ABSTRAK
Konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Tujuan teori ini adalah adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung
jawab seseorang
itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya, membantu siswa untuk
mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap,
mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Lebih
menekan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
memfokoskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka, bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan meraka melalui asimilasi dan akomodasi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses
pembelajaran, siswa-lah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang
harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan teman atau orang lain.
Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
Kata kunci : konstruktivisme, pengetahuan, proses belajar, guru, siswa.
A. Pendahuluan
Perkembangan dan kemajuan zaman yang terjadi dalam berbagai aspek
kehidupan menyebabkan dunia ini sangat bervariasi dan terdapat hal-hal yang
menarik untuk diketahui. Berbagai aspek yang mengalaimi perkembangan
misalnya, bidang IPTEK, bidang penelitian, bidang kepemerintahan, bidang
pendidikan dan berbagai bidang-bidang lainya. Adanya berbagai perubahan ini
bermuara pada suatu hal yaitu pada bidang Pendidikan. Bidang Pendidikn
merupakan faktor mendasar dalam berbagai hal untuk memperbaiki sumber
daya manusia yang handal.
Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik
manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki. Karakteristik manusia
masa depan yang dikehendaki tersebut adalah manusia-manusia yang memiliki
kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil
keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang
terus menerus untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu suatu
proses (to) learn to be. Mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan
masalah yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya. (
Raka Joni , 1990) 1
Langkah strategis bagi perwujudan tujuan di atas adalah adanya layanan
ahli pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi. Student active
learning atau pendekatan cara belajar siswa aktif di dalam pengelolaan kegiatan
belajar mengajar yang mengukui sentralitas peranan siswa di dalam proses
belajar, adalah landasan yang kokoh bagi terbentuknya manusia-manusia masa
depan yang diharapkan.
Untuk melaksanakan itu semua diperlukan penanganan yang
memberikan perhatian terhadap aspek strategis pendekatan yang tepat ketika
individu belajar. Dengan kata lain, pendidikan ditantang untuk memusatkan
perhatian pada terbentuknya manusia masa depan yang memiliki karakteristik
diatas. Kajian terhadap teori belajar konstruktivistik dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran memungkinkan menuju kepada tujuan tersebut. Dalam makalah
ini akan dibahas secara lebih spesifik mengenai definisi, tujuan, karakteristik,
kelebihan dan kekurangan, ruang lingkup serta langkah-langkah dalam teori
belajar dan pembelajaran konstruktivisme.
B. Pembahasan
1. Pengertian, ruang lingkup teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak dari teori pembelajaran
Behaviorisme yang didukung oleh B.F Skinner yang mementingkan
perubahan tingkah laku pada pebelajar. Pembelajaran dianggap berlaku
apabila terdapat perubahan tingkah laku kepada pelajar, contohnya dari
tidak tahu kepada tahu. Hal ini, kemudiannya beralih kepada teori
pembelajaran kognitivisme yang diperkenalkan oleh Jean Piaget di mana
ide utama pandangan ini adalah mental.
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2005), 55
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007), 124.
dengan
pengalamanya.
Konstruktivisme
sebenarnya
bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita
selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi
pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan
menjadi lebih dinamis.
Von Glasersfeld mengatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah
konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur
konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya. 3
Menurut para penganut konstruktiv, pengetahuan dibina secara aktif
oleh seseorang yang berfikir. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan
dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik
akan menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang disampaikan guru
dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui
berintekrasi sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya. 4 Konsep
Belajar merupakan
pengetahuan
dan
bukan
proses
proses
aktif
menerima
untuk mengkonstruksi
pengetahuan.
Proses
pengetahuan.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang
subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya
dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek
menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh
realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh
subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan
disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang
berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses
rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses
pembelajaran, siswa-lah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah
yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar
atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan.
Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri
sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan
adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium,
diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian diaplikasikan dan dijadikan
ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya tujuan dari mendidik dan
mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada peserta didik.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik
yaitu:
1. Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang
relevan.
