PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Timor Timur (Timor Leste dalam bahasa Portugis) adalah salah satu negara baru di dunia.
Negara ini menempati bagian timur Timor, sebuah pulau di Asia Tenggara yang terletak di antara
Indonesia dan Australia.
Timor Leste merupakan bekas jajahan portugis dan Jepang. Jalan Timor Leste menuju
kemerdekaan adalah salah satu yang paling tragis dalam sejarah. Pada tahun 1975, saat Portugis
hendak membebaskan Timor Leste setelah 400 tahun mendirikan pemerintahan kolonial, negara
ini diserbu dan dianeksasi secara paksa oleh Indonesia. Akibatnya, sepertiga dari warga Timor
Leste tewas.
Setelah pemungutan suara untuk kemerdekaan dilakukan pada tahun 1999, Timor Leste hampir
hancur oleh amukan yang dilakukan oleh milisi pro-Indonesia dan pasukan reguler. Tapi hari ini,
dengan bantuan ekonomi dari masyarakat internasional, Timor Leste mulai bangkit kembali di
bawah pemerintahan demokratis liberal.
Dalam pidato pembukaan Bali Democracy Forum III di Nusa Dua Bali, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menyatakan dalam waktu dekat Timor Leste dapat bergabung ke dalam
ASEAN, mengingat pada tahun 2011 Indonesia menjadi pemimpin ASEAN. Tentu saja hal ini
menjadi angin segar bagi Timor Leste, karena momen inilah yang ditunggu-tunggu oleh mantan
provinsi termuda Indonesia itu. Tentu hal ini tidaklah mudah bagi Timor Leste, mengingat sejak
memisahkan diri dari Indonesia melalui referendum dibawah naungan Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) kemudian menjadi negara merdeka pada tahun 2002 tentu pengalaman dalam
berorganisasi serta perekonomian yang jauh di bawah kesepuluh negara anggota ASEAN
lainnya. Tetapi bukan berarti Timor Leste tidak bisa menjadi anggota ASEAN berikutnya, sejak
diberlakukannya ASEAN Charter di kawasan Asia Tenggara pada tanggal 15 Desember 2008
dalam Pasal 6 disebutkan penerimaan keanggotaan baru dalam tubuh ASEAN harus memenuhi
kriteria seperti letak geografis suatu negara diakui berada di wilayah Asia Tenggara. Tentu saja
kriteria ini modal dasar yang kuat dimiliki oleh Timor Leste yang dulunya merupakan bagian
dari Indonesia. Tentu ada hal lebih penting lagi yang harus dipikirkan oleh negara demokrasi
termuda tersebut, yaitu tanpa adanya pengakuan dari keseluruh anggota ASEAN kriteria pertama
diatas tidak ada artinya. Dengan kembali terpilihnya Indonesia memimpin ASEAN yaitu pada
tahun 1967 dan 2011, Timor Leste dapat meminta bantuan Indonesia untuk menyakinkan
kesembilan negara anggota ASEAN lainnya untuk menerima Timor Leste menjadi anggota yang
kesebelas. Ada yang menganggap bahwa menerima Timor Leste menjadi anggota ASEAN
berikutnya akan membebani organisasi regional tersebut. Hal ini mengingatkan kita pada saat
ASEAN merangkul Myanmar menjadi anggota penuh pada tahun 1997 bersama Laos.
