Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

TUGAS AKHIR

Oleh

SUGI PRASETYO
071.11.339

JURUSAN TEKNIK PERMINYKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2015

Evaluasi Keberhasilan Metode Injeksi Air Pada Lapangan 'S' Dengan


Menggunakan Simulasi Reservoir

Proposal Tugas Akhir

Oleh

SUGI PRASETYO
071.11.339

JURUSAN TEKNIK PERMINYKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2015
I.

JUDUL

"Evaluasi Keberhasilan Metode Injeksi Air Pada Lapangan 'S'


Dengan Menggunakan Simulasi Reservoir"

II.

LATAR BELAKANG
Pada studi kasus dalam kurun waktu teakhir ini, produksi minyak semakin

lama semakin menurun. Hal itu disebabkan salah satunya karena sumur produksi
yang masih beroperasi pada beberapa lapangan di Indonesia sudah menua. Sumursumur tersebut kini rata-rata sudah tidak dapat berproduksi dengan alamiah
(natural flow) pada tahap primary recovery, oleh sebab itu operasi perolehan
minyak tahap kedua (secondary recovery) dilakukan dengan maksud untuk
memperoleh minyak sisa di reservoir yang tidak dapat diambil dengan metode
tahap pertama (primary recovery). Dalam operasi perolehan tahap kedua ini, suatu
fluida diinjeksikan ke dalam reservoir minyak sisa tersebut bukan untuk
mempertahankan energi reservoir, tetapi secara fisik mendesak minyak sisa dari
reservoir. Water flooding (injeksi air) merupakan salah satu dari metode perolehan
tahap kedua dengan menginjeksikan air kedalam reservoir sebagai fluida pendesak
untuk meningkatkan faktor perolehan minyak yang banyak digunakan dalam
industri perminyakan, karena water flooding mempunyai banyak keuntungan
daripada metode perolehan tahap kedua yang lainnya, diantaranya yaitu :
air tersedia dalam jumlah yang melimpah,
air relatif mudah diinjeksikan,
air mampu menyebar melalui formasi bearing minyak, dan
air lebih efisien dalam mendesak minyak.
Pada awalnya metode water flooding ini dilakukan dengan menginjeksikan
air ke dalam sumur tunggal; saat zone yang terinvasi air meningkat dan sumursumur yang berdekatan dimana air tidak menjangkaunya dijadikan sumur
penginjeksi untuk memperluas daerah invasi air. Ini dikenal sebagai circle
flooding. Teknik ini kemudian diperbaiki oleh Forest Oil Corp. dengan

mengubah beberapa sumur produksi menjadi sumur injeksi air dan membentuk
suatu pola line drive.

III.

MAKSUD DAN TUJUAN


Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi cadangan dan

perilaku reservoir berdasarkan perbandingan skenario injeksi air yang akan


diterapkan. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah untuk membandingkan
faktor perolehan minyak berdasarkan pola injeksi dalam meningkatkan perolehan
produksi minyak secara optimal.

IV.

METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan penulisan tugas akhir ini

adalah studi lapangan, simulasi, dan diskusi. Studi lapangan dilakukan dengan
menganalisa data-data lapangan yang berhubungan dengan judul tugas akhir ini
dan akan diaplikasikan pada simulasi reservoir. Diskusi dilakukan terutama
dengan pembimbing.

V.

TEORI DASAR
Pada banyak reservoir minyak, tekanan reservoir akan berkurang selama

produksi berlangsung. Penurunan tekanan reservoir di bawah tekanan jenuh


(bubble point) dari hidrokarbon mengakibatkan keluarnya gas (komponen
hidrokarbon yang ringan) dari dalam minyak. Gelembung gas akan membentuk
fasa yang bersinambungan dan mengalir ke arah sumur-sumur produksi, bila
saturasinya melampaui harga saturasi equilibrium. Terproduksinya gas ini akan
mengurangi energi yang tersedia secara alami untuk memproduksikan minyak,
sehingga jumlah minyak yang dapat diproduksikan (recovery) secara alami dapat

