Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Lensa kontak telah banyak digunakan untuk membantu mengatasi kelainan
refraksi. Pemakaian yang ada sekarang ini memiliki fungsi tidak hanya untuk
memperbaiki kelainan refraksi yang ada, akan tetapi juga digunakan sebagai
sarana untuk memperbaiki atau menambah nilai dari penampilan serta untuk
keperluan terapi. Oleh karena penggunaan lensa kontak yang memiliki indikasi
luas tersebut, maka diperlukan pengetahuan yang cukup dalam penggunaannya
(Wahyuni dan Saleh 2007).
Lensa kontak kaca pertama kali dipakai pada tahun 1888 oleh Adolf Fick
dan kemudian dipakai untuk mengobati keratokonus oleh Eugene Kalt. Hasil yang
didapat masih buruk hingga tahun 1945, saat Kevin Tuohy dari Los Angeles
membuat lensa prakornea plastic dengan diameter 11 mm. sejak itu,
perkembangan teknologi lensa telah menghasilkan berbagai jenis lensa yang
secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu lensa kaku dan lensa lunak (Eva
dan Whitcher, 2009).
Berdasarkan hasil survey, paling tidak 25% dari pasien dengan kelainan
refraksi menggunakan lensa kontak. Pada tahun 2004, diperkirakan bahwa 125
juta orang (2%) menggunakan lensa kontak di seluruh dunia (Yanuff dan Duker,
2008). Sekitar 35 juta. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi semua unit
refraksi dan dokter mata pada khususnya untuk dapat memberikan pilihan yang
tepat bagi pengguna lensa kontak agar komplikasi yang merugikan dari
penggunaan lensa kontak dapat dihindari (Wahyuni dan Saleh 2007).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Lensa kontak merupakan suatu alat yang digunakan untuk perbaikan
masalah refraksi, kosmetik, dan untuk tujuan terapeutik sebagai media refraksi
yang buatan pada permukaan anterior mata manusia (White dan Scott, 2008).
2. Sejarah Lensa Kontak
Lensa kontak pertama merupakan lensa sclera kaca berisi cairan. Lensa ini
sulit dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa
tidak nyaman pada mata (Eva dan Whitcher, 2009).
Lensa kontak telah berubah secara dramatis sejak konsep dasar yang
pertama kalinya dideskripsikan oleh Leonardo da Vinci pada abad ke-16 dan oleh
Rene Descartes pada abad ke-17. Pada tahun 1888, Adolf Fick seorang
oftalmologis German, adalah yang pertama berhasil menyesuaikan lensa kontak
yang terbuat dari kaca. Soft contact lens pertama kali diciptakan oleh seorang ahli
kimia Czech, Otto Wichterle dan Drahoslav Lim yang menerbitkan penelitian
berjudul Hydrophilic gels for biological use dalam jurnal Nature pada tahun
1959. Penelitian ini telah menjadi pemicu kepada penciptaan kontak lensa lunak
yang pertama yaitu soft (hydrogel) lenses di beberapa Negara pada tahun 1960.
3. Epidemiologi
Pada tahun 2004, diperkirakan bahwa 125 juta orang (2%) menggunakan
lensa kontak di seluruh dunia. Sekitar 35 juta orang di Amerika Serikat memakai
lensa kontak, yaitu 20% untuk tujuan koreksi refraksi (White dan Scott, 2008).
Penggunaan Lensa kontak lunak telah mencapai angka 100 persen di
Negara seperti Australia, Canada, Denmark, Iceland, Lithuania, Norway,
Romania, dan Taiwan.
Berdasarkan Contact Lens Council. "Statistics on Contact Lens Wear in
the U.S." 7 November 2004 64% wanita menggunakan lensa kontak lunak dan
70% wanita menggunakan lensa kontak rigid/kaku. Sedangkan pria 36%
menggunakan lensa kontak lunak dan 30% menggunakan lensa kontak rigid/kaku.

