakan untuk mengurangi
pemangkokan.
Melekuk (Crook) adalah deviasi pelengkungan pada sisi tebal terhadap garis lurus
yang ditarik dari ujung yang satu ke ujung yang lain pada suatu papan. Penyebab melekuk
sama dengan penyebab pada pembusuran. Cacat ini lebih sulit untuk dihindarkan daripada
pemangkokan atau pembusuran.
Memuntir (Twist) merupakan perputaran atau pembelitan pada tepi papan
sedemikian serupa sehingga empat sudut pada setiap permukaan kayu tidak lagi berada
dalam satu bidang datar. Hal ini terjadi dalam kayu yang tersusun atas serat-serat yang
berarah spiral, serat yang berombak, serat yang berarah miring secara diagonal, serat
yang terdistorsi atau serat berpadu. Kayu gergajian yang mengandung karakter serat
demikian kadang-kadang dapat dikeringkan secara merata dengan menggunakan prosedur
penumpukan yang benar.
Pembentukan diamon atau cacat mengintan merupakan sebuah bentuk
pemuntiran yang ditemukan dalam ujung kayu yang berbentuk bujur sangkar. Dengan
demikian, cacat mengintan sering terjadi pada sortimen kayu yang dalam proses
pengeringannya, penampang melintang kayu yang semula berbentuk bentuk bujur sangkar
berubah menjadi bentuk jajaran genjang tertentu, yang kemudian bentuk jajaran genjang
terseebut diasumsikan sebagai sebuah bentuk diamond. Cacat ini dihasilkan dari
perbedaan antara besarnya pengerutan dalam arah radial dan arah tangensial dalam
bidang bujur sangkar yang di dalamnya terdapat lingkaran-lingkaran tahun mengarah
secara diagonal dari sudut yang satu ke sudut yang lain di dalam bidang bujur-sangkar
tersebut. Berbagai bentuk pemuntiran diilustrasikan pada gambar berikut:
Universitas Gadjah Mada
10
Gambar
21.
Cacat
melengkung,
melekuk,
membusur,
memuntir,
menggenjang, memangkuk.
Sumber Rasmussen (1961).
Retak pada Mata Kayu merupakan suatu kondisi yang sering dilihat sebagai cacat.
Retak ini muncul dalam serat akhir suatu mata kayu yang terdapat pada jari-jari kayu (Lihat
Gambar 22). Cacat ini dihasilkan dari perbedaan pengerutan paralel dan arah melintang
lingkaran pertumbuhan dalam mata kayu. Cacat ini terjadi dalam tahap awal pengeringan
dan diperparah oleh penggunaan kelembaban relatif yang terlalu rendah. Mata kayu yang
retak dapat dikendalikan dengan penggunaan kelembaban relatif yang lebih tinggi dan
dengan pengeringan pada kadar air yang lebih tinggi, akan tetapi hal ini hampir tidak
mungkin dihalangi atau dihindarkan.
Mata Kayu yang Lepas merupakan cacat yang dialami oleh sortimen kayu, karena
hal ini mengkakibatkan adanya lubang pada permukaan sortimen kayu tersebut. Mata
kayu, baik mata kayu yang mati maupun mata kayu yang hidup, selalu lepas dari sortemen
kayu selama proses pengeringannya (Lihat Gambar 23). Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa mata kayu tidak tumbuh pada kayu di sekitarnya, tetapi hanya ditempati
oleh kulit dan empulur. Mata kayu mengalami pengerutan yang sangat besar dalam dua
arah permukaan kayu, yaitu seluruh arah lebar dan sepanjang arah panjang. Sementara
itu, papan yang menjadi tempat bagi mata kayu tersebut akan mengkerut secara cukup
besar pada arah lebar, tetapi mengerut secara sangat sedikit pada arah panjang. Sebagai
konsekuensi atas kedua hal itu, maka mata kayu yang telah mengering akan memiliki
dimensi yang lebih kecil daripada dimensi lobang yang dibentuk oleh mata kayu tersebut.
Universitas Gadjah Mada
11
Hal ini akan memungkinkan sangat seringnya mata kayu itu terlepas dari sortimen kayu
gergajian, pada saat kayu gergajian tersebut diolah atau dikerjakan lebih lanjut dalam
proses permesinan berikutnya. Tidak ada satu pun cars yang dapat dilakukan untuk
melindungi terlepasnya mata kayu mati dari sortimen kayu selama proses pengeringannya.
Meskipun demikian, bila kayu gergajian tidak dikeringkan sampai pada kadar air yang
rendah sebelum kayu tersebut dikerjakan dengan mesin, maka mata kayu akan lebih
mampu bertahan pada sortimen kayu gergajian.
Cacat pengerasan pada bagian luar sortimen kayu (Case Hardening) merupakan
hasil yang tidak dapat dielakkan dari tegangan pengeringan yang berasosiasi dengan
pengerutan. Tegangan akan hadir saat kayu mengering secara tidak merata. Ada yang
setuju tetapi ada pula yang tidak setuju ketika case hardening ini dikatagorikan sebagai
cacat. Case hardening akan dilihat sebagai cacat atau bukan cacat, sangat bergantung
pada penggunaan akhir bahan kayu yang telah mengering tersebut. Kayu gergajian yang
telah mengalami case hardening akan sulit diproses dengan mesin. Case hardening dapat
dihilangkan, sehingga sortimen kayu akan terbebas dari cacat ini. Cara pemulihannya
dilakukan dengan menerapkan perlakuan pengkondisian (conditioning treatment) pada
tahap akhir proses pengeringan ketika sortimen kayu tersebut masih dikeringkan dalam
tanur pengering kompartemen.
