Isi Referat
Isi Referat
PENDAHULUAN
Lensa kontak telah banyak digunakan untuk membantu mengatasi kelainan
refraksi. Pemakaian yang ada sekarang ini memiliki fungsi tidak hanya untuk
memperbaiki kelainan refraksi yang ada, akan tetapi juga digunakan sebagai
sarana untuk memperbaiki atau menambah nilai dari penampilan serta untuk
keperluan terapi. Oleh karena penggunaan lensa kontak yang memiliki indikasi
luas tersebut, maka diperlukan pengetahuan yang cukup dalam penggunaannya
(Wahyuni dan Saleh 2007).
Lensa kontak kaca pertama kali dipakai pada tahun 1888 oleh Adolf Fick
dan kemudian dipakai untuk mengobati keratokonus oleh Eugene Kalt. Hasil yang
didapat masih buruk hingga tahun 1945, saat Kevin Tuohy dari Los Angeles
membuat lensa prakornea plastic dengan diameter 11 mm. sejak itu,
perkembangan teknologi lensa telah menghasilkan berbagai jenis lensa yang
secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu lensa kaku dan lensa lunak (Eva
dan Whitcher, 2009).
Berdasarkan hasil survey, paling tidak 25% dari pasien dengan kelainan
refraksi menggunakan lensa kontak. Pada tahun 2004, diperkirakan bahwa 125
juta orang (2%) menggunakan lensa kontak di seluruh dunia (Yanuff dan Duker,
2008). Sekitar 35 juta. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi semua unit
refraksi dan dokter mata pada khususnya untuk dapat memberikan pilihan yang
tepat bagi pengguna lensa kontak agar komplikasi yang merugikan dari
penggunaan lensa kontak dapat dihindari (Wahyuni dan Saleh 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Lensa kontak merupakan suatu alat yang digunakan untuk perbaikan
masalah refraksi, kosmetik, dan untuk tujuan terapeutik sebagai media refraksi
yang buatan pada permukaan anterior mata manusia (White dan Scott, 2008).
2. Sejarah Lensa Kontak
Lensa kontak pertama merupakan lensa sclera kaca berisi cairan. Lensa ini
sulit dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa
tidak nyaman pada mata (Eva dan Whitcher, 2009).
Lensa kontak telah berubah secara dramatis sejak konsep dasar yang
pertama kalinya dideskripsikan oleh Leonardo da Vinci pada abad ke-16 dan oleh
Rene Descartes pada abad ke-17. Pada tahun 1888, Adolf Fick seorang
oftalmologis German, adalah yang pertama berhasil menyesuaikan lensa kontak
yang terbuat dari kaca. Soft contact lens pertama kali diciptakan oleh seorang ahli
kimia Czech, Otto Wichterle dan Drahoslav Lim yang menerbitkan penelitian
berjudul Hydrophilic gels for biological use dalam jurnal Nature pada tahun
1959. Penelitian ini telah menjadi pemicu kepada penciptaan kontak lensa lunak
yang pertama yaitu soft (hydrogel) lenses di beberapa Negara pada tahun 1960.
3. Epidemiologi
Pada tahun 2004, diperkirakan bahwa 125 juta orang (2%) menggunakan
lensa kontak di seluruh dunia. Sekitar 35 juta orang di Amerika Serikat memakai
lensa kontak, yaitu 20% untuk tujuan koreksi refraksi (White dan Scott, 2008).
Penggunaan Lensa kontak lunak telah mencapai angka 100 persen di
Negara seperti Australia, Canada, Denmark, Iceland, Lithuania, Norway,
Romania, dan Taiwan.
Berdasarkan Contact Lens Council. "Statistics on Contact Lens Wear in
the U.S." 7 November 2004 64% wanita menggunakan lensa kontak lunak dan
70% wanita menggunakan lensa kontak rigid/kaku. Sedangkan pria 36%
menggunakan lensa kontak lunak dan 30% menggunakan lensa kontak rigid/kaku.
4) Mudah dirawat
5) Relatif murah.
Kerugian lensa kontak keras seagai berikut:
1) Memerlukan fitting yang lama.
2) Memberikan rasa yang kurang nyaman.
4.1.1.2 Lensa Kaku Gas Permeabel/Rigid Gas-Permeable Lens (RGPLens)
Lensa kaku permeabel udara (RGP) mengoreksi kesalahan refraksi
dengan mengubah kelengkungan permukaan anterior mata.