berkurang pula. Secara umum dapat dikatakan bahwa penurunan tekanan yang
tidak terkontrol memberikan kontribusi terhadap pengurangan recovery.
Penurunan tekanan reservoir dapat diperlambat secara alami bila
penyerapan reservoir oleh sumur-sumur produksi diimbangi oleh perembesan air
ke dalam reservoir dari aquifer. Air ini berperan sebagai pengisi atau pengganti
minyak yang terproduksi, disamping berperan sebagai media pendesak. Mekanik
produksi minyak yang mengandalkan tenaga pengembangan dari gas yang keluar
dari larutan (depletion drive). Kenyataan ini mendorong orang untuk melakukan
proses penginjeksian air (water flooding) dari permukaan bumi ke dalam reservoir
minyak.
Water flooding merupakan metode perolehan tahap kedua dimana air
diinjeksikan ke dalam reservoir untuk mendapatkan tambahan perolehan minyak
yang bergerak dari reservoir minyak menuju ke sumur produksi setelah reservoir
tersebut mendekati batas ekonomis produktif melalui perolehan tahap pertama.
Penginjeksian air yang dimaksudkan disini merupakan penambahan energi
kedalam reservoir melalui sumur-sumur tertentu, yaitu sumur injeksi. Air ini akan
mendesak minyak mengikuti jalur-jalur arus (stream line) yang dimulai dari
sumur injeksi dan berakhir pada sumur produksi. Pada suatu saat partikel air yang
bergerak dari sumur injeksi ini akan sampai pada sumur produksi, pada saat mana
air mulai terproduksi.
Sekarang timbul pertanyaan, berapa besar volume minyak yang telah
diproduksikan dengan bantuan injeksi air sampai dengan lain produksi yang tidak
bernilai ekonomis. Atau dengan perkataan lain pertanyaan ini menyangkut berapa
besar recovery minyak dalam tahap produksi sekunder itu (proses injeksi air
merupakan tahap produksi sekunder yang proses pelaksanaannya mengikuti tahap
produksi primer). Pertanyaan ini sebenarnya memerlukan jawaban sebelum
keputusan untuk melaksanakan proses penginjeksian air diambil.

Pada umumnya dipegang prinsip bahwa sumur-sumur yang sudah ada


sebelum injeksi dipergunakan secara maksimal pada waktu berlangsungnya
injeksi nanti. Jika masih diperlukan sumur-sumur baru maka perlu ditentukan
lokasinya. Untuk memilih lokasi sebaiknya digunakan peta distribusi cadangan
minyak tersisa. Di daerah yang sisa minyaknya masih besar mungkin diperlukan
lebih banyak sumur produksi daripada daerah yang minyaknya tinggal sedikit.
Peta isopermeabilitas juga membantu dalam memilih arah aliran supaya
penembusan fluida injeksi (breakthrough) tidak terjadi terlalu dini.
Untuk meningkatkan faktor perolehan minyak salah satu caranya adalah
dengan efisiensi yang sebaik-baiknya dengan membuat satu caranya adalah
dengan mendapatkan efisiensi yang sebaik-baiknya dengan membuat pola sumur
injeksi-produksi. Tetapi kita harus tetap memegang prinsip bahwa sumur yang
sudah ada sebelum injeksi harus dapat digunakan semaksimal mungkin pada
waktu berlangsungnya injeksi nanti.
Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan pola sumur injeksi produksi
tergantung pada:
1

Tingkat keseragaman formasi, yaitu penyebaran permeabilitas ke arah

lateral maupun ke arah vertikal.


Struktur batuan reservoir meliputi patahan, kemiringan, dan ukuran.
Sumur-sumur yang sudah ada (lokasi dan penyebaran).
Topografi.
Ekonomi.
Pada operasi waterflooding sumur-sumur injeksi dan produksi umumnya
dibentuk dalam suatu pola tertentu yang beraturan, misalnya pola tiga titik,lima
titik, tujuh titik, dan sebagainya. Pola sumur dimana sumur produksi dikelilingi
oleh sumur-sumur injeksi disebut dengan pola normal. Sedangkan bila sebaliknya
yaitu sumur-sumur produksi mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola
inverted. Masing-masing pola mempunyai sistem jaringan tersendiri yang mana

memberikan jalur arus berbeda-beda sehingga memberikan luas daerah penyapuan


yang berbeda-beda. Diantara pola-pola yang paling umum digunakan :

Direct line drive

: sumur injeksi dan produksi membentuk garis

tertentu dan saling berlawanan. Dua hal penting untuk diperhatikan dalam sistem
ini adalah jarak antara sumur-sumur sejenis dan jarak antara sumur-sumur tak
sejenis

Staggered line drive : sumur-sumur yang membentuk garis tertentu

dimana sumur injeksi dan produksinya saling berlawanan dengan jarak yang sama
panjang, umumnya adalah 1/2 yang ditarik secara lateral dengan ukuran tertentu.