1
Pemikiran tentang hal yang sama muncul pada saat itu, meskipun Myanmar dikuasai oleh junta
militer yang represif ASEAN tetap membuat rencana besar dengan menerimanya untuk
memperkuat organisasi regional yang sedang bertumbuh pada saat itu. Dengan berpegang teguh
pada prinsip tidak mencampuri urusan negara lain ASEAN tetap mengusahakan cara-cara damai
dalam menghadapi konflik internal Myanmar. Demikian juga, jika tidak secepatnya menerima
Timor Leste ke dalam keanggotaan ASEAN ditakutkan malah menjadi tugas yang berat
dikemudian hari jika keanggotaan Timor Leste ditunda. Namun, bagaimana pun juga
bergabungnya Timor Leste ke dalam ASEAN akan membuat organisasi yang dibentuk pada
tanggal 8 Agustus 1967 tersebut akan menjadi tambah solid dan mampu memberikan sumbangan
untuk menciptakan ketertiban. Sesungguhnya Indonesia memegang peran yang sangat penting
dalam keanggotaan Timor Leste mendatang di ASEAN, kecuali Timor Leste tidak mampu
mendekati Indonesia untuk meminta bantuannya membujuk kesembilan negara anggota lainnya
menerima Timor Leste sebagai anggota penuh di ASEAN, tentu hal ini bisa membawa citra
positif di dunia internasional jika Indonesia mampu membantu Timor Leste. Maka dari itu,
tidaklah mustahil pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang dilaksanakan di
Jakarta pada bulan November 2011 menjadi sejarah baru bagi negara Timor Leste dan mampu
mengangkat pamor ASEAN di dunia internasional,
Oleh Karena itu Makalah ini akan membahas mengenai peluang dan tantangan yang dihadapi
Timor Leste di kawasan Asia Tenggara dan apakah mungkin status yang dimiliki oleh Timor
Leste saat ini akan berubah menjadi Anggota.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
I.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1Sejarah Lahirnya Timor Leste
Timor Timur merupakan sebuah wilayah bekas koloni portugis yang dianeksasi oleh militer
Indonesia menjadi sebuah provinsi yang pernah menjadi bagian Indonesia antara 17 Juli 1976
sampai 19 Oktober 1999. Kala itu provinsi ini merupakan provinsi Indonesia yang ke-27. Timor
Timur dianeksasi dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah dijajah selama
450 tahun oleh Portugal. Wilayah provinsi ini meliputi bagian timur pulau Timor, pulau Kambing
atau Atauro, pulau Jaco dan sebuah eksklave di Timor Barat yang dikelilingi oleh provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Setelah merdeka, namanya berubah menjadi Republik Demokratik Timor Leste (Timor
Lorosa'e), yang sebelum merdeka bernama Timor Timur. Negara ini adalah sebuah negara kecil
di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah negara ini juga
meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan enklave Oecussi-Ambeno di Timor Barat. Timor
Leste dulu adalah salah satu provinsi di Indonesia, Timor Leste secara resmi merdeka pada
tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya bernama Provinsi Timor Timur, ketika menjadi anggota PBB,
mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis "Timor Leste" sebagai nama resmi negara
mereka.
Jumlah penduduk Timor-Leste hasil Sensus Penduduk 2010 mencapai hampir 1,1 juta jiwa.
Republik Democratik Timor-Leste memiliki sistem pemerintahan parlementer dengan menganut
unicameral legislature system. Kepala Negara dipimpin oleh seorang Presiden, sedangkan
Perdana Menteri memimpin Pemerintahan. Salah satu persyaratan menjadi pemilih adalah
berusia 18 tahun ke atas. Secara administratif, Timor-Leste terbagi dalam 13 distrik (setingkat
kabupaten) meliputi Distrik Lautem, Baucau, Viqueque, Manatuto, Manufahi, Ainaro, Dili,
Aileu, Ermera , Liquica, Bobonaro, Covalima dan Oecusse. Sebagian besar Timor-Leste
merupakan wilayah pegunungan dimana hanya sedikit wilayah yang relatif mendatar, terutama di
sepanjang pantai. Kondisi topografi ini menyebabkan sulitnya pengelolaan lahan secara optimal
terutama untuk kepentingan pertanian dan akses transportasi antar wilayah. Padahal, lebih dari
90 persen rumah tangga dan desa di Timor Leste mengandalkan pertanian subsisten sebagai mata
pencaharian utama. Kesulitan akses ke pasar menyebabkan perkembangan pembangunan di
hampir seluruh distrik cenderung lambat, dimana aktifitas dan penduduk sebagian besar
terkonsentrasi di Ibukota Dili.
Sejarah Timor Leste dari tahun ke tahun
dipasok oleh bantuan internasional. Tidak ada hukum perlindungan hak cipta di Timor Leste.
