Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
Molase Jerami Padi
B. Latar Belakang
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup banyak &
belum sepenuhnya dimanfaatkan karena selalu dibakar setelah panen, sehingga
masih banyak potensi yang dapat dikembangkan dari limbah pertanian ini, salah
satunya adalah sebagai pakan ternak. Pemanfaatan jerami padi dapat digunakan
sebagai pakan ternak untuk jenis ruminansia seperti sapi potong, kambing &
domba. Akan tetapi nutrisi yang ada pada jerami padi sangat rendah, karna hanya
mengandung serat kasar & silikat yg tinggi sedangkan kadar protein & daya
cernanya rendah. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan nutrisi pada jerami
padi, sehingga bisa menjadi pakan yang baik dan bernutrisi untuk ternak. Usaha
peningkatan nutrisi jerami padi sebagai pakan ternak akan dilakukan pada
praktikumm ini.
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat pakan ternak dari limbah tanaman padi,
2. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik morfologi koloni
mikrobia yang berperan aktif dalam pembuatan pakan ternak ini.

II.
A. Alat dan Bahan

METODE

Alat yang diguankan dalam percobaan kali ini adalah gunting, timbangan
elektrik, ember, kantong plastik (trash bag), pipet ukur, propipet, Laminair flow,
trigalski, mikropopet, gelas beker, gelas ukur, vortex, bunsen, rak tabung reaksi,
cawan petridish, inkubator dan tabung reaksi. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah jerami padi sebanyak 1 kg, urea sebanyak 10 gram, molase, akuades steril,
medium pada NA, medium padat PDA, mikro tube, dan alkohol 70%.
B. Cara Kerja
Jerami padi diambil sebanyak 1 kg kemudian dicacah dengan ukuran
kurang lebih 3 cm. Setelah itu dimasukkan kedalam kantong plastik dan diperciki
dengan cairan urea (10 gr urea dicampur 500ml air) plastik ditutup rapat.
Kemudian diamonisasi selama 3 minggu. Setelah itu jerami dituang kedalam
baskom dan diangin-anginkan selama 6 jam, lalu dilumuri dengan molase hingga
merata. Kemudian jerami dimasukkan kembali kedalam kantong plastik dan
diinkubasi selama 48 jam. Setelah diinkubasi selama 48 jam, kantong plastik
dibuka dan filtrat yang terbentuk pada jerami diambil sebanyak 1 ml dan
ditambahkan dengan 9 ml aquadest. Setelah itu dilakukan pengenceran hingga 10 4

. Pengenceran 10-3 dan 10-4 diinokulasikan ke medium NA dan PDA lalu di

inkubasi selama 48 jam. Setelah diinkubasi, pertumbuhan koloni pada medium


NA dan PDA diamati dan di catat.

III.
A. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah hasil dari pengamatan pada molase jerami padi :


Tabel 1. Hasil pengamatan morfologi jerami padi
Pengamatan
Warna
Minggu I
Kuning jerami
Minggu III
Kecokelatan
Setelah inkubasi Cokelat tua
48 jam
Keterangan

Tekstrur
+
++
+++

Bau
++
+++

= Menyengat/ lunak

++

= Lebih menyengat/ lebih lunak

+++

= Sangat menyengat/ sangat lunak

Tabel 2. Karakteristik morfologi mikroba molase jerami padi pada medium NA


dan PDA
GAMBAR
KARAKTERISTIK
Jenis Mikroba : Bakteri

Pertumbuhan : Sedang

Medium NA 10-4

Jenis Mikroba : Kapang


Pertumbuhan : spreader

Medium PDA 10-4


Tabel 3. Morfologi koloni pada medium NA secara spread plate
Koloni
Bentuk
Tepian
Elevasi
1
Circulair
Entire
Convex