Four spot

: terdiri dari tiga jenis sumur injeksi yang

membentuk segitiga dan sumur produksi terletak ditengah-tengahnya.

Five spot

: Pola yang paling dikenal dalam waterflooding

dimana sumur injeksi membentuk segi empat dengan sumur produksi terletak
ditengah-tengahnya.

Seven spot

: sumur-sumur injeksi ditempatkan pada sudut-sudut

dari bentuk hexagonal dan sumur produksinya terletak ditengah-tengahnya.


Air yang digunakan untuk diinjeksikan dalam sumur dapat menggunakan
beberapa jenis sumber air, antara lain :
1. Air Formasi

Biasanya mengandung H2S dan CO2 yang terlarut, dan memiliki krosivitas
berbeda-beda.

Terkadang mengandung padatan yang tersuspensi.

Sering dijumpai sulfate reducing bacteria.

Kadang-kadang dapat membentuk scale.

2. Air tawar

Ada yang bersifat korosif, tergantung komposisinya.

Bila benar-benar tawar dapat membentuk scale.

Terkadang mengandung padatan yang tersuspensi.

Harus diperhatikan kecocokannya dengan air formasi.

3. Air permukaan

Sering dijumpai bakteri aerobic.

Banyak mengandung oksigen, korosivitas tergantung komposisi.

Mengandung padatan yang tersuspensi normal.

Jarang membentuk scale, tetapi dapat menyumbat apabila padatan tersuspensi


cukup tinggi.

Dapat menyebabkan clay swelling.

4. Air laut

Jenuh dengan oksigen, sangat korosif.

Mengandung padatan tersuspensi dan organisme laut.

Perlu treatment intensif untuk padatan tersuspensi

Kalsium karbonat sering terbentuk pada sumur injeksi dan alat pemanas.

Banyak mengandung ion sulfat.


Air yang diinjeksikan ke dalam reservoir seringkali menimbulkan

beberapa persoalan, seperti korosi baik pada peralatan di permukaan ataupun di


bawah permukaan, scale, swelling, padatan tersuspensi, gas yang terlarut : yang
kesemuanya itu bisa mengurangi efficiency pendorongan minyak oleh air.
Apabila air yang diinjeksikan berasal dari sumber lain jika bukan dari
formasi yang akan diinjeksi, maka haruslah diperiksa terlebih dahulu sifat
campuran kedua air tersebut. Apakah campuran itu tidak menimbulkan endapanendapan kimia seperti barium sulfat, calcium sulfat, calcium carbonate, sulfida
besi dan oksida besi yang diakibatkan unsur-unsur dari zat-zat tersebut dalam air

injeksi. Jika hal ini terjadi, maka pori-pori formasi akan tersumbat dan injeksi air
akan macet atau kurang lancar. Begitu pula akibat banyaknya oksigen dalam air
injeksi bisa menimbulkan tumbuhnya bakteri dalam pori-pori formasi, sehingga
hal serupa dapat terjadi. Pada pokoknya campuran tersebut selain tidak boleh
menimbulkan endapan, dan tidak boleh merusak formasi, misalnya kalau dalam
formasi kapur tidak boleh menyebabkan larutnya formasi tersebut, juga kalau
dalam formasi clay tidak boleh menimbulkan swelling. Sehingga dikatakan bahwa
sifat campuran kedua air biasa disebut compatibility. Dua macam air lebih
dikatakan compatibility-nya baik apabila campuran tersebut tidak menyebabkan
reaksi apa-apa.
Untuk mencegah problem-problem ditimbulkan seperti diatas, maka dapat
digunakan treatment yang berupa ;
1

Aeration,
Adalah pemecahan air menjadi partikel-peartikel halus ke dalam suatu
ruangan. Proses ini dimaksudkan untuk pengoksidasian besi dan mangan yang
terdapat di dalam air, sehingga hasil oksidasinya dapat tersaring. Aeration juga
digunakan untuk menghilangkan karbondioksida dan hidrogen sulfida dari
dalam air. Aeration, sudah tentu menyebabkan penambahan kadar oksigen
dalam air, dan ini bisa menjadikan air lebih korosif. Akan tetapi metode ini
terutama dipakai untuk air yang mengandung besi, mangan, karbondioksida
dan hidrogen sulfida.