2. Mengutamakan proses.
3. Menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman sosial.
4. Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Dalam konsep belajar Konstruktivistik, fornot mengemukakan aspekaspek konstruktivitik sebagai berikut: adaptasi (adaptation), konsep pada
lingkungan (the concept of envieronmet), dan pembentukan makna (the
construction of meaning).5
Dari ketiga aspek tersebut oleh J. Piaget, adaptasi terhadap lingkungan
dilakukan melalui empat proses yaitu skemata, asimilasi dan akomodasi dan
Equilibrium. 6
Skemata, manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Manusia cendrung mengorganisasikan tingkah laku dan
pikirannya. Hal itu mengakibatkan adanya sejumlah struktur spikologis
yang berbeda bentuknya pada setiap fase atau tingkatan perkembangan
tingkah laku dan kegiatan berfikir manusia. Struktur ini disebut dengan
struktur pikiran (intelektual scheme). Dengan demikian, pikiran harus
memiliki suatu struktur yaitu skema yang berfungsi melakukan adaptasi
dengan lingkungan dan menata lingkungan itu secara intelektual.
Asimilasi
adalah
proses
kognitif
dimana
seseorang
5
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogyakarta: Ar Ruzz Media,
2011), 117.
6
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, teori Belajar dan Pembelajaran, 118
adaptasi
terhadap
lingkungannya
maka
terjadilah
Ibid., 108.
Ibid., 109
9
Agus Suprijono, Cooperative Learnig Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2012), 36-38.
8
Tabel 1.
Kelas Konstruktivisme Dan Tradisional
Konstruktivisme
Tradisional
informasi
Behaviorisme
Pengetahuan bersifat
objektif,pasti, tetap,
terstruktur, rapi
Belajar adalah perolehan
pengetahuan
Memindahkan pengetahuan
kepada orang yang beajar
Penjiplak struktur pengetahuan
Pembelajar diharapkan
memiliki pemahaman yang
sama dengan pengajar
Konstruktivisme
Non-objektif, temporer
selalu berubah
Pemaknaan pengetahuan
Menggali makna
Menginterpretasi sehingga
muncul makna uang unik
Pembelajar bisa memiliki
pemahaman berbeda
terhadap pengetahuan yang
dipelajari
Pengelolaan
Pembelajaran
Kegagalan dan
keberhasilan
pembelajaran
Tujuan
pembelajaran
Strategi
pembelajaran
Evaluasi
Pembelajar dihadapkan
pada lingkungan belajar
yang bebas
Kebebasan merupakan
sistem yang sangat esensial
Kegagalan atau
keberhasilan, kemampuan
atau ketidakmampuan
dilihat sebagai interpretasi
yang berbeda yang perlu
dihargai
Kebebasan dipandang
sebagai penentu
keberhasilan
Respons pasif.
Menuntut satu jawaban benar.
Evaluasi merupakan bagian
terpisah dari belajar.
Penggunaan pengetahuan
secara bermakna.
Mengikuti pendangan
pembelajar.
Aktivitas belajar dalam
konteks nyata.
Menekankan pada proses
Penyusunan makna secara
aktif.
Menuntut pemecahan
ganda.
Evaluasi merupakan bagian
utuh dari belajar
10
Ibid., 41-42.
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan (Jokyakarta: Kanisius, 1997), 65.
11
pengalaman
belajar
yang
memungkinkan
siswa
12
Ibid., 66
12
13
Paulina Pannen, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, (Jakarta: Proyek Pengambangan
Universitas Terbuka Dirjen Dikti Depdiknas, 2001), 24
14
Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran, 109-110.
13
14
Tekanan ada pada siswa yang belajar dan bukan pada disiplin atau pun guru
yang mengajar.
Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar dapat digunakan
model pembelajaran yang melibatkan beberapa langkah, yaitu:
1. Pengenalan
2. Pembelajaran kompetensi
3. Pemulihan
4. Pendalaman
5. Pengayaan
D. DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih, 2005, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Renika Cipta.
Agus Suprijono, 2012, Cooperative Learnig Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ella Yulaelawati, 2004, Kurikulum dan Pembelajaran; Filosofi Teori dan
Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, 2011, Belajar dan Pembelajaran.
Jogyakarta: Ar Ruzz Media
Paulina Pannen, 2001, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, Jakarta: Proyek
Pengambangan Universitas Terbuka Dirjen Dikti Depdiknas.
Paul Suparno, 1997, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta:
Kanisius.
15
OLEH :
MOHAMMAD IMAM SYAMRONI LATIF
NIM. 18201321025
16