1) Bahan Pembuatan Lensa
a) Cellulose Acetate Butyrate (CAB)
Merupakan bahan yang pertama kali digunakan dalam pembuatan
lensa kontak RGP. Kelebihan CAB adalah kemampuan permeabilitas
oksigen yang lebih baik daripada PMMA. Kekurangannya adalah lebih
rapuh, daya tahan pemakaiannya lebih singkat dan kualitas penglihatan
yang dihasilkan lebih rendah (Wahyuni dan Saleh, 2007).
b) Silicone Accrylates (SA)
Silicone Accrylates merupakan generasi selanjutnya bahan
pembuatan lensa kontak RGP. Bahan ini berasal dari copolymer antara
silikon dan PMMA. Silikon mempunyai kemampuan permeabilitas
oksigen yang tinggi, akan tetapi silikon bersifat hidrofobik, terlalu lunak
dan fleksibel. PMMA ditambahkan bertujuan untuk meningkatkan
kelembaban dan membuat lensa kontak lebih kaku. Dengan perbandingan
antara PMMA dan silikon 65% dan 35% maka lensa kontak RGP yang
terbentuk akan bersifat kuat, stabil dan permeabilitas tinggi (Wahyuni dan
Saleh, 2007).
c) Fluorine Copolymer
Jenis copolymer yang terbaru adalah fluorosilicone acrylates dan
perfluoropolyether. Fluorine bersifat meningkatkan permeabilitas oksigen
saat melakukan suatu kelarutan. Lensa kontak dengan komposisi fluorine
memiliki nilai Dk (permeabilitas oksigen) yang tertinggi dibandingkan
bahan pembuatan lensa kontak RGP lainnya sehingga dapat diberikan
dengan diameter yang lebih besar agar lebih nyaman dalam
pemakaiannya dan lebih stabil serta lebih fleksibel daripada silicone
hydrogels,HEMA
tujuan kosmetik untuk orang yang mempunyai warna iris yang lembut, dan
berwarna opak untuk orang dengan iris yang gelap. Lensa kontak lunak
seperti ini mempunyai area sentral sekitar 4mm untuk tujuan penglihatan dan
area jelas pada annular periferal sekitar 1mm yang bertempat pada sclera
(White dan Scott, 2008).
terpisahkan dari upaya ahli oftalmologi untuk menangani penyakit mata luar.
Lensa tersebut dapat membentuk barrier lunak antara kornea dan dunia luar,
member perlindungan terhadap trikiasis dan pemajanan. Lensa dengan kadar
air tinggi dapat berfungsi sebagai penyangga untuk penyembuhan epitel,
seperti untuk pengobatan erosi rekurens. Pasien dengan rasa nyeri akibat
penyakit epitelial, seperti pada keratopati bullosa, banyak sekali mendapat
manfaat dari pemakaian lensa kontak lunak terapeutik. Lensa dengan
kandungan air rendah dapat dipakai untuk menutup perforasi kecil-kecil pada
7
kornea atau menutup kebocoran luka. Pada semua pemakaian lensa kontak
terapeutik harus diantisipasi adanya kemungkinan infeksi. Pemberian
antimikroba diindikasikan jika terdapat defek epitel.
4.3. Lensa Kontak Berdasarkan Jadwal Pemakaian
Berdasarkan jadwal pemakaiannya, lensa kontak dibagi menjadi Daily
Wear (DW) dan Extended Wear (EW).
4.3.1.
4.4.1.
dengan
tersedianya
lensa
intraokular, tetapi
tetap
menjadi
pertimbangan untuk digunakan pada bayi dan anak setelah operasi katarak
(Eva dan Whitcher, 2009).
4.4.2.
Frequent Replacement Lens
4.4.3.
Permanent Lens
5. Indikasi Lensa Kontak
Lensa kontak memiliki kegunaan yang sama dengan kacamata, yaitu untuk
mengoreksi kelainan refraksi terutama untuk mengatasi anisekonia afakia
monokular, dan koreksi myopia tinggi. Lensa-lensa ini menghasilkan kualitas
bayangan yang lebih baik daripada kacamata. Selain sebagai pengganti fungsi
kacamata, lensa kontak dapat juga digunakan pada keadaan sebagai berikut
(Klinik Mata Nusantara, 2008; Eva dan Whitcher, 2009). Penggunaan lensa
kontak dapat diindikasikan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
5.1. Indikasi Optik
Indikasi optok meliputi anisometropia,unilateral afakia, myopia tinggi,
keratokonus dan astigmatisma irregular. Secara optik boleh digunakan oleh semua
pasien yang mempunyai masalah refraksi untuk tujuan kosmetik.
5.2. Indikasi Terapeutik
Indikasi terapeutik meliputi:
9
pemakai lensa kontak harus menyadari risiko pemakaian lensa kontak, terutama
pasien yang memilih jenis lensa berisiko tinggi seperti lensa pemakaian lama
untuk koreksi optik kosmetik dengan alasan kenyamanan semata. Setiap pemakai
harus dalam pengawasan teratur seorang ahli lensa kontak).
