Oleh :
Kelompok 482
Anindita Putri H.
Siska Dewi A.
Candra Aji S.
Avamira Rosita P.
Elizabeth Puji Y.
G 99141012
G 99141013
G 99141014
G 99141015
G 99141016
Pritha Fajar A.
Meutia Halida
Debora Marga P.
Coraega Gena E.
G 99141017
G 99141018
G 99141019
G 99141021
G 99141012
G 99141013
G 99141014
G 99141015
G 99141016
Pritha Fajar A.
Meutia Halida
Debora Marga P.
Coraega Gena E.
G 99141017
G 99141018
G 99141019
G 99141021
Tanggal
berkat-Nya
sehingga
kami
dapat
menyelesaikan
laporan
2
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan tidak pernah lepas dari rekam medis atau medical
record. Rekam medis dilaksanakan oleh pelayanan kesehatan berbagai tingkat
di seluruh negara (Sharpe dan Charles, 1999). Tenaga kesehatan pada zaman
dahulu menggunakan istilah status pasien, dokumen medis, catatan medis, dll
sebelum istilah rekam medis familiar di Indonesia (Hanafi dan Amir, 2009).
Rekam medis sendiri merupakan berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan
pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien. Tindakan yang dimaksudkan
dalam hal ini adalah tindakan penunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit
meliputi foto radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan rekaman
elektrodiagnostik (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Undang-undang yang mengatur tentang rekam medis adalah
Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 (Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2008). Selain itu Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga mengeluarkan
peraturan dalam SK Nomor 35/PB/A4/88 yang menekankan bahwa praktik
profesi kedokteran harus melaksanakan rekam medis. Peraturan ini tidak
hanya berlaku secara sempit pada lingkup dokter di rumah sakit, namun juga
pada dokter praktek pribadi (Hanafi dan Amir, 2009).
Bentuk-bentuk dari rekam medis dapat berupa tulisan maupun gambar.
Bahkan pada akhir-akhir ini rekam medis hadir dalam bentuk rekaman
elektronik berupa catatan komputer, mikrofilm, atau rekaman suara. Bentuk
pelaksanaan rekam medis juga dapat menggabungkan catatan manual dan
sistem komputerisasi (Sharpe dan Charles, 1999).
Rekam medis harus diisi dengan lengkap mengenai identitas pasien,
anamnesis yang mencakup sekurangkurangnya riwayat pasien, pemeriksaan
fisik yang dilakukan oleh dokter, diagnosis, rencana tindakan dan
penatalaksanaan, observasi selama pengobatan pasien, persetujuan tindakan,
tanda tangan dokter maupun perawat yang menangani, dan ringkasan
kepulangan pasien (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Dengan
kata lain rekam medis merupakan catatan lengkap mengenai penanganan
pasien dari mulai pasien datang sampai pasien pulang, baik itu dalam rawat
jalan maupun rawat inap (Hanafi dan Amir, 2009).
Seusai menangani pasien, rekam medis wajib untuk segera dilengkapi.
Pencatatan rekam medis pasien harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
dokter atau petugas kesehatan yang memberi pelayanan (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2008).
Rekam medis berfungsi pula sebagai sarana komunikasi antar dokter
maupun dokter dengan tenaga kesehatan lainnya seperti perawat. Tidak
tersedianya waktu untuk bertatap muka membuat sulitnya tercipta komunikasi.
Padahal dalam kondisi tertentu pasien memerlukan penanganan bersama baik
penanganan oleh dokter umum bersama spesialis maupun penanganan pasien
yang melibatkan peran lebih dari satu dokter spesialis. Dalam rekam medis
juga memuat catatan perkembangan harian pasien. Cukup dengan melihat
rekam medis, dokter maupun petugas kesehatan lainnya dapat mengetahui
kondisi pasien secara berkesinambungan dari hari ke hari tanpa harus bertemu
dengan pemberi layanan kesehatan lainnya (Hanafi dan Amir, 2009).
Rekam medis yang bermutu sebagai bukti pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Dalam kasus malpraktik, akan muncul tuduhan bahwa dokter
melakukan kesalahan dalam mengobati pasien. Dalam hal ini rekam medis
yang lengkap dapat menjadi suatu barang bukti yang kuat dalam melindungi
profesi dokter. Oleh karena itu sangat penting bagi dokter maupun petugas
kesehatan untuk sesegera mungkin mengisi rekam medis dan melengkapinya.