warna
Kuning

Circulair

Entire

Convex
papillate

Putih bening

Circulair

Entire

Convex
papillate

Putih susu

Myceloid

Lobate

Convex
papillate

Bening

B. Pembahasan
Dalam percobaa ini digunakan jerami padi sebagai bahan utamanya.
Jerami

merupakan

limbah

pertanian

terbesar

serta

belum

sepenuhnya

dimanfaatkan. Kandungan xilan jerami padi cukup tinggi yaitu sebesar 20%

(Roberto dkk, 2003). Jerami padi juga mengandung sekitar 34,2% sellulosa,
24,5% hemiselullosa dan 23,4% lignin (Wyman dkk, 1996). Menurut Doyle
(1986), penggunaan jerami padi sebagai pakan merupakan cara yang paling efektif
untuk mengatasi kekurangan pakan ruminansia, karena memiliki proporsi yang
paling besar diantara limbah pertanian.
Susunan jerami atau dalam bahasa Inggris disebut strawbale, sebenarnya
sudah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti diantaranya:
dibakar dan abunya dimanfaatkan untuk pembuatan telor asin, dipakai pada proses
pembakaran bata, atau bersama dengan sekam (kulit padi) dibakar untuk menjadi
pozzolan sebagai komponen bahan bangunan tertentu. Dari berbagai kemungkinan
pemanfaatan jerami yang disebutkan, pemakaian jerami padi sebagai konstruksi
bangunan secara langsung belum banyak dimanfaatkan di Indonesia. Sementara
itu di negara maju, jerami telah dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai
bahan bangunan yang justru mamberikan nilai tambah sesuai kondisi cuaca
setempat, yaitu mampu menjadi insulator pada saat berlangsungnya musim dingin
(Mediastika, 2007).
Pakan serat dapat ditingkatkan mutunya dengan perlakuan alkali, baik
dengan NaOH, Ca(OH)2, atau gas NH3. Perlakuan alkali dapat melarutkan
sebagian lignin dari pakan dan dapat memutuskan ikatan hidrogen antara karbon
nomor dua molekul glukosa dan nomor enam molekul glukosa lain dalam
selulosa. Salah satu perlakuan alkali yang dapat meningkatkan kualitas pakan
serat adalah dengan metode amoniasi menggunakan urea. Pada amoniasi
dibutuhkan enzim urease untuk membantu agar terbentuknya amonia dari larutan
urea

yang

berfungsi

untuk

merenggangkan

ikatan

lignosellulosa

dan

lignohemisellulosa. Prinsip kerja alkali terhadap bahan berserat seperti jerami padi
adalah dengan menggunakan amonia yang dihasilkan dalam proses hidrolisis urea
dengan bantuan
merenggangkan

enzim urease akan terikat dalam jaringan dan dapat


ikatan

lignosellulosa

dan

lignohemisellulosa

sehingga

meningkatkan kandungan protein kasar dan kecernaan. Penggunaan urea pada


proses amoniasi merupakan perlakuan yang sederhana, murah dan mudah yang
dapat diterapkan bagi para peternak di daerah pedesaan, mengingat urea

merupakan bahan

yang mudah didapat dan tidak membutuhkan biaya yang

banyak (Andayani, 2008).


Menurut Komar (1984), teknik amoniasi dapat meningkatkan daya cerna
jerami bagi ternak. Ternak akan lebih mudah mengonsumsi jerami hasil amoniasi
dibandingkan dengan jerami yang tidak diolah. Urea dalam proses amoniasi
berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silika yang
merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami bagi ternak. Lignin
merupakan zat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh ternak. Lignin ini
terkandung dalam bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun pada tumbuhan.
Jerami dan rumput-rumput kering mengandung lignin yang sangat banyak.
Menurut Komar (1984), faktor-faktor yang mempengaruhi proses
amoniasi antara lain:
a.

Bahan utama yang berkualitas,

b.

Takaran pemberian molase,

c.

Jumlah atau takaran urea yang diberikan,

d.