Salah satu proyek jangka panjang menjanjikan yang pernah ada adalah pengembangan dan
exploitasi minyak bumi dan gas alam bersama dengan Australia di sebelah tenggara perairan
Timor. Setelah revolusi Anyelir, pemerintahan kolonial Portugis memberikan konsesi pada
Oceanic Exploration Corporation untuk pengembangan dan exploitasi tersebut. Namun, hal ini
gagal terlaksana dikarenakan oleh Operasi Seroja pada tahun 1976. Kemudian setelahnya,
sumber daya dibagi antara Indonesia dan Australia dengan Perjanjian Celah Timor pada tahun
1989. Saat ini tiga bank asing memiliki cabang di Dili: ANZ National Bank, Banco Nacional
Ultramarino yang merupakan anak perusahaan dari bank terbesar Portugal Caixa Geral de
Depsitos, dan Bank Mandiri Sejak kemerdekaan Timor Leste pada tahun 2002, setelah sejak
tahun 1999 di bawah pemerintahan transisi PBB, berdasarkan konstitusi Timor Leste memiliki 2
bahasa resmi yaitu Bahasa Tetun dan Bahasa Portugis. Selain itu dalam konstitusi disebutkan
pula bahwa Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kerja. Dalam praktek
keseharian, masyarakat banyak menggunakan bahasa Tetun Portugis sebagai bahasa ucap.
Sementara bahasa Indonesia banyak dipakai untuk menulis. Misalnya anak sekolah di tingkat
SMA masih menggunakan bahasa Indonesia untuk ujian akhir. Banyak mahasiswa dan dosen
lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis karangan
ilmiah. Selain itu terdapat pula belasan bahasa daerah, diantaranya: Bekais, Bunak, Dawan,
Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero, Makasai, Mambai,
Tokodede, dan Wetarese. Di bawah pemerintahan Suharto, penggunaan bahasa Portugis dilarang.
Saat ini bahasa Portugis di Timor Leste diajarkan dan dipromosikan secara luas dengan bantuan
dari Brasil dan Portugal, meskipun terdapat keengganan dari beberapa kalangan muda
berpendidikan. Menurut Laporan Pembangunan PBB 2006, hanya kurang dari 5% dari penduduk
Timor berbicara bahasa Portugis secara fasih. Meskipun demikian, validitas laporan ini
dipertanyakan oleh para anggota institut linguistik nasional Timor, yang mempertahankan
pendapat bahwa bahasa Portugis diucapkan hingga 25% dari penduduk Timor. Seiring dengan
bahasa lokal lainnya, bahasa Tetum merupakan bahasa yang paling umum digunakan untuk
berkomunikasi, sementara itu bahasa Indonesia masih banyak digunakan di media dan sekolah
dari SMA hingga perguruan tinggi. Sebagian besar kata dalam bahasa Tetum berasal dari bahasa
Portugis, tetapi juga terdapat kata-kata serapan dari bahasa Indonesia, contohnya adalah notasi
bilangan.
II.2 Peluang Timor Leste Menjadi Anggota ASEAN
Sejak Timor Leste memutuskan berpisah dengan Indonesia, mantan provensi termuda yang
pernah menjadi bagian dari Indonesia tersebut dihatui persoalan multidimensi seperti politik,
sosial dan ekonomi. Tentu ini merupakan pekerjaan rumah yang sangat sulit tentunya yang akan
dihadapi oleh pemerintahan pertama yang akan memimpin Timor Leste. Salah satu alternatif
untuk mengangkat derajat negara termuda ini dalam kancah dunia internasional adalah dengan
mengikatkan diri atau bergabung bersama salah satu organisasi internasional, hal yang sangat
sulit memang sebab berpredikat sebagai negara baru merdeka dan belum memiliki inprastruktur
5
yang bagus dan masih tertatih-tatih dan dengan kondisi yang belum stabil tentu mustahil hal
tersebut dapat terwujud. Salah satu organisasi internasional yang tepat untuk Timor Leste adalah
ASEAN, hal ini berkaitan erat dengan historis yang dimiliki oleh negara tersebut yang pernah
dipimpin oleh Xanana Gusmao tersebut. Tetapi bukan berarti Timor Leste tidak bisa menjadi
anggota ASEAN berikutnya, sejak diberlakukannya ASEAN Charter pada tanggal 15 Desember
2008 dalam Pasal 6 disebutkan penerimaan keanggotaan baru dalam tubuh ASEAN harus
memenuhi kriteria seperti letak geografis suatu negara diakui berada di wilayah Asia Tenggara.