Masih banyak dijumpai dokter yang malas untuk membuat rekam medis
dengan lengkap (Hanafi dan Amir, 2009).
Pengelolaan rekam medis tak lepas dari peran para petugas rekam
medis. Pertugas rekam medis bertindak mengatur penomoran, penyimpanan,
dan retensi dari rekam medis pasien. Kerahasiaan rekam medis menjadi suatu
hal yang penting dan harus dijaga. Pengisian rekam medis secara lengkap
harus seiring dengan pengelolaan yang profesional (Sharpe dan Charles,
1999).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. REKAM MEDIS
A. Definisi
Dalam Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, rekam medis adalah
berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan,
pengobatan,
tindakan
hanya
menekankan
pada
sarana
pelayanan
kesehatan,
menganalisis
penyakit
serta
merencanakan
informasi
perkembangan
dan tindakan
bermanfaat untuk
merupakan
bahan
informasi
bagi
perkembangan
dapat
digunakan
sebagai
bahan
statistik
penyakit tertentu.
6. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga
bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik (Konsil
Kedokteran Indonesia, 2006).
8
pasien
dapat
membuat/mengisi
rekam
medis
atas
dan dokter
gigi
wajib
membuat
rekam
medis
dalam
dengan
dan
berkas
tidak
boleh
9
pasien
yang tertuang
dalam
rekam
medis.
Rahasia
10
permintaan
pasien
sendiri
bila
gigi
Praktik
Kedokteran
secara
tegas
mengatur bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja
tidak membuat rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,(lima puluh juta rupiah).
Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak
membuat rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata,
karena dokter dan dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya
dilakukan
pasien.
4. Sanksi Disiplin dan Etik
Dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis selain
mendapat sanksi hukum juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik
sesuai dengan UU Praktik Kedokteran, Peraturan KKI, Kode Etik
Kedokteran
11
yang tidak
Kehormatan
informasi
memfokuskan kegiatannya
kesehatan
pada
adalah
pelayanan
pengelolaan
kesehatan
dan
yang
sumber
Penanggung
jawab manajemen
informasi
kesehatan
12
tanda,
istilah,
13
perempuan bersuami.
Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua, biasanya
nama ayah.
Bagi pasien yang mempunyai nama keluarga/marga didahulukan
dan kemudian diikuti dengan nama sendiri.
14
dipindahkan.
Tanda
petunjuk
tersebut
diletakkan
digunakan.
Efisiensi kerja petugas.
16
medis
poliklinik
disimpan
pada
poliklinik
yang
cepat.
Beban kerja yang dilaksanakan petugas rekam medis lebih
ringan.
Pengawasan terhadap rekam medis lebih mudah karena
17
aktif.
Mudah melatih petugas yang melaksanakan pekerjaan
penyimpanan.
Kelemahannya adalah :
terjadi
terbaru.
Perlu konsentrasi petugas yang sangat tinggi, karena harus
memperhatikan seluruh angka dari nomor rekam medis
untuk menghindari tertukarnya angka-angka yang bisa
22
angka ketiga
50
angka kedua
23
angka pertama
(tertiary digits)
(secondary digits)
(primary digits)
perencanaan rak.
Kekeliruan menyimpan dapat di cegah, karena petugas
hanya memperhatikan 2 (dua) angka akhir saja dalam
memasukkan rekam medis kedalam rak.
Sedangkan kelemahannya adalah perlu waktu yang
19
nomornya berurutan.
Penggantian dari sistem nomor langsung ke sistem angka
tengah lebih muda daripada penggantian sistem nomor
petugas.
Terjadi rak lowong pada beberapa section, bila rekam medis
dialihkan ke tempat penyimpanan in-aktif (Depkes RI,
1991).
4. Tata Cara Pengambilan Rekam Medis
Pengambilan rekam medis juga memiliki tata cara tertentu.
Adapun tata cara pengambilan rekam medis pasien yang dibutuhkan dari
ruang penyimpanan rekam medis adalah sebagai berikut:
a. Pengeluaran rekam medis
Ketentuan pokok yang harus ditaati di tempat penyimpanan adalah :
Rekam medis tidak boleh keluar dari ruangan rekam medis,
yang bersamaan.