Cara penyimpanan dalam proses amoniasi (pengikatan kantong plastik yang


sudah berisi jerami harus tepat, sehingga tidak ada udara yang tersisa didalam
kantong plastik tersebut).
Manfaat dari pengolahan amoniasi adalah memotong ikatan rantai padi

dan membebaskan sellulosa dan hemisellulosa agar dapat dimanfaatkan oleh


tubuh ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan jerami
padi. Dalam hal ini ikatan tadi lepas diganti mengikat NH3, dan sellulosa serta
hemisellulosa lepas. hal ini mengakibatkan pencernaan meningkat, juga kadar
protein jerami padi meningkat. NH3 yang terikat berubah menjadi senyawa
sumber protein. Dengan demikian keuntungan amoniasi adalah pencernaan
meningkat, protein jerami meningkat, menghambat pertumbuhan jamur dan
memusnahkan telur cacing yang terdapat dalam jerami. Sedangkan manfaat
fermentasi dari jerami padi sendiri adalah untuk meningkatkan protein dari jerami
sehingga dapat dicerna dengan baik oleh sapi (Guntoro, 2008).
Menurut Dougherty (1990) mikroba yang berpern aktif dalam merombak
serat-serat kasar antara lain Acidophilium facilis, Acetobacter liquefaciens,

Cellumonas sp., dan Acenitobacter sp. Mikroba tersebut mampu memanfaatkan


sumber zat nitrogen yang bukan protein seperti urea dan amonia serta
mengubahnya menjadi protein, dengan cara mengikatnya dalam protoplasma
mikroba tersebut, selain itu mikroba tersebut menghasilkan enzim selulase yang
aktif menghidrolisis selulosa. Enzim selulase dihasilkan oleh mikroorganisme
yang bersifat selulolitik. Proses pemecahan selulosa oleh aktivitas enzim selulase
sangat dipengaruhi oleh struktur fisik dari substrat, bentuk kristal umunya sulit
dicerna dari pada bentuk amorf.
Pada percobaan kali ini, penggunaan jerami padi sebagai bahan utama
karena jerami merupakan hasil panen yang juga mengandung air yang banyak
ketika dipanen sehingga dapat digunakan lagi sebagai pakan ternak. Ciri-ciri
jerami padi yang kering yaitu ringan dan kasar sedangkan kandungan dalam
jerami padi yang kering yaitu air dan serat yang sangat tinggi namun rendah
protein. Komposisi kimia jerami padi meliputi bahan kering 71,2%, protein kasar
3,9%, lemak kasar 1,8%, serat kasar 28,8%, BETN 37,1%, dan TDN 40,2%.
Hanya saja yang menjadi faktor pembatas adalah nilai gizinya yang rendah yaitu
mengandung serat kasar dan silikat dalam jumlah tinggi, sedang daya cerna sangat
rendah yang dipengaruhi adanya ikatan lignin, silikat dan kutin. Namun demikian
manfaat jerami padi masih dapat ditingkatkan melalui proses kimia atau dengan
teknologi pengolahan sehingga dapat meningkatkan efektifitas daya cerna oleh
enzim mikrokutin. Salah satu cara yang dianggap paling efektif adalah melalui
jalan fermentasi (Komar, 1984).
Selain penggunaan jerami padi, juga digunakan molase sebagai sumber
glukosa sederhana yang dipecah dari glukosa. Molase merupakan hasil samping
industri gula dan alkohol. Molase bersifat sangat korosif di alam dan
meningkatkan kadar BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (chemical
oxygen demand). Di sisi lain molase dapat menjadi salah satu media fermentasi
yang baik, karena masih mengandung kadar gula 62% (Cheeke, 1999). Urea juga
ditambah karena urea merupakan sumber amoniak dalam proses amoniasi dimana
NH3 (anomiak) ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikroba dalam proses
fermentasi, tidak sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga diartikan sebagai