Penambahan zat kimia (chemical treatment)


Chemical treatment ini berfungsi untuk menghilangkan senyawa-senyawa
yang dapat menghilangkan korosi, scale, swelling. Jadi di sini penambahan zat
kimia yang dipergunakan untuk weater treatment pemilihannya bergantung
kepada persoalan yang dihadapi. Misalnya, garam-garam alkali digunakan
untuk menaikkan pH dan menghilangkan karbondioksida ; chlor seringkali
dipakai untuk mengontrol algae, dan sebagainya.

Settling atau pengendapan

Dimaksudkan untuk mengendapkan padatan-padatan yang tersuspensi dalam


air. Sehingga dapat memisahkan benda padat yang halus seperti lumpur, clay,
sand, dan silt dari air. Tempat-tempat yang biasa dipakai untuk pengendapan
ini adalah oil skimmer tank atau skimming pit.
4

Algae treatment
Algae treatment ini dilakukan dengan menambahkan zat-zat kimia seperti
chlor, hypochlorite, tembaga sulfate dan phenol ke dalam air. Caranya adalah
zat-zat tersebut diinjeksikan ke dalam air sebagai gas dalam jumlah yang kecil,
tetapi kontinu.

Penyaringan (filtering)
Penyaringan ini berfungsi sebagai penyaring dari partikel-partikel yang
tersuspensi dalam air, dengan ukuran yang lebih kecil. Dalam prakteknya
dilakukan setelah treatment terhadap zat-zat yang berbentuk endapan.

De-aeration
Yaitu proses pemecahan air menjadi partikel-partikel di dalam suatu ruang
hampa, sehingga oksigen bersatu dengan udara, kemudian dikeluarkan oleh
vacuum pump.

Dalam prakteknya pengolahan-pengolahan tersebut diklasifikasikan dalam tiga


sistem, yaitu sistem terbuka, sistem setengah tertutup, dan sistem tertutup (dalam
garis besarnya seperti pada pressure maintenance).

VI.

RENCANA PELAKSANAAN
Pelaksanaan tugas akhir ini diperkirakan berjalan selama dua bulan (8

minggu) yang. Namun, waktu pelaksanaan tugas akhir ini dapat berubah sesuai
arahan pembimbing dan pihak perusahaan yang terkait.
Berikut adalah perkiraan tahap pelaksanaan tugas akhir:

Waktu

Minggu ke-1
Tinjauan Lapangan dan Geologi
Lapangan

Aktivitas
Mempelajari sejarah lapangan
dan pengumpulan data
Mempelajari stratigrafi dan
struktur lapangan dan
pengumpulan data
Mempelajari tinjauan geologi
lapangan dan pengumpulan
data
Laporan mingguan
Memahami kondisi dan
karakteristik reservoir

Minggu ke-2

lapangan
Mempelajari sejarah produksi
lapangan dan pengumpulan
data
Pengenalan software
simulasi reservoir
Laporan Mingguan

Minggu ke-3

Mempelajari beberapa
persamaan, formula, dan
perhitungan untuk desain
injeksi air
Memasukan data dan
memulai simulasi reservoir
Laporan mingguan

Minggu ke-4 s.d. ke-6

Menentukan laju injeksi air


Membuat peramalan produksi
dan faktor perolehan minyak
untuk pola injeksi air
Menganalisa pola injeksi air
Laporan

Minggu ke-7 s.d. ke-8

Evaluasi
Diskusi
Laporan akhir

VII.

HASIL YANG DIPEROLEH


Beberapa hasil yang akan diperoleh, diantaranya:

1. Peramalan produksi untuk pola injeksi air


2. Perkiraan faktor perolehan minyak
3. Perbandingan faktor perolehan minyak yang optimal berdasarkan laju injeksi air

VIII.

MANFAAT KAJIAN
Dari studi dan analisa pada pemilihan pola injeksi air yang dikaji akan didapat

beberapa hal, sebagai berikut :


1. Bagaimana caranya untuk mendesain proses injeksi air
2. Bagaimana caranya menggunakan software simulasi reservoir untuk membuat
peramalan produksi dan faktor perolehan minyak dari pola injeksi
3. Bagaimana memilih laju injeksi yang optimal pada pola injeksi air untuk lapangan
ini

Anda mungkin juga menyukai