Rekam medis tidak di benarkan diambil dari rumah sakit,
20
21
medis yang baru. Patokan utama untuk menentukan rekam medis aktif
atau tidak aktif adalah besarnya ruangan yang tersedia untuk menyimpan
rekam medis yang baru. Suatu rumah sakit menentukan 5 tahun adalah
batas umur untuk rekam medis aktif, sedangkan di rumah sakit lain
rekam medis yang berumur 2 tahun sudah dinyatakan tidak aktif, karena
sangat terbatasnya ruang penyimpanan. Pada umumnya rekam medis
dinyatakan tidak aktif apabila selama 5 tahun terakhir rekam medis
tersebut
tidak
penyimpanan
digunakan
rekam
medis
lagi.
Apabila
aktif,
harus
tidak
tersedia
dilaksanakan
tempat
kegiatan
2.
KASUS
PENYAKIT DALAM
Umum
Jantung
paru-paru
SARAF
AKTIF
5 Thn
10 Thn
5 Thn
5 Thn
INAKTIF
2 Thn
2 Thn
2 Thn
2 Thn
22
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PENYAKIT KULIT
Umum
Kusta
JIWA
Umum
ketergantungan obat
ANAK
KEBIDANAN/
KANDUNGAN
BEDAH
BEDAH SARAF
ORTHOPEDI
GIGI MULUT
infeksi rahang :
dewasa
Anak
Trauma
Cacat bawaan :
celah bibir
celah langit
kelainan rahang
Tumor
exodentia
orthodentic
edodentic
periodentic :
protetic
pedodentic
5 Thn
15 Thn
2 Thn
2 Thn
15 Thn
5 Thn
5 Thn
5 Thn
2 Thn
2 Thn
2 Thn
2 Thn
5 Thn
10 Thn
5 Thn
2 Thn
2 Thn
2 Thn
5 Thn
10 Thn
12 Thn
2 Thn
2 Thn
5 Thn
15 Thn
15 Thn
15 Thn
5 Thn
10 Thn
5 Thn
10 Thn
5 Thn
5 Thn
5 Thn
2 Thn
2 Thn
2 Thn
2 Thn
5 Thn
5 Thn
2 Thn
2 Thn
pelayanan
administrasi.
Alat
penyimpanan
yang
baik,
1.
3.
dapat
digunakan
sodium
arsenite,
dengan
5.
24
6.
Jarak antara dua buah rak untuk lalu lalang, dianjurkan selebar
90 cm. Jika menggunakan lemari lima laci dijejer satu baris, ruangan
lowong didepannya harus 90 cm, jika diletakkan saling berhadapan
harus disediakan ruang lowong paling tidak 150 cm, untuk
memungkinkan membuka laci-laci tersebut. Lemari lima laci memang
tampak lebih rapi dan rekam medis terlindungdari debu dan kotoran
dari luar. Pemeliharaan kebersihan yang baik, akan memelihara rekam
medis tetap rapi dalam hal penggunaan rak-rak terbuka. Faktor-faktor
keselamatan harus diutamakan pada bagian penyimpanan rekam medis
(Depkes, 1991).
25
tindakan
dengan
tepat
sesuai
dengan
klasifikasi
yang
merencanakan,
melaksanakan
26
27
kepada pasien.
- Membuat print-out Kartu Poliklinik untuk diserahkan kepada
petugas poliklinik.
- Khusus untuk pasien BPJS dan Jamkesda, petugas juga bertugas
membuat print out SEP (Surat Eligibilitas Peserta) dan Formulir
Catatan Verifikasi.
- Mencatat nama pasien dan nomor rekam medis pada buku
ekspedisi dan menyerahkan rekam medis kepada petugas
transportasi untuk diserahkan kepada perawat di poliklinik.
- Berdasarkan duplikat print-out data identitas pasien, setelah selesai
pelayanan petugas mengisi buku register induk (bank nomor).
- print-out rekapitulasi harian pasien pengunjung rawat jalan baru.
b. Pelaksanaan pembuatan/penyimpanan KIUP :
- Berdasarkan sistem yang baru, KIUP kini dibuat dengan sistem
elektronik dan tersimpan dalam computer.
