Fisiologi Saraf Otonom
Fisiologi Saraf Otonom
Disusun oleh :
dr.Bernhard Arianto Purba
Pembimbing :
Dr.Endang Melati Maas, Sp.An, KAP, KIC
1. PENDAHULUAN
Tubuh manusia sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi di sekitar
lingkungannya sehingga tubuh akan berusaha untuk melakukan adaptasi. Tubuh
diperlengkapi dengan sistem saraf otonom yang mampu melakukan penyesuaian
untuk mencapai keseimbangan dengan keadaan di dalam tubuh maupun luar tubuh.
Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan
sistem saraf tepi (SST). SST memiliki 2 divisi yaitu sistem saraf sensoris dan saraf
motorik, selanjutnya saraf sensoris dibagi menjadi saraf somatik sensoris dan saraf
viseral sensorik sedangkan saraf motorik dibagi menjadi saraf motorik somatik dan
saraf motorik otonom. Berikut ini adalah ilustrasi organisasi sistem saraf.
Jaras eferen dan ganglion; badan sel saraf somatik terletak pada SSP
membentuk nukleus (inti saraf) dan aksonnya menuju otot skeletal dan
akson tersebut memiliki karakteristik tebal dan bermielin yang
menghantar impuls saraf secara cepat.
s
e
d
a
n
g
k
a
n
s
Pada gambar diatas, saraf otonom memiliki 2 rantai saraf efektor yaitu
neuron preganglion yang badan selnya terdapat pada SSP (otak dan
medula spinalis) dan aksonnya menuju ke ganglion yang disebut akson
preganglion sedangkan badan sel neuron postganglion terletak diluar SSP
dan aksonnya menuju ke organ target yang disebut akson postgangion
yang sedikit memiliki mielin sehingga penghantaran impuls saraf relatif
lebih lambat dibandingkan dengan akson saraf somatik.
Nikotinik, reseptor ini ditemukan pada otot skeletal dan post gangion
dendrit dan preganglion saraf simpatis dan parasimpatis. Sifat reseptor ini
selalu melakukan eksitasi pada organ target yaitu otot skeletal.
Muskarinik, reseptor ini ditemukan pada organ target saraf parasimpatis.
Sifat reseptor dapat menginhibisi atau mengeksitasi. Pada organ jantung
maka parasimpatis akan menginhibisi, akan tetapi pada intestinal maka
saraf parasimpatis akan mengeksitasi untuk memulai proses disgesti.
Saraf simpatis; disebut juga the fight-or-flight system yang berfungsi untuk
melakukan eksitasi pada saat keadaan darurat dan emergensi. Akibat
rangsangan saraf simpatis adalah meningkatnya denyut jantung dan
kontraktilitasnya, nafas menjadi cepat dan dalam, tangan menjadi dingin dan
berkeringat, serta pupil menjadi dilatasi. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi
tahan terhadap ancaman dan stress.
trunkus
mesenterika
dan
hipogastrika
inferior
10
dan
reseptor
ini
akan
menyebabkan
peningkatan
a. Vasokonstriksi
b. Peningkatan resistensi vaskuler perifer
c. Midriasis akibat kontraksi otot radialis pupil
d. Konstriksi spingter internal vesika urinaria
ii.
iii.
iv.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A.C & Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. The 11th edition.
Philadelphia: Elsevier-Saunders: 945-960, 749-760.
2. Kronenberg,
and
Melmed.
2008.
WILLIAMS
TEXTBOOK
OF
14