katalisator dalam proses fermentasi. Disamping itu urea merupakan senyawa


nitrogen yang sangat sederhana dan dapat diubah oleh mikro organisme rumen,
sebagian atau seluruhnya menjadi protein dan dapat meningkatkan intake pakan.
Penggunaan urea pada jerami padi akan meningkatkan pH jerami amoniasi dan
peningkatan ini tidak hanya menyebabkan Nitrogen (N) lepas ke lingkungan tetapi
juga menyebabkan ketidakseimbangan antara keter-sediaan N dan energi pada
rumen sekitar 60 70 persen NH3 yang berasal dari amoniasi menuju ke atmosfer
yang nantinya akan menyebabkan penipisan lapisan ozon (Dass dkk, 2001).
Cheeke (1999), menyatakan bahwa Kandungan serat kasar mengalami
penurunan karena teknik amoniasi dengan menggunakan urea sebagai sumber
NPN dapat menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, hemiselulosa dan silika
yang merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami padi bagi ternak.
Amoniasi yang sempurna ditandai dengan terjadinya perubanahan warna
pada jerami dari kuning kecokelatan menjadi kuning tua, dan juga terjadi
perubahan tekstur yang semula kasar menjadi lunak dan rapuh, hal ini disebabkan
oleh adanya degradasi zat-zat yang seperti lignin, dan silika yang menyebabkan
jerami menjadi keras dan kaku, degradasi ini dilakukan oleh mikrobia yang
digunakan dalam campuran (Syamsu, 2003).
Pada percobaan yang telah dilakukan diawali dengan memotong - motong
jerami padi yang bertujuan untuk mempermudah dalam proses penimbangan dan
jerami padi sebanyak 1 kg ditimbang, kemudian di masukkan kedalam kantong
plastic dan diperciki urea sebanyak 10 gram yang sudah dicampur dengan air
sebanyak 500 mg. Tujuan dipercikinya urea adalah untuk melisiskan ikantan
lignin dengan selulosa sehingga jerami dapat dicerna oleh ternak ruminansia.
Plastik kemudian ditutup rapat dan diinkubasi selama 3 minggu. Setelah amoniasi
selama 3 minggu, plastik berisi jerami padi tersebut dibuka dan diangin- anginkan
selama 6 jam. Setelah 6 jam, jerami padi dilumuri oleh molase hingga rata.
Tujuan dari pemberian molase pada jerami padi tersebut adalah sebagai sumber
energi untuk jerami padi. Selanjutnya, plastik ditutup rapat kembali dan tidak
boleh ada udara didalam plastik kemudian diinkubasi selama 48 jam.

Setelah di inkubasi selama 48 jam, cairan/ air dari fermentasi jerami padi
sebanyak 1 ml diambil dan dimasukkan kedalam 9 ml akuades steril. Langkah
berikutnya dalah dilakukan seri pengenceran sampai 10-4 secara aseptis, pada
pengenceran 10-4 larutan diinokulasikan pada medium agar petri PDA dan NA
masing masing medium 0,1 mikrolite. Kemudian dilakukan inokulsi secara
spread plate dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37C. Morfologi dan
karekteristik mikroorganisme diamati dan dicatat. Digunakannya medium PDA
adalah untuk mengamati pertumbuhan jamur yang terdapat pada cairan
fermentasi molase jerami padi, sedangkan pada medium NA untuk mengamati
pertumbuhan mikroba yang ada pada molase jerami padi. Hal ini membuktikan
proses amoniasi sudah berjalan baik karena ada perubahan warna dan tekstru pada
jerami padi (Syamsu, 2003).
Hasil dari pemgamatan morfologi jerami, pada minggu I jerami padi
berwarna kuning jerami dengan taktur kasar, dan memiliki bau jerami. Pada
minggu ke III warna jerami menjadi kecoklatan dengan tekstur lebih lunak. Pada
minggu ke III jerami padi belum menunjukkan bau yang menyengat karena proses
amoniasi pada jerami padi belum sempurna. Setelah inkubasi 48 jam, warna
jerami padi menjadi coklat tua dengan tektur sangat lunak dan memiliki bau yang
sangat menyengat.
Hasil yang diperoleh pada medium agar petri PDA adalah didapatkan
pertumbuhan bebapa koloni kapang (jamur) yang memiliki warna putih, dengan
pertumbuhan spreader. Spreader dapat diakibatkan karena masih tingginya
jumlah jamur yang ada pada pengenceran 10-4. Pada medium agar petri NA jenis
mikroba yang tumbuh adalah bakteri dengan pertumbuhan sedang. Pada medium
agar petri NA terdapat 4 koloni yang berbeda.
Koloni pertama yang berbentuk circulair, dengan tepian entire, elevasi
convex, dan berwarna kuning. Koloni kedua memiliki bentuk circulair, tepian
entire, elevasi convex papillate, dan berwarna putih bening. Pada koloni memiliki
bentuk circulair, dengan tepian entire, elevasi convex papilllate dan berwarna
putih susu. Koloni keempat memiliki kenampakan dengan bentuk myceloid,
tepian lobate, elevasi convex papillate, serta bening. Dapat dilihat bahwa pada

cairan molase jerami padi terdapat banyak mikroba yang masing- masing
memiliki menfaat.