2. Penerimaan pasien rawat jalan ulang, datang tanpa perjanjian
a. Petugas loket 8 dan 9 (pelaksana penerima pasien rawat jalan lama).
- Menerima dan meneliti kelengkapan administrasi pasien yaitu :
KIB, karcis, kartu sehat, kartu pengenal askes, rujukan
intern/mutasi poliklinik tujuan pasien.
- Mencatat nomor rekam medis, nama pasien, poliklinik yang dituju,
tanggal kunjungan dan cara pembayaran kedalam kertas slip
keluar rekam medis untuk dimasukkan kedalam tracer.
- Khusus untuk pasien BPJS dan Jamkesda, petugas mencetak
kembali SEP dan Formulir Catatan Verifikasi
- Mencetak lembar permintaan poliklinik sebagai catatan bagi
petugas rekam medis untuk mengetahui posisi rekam medis di
poliklinik.
- Mengembalikan KIB, potongan karcis dan potongan kartu sehat
pada pasien dan mempersilakan pasien menuju poliklinik.
b. Pelaksanaan penyimpanan/pengeluaran rekam medis
28
29
2.
30
- Dokter membuat surat perintah rawat, rekam medis pasien bersama pasiennya
dibawa oleh perawat ke sub bagian rekam medis dan melapor ke loket 13. (RSU
Gunungsitoli, 2000).
M. Alur Kerja Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Pasien rawat jalan baru maupun rawat jalan ulang, melapor ke loket
penerimaan
pasien.
Petugas
penerimaan
pasien
rawat
jalan
baru
31
32
33
kendala/keterbatasan
kemampuan
berbagai
kelemahan
34
35
BAB III
PEMBAHASAN
A.
jenis rekam medis konvensional dimana rekam medis masih dalam bentuk berkas
yang disimpan di dalam map yang berisikan riwayat kesehatan pasien selama
mendapat pelayanan kesehatan di RSUD Sukoharjo. RSUD Sukoharjo sudah
menggunakan sistem komputerisasi sejak tahun 2012 akan tetapi bentuk
pelayanannya masih dengan manual dan registrasi komputerisasi dimana
pengolahan rekam medis yang secara komputerisasi masih terbatas pada sistem
registrasi dan catatan poliklinik sedangkan lembaran administrasi dan medis
masih diolah secara manual. Selain itu, kekurangannya adalah berkas-berkas
rekam medis sebelum tahun 2012 masih belum terdaftar secara komputerisasi.
Sistem penamaan sudah sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam
buku petunjuk penyelenggaraan rekam medis rumah sakit yang diterbitkan oleh
Depkes tahun 1991 dimana nama pasien harus lengkap, minimal terdiri dari dua
suku kata dan ditulis dengan huruf cetak dan ejaan yang yang disempurnakan.
36
Diakhir nama pasien berjenis kelamin perempuan diberikan tambahan Ny. Atau
Nn. sesuai dengan statusnya.
Sistem penomoran rekam medis dilakukan dengan pemberian nomor cara
unit/ Unit numbering system. Sistem ini hanya memberikan satu unit nomor rekam
medis kepada satu pasien yang dapat digunakan baik dalam rawat jalan maupun
rawat inap seumur hidup. Akan tetapi, apabila terjadi missing file dimana file tidak
dapat ditemukan, maka pasien akan diberikan rekam medis yang baru kemudian
rekam medis yang lama dicari kembali untuk disatukan dengan yang baru
sehingga pasien tersebut hanya mempunyai satu rekam medis yang tersimpan
dibawah satu nomor. Pemberian nomor cara unit dianggap sebagai cara yang
paling baik digunakan diantara ketiga sistem penomoran rekam medis karena
dengan cara ini seorang pasien hanya memiliki satu nomor setiap kunjungan ke
rumah sakit sehingga data terkumpul dalam satu map (folder) yang dapat dengan
cepat memberikan gambaran lengkap mengenai riwayat penyakit dan pengobatan
seorang pasien kepada rumah sakit maupun staf medis lainnya dan juga
menghilangkan kerepotan mencari/mengumpulkan rekam medis pasien yang
terpisah-pisah seperti pada sistem seri, serta menghilangkan kerepotan mengambil
rekam medis lama untuk disimpan ke nomor baru seperti dalam sistem seri unit.