Pengguna lensa kontak lunak paling banyak berusia antara 18 dan 39


tahum. Sedangkan untuk lensa kontak kaku/rigid pengguna terbanyak antara usia
lebiih dari 40 tahun.
4. Klasifikasi Lensa Kontak
Lensa kontak dapat digolongkan berdasarkan materi pembuatannya,
fungsinya, jadwal pemakaian (berapa lama lensa dapat dipakai sebelum
mengeluarkannya), dan jadwal penggantian (berapa lama sebelum lensa perlu
dibuang).
4.1. Lensa Kontak Berdasarkan Materinya
Berdasarkan materi pembuatannya, lensa kontak digolongkan menjadi
lensa kontak kaku (rigid lens) dan lensa kontak lunak (soft lens).
4.1.1.
Lensa Kontak Kaku (Rigid Lens)
Lensa kontak kaku (rigid lens) terdiri atas lensa kontak keras dan
lensa kontak kaku permeabel gas yang akan dijelaskan sebagai berikut.
4.1.1.1 Lensa Kontak Keras (Hard Contact Lens)
Lensa kontak keras disusun dari PMMA (polymethyl metacrylate).
Lensa ini merupakan lensa kontak pertama yang benar-benar berhasil dan
diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Lensa jenis ini tidak dapat
ditembus oksigen sehingga mengandalkan pemompaan air mata ke dalam
celah antara lensa dan kornea sewaktu berkedip untuk menyediakan oksigen
bagi kornea. Lensa ini lebih kecil daripada diameter kornea (Eva dan
Whitcher, 2009).
Lensa kontak keras mengoreksi kesalahan refraksi dengan mengubah
kelengkungan permukaan anterior mata. Daya refraksi total merupakan daya
yang ditimbulkan oleh kelengkungan belakang lensa (kelengkungan dasar)
bersama dengan daya lensa sebenarnya yang disebabkan oleh perbedaan
kelengkungan antara depan dan belakang. Lensa kontak keras mengatasi
astigmatisma kornea dengan memodifikasi permukaan anterior mata menjadi
bentuk yang benar-benar sferis (Eva dan Whitcher, 2009).
Lensa kontak keras secara spesifik diindikasikan untuk koreksi
astigmatisme irregular, seperti pada keratokonus(Eva dan Whitcher, 2009).
Keuntungan lensa kontak keras sebagai berikut:
1) Memberikan koreksi visus yang baik.
2) Mampu mengoreksi astigmatisma kurang dari 2 dioptri.
3) Bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet).

4) Mudah dirawat
5) Relatif murah.
Kerugian lensa kontak keras seagai berikut:
1) Memerlukan fitting yang lama.
2) Memberikan rasa yang kurang nyaman.
4.1.1.2 Lensa Kaku Gas Permeabel/Rigid Gas-Permeable Lens (RGPLens)
Lensa kaku permeabel udara (RGP) mengoreksi kesalahan refraksi
dengan mengubah kelengkungan permukaan anterior mata.
1) Bahan Pembuatan Lensa
a) Cellulose Acetate Butyrate (CAB)
Merupakan bahan yang pertama kali digunakan dalam pembuatan
lensa kontak RGP. Kelebihan CAB adalah kemampuan permeabilitas
oksigen yang lebih baik daripada PMMA. Kekurangannya adalah lebih
rapuh, daya tahan pemakaiannya lebih singkat dan kualitas penglihatan
yang dihasilkan lebih rendah (Wahyuni dan Saleh, 2007).
b) Silicone Accrylates (SA)
Silicone Accrylates merupakan generasi selanjutnya bahan
pembuatan lensa kontak RGP. Bahan ini berasal dari copolymer antara
silikon dan PMMA. Silikon mempunyai kemampuan permeabilitas
oksigen yang tinggi, akan tetapi silikon bersifat hidrofobik, terlalu lunak
dan fleksibel. PMMA ditambahkan bertujuan untuk meningkatkan
kelembaban dan membuat lensa kontak lebih kaku. Dengan perbandingan
antara PMMA dan silikon 65% dan 35% maka lensa kontak RGP yang
terbentuk akan bersifat kuat, stabil dan permeabilitas tinggi (Wahyuni dan
Saleh, 2007).
c) Fluorine Copolymer
Jenis copolymer yang terbaru adalah fluorosilicone acrylates dan
perfluoropolyether. Fluorine bersifat meningkatkan permeabilitas oksigen
saat melakukan suatu kelarutan. Lensa kontak dengan komposisi fluorine
memiliki nilai Dk (permeabilitas oksigen) yang tertinggi dibandingkan
bahan pembuatan lensa kontak RGP lainnya sehingga dapat diberikan
dengan diameter yang lebih besar agar lebih nyaman dalam
pemakaiannya dan lebih stabil serta lebih fleksibel daripada silicone