Dengan pengecualian pada jenis disposable-harian, lensa kontak harus
dibersihkan dan didisinfeksi secara teratur, dan terutama lensa lunak, perlu
dihilangkan deposit-deposit proteinnya. Agen disinfeksi mencakup panas,
rendaman kimiawi, dan sistem-sistem hydrogen peroksida. Semua ini efektif jika
dipakai sesuai petunjuk pabriknya, tetapi sistem panas lebih disukai untuk
mengatasi organism resisten, seperti Achantamoeba (Eva dan Whitcher, 2009).
Khusus untuk pemakaian lensa kontak yang hipersensitif terhadap bahan
pengawet dalam larutan lensa kontak, disediakan sistem perawatan lensa kontak
yang bebas pengawet. Kelompok tersebut harus mewaspadai organisme, seperti
Pseudomonas dan Acanthamoeba yang bisa bertahan hidup di dalam larutan
saline tanpa pengawet. Penggunaan larutan lensa kontak tanpa pengawet
memerlukan kewaspadaan yang lebih tinggi untuk melakukan disinfeksi lensa dan
kotak penyimpan lensa secara teratur. Walaupun dengan sistem perawatan lensa
kontak standard, penempatan lensa kontak dalam kotak penyimpannya dapat
menghambat disinfeksi yang efektif. Air keran, yang mungkin mengandung
sejumlah organisme, seperti Acanthamoeba, sebaiknya tidak digunakan untuk
membilas lensa kontak atau tempat penyimpannya. Lensa kontak sebaiknya tidak
11
digunakan saat berendam dalam bak mandi panas atau saat berenang (Eva dan
Whitcher, 2009).
Adapun perawatan harian lensa kontak yang harus dilakukan adalah
1)
2)
3)
4)
sebagai berikut:
Mencuci tangan dengan bersih dan lap dengan duk yang bersih.
Mengeluarkan lensa kontak lunak dari bekasnya.
Memakai lensa kontak lunak pada mata.
Sebelum mengeluarkan lensa kontak lunak, seharusnya cuci tangan dengan bersih
dan keringkan.
5) Jika tidak, maka solusio pembersih surfaktan atau solusio multipurpose
digunakan, dan lensa digesek di antara kedua jari secara perlahan-lahan untuk
mengeluarkan debris.
6) Bilas lensa dengan larutan steril dan periksa lensa kontaknya. Jika lensa tidak
bersih dan masih ada debris ulangi langkah di atas. Kemudian tempatkan lensa
kontak dalam bekas yang mengandung solusio lensa kontak yang
Terdapat berbagai solusio lensa kontak. Pada awalnya diperkenalkan dua
jenis solusio, yaitu satu untuk wetting untuk promosi air mata pada permukaan
PMMA dan yang lain adalah soaking untuk setoran lensa kontak dalam
bekasnya. Tetapi penelitian yang lebih mendalam telah berhasil menciptakan
solusio lensa kontak seharian yang mempunyai aksi dual atau tripel atau dikenal
sebagai solusio multipurpose untuk menyenangkan penggunaan solusio lensa
kontak. Solusio lensa kontak seharusnya steril, tidak berwarna, dan non-toksik
atau iritasi pada mata. (drug and terapeutik 2007)
Alasan untuk menggunakan solusio lensa kontak adalah untuk:
1) Untuk mempertahankan karakeristik optik dan fiksasi lensa kontak (cth:
solusio setoran untuk lensa hidrogel).
2) Untuk mengurangkan resiko infeksi (cth: penyetoran lensa kontak semalaman
dalam solusio yang mendisinfeksikan lensa kontak).
Hal- hal yang harus diperatikan ketika memakai atau membersihkan
kontak adalah sebagai berikut:
1)
Jangan pernah menaruh lensa kontak dalam mulut atau membasahi mereka
dengan air liur, yang penuh dengan bakteri dan potensi sumber infeksi.
12
2)
3)
Jangan gunakan kontak yang tidak diresepkan oleh seorang dokter mata.
Memakai lensa kontak bukan merupakan pilihan bagi semua orang;
berkonsultasi dengan dokter mata untuk melihat apakah lensa kontak
adalah pilihan yang tepat untuk koreksi penglihatan.
4)
5)
6)
Gunakan larutan perendam yang baru dituang dari botol setiap kali
merendam lensa kontak. Larutan perendam yang tidak dibuang dan
dipakai berulang kali, merupakan media sangat potensial untuk tumbuhnya
bakteri, hal ini dapat menyebabkan infeksi pada mata.
7)
Cucilah tempat lensa kontak dengan air panas dan biarkan kering dengan
menaruhnya terbalik di atas handuk/ tissue.