Sistem penyimpanan rekam medis di RSUD Sukoharjo menggunakan
sistem sentralisasi
dan
numerik.
Sistem sentralisasi
dilakukan
dengan
penyimpanan rekam medis pasien dalam satu kesatuan baik dimana catatan
kunjungan poliklinik maupun catatan selama seorang pasien dirawat disimpan
pada satu tempat yaitu bagian rekam medis. Sedangkan sistem numerik
menandakan rekam medis disimpan berdasarkan urutan angka atau nomor. Sistem
penyimpanan di RSUD Sukoharjo menggunakan sistem angka akhir (terminal
digit filing system) dengan melihat 2 (dua) angka terakhir dari 6 (enam) angka
yang tercantum dalam rekam medis. Sistem inilah yang memiliki lebih banyak
kelebihan dibandingkan kelemahan dan dianggap paling ideal.
Sistem pengambilan rekam medis sudah sesuai dengan Buku Petunjuk
Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit yang diatur oleh Depkes tahun 1991
dimana rekam medis hanya dapat diambil oleh petugas rekam medis. Terdapat
buku peminjaman rekam medis yang harus diisi jika ada pihak yang meminjam
37
berkas rekam medis dengan alasan yang dapat diterima serta terdapat petunjuk
keluar berupa kartu poli sebagai pengganti pada tempat rekam medis yang diambil
dari rak penyimpanan dan tetap berada di rak tersebut sampai rekam medis yang
diambil kembali. Akan tetapi, RSUD Sukoharjo memiliki kendala pengadaan dana
dalam hal penyimpanan rekam medis dengan menggunakan kode warna sehingga
map belum dapat dibedakan untuk mencegah terjadinya kekeliruan dalam
penyimpanan.
Sistem pengangkutan rekam medis dengan cara manual dimana rekam
medis diambil dan diantarkan langsung oleh petugas rekam medis ke bagian yang
dituju untuk mengurangi terjadinya rekam medis yang hilang saat pengangkutan.
Sedangkan sistem retensi sudah sesuai dengan Buku Petunjuk Penyelenggaraan
Rekam Medis Rumah Sakit oleh Depkes tahun 1991 yang menyatakan rekam
medis tidak aktif apabila selama 5 tahun terakhi rekam medis tersebut tidak
digunakan lagi. Akan tetapi, pelaksanaan pemusnahan rekam medis inaktif belum
pernah dilaksanakan oleh sub bagian rekam medis RSUD Sukoharjo hingga saat
ini.
Ruang pengelolaan rekam medis masih belum memenuhi seluruh aspek
standart ruang penyimpanan rekam medis yang baik. Penilaian terhadap ruang
rekam medis di RSUD Sukoharjo yakni Ruangan terlalu lembab karena tidak berAC yang dapat memungkinkan untuk tumbuhnya jamur, ngengat, rayap dan
sebagainya yang merupakan pemakan kertas atau dapat merusak kertas; Ruangan
sudah cukup terang, hal ini sudah cukup baik karena ruang rekam medis sudah
mendapat penerangan langsung secara alami lewat sinar matahari yang juga dapat
membantu membasmi perusak kertas dan menghindari kelelahan penglihatan
petugas; Ruangan sudah terpisah dari ruang kantor lain yang dimaksudkan untuk
menjaga keamanan arsip-arsip tersebut mengingat bahwa arsip tersebut sifatnya
rahasia, mengurangi lalu lintas pegawai lainnya, dan menghindari pegawai lain
memasuki ruangan sehingga pencurian arsip dapat dihindari.
Alat penyimpanan rekam medis yang dipakai adalah rak terbuka (open self
file unit) dan roll opack. Namun jumlah roll opack hanya sebagian dan hanya
digunakan untuk menyimpan rekam medis pasien hemodialisa. Sementara sisanya
diletakkan dalam rak terbuka. Sedangkan untuk jarak antar dua buah rak kurang
38
lebih sudah memenuhi standar menurut Depkes RI, yaitu kurang lebih 90cm. Hal
ini sebagai syarat untuk memudahkan lalu lalang petugas rekam medis. Untuk
keteraturan penataan masih terlihat berantakan, namun tetap tertata sesuai dengan
penomoran rekam medis tiap raknya.