IV.

SIMPULAN

Dari percobaan molase jerami padi yang telah dilakukan dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai beritku :
1. Pembuatan pakan ternak dengan metode amoniasi (penambahan urea)
diamana jerami diinkubasi selama 3 minggu kemudian ditambahkan
molese sebagai sumber energy. Amonias dikatakan berhasil karena
ditandai dengan terjadinya perubanahan warna pada jerami dari kuning
kecokelatan menjadi kuning tua, dan juga terjadi perubahan tekstur
yang semula kasar menjadi lunak dan rapuh.
2. Koloni pertama yang didapat berbentuk circulair, dengan tepian entire,
elevasi convex, dan berwarna kuning. Koloni kedua memiliki bentuk
circulair, tepian entire, elevasi convex papillate, dan berwarna putih
bening. Pada koloni memiliki bentuk circulair, dengan tepian entire,
elevasi convex papilllate dan berwarna putih susu. Koloni keempat
memiliki kenampakan dengan bentuk myceloid, tepian lobate, elevasi
convex papillate, serta bening.
3. Mikroba yang berpern aktif dalam merombak serat-serat kasar antara
lain Acidophilium facilis, Acetobacter liquefaciens, Cellumonas sp.,
dan Acenitobacter sp.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani J. 2008. Evaluasi Kecernaan In Sacco Beberapa Pakan Serat yang


Berasal dari Limbah Pertanian dengan Amoniasi. Jurnal Imiah Ilmu-ilmu
Peternakan. 11 (2) 88-92.
Cheeke., Peter, R., 1999. Applied Animal Nutrition; Feed and Feeding. Third
Edition. Prentice-Hall, New Jersey. Halaman 210.
Dass, R.S., Verma. A.K., Mehra, V. R. dan Sahu, D. S., 2001. Nutrient Utilisation
and Rumen Fermentatio Pattern In Murrah Buffaloes (Bubalus bubalis) fed
Urea and Urea Plus Hydrochloric Acid Treated Wheat Straw. Journal
Anim. Sci. 14(11) : 1542-1548.
Dougherty E. R. 1990. Probability and Statistics The Engineering, Computing
and Physical Sciences. Prentice-Hall. New Jersey. Halaman 305-306.
Doyle P. T., Devendra C., dan Pearce G. R. 1986. Rice Straw as A Feed
Ruminansis. Internasional Development Program of Australian
Universities and Colleges Ltd (IDP), Canberra. Halaman 55.
Guntoro S. 2008. Membuat Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan. Agromedia
Pustaka, Jakarta. Halaman 43.
Komar, A. 1997. Teknologi Pengolahan Jerami Padi Sebagai Makanan Ternak.
Dian Grahita. Jakarta. Halaman 78-79.
Mediastika C. E. 2007. Potensi Jerami Padi Sebagai Bahan Baku Panel Akustik.
Dimensi Teknik Arsitektur. Jurnal Arsitektur dan Lingkungan, 35 (2) 183189.
Roberto, I.C., Mussatto, S.I., dan Rodrigues, R. 2003. Dilute-acid hydrolysis for
optimization of xylose recovery from rice straw in a semi-pilot reactor. Ind
Crops Halaman 71-172.
Syamsu, A. J. 2003. Kajian fermentasi jerami padi dengan probiotik sebagai
pakan sapi Bali di Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Ternak. 3 (2): 24-31.
Wyman, C.E. 1996. Ethanol production from lignocellulosic biomass: Overview.
Dalam : Wyman CE. (ed). Handbook on bioethanol: Production and
utilization. Tailor & Francis, Washington.

LAMPIRAN

Gambar 1. Koloni 1 dan 2 medium NA


(dokumentasi pribadi)

Gambar 2. Koloni 3 dan 4 medium NA


(dokumentasi pribadi)

Anda mungkin juga menyukai