acrylate dan PMMA. Generasi terbaru bahan pembuatan lensa kontak


RGP didasarkan pada konsep biomisesis (Wahyuni dan Saleh, 2007).
Konsep ini meningkatkan biocompatibility bahan agar dapat
beradaptasi dengan baik. Penerapan bahan polimer baru ini diharapkan
dapat menghindari efek samping akibat lensa kontak.
Kopolimer polysulphone dengan bahan lensa kontak yang ada.
Menghasilkan polimer baru yang lebih stabil, tipis, dan lebih
biocompatible. Hanya saja lensa kontak RGP jenis ini masih sulit
didapatkan.
4.1.2.
Lensa

Lensa Kontak Lunak (Soft Lens)


kontak
lunak
disusun
oleh

hydrogels,HEMA

(hydroksimethylmetacrylate) dan vinylcopolymer. Lensa kontak lunak tersedia


untuk pemakaian jangka panjang dan pemakaian harian. Kedua jenis lensa
kontak lunak ini memiliki kadar lalu oksigen (kemampuan dilalui oksigen)
yang berbeda sesuai dengan bahan, kadar air, disain dan ketebalannya (Klinik
Mata Nusantara, 2008). Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang
lebih lentur, mengadopsi bentuk kornea pasien. Dengan demikian, daya
refraksinya hanya terdapat pada perbedaan antara kelengkungan depan dan
belakang, dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisma kornea,
kecuali bila disertai koreksi silindris untuk membuat suatu lensa torus (Eva
dan Whitcher, 2009).
Kelengkungan dasar lensa kontak disesuaikan dengan kelengkungan
kornea, seperti ditentukan oleh keratometri atau berdasarkan coba-coba.
Kelengkungan depan kemudian dihitung dari hasil overrefraction dengan
lensa kontak percobaan, atau dari refraksi kacamata pasien sesuai koreksi
untuk bidang kornea (Eva dan Whitcher, 2009).
Keuntungan lensa kontak lunak adalah sebagai berikut (Klinik Mata
Nusantara, 2008; Eva dan Whitcher, 2009):
1) Nyaman digunakan,
2) Singkat masa adaptasi pemakaiannya. Jenis lensa kontak lunak hanya
membutuhkan waktu beberapa hari untuk penyesuaian. Namun dalam
masa penyesuaian, pasien mungkin agak terganggu dengan adanya rasa
mengganjal karena lensa tersebut dirasakan seperti benda asing oleh

mata. Perasaan tersebut akan hilang setelah beradaptasi. Pasien dengan


mata kering akan lebih sulit beradaptasi bila memakai lensa kontak.
3) Mudah memakainya,
4) Dislokasi lensa yang minimal. Lebih kecil kemungkinan akan terlepas
sewaktu melakukan aktivitas yang berlebihan dibanding RGP.
5) Dapat dipakai untuk sementara waktu.
Kerugian lensa kontak lunak adalah sebagai berikut:
1) Memberikan ketajaman penglihatan yang tidak maksimal,
2) Risiko terjadinya komplikasi,
3) Tidak mampu mengoreksi astigmatisme,
4) Kurang awet serta perawatannya sulit
4.2. Lensa Kontak Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsinya, lensa kontak dapat dibagi menjadi lensa kontak
kosmetik, dan lensa kontak terapeutik.
4.2.1.

Lensa Kontak Kosmetik


Lensa-lensa hidrogel dapat terbuat dari hydroxymethyl methacrylat

(HEMA) atau silicon, yang dari silicon, permeabilitas terhadap oksigennya


lebih besar. Lensa hidrogel dianggap lebih nyaman dipakai daripada lensa
kaku, tetapi bersifat fleksibel, sehingga bentuknya menyesuaikan dengan
permukaan kornea. Astigmatisma regular dapat dikoreksi sebagian dengan
memasukkan silinder ke dalam lensa lunak, namun astigmatisma ireguler
kurang terkoreksi.