Untuk petugas rekam medis di RSUD Sukoharjo bervariasi dari segi
pendidikan, dimulai dari D3, D4, S1, dan S2. Sehingga sudah sangat mampu
untuk melakukan pengelolaan dengan baik sesuai dengan syarat teliti, cerdas,
penuh minta, rapi, tekun, mampu menyimpan rahasia, mampu mengadakan
hubungan baik dan memiliki keahlian dalam bidang kearsipan.
Untuk alur penggunan rekam medis di RSUD Sukoharjo terutama untuk
pasien rawat jalan adalah pasien rawat jalan baru maupun rawat jalan ulang,
melapor ke loket penerimaan pasien. Petugas penerimaan pasien rawat jalan baru
mewawancarai sambil mendata pasien. Setelah pasien selesai didata, petugas
penerima pasien baru menyerahkan rekam medisnya kepada petugas transportasi.
Pasien rawat jalan ulang, petugas loket 8 atau 9 mencatat nomor rekam medis,
nama pasien, poliklinik yang dituju, tanggal kunjungan dan cara pembayaran
kedalam kertas slip keluar rekam medis untuk dimasukkan kedalam tracer untuk
diserahkan kepada petugas penyimpan. Petugas penyimpanan mengambil rekam
medis dari rak, sesudah registrasi pasien rawat jalan ulang, rekam medis
diserahkan kepada petugas transportasi. Petugas transportasi mengantarkan berkas
rekam medis kepoliklinik. Setelah selesai jam pelayanan di poliklinik, petugas
transportasi mengambil rekam medis sesuai ekspedisi keluar rekam medis.
Rekam medis diserahkan ke urusan pengolahan untuk diberi nomor kode
diagnosa sesuai buku ICD X dengan menggunakan sistem komputer (koding).
Selanjutnya rekam medis diserahkan ke urusan pemantau untuk memeriksa
kelengkapan lembaran-lembaran rekam medis dan menuliskan nama pasien pada
folder (sampul) rekam medis pasien baru. Rekam medis diserahkan ke urusan
penyimpanan untuk disimpan.
39
Pendaftaran
Pasien baru
Pasien lama
Mendapatkan
nomor rekam
Pencarian
nomor medis
rekambaru
medis lama oleh petugas melalui data sistem informasi RS
Permintaan pengambilan buku rekam medis baru ke petugas rekam medis (diketahui melalui sistem informasi RS)
Permintaan pengambilan buku rekam medis lama pasien ke petugas rekam medis (diketahui melalui sistem inform
Rekam medis diisi oleh dokter (di buku rekam medis dan sistem informasi RS)
40
Pengembalian buku rekam medis pasien ke ruang rekam medis oleh petugas
SW
1. Strength
- Sistem penyimpanan rekam
medis sudah dengan metode
sentralisasi sehingga
memperkecil kemungkinan
duplikasi rekam medis serta
meningkatkan efisiensi kerja
petugas
-Sistem penomoran rekam medis
sudah menggunakan unit
numbering system sehingga
memudahkan penyimpanan
dan pencarian dokumen
rekam medis
-Jumlah sumber daya manusia
dalam pengelolaan rekam
medis cukup
-Fasilitas ruang penyimpanan
rekam medis cukup luas
-Adanya komitmen dan
dukungan dari rumah
sakit untuk
meningkatkan kualitas
pengelolaan rekam
medis
2. Weakness
- Pelayanan rekam medis masih
menggunakan kombinasi
dari paper based documents
dan sistem komputerisasi
- Pelayanan dengan sistem
paper based menyebabkan
pencarian data lebih sulit
dan tidak efisien, selain itu
terdapat kemungkinan
berkas tercecer atau hilang
- Pengisian rekam medis sering
tidak lengkap
- Terdapat kemungkinan
duplikasi data pasien
- Alur perjalanan rekam medis
yang panjang dan
memakan cukup banyak
waktu
- Rekam medis rumah sakit
hanya memiliki data pasien
dalam kurun waktu tertentu
- Pencarian berkas rekam medis
memakan waktu lama
41
OT
3. Opportunity
Kemajuan perkembangan
dari sistem komputerisasi
Semakin meningkatnya
tingkat pendidikan dan
pengetahuan masyarakat
Telah dikembangkannya
berbagai buku pedoman