Tentu saja kriteria ini modal dasar yang kuat dimiliki oleh Timor Leste yang dulunya merupakan
bagian dari Indonesia. Tentu ada hal lebih penting lagi yang harus dipikirkan oleh negara
demokrasi termuda tersebut, yaitu tanpa adanya pengakuan dari keseluruh anggota ASEAN
kriteria pertama diatas tidak ada artinya. Dengan kembali terpilihnya Indonesia memimpin
ASEAN yaitu pada tahun 1967 dan 2011, Timor Leste dapat meminta bantuan Indonesia untuk
menyakinkan kesembilan negara anggota ASEAN lainnya untuk menerima Timor Leste menjadi
anggota yang kesebelas. Para Menteri Luar Negeri ASEAN pernah berkumpul dalam suatu
pertemuan untuk bersepakat membentuk kelompok kerja yang akan membahas semua aspek
mengenai kesiapan Timor Leste memenuhi kriteria sebagai anggota ASEAN. Menurut
pengakuan Menteri Luar Negeri Indonesia yaitu Apakah memenuhi kriteria Pasal 6 Piagam
ASEAN. Dalam Pasal 6 Piagam ASEAN menyebutkan kriteria untuk menjadi anggota ASEAN
yakni letaknya secara geografis berada di kawasan Asia Tenggara, pengakuan oleh seluruh
negara anggota ASEAN, kesepakatan untuk terikat dan tunduk pada Piagam, dan kesanggupan
dan keinginan untuk melaksanakan kewajiban keanggotaan. Di pasal 6 ayat 3 Piagam ASEAN
menyebutkan, penerimaan anggota baru wajib diputuskan secara konsensu oleh Konferensi
Tingkat Tinggi ASEAN berdasarkan rekomendasi Dewan Koordinasi ASEAN. Selain
membentuk kelompok kerja, para Menteri Luar Negeri ASEAN menyambut baik permohonan
Timor Leste menjadi anggota ASEAN. Namun, Menteri Luar Negeri Indonesia enggan
menjelaskan tentang permohonan tersebut diterima atau ditunda, tentu istilah welcome dalam
politik memiliki makna cukup penting, menurut Marty Natalegawa. Ia menekankan bahwa sikap
ASEAN yang menyambut baik permohonan Timor Leste untuk bergabung dengan ASEAN
sepatutnya digunakan sebagai peluang besar bagi Timor Leste menjadi anggota ASEAN. Secara
resmi Menteri Luar Negeri Timor Leste yaitu Leste Zacarias Albano da Costa, telah
menyampaikan aplikasi untuk menjadi menjadi anggota perhimpunan negara-negara di kawasan
Asia Tenggara itu. Menlu Timor Leste juga telah bertemu dengan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan beliau sangat mendukung aplikasi Timor Leste untuk bergabung dengan
ASEAN. Tentu hal ini menjadi angin segar bagi Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN
yang kesebelas, sebab Indonesia merupakan negara pendiri sekaligus negara yang paling
berpengaruh di ASEAN tentu dengan kondisi ini Timor Leste dapat memanfaatkan memontum
ini sebaik-baiknya. Indonesia bahkan telah bekerja sama menyusun road map menuju
keanggotaan Timor Leste dalam ASEAN. Road map tersebut meliputi tiga bidang, yakni politik,
ekonomi, dan sosial budaya. Road map ini akan dibawa ke kabinet Timor Leste.
