PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain
menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor
lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak
hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon
yang berbeda beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba,
diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai
Seperti makhluk hidup pada umumnya, pertumbuhan mikroba tentunya
tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu
dapat berupa faktor fisika, faktor kimia, maupun faktor biologi. Namun,
pertumbuham mikroba ini tidak hanya dipengaruhi faktor lingkungan, tetapi
juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Karena ukurannya yang sangat
mikroskopis,
pertumbuhan
mikroba
sangat
tergantung
pada
keadaan
sekelilingnya.
Perubahan faktor lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini
dikarenakan, mikroba menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya.
Maka dari itu dalam praktikum ini kami mencoba untuk melakukan suatu
perlakuan yang dapat mengetahui faktor-faktor lingkungan apa saja yang sesuai
pada pertumbuhan mikroba.
B. Rumusan Masalah
Pengaruh
faktor
ini
akan
memberikan
gambaran
yang
Lestari Erlina D. dan Utomo Setyo B., 2009, Pengaruh Bioksida Pengoksidasi
terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme pada Air Pendingin Sekunder
RSG-Gas, Jurnal SDM Teknologi Nuklir, ISSN 1978-0176.
Pelczar, MJ dan ECS. Chan,2006, Dasar-Dasar Mikrobiologi jilid II, Penerbit
Universitas Indonesia (UI - Press), Jakarta.
Suharjono, 2006, Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS
Brantas Pada Musim Kemarau, Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Brawijaya, Malang.
Suharni, Theresia Tri dkk., 2008, Mikrobiologi Umum, Penerbit Universitas
Atma Jaya, Yogyakarta.
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Prosedur Kerja
Prosedur
kerja
pada
praktikum
Pengaruh
Faktor
Lingkungan
B. Pembahasan
Pada umumnya larutan hipertonik menghambat pertumbuhan
mikrobe karena dapat menyebabkan plasmolisis. Medium yang paling
cocok bagi kehidupan mikrobe adalah medium yang isotonik terhadap isi
sel mikrobe. Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah
menyebabkan plasmolisis. Sebaliknya, mikrobe yang ditempatkan di air
suling (aquades) akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan
pecahnya sel mikrobe tersebut, hal ini dinamakan plasmoptisis. Berdasarkan
hal ini, maka pembuatan suspensi bakteri dengan menggunakan air
murni tidak dapat digunakan.
ini dilakukan
untuk mengetahui
Tekanan
osmotik
juga
sangat
berpengaruh
terhadap
menyebabkan
hancurnya
bakteri.
Pekat
atau
encernya
70%.
HgCl2
dan
merkurocrom
terionisasi
dalam
air
korosi
pada
logam
sehingga
dapat
menyebabkan
sulfihidril. Saat berikatan dengan Hg 2+, enzim ini akan bersifat inaktif
sedangkan enzim ini berperan dalam proses metabolisme mikrobia.
Sehingga proses metabolisme menjadi terganggu dan pertumbuhan
mikrobia menjadi terhambat bahkan mati. Sedangkan untuk alkohol,
alkohol merupakan senyawa dehidrant sehingga saat bakteri diberi
alkohol, air didalam sel akan tertarik keluar. Hal ini akan menimbulkan
tekanan osmotik yang berbeda dari lingkungan luar sehingga sel akan
menjadi lisis. Hasilnya zona yang dihambat alkohol pada B.subtilis jauh
lebih kecil dibandingkan Escherichia coli. Hal ini berarti B.subtilis
memiliki
ketahan
terhadap
alkohol
jauh
lebih
tinggi
dibanding
anaerob
adalah
mikroorganisme
yang
tidak
anaerob
dan
mikroorganisme
mikro
aerofilik
adalah
peka
terhadap
temperatur
dalam
menjalankan
proses
juga dapat
hidup, hanya saja bakteri yang hidup disitu sangat sedikit jika
dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri pada suhu ruang. Hal ini
yang
terlalu
rendah
maupun
suhu
yang
terlalu
tinggi.
massa sel per unit waktu. Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium
mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag,
fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian
eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri,
kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas .
Setiap spesies mikroba memiliki aktivitas yang berbeda-beda dalam
melakukan pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba diartikan sebagai pembelahan
sel atau semakin banyaknya organisme yang terbentuk. Mikroba akan semakin
cepat pertumbuhannya apabila ia diinkubasi dalam suasana yang disukai oleh
mikroba. Kondisi pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari faktor
fisiko-kimia, seperti pH, suhu, tekanan, salinitas, kandungan nutrisi media,
sterilitas media, kontaminan dan paparan radiasi yang bersifat inhibitor. Dalam
proses pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang
cukup serta kondisi lingkungan yang mendukung demi berlangsungnya proses
pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada
umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam
kehidupan. Beberapa jenis mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas
sedang jenis lainnya pada daerah yang terbatas. Pada umumnya batas daerah
tempetur bagi kehidupan mikroba terletak di antara 0oC dan 90oC, sehingga
untuk masing -masing mikroba dikenal nilai temperatur minimum, optimum
dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah nilai paling
rendah dimana kegiatan mikroba masih berlangsung. Temperatur optimum
adalah nilai yang paling sesuai /baik untuk kehidupan mikroba. Temperatur
maksimum adalah nilai tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas
mikroba tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal.
Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap spesies.
Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit didalam
medium pada temperature 60oC; sebaliknya bakteri yang membentuk spora
seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap hidup setelah dipanasi
dengan uap 100oC atau lebih selama 30 menit. Oleh karena itu, proses
sterilisasi untuk membunuh setiap spesies bakteri yakni dengan pemanasan
selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm dan temperatur 121oC di dalam
autoklaf.Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya.
Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan
fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap
perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat
menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi
faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia) meliputi pengaruh suhu, pH dan
pengaruh daya desinfektan dan faktor biotik yaitu antibiose.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang
mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses
pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada
umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kondisi lingkungan yang