9.5. Cacat yang Berhubungan dengan Penularan Jamur
Universitas Gadjah Mada
12
Ada tiga bush cacat yang berkaitan dengan penularan atau serangan jamur, yaitu
jamur noda kayu gubal, jamur pembusuk (decay) dan jamur pembuluk (mold). Semua
cacat akibat serangan jamur ini, sebagaimana telah didiskusikan pada bagian awal, dapat
terjadi selama berlangsungnya proses pengeringan dengan tanur, apabila kondisi suhu
dan kelembaban udara dalam tanur pengering itu sesuai dengan habitat bagi
pertumbuhan dan perkembangan jamur tersebut.
Noda biru yang diakibatkan oleh jamur penoda kayu gubal (sap), yang oleh
karena itu jamur ini lebih dikenal sebagai jamur penyebab noda biru, akan dikatagorikan
sebagai cacat pada beberapa penggunaan kayu gergajian. Kayu gubal dari beberapa
spesies kayu yang sangat rentan terhadapnya (Gambar 117). Cacat ini terjadi pada tahap
awal proses pengeringan. Hal ini disebabkan oleh jamur yang pertumbuhannya
tergantung pada tiga faktor, yaitu makanan, kelembaban udara dan suhu yang cocok,
dapat menemukan kondisi yang sesuai dengan persyaratan pertumbuhannya. Apabila
salah satu faktor tersebut tidak sesuai, maka noda itu tidak akan terjadi. Jamur tumbuh
paling cepat antara suhu 75 F dan 85 F pada kayu yang memiliki kadar air 20% atau
lebih.
Noda sap dapat dikurangi secara subtansial dan seringkali dapat dihilangkan
secara tuntas melalui pengeringan yang cepat terhadap kayu gergajian yang masih
segar, baik pengeringan secara alami dengan sirkulasi udara yang cepat, atau
pengeringan dengan tanur pada temperatur 150 F atau lebih. Bila kayu gergajian yang
masih segar harus dikeringkan dalam tumpukan yang sulit dan sebelum dikeringkan
tumpukan itu berada pada suatu kondisi yang kondusif bagi serangan atau penularan
jamur penoda sap, maka kayu tersebut harus diperlakukan atau disemprot dengan cairan
kimia beracun, yang sering disebut fungisida.
13
mungkin akan menimbulkan kesulitan. Kesulitan itu timbul terutama pada produk-produk
kayu yang akan diperlakukan permukaannya dengan penggunaan vernis dan cat serta
perekat atau pengikat lainnya untuk melekatkan kayu.
Noda biru merupakan noda yang terjadi pada banyak kayu jarum, terutama pada
Pinus merkusii dan Pinus panderusa. Warna ini sangat bervariasi dari biru muda ke biru
sangat
gelap.
Noda
ini
hanya
mempengaruhi
penampilan
kayu,
tetapi
ticlak
mempengaruhi kekuatan kayu. Noda biru dipercaya bahwa disebabkan oleh reaksi kimia
yang berlangsung dalam ekstraktif larut dalam air yang kemudian terkonsentrasi dan
didepositkan selama pengeringan. Noda ini mungkin berkembang di dalam sortimen kayu
maupun pada permukaan sortimen tersebut. Perendaman kayu dalam air panas mungkin
merupakan salah satu cara untuk menghilangkan beberapa noda. Meskipun demikian,
pemasakan seperti ini juga memungkinkan untuk mendedah wilayah yang bernoda itu
menjadi berwarna yang lebih gelap.
Noda ini dapat dikurangi secara nyata melalui tiga cara. Pertama, setelah pohon
ditebang, balak (log) yang dihasilkannya segera dipotong dan digergaji menjadi kayu
gergajian dan proses itu yang dilakukan secepat mungkin, yakni tanpa ada waktu jeda
terhadap aktifitas penebangan. Kedua, pengeringan kayu gergajian dilakukan sesegera
mungkin, juga tanpa penundaan waktu dari aktifitas penggergajian. Ketiga, proses
pengeringan dilakukan dengan menggunakan temperatur suhu bola basah yang tidak
melebihi dari 130 F, dan kelembaban relatif serendah mungkin tetapi masih dapat
ditoleransi oleh bahan kayu tanpa menyebabkan retak ujung dan retak permukaan yang
berlebihan, di samping itu juga mengatur suhu bola basah tidak melebihi 120 F selama
proses pengeringan berlangsung.
Noda pembekasan ganjal terjadi pada beberapa kayu selama proses
pengeringannya, baik dengan pengeringan udara secara alami maupun dengan tanur
pengering. Pewarnaan yang bervariasi dalam hal warna ini, mungkin terjadi pada
permukaan atau bagian di bawah permukaan papan di bawah ganjal atau muncul sebagai
coretan gelap yang sempit pada permukaan tepi ganjal. Kadang-kadang pewarnan bekas
ganjal
dapat
dihilangkan
dengan
perlakuan
permukaan
atau
pengampelasan.
14
15