Tidak saja Indonesia mendukung Timor Leste untuk bergabung ke dalam tubuh ASEAN, negara
yang pernah bersengketa dengan Thailand untuk memperebutkan Kuil Preah Viearh yaitu
Kamboja pun memberikan dukungan kepada Timor Leste untuk segera mendapatkan status
keanggotaan penuh ASEAN sehingga dapat mendukung integrasi ekonomi regional atau Asean
Economic Community (AEC) pada 2015. Dalam konfrensi persnya, Perdana Menteri Kamboja
Hun Sen menyatakan keanggotaan Timor Leste merupakan hal yang patut didukung dalam KTT
Asean ke-18 di Jakarta.
pendapatan pemerintah berasal dari migas), sedangkan pendapatan negara lainnya relatif kecil
dan tidak mempunyai peran sebagai sumber pembiayaan pembangunan.
Indikasi lain yang menjadi sorotan yaitu terkait dengan beragamnya pertemuan dalam kerjasama
regional ASEAN. Berdasarkan pertimbangan bahwa setiap tahunnya organisasi ASEAN
melakukan pertemuan tidak kurang dari 620 pertemuan tingkat hubungan luar negeri, agrikultur,
dan pertukaran budaya. Menghadiri 620 pertemuan ASEAN per tahun, tentunya akan
membutuhkan pengeluaran keuangan yang besar bagi negara yang masih berjuang membenahi
kerusakan dan menetapkan infrastruktur dasar. Sebagai anggota ASEAN, Timor Leste juga akan
diharapkan untuk menjadi tuan rumah beberapa pertemuan yang bergantung pada kepentingan
mereka, yang mana memerlukan biaya jutaan dollar untuk membenahi fasilitas konfrensi. Selain
itu, kondisi ini tidak
hanya sebatas pemenuhan keuangan semata, namun juga menekankan pada sumber daya
manusia yang sangat terbatas. Kementerian Luar Negeri saat ini mempekerjakan setidaknya 85
orang, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, dan jumlah ini hanya 55 orang diplomat.
Nampaknya terdapat kewajiban moral bagi Indonesia untuk mendukung Timor Leste yang
merupakan bekas negara kolonialnya sebagai kompensasi untuk perlakuan tragis yang dituding
sebagai salah satu pelanggaran hak asasi manusia (HAM), yang terjadi sebelum dan selama masa
krisis di tahun 1999. Selain itu, Timor Leste juga mendapatkan dukungan dari negara anggota
ASEAN lainnya, seperti Thailand dan Kamboja. Akan tetapi, pandangan bertolak belakang
diperlihatkan negara anggota ASEAN, khususnya Singapura. Singapura beranggapan bahwa
Timor Leste belum siap menyerap tantangan dan kompleksitas di lingkungan ASEAN, terlebih
upaya ASEAN mencanangkan pembentukan Komunitas ASEAN 2015. Singapura berpandangan
bahwa masuknya Timor Leste di ASEAN saat ini dapat menggagalkan implementasi Komunitas
ASEAN, khususnya ASEAN Economic Community (AEC).
Melihat keterbatasan ekonomi dan finansial serta sumber daya manusia diatas, tantangan yang
dihadapi Timor Leste apabila menjadi anggota penuh di ASEAN, tidak saja mematuhi instrumen
hukum dan implementasi prinsip dasar dan tujuan ASEAN. Akan tetapi, ASEAN mensyaratkan
persiapan dan peningkatan institusi internal untuk menyambut pembentukan Komunitas ASEAN
yang dicanangkan pada tahun 2015. Dengan keterbatasan finansial, sumber daya manusia, dan
tingkat pembangunan ekonomi yang rendah menimbulkan keraguan yang kuat untuk menerima
keanggotaan awal Timor Leste di ASEAN. Hal ini berpotensi mengarah pada satu tahap
kemunduran ketika ASEAN sedang bergerak menuju pembentukan Komunitas ASEAN 2015.