dan referensi mengenai
pengelolaan rekam medis
Semakin meningkatnya
kegiatan studi dan
penelitian observatif
analitik mengenai sistem
pengelolaan rekam medis
Strategi SO
Menggunakan dana untuk
meningkatkan sistem
penyimpanan rekam medis
yang disesuaikan dengan
kemajuan pengetahuan dan
teknologi
Pengembangan sistem
pengelolaan rekam medis yang
berdasarkan pedoman yang
paling baru
Mengirim petugas rekam medis
workshop pengelolaan rekam
medis secara rutin untuk
pembaruan sistem pengelolaan
Menjadwalkan pemeliharaan
data maupun infrastruktur
rekam medis secara teratur
Merencanakan pembangunan
infrastruktur dan
pengembangan sistem
komputerisasi secara
menyeluruh pada fasilitas
rekam medis kedepannya
42
ruang penyimpanan
Pelatihan sistem komputerisasi
kepada seluruh petugas rekam
medis
pasien baru
pemeriksaan
Munculnya serangan
hacker/peretas yang
dapat mengganggu
stabilitas sistem
pencatatan dan
pelayanan rekam
medis
Munculnya berbagai
virus-virus komputer
yang mengancam
data-data rekam
medis pasien yang
sudah
terkomputerisasi
Kondisi mendadak
berupa listrik padam
atau komputer error
saat sedang
Strategi ST
Membuat suatu sistem yang
menghubungkan identitas
pasien dengan dokumen
rekam medis pasien tersebut
secara otomatis
Meningkatkan keamanan
data rekam medis
menggunakan antivirus dan
firewall untuk keamanan
data pasien dari virus dan
peretas secara online
Mengoptimalkan sumber
daya manusia yang ada
untuk meningkatkan
keamanan rekam medis
secara fisik
Membeli generator listrik
untuk persiapan bila listrik
padam
Strategi WT
Mengoptimalkan
komunikasi antara petugas
rekam medis dan tenaga
medis untuk memastikan
kelengkapan isi dan untuk
menghindari salah
pengartian isi rekam medis
Membuat suatu sistem
pengawasan yang membuat
pasien lama tidak bisa
mendaftar sebagai pasien
baru
Membuat kebijakan
pemberian sanksi kepada
tenaga medis yang tidak
melengkapi rekam medis
Merekrut teknisi yang
bertugas merawat dan
memperbaiki pada
komputer
43
menginput data
44
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo memiliki sistem pengelolaan rekam
medis yang cukup baik, untuk jenis rekam medis masih menggunakan rekam medis
konvensional, bentuk pelayanan rekam medis sebagian manual dan sebagian sudah
komputerisasi, sistem penamaan sudah sesuai dengan buku petunjuk penyelenggaraan
rekam medis rumah sakit, sistem penomoran rekam medis menggunakan unit
numbering system, sistem penyimpanan sentralisasi, sistem pengambilan sudah sesuai
dengan buku petunjuk penyelenggaraan rekam medis rumah sakit, sistem
pengangkutan manual, sistem retensi sudah sesuai dengan buku petunjuk
penyelenggaraan rekam medis rumah sakit, ruang pengelolaan rekam medis belum
memenuhi seluruh aspek standar ruang penyimpanan RM yang baik, isi rekam medis
sudah sesuai dengan buku petunjuk penyelenggaraan rekam medis rumah sakit.
Secara keseluruhan RSUD Sukoharjo sudah memiliki sistem pengelolaan rekam
medis yang terstruktur.
B. Saran
1. Diharapkan RSUD Sukoharjo memiliki bentuk pelayanan rekam medis
komputerisasi secara keseluruhan. Sehingga akan mempersingkat waktu pelayanan.
2. Untuk ruang rekam medis diharapkan bisa disesuaikan dengan standar ruang
penyimpanan RM yang baik, selain menjaga kualitas dari rekam medis akan
mempermudah petugas dalam mengelola rekam medis.
3. Untuk petugas kesehatan yang mengisi rekam medis diharapkan bisa menulis
rekam medis dengan lengkap dan menulis singkatan berdasarkan standar yang
baku agar tidak mengalami kerancuan dikemudian hari
DAFTAR PUSTAKA
45
46