Lensa ini lebih murah tetapi ketahanannya kurang.

Komplikasi lebih sering timbul dibandingkan

lensa kaku, di antaranya:

keratitis ulseratif (terutama jika lensa dipakai sepanjang malam), reaksi


imunologik kornea terhadap deposit pada lensa, konjungtivitis papilaris
raksasa, reaksi terhadap larutan perawat lensa (terutama yang mengandung
pengawet thimorosal), edema kornea, dan vaskularisasi kornea.
Lensa kontak lunak kosmetik umumnya ditanggalkan setiap hari
untuk dibersihkan, didisinfeksi, dan disimpan dalam larutan semalaman.
Dengan perawatan yang baik, sepasang lensa jenis ini dapat bertahan selama
1 tahun, kemudian harus dibuang.
Lensa kontak lunak mempunyai warna yang sedikit supaya visual
dapat dipertingkatkan.Lensa kontak lunak yang berwarna gelap adalah untuk
6

tujuan kosmetik untuk orang yang mempunyai warna iris yang lembut, dan
berwarna opak untuk orang dengan iris yang gelap. Lensa kontak lunak
seperti ini mempunyai area sentral sekitar 4mm untuk tujuan penglihatan dan
area jelas pada annular periferal sekitar 1mm yang bertempat pada sclera
(White dan Scott, 2008).

Gambar Lensa Kontak Berwarna


4.2.2.

Lensa Kontak Terapeutik


Pemakaian lensa lunak terapeutik sudah menjadi bagian tak

terpisahkan dari upaya ahli oftalmologi untuk menangani penyakit mata luar.
Lensa tersebut dapat membentuk barrier lunak antara kornea dan dunia luar,
member perlindungan terhadap trikiasis dan pemajanan. Lensa dengan kadar
air tinggi dapat berfungsi sebagai penyangga untuk penyembuhan epitel,
seperti untuk pengobatan erosi rekurens. Pasien dengan rasa nyeri akibat
penyakit epitelial, seperti pada keratopati bullosa, banyak sekali mendapat
manfaat dari pemakaian lensa kontak lunak terapeutik. Lensa dengan
kandungan air rendah dapat dipakai untuk menutup perforasi kecil-kecil pada
7

kornea atau menutup kebocoran luka. Pada semua pemakaian lensa kontak
terapeutik harus diantisipasi adanya kemungkinan infeksi. Pemberian
antimikroba diindikasikan jika terdapat defek epitel.
4.3. Lensa Kontak Berdasarkan Jadwal Pemakaian
Berdasarkan jadwal pemakaiannya, lensa kontak dibagi menjadi Daily
Wear (DW) dan Extended Wear (EW).
4.3.1.

Daily Wear (DW)


Lensa kontak ini digunakan pada hari siang dan dikeluarkan,

dibersihkan dan didisinfeksi.


4.3.2.
Extended Wear (DW)
Lensa kontak untuk jangka waktu yang lama (Extended Wear)
merupakan design lensa kontak untuk pemakaian siang dan malam selama
satu hingga tujuh hari, merupakan waktu yang maksimum pemakaian lensa
kontak yang dipersetujui oleh FDA (Food and Drug Administration). Lensa
kontak ini harus dikeluarkan, dibersihkan dan didisinfeksi selepas > 1 hari
atau < 7 hari pemakaian. Pada tahun 2001, FDA telah mempersetujui lensa
kontak yang diperbuat daripada silicon hidrogel untuk penggunaan berterusan
selama 30 hari siang dan malam.
Lensa kontak lunak yang DW dan EW diperbuat dari material dasar
yang sama dan mempunyai nilai permeabilitas oksigen yang sama (Dk).
Walaupun nilai (Dk) adalah cukup untuk DW, tetapi ia adalah 1/3 daripada
nilai yang diperlukan untuk EW. EW mengalami hipoksia dan hidrasi dan
kebersihan yang kurang pada lensa kontak lunak semasa tidur akan
meningkatkan resiko untuk infeksi dan reaksi inflamasi pada jaringan
disebabkan oleh penggunaan lensa kontak untuk jangka waktu yang lama dan
berterusan. Contohnya terjadi keratitis mikrobial 10-15 kali lebih sering pada
lensa EW daripada DW (White dan Scott, 2008).
4.4. Lensa Kontak Berdasarkan Jadwal Penggantian
Berdasarkan jadwal penggantiannya, lensa kontak dibagi ke dalam
beberapa jenis, sesuai rekomendasi dari pabrikannya yaitu disposable (dibuang
setelah digunakan), frequent replacement (harus diganti setiap 3-6 bulan), dan
permanen (dapat dipakai selama setahun atau lebih).