Mengacu pada uraian diatas, keberatan Singapura bukan tanpa alasan. Mempertimbangkan
perkembangan ekonomi Timor Leste yang dikategorikan rendah dipersepsikan dapat
menghambat visi ASEAN. Keyakinan ini didasarkan bahwa penambahan negara baru (Timor
Leste) yang lebih miskin akan memperlambat upaya ASEAN mencapai pembentukan Komunitas
ASEAN 2015. Selain itu, Timor Leste juga akan diminta untuk meninjau kebijakan ekonominya
dan kesiapan sumber daya manusia. Berdasarkan asumsi tersebut, dalam beberapa kesempatan
sebelum KTT, Singapura menyatakan bahwa penerimaan Timor Leste sebagai anggota sebaiknya
dilakukan setelah Komunitas ASEAN terbentuk pada 2015. Lebih jauh, Singapura memberikan
8
satu lagi opsi yaitu penerimaan Timor Leste setelah permasalahan Kamboja, Myanmar, Laos dan
Vietnam telah mapan.
Upaya Timor Leste Menjadi Anggota ASEAN
Sejak Timor Leste mendapatkan pengakuan dari dunia internasional terhadap kemerdekaannya,
secara langsung menempatkan posisinya untuk terlibat dan mengambil bagian dalam komunitas
ASEAN. Langkah awal yang ditempuh yaitu dengan berpartisipasi dalam rapat dengan negaranegara yang bernaung dalam wadah ASEAN sebagai pengamat. Setelah mendapatkan status
pengamat dalam ASEAN pada tahun 2002, Timor Leste telah mempercepat usahanya dalam
mempersiapkan sumber daya manusia yang mapan untuk mengisi pada pos-pos yang di perlukan
untuk berpartisipasi dalam organisasi ASEAN. Tahun 2005 Timor Leste telah bergabung dengan
ASEAN Regional Forum (ARF) dan pada tahun 2007 menandatangani Treaty of Amity and
Cooperation (TAC). Langkah ini menunjukkan makna bagi kepentingan Timor Leste bergabung
dengan ASEAN. Timor Leste memiliki hubungan diplomasi dengan 10 negara ASEAN. Kini
Timor Leste telah membuka kantor perwakilan di Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, dan Bangkok.
Kedutaan besar Timor Leste di Bangkok juga menangani hubungan dengan Kamboja dan Laos,
sedangkan di Kuala Lumpur juga menangani hubungan dengan Myanmar dan Vietnam.
Selanjutnya, dengan 18 membentuk hubungan diplomatis di 10 negara-negara anggota ASEAN
dan membuka Sekretaris ASEAN nasional di ibu kota negara, Dili, di tahun 2009. Timor Leste
juga menghadiri sejumlah pertemuan ASEAN untuk melengkapi kesiapan dan membangun
kapasitasnya. Usaha seriusnya dalam memasuki kancah keanggotaan ASEAN ditandai saat
Timor Leste akhirnya mengajukan permohonannya secara formal pada 04 Maret 2011. Hal ini
mengindikasikan adanya pengakuan kedaulatan dan komitmen akan keinginan Timor Leste
untuk bekerjasama dengan ASEAN.
Kemungkinan Timor Leste Bergabung ke ASEAN
Walaupun status Timor Leste yang banyak didukung untuk masuk sebagai anggota negara
ASEAN, namun kondisi timor leste yang dipaparkan diatas tidak dapat dipungkiri menjadi bahan
pertimbangan yang sangat besar. beberapa kasus kekacauan politik juga masih melanda timor
leste salah satunya usaha penmbakan Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta dan PM Xanana
Gusmao yang menimbulkan kekcauan terhadap politik di Timor leste. hal ini sangat menjadi
pertimbangan bagi ASEAN untuk menjadikan Timor Leste menjadi anggota penuh, karena dari
sisi militer saja Timor Leste masih mendapat bantuan dari PBB dan tentara Australia. hal ini
tidak dapat terjadi secara menerus menimbang biaya untuk keamanan tersebut yang tidak murah
dan ekonomi timor leste yang akan semakin terpuruk karena hal ini. menjadi beban lah jika disisi
lain Timor Leste harus memenuhi kewajiban dalam menjalankan Asean Economic Community.
Dari hasil pertimbangan tersebut Timor Leste masih sulit menjadi anggota penuh dari ASEAN.