8)
1)
2)
3)
4)
Jangan membersihkan lensa kontak dengan air keran atau air ludah.
5)
Jika ingin mengganti merk larutan pembersih dengan yang lain, sebaiknya
tanyakan dahulu ke ahli lensa kontak, karena tidak semua larutan
pembersih cocok dengan semua jenis bahan lensa kontak.
13
adalah terjadinya deposit protein dan lipid. Sel-sel mati pada permukaan mata
kita, bercampur dengan kotoran mata, debu, polusi udara, keringat atau pun
make up mata, dapat menempel pada lensa kontak. Jika kotoran ini tidak dapat
dibersihkan dengan
sempurna, maka
akan mengurangi
kenyamanan
Temui dokter ahli mata untuk mendapatkan lensa kontak yang sesuai dan
layak.
2)
3)
Bersihkan lensa kontak secara rutin. Usap lensa kontak dengan jari dan
bilas dengan cairan pembersih sebelum menyimpan lensa kontak dalam
wadah yang sudah diisi cairan pembersih.
4)
Simpan wadah lensa kontak di tempat yang lembab dan terlindung dari
sengatan sinar matahari langsung. Ganti wadah penyimpan setiap tiga
bulan sekali.
5)
Untuk menyimpan lensa kontak, gunakan cairan yang masih baru. Jangan
menggunakan cairan yang sudah dipakai walaupun masih terlihat bening.
Cairan pembersih dan penyimpan lensa kontak harus diganti setiap hari
meskipun lensa kontaknya sendiri tidak dipakai setiap hari.
6)
7)
8)
Lepaskan lensa kontak pada saat tidur dimalam hari, untuk menjamin
tersedianya oksigen yang cukup bagi kornea mata.
9)
Jangan langsung melepas lensa kontak jika tanpa sengaja tertidur dengan
masih memakai lensa kontak, karena dapat melukai permukaan kornea
mata. Basahilah mata terlebih dahulu dengan tetes mata khusus (lubricant),
kedip-kedipkan mata, kemudian lepas lensa kontak.
14
10)
Jangan melebihi waktu peace making yang telah ditentukan oleh ahli lensa
kontak.
11)
Untuk keadaan darurat, bawalah selalu kacamata pada saat bepergian, jika
harus melepaskan lensa kontak.
12)
Segera hentikan pemakaian lensa kontak jika mengalami gejala iritasi pada
mata, dan berkonsultasilah ke dokter mata atau ahli lensa kontak.
13)
4)
tidak perlu memakai kacamata tebal dengan index fraksi yang tinggi.5
10. Komplikasi Pemakaian Lensa Kontak
Resiko gangguan kesehatan mata akibat penggunaan lensa kontak
memiliki arti adanya kelemahan prediksi tentang kejadian gangguan mata,
dikarenakan konsekuensi situasi perencanaan dalam menggunakan dan merawat
lensa kontak yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku. Resiko dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu internal risk dan external risk . Internal risk
merupakan resiko yang berasal dari dalam misalnya pengetahuan dan motivasi
seseorang terkait penggunaan dan perawatan lensa kontak. Sedangkan external
risk berasal dari faktor luar misalnya fasilitas informasi tentang lensa kontak dan
kondisi social budaya dari pengguna lensa kontak. Pemakaian lensa kontak harus
sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini
dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O2. Hal ini disebut
Dk (gas diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa
mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut.
15
giant papillary
BAB III
KESIMPULAN
Lensa kontak terdiri atas berbagai jenis yang diklasifikasikan berdasarkan
materi
pembuatannya,
fungsinya,
jadwal
pemakaiannya
serta
jadwal
16
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, Indri; Saleh, Trisnowati Taib. Fitting Lensa Kontak Rigid Gas
Permeable (RGP). Jurnal Oftalmologi Indonesia. Desember 2007; Vol. 5
(3): 194-203.
Eva, Paul Riordan; Whitcher, John P. 2009. Vaughan dan Asbury Oftalmologi
Umum, Edisi 17. Jakarta: EGC. Hal. 396.
Klinik Mata Nusantara. Lensa Kontak. Lion Eye Institute. 2008. Hal: 1-5.
White, Paul F. dan Scott Clifford A. Contact Lense dalam Yanuff dan Duker
Ophthalmology 3rd edition. Mosby: Elsevier. 2008; Hal. 71-77.
Barr, Joseph T. Contact Lens Spectrums annual report corporate and product
developments and events in the contact lense in 2004, as well as prediction
for
2005.
Annual
Report.
Diunduh
melalui
http://www.clspectrum.com/articleviewer.aspx?articleid=12733pada
tanggal 6 April 2014.
Ophthalmic Drugs Therapeutic and Diagnostic Uses, 5th Edition. 2007. Hal. 162168.
17