10
BAB III
PENUTUP
Bagaimana pun juga bergabungnya Timor Leste ke dalam ASEAN akan membuat
organisasi yang dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967 tersebut akan menjadi tambah solid dan
mampu memberikan sumbangan untuk menciptakan ketertiban, keamanan serta stabilitas di
kawasan Asia Tenggara. Perdana Menteri Xanana Gusmao menyatakan bahwa saat ini Timor
Leste dalam keadaan stabil dengan keamanan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat baik.
Dengan situasi itu, mendorong motivasi masyarakat Timor Leste untuk berpartisipasi lebih aktif
lagi dalam forum kerja sama regional agar mendatangkan investasi lebih besar ke negaranya.
Semangat Timor Leste untuk menjadi bagian dari ASEAN patut diacungi jempol, hal ini
ditunjukkan sejak digulirkannya Bali Democracy Forum yang pertama tahun 2008 Timor Leste
tidak pernah absen dari perhelatan tersebut. Sesungguhnya Indonesia memegang peran yang
sangat penting dalam keanggotaan Timor Leste mendatang di ASEAN, kecuali Timor Leste tidak
mampu mendekati Indonesia untuk meminta bantuannya membujuk kesembilan negara anggota
lainnya menerima Timor Leste sebagai anggota penuh di ASEAN, tentu hal ini bisa membawa
citra positif di dunia internasional jika Indonesia mampu membantu Timor Leste. Maka dari itu,
tidaklah mustahil pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang akan dilaksanakan di
Jakarta pada bulan November 2011 dan pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh ASEAN
menjadi sejarah baru bagi negara Timor Leste dan mampu mengangkat pamor ASEAN di dunia
internasional. Meskipun ada salah satu negara anggota ASEAN secara jelas dan terang-terangan
tidak memberikan dukungan untuk bergabungnya Timor Leste ke dalam tubuh ASEAN, tentu ini
tantangan tersendiri bagi negara baru tersebut, sebab keikutsertaan Timor Leste dalam ASEAN
harus didukung oleh kesepuluh negara anggota ASEAN, jika salah satu negara anggota
menolaknya harapan Timor Leste untuk bergabung di Asia Tenggara akan sirnah hal ini sesuai
dengan Piagam ASEAN.
11
DAFTAR PUSTAKA
Algooth Putranto & Diena Lestari, http://bisnis- jabar.com/index.php/berita/kamboja-dukungtimor-leste-gabung-asean, diakses pada tanggal 5 April 2015
Anonim, http://www.embassyofindonesia.org , 2011,PM. Xanana Gusmao Hadiri Resepsi
Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di KBRI Washington D.C. diakses pada tanggal 4 April
2015
Anonim, http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/, 2012, Home >
Internasional > Global , Indonesia akan Bantu Timor Leste Masuk ASEAN , diakses pada
tanggal 4 April 2015
Anonim,http://www.tempo.co/read/news/2011/11/16/118366931/ASEAN-Bentuk-KelompokKerja-Bahas-Timor-Leste diakses pada tanggal 5 May 2015
Anonim, SBY Setujui Timor Leste Gabung ASEAN,
http://www.jpnn.com/read/2011/03/04/85733/SBY-Setujui-Timor-Leste-Gabung-ASEAN,
diakses pada tanggal 4 April 2015
Fitrianto, Dahono, Satu Negara Keberatan Timor Leste Gabung ASEAN,
http://internasional.kompas.com/read/2011/05/23/21010161/Tak.Setuju.Timor.Jadi.Anggota.ASE
AN, diakses pada tanggal 5 April 2015.
Freitas Amaral, Helder Olivio, 2011, Rencana Bergabungnya Timor Leste Menjadi Anggota
Asean Dan Implikasinya Terhadap Hubungan Bilateral Antara Australia-Timor Leste,
UNIKOM, Bandung. Harmadi, 2012,
Harmadi, Sonny Harry B, Timor-Leste Menatap Masa Depan,
http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/ diakses pada tanggal 3 April 2015
Piagam ASEAN
12