4.4.1.

Disposable Contact Lens


Lensa kontak lunak disposable untuk pemakaian sehari-hari,

penggantian lensa ini setiap bulan kemungkinan besar mengurangi risiko


infeksi kornea. Lensa kontak lunak disposable harian, sepasang untuk setiap
hari, meniadakan kebutuhan lensa untuk dibersihkan dan didisinfeksi, serta
mengurangi risiko infeksi kornea, tetapi harganya lebih mahal. Lensa kontak
lunak disposable untuk pemakaian sepanjang malam (lama), biasanya dipakai
selama 1 minggu kemudian diganti, tetapi sebenarnya dapat digunakan hingga
30 hari. Lensa ini sangat dianjurkan oleh para produsen lensa kontak, tetapi
umumnya tidak direkomendasikan oleh ahli oftalmologi karena meningkatkan
risiko infeksi kornea. Untuk koreksi afakia, kadang-kadang diperlukan
pemakaian yang lama karena pasien tidak sanggup memasang, mengeluarkan,
dan merawat lensa itu sendiri. Kondisi ini semakin jarang ditemui pada orang
dewasa

dengan

tersedianya

lensa

intraokular, tetapi

tetap

menjadi

pertimbangan untuk digunakan pada bayi dan anak setelah operasi katarak
(Eva dan Whitcher, 2009).
4.4.2.
Frequent Replacement Lens
4.4.3.
Permanent Lens
5. Indikasi Lensa Kontak
Lensa kontak memiliki kegunaan yang sama dengan kacamata, yaitu untuk
mengoreksi kelainan refraksi terutama untuk mengatasi anisekonia afakia
monokular, dan koreksi myopia tinggi. Lensa-lensa ini menghasilkan kualitas
bayangan yang lebih baik daripada kacamata. Selain sebagai pengganti fungsi
kacamata, lensa kontak dapat juga digunakan pada keadaan sebagai berikut
(Klinik Mata Nusantara, 2008; Eva dan Whitcher, 2009). Penggunaan lensa
kontak dapat diindikasikan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
5.1. Indikasi Optik
Indikasi optok meliputi anisometropia,unilateral afakia, myopia tinggi,
keratokonus dan astigmatisma irregular. Secara optik boleh digunakan oleh semua
pasien yang mempunyai masalah refraksi untuk tujuan kosmetik.
5.2. Indikasi Terapeutik
Indikasi terapeutik meliputi:
9

1) Penyakit kornea, e.g., Ulkus kornea non-healing, bullous keratopathy,


keratitis filamentary dan sindroma erosi kornea rekuren.
2) Pada Glaucoma sebagai media untuk pengobatan.
3) Pada amblyopia, lensa kontak opak digunakan untuk oklusi.
4) Sebagai verban lensa kontak lunak digunakan selepas operasi keratoplasti
dan dalam perforasi mikrokorneal.
5.3. Indikasi Diagnostik
Indikasi diagnostik digunakan pada:
1) Gonioskopi
2) Elektroretinografi
3) Pemeriksaan fundus pada kornea astigmatisma yang irregular
4) Fotografi fundus
5) Pemeriksaan Goldmanns 3 cermin.5
5.4. Indikasi operasi
Indikasi operasi meliputi:
1)
Operasi goniotomi untuk glaucoma congenital
2)
Vitrektomi
3)
Fotokoagulasi endokuler
5.5. Indikasi Kosmetik
Indikasi kosmetik meliputi:
1)
Lensa kontak berwarna.
2)
Ptosis( lensa kontak haptic).
3)
Lensa kosmetik untuk sclera pada phthisis bulbi.
5.6. Indikasi Pekerjaan
Indikasi pekerjaan meliputi:
1)
Pilot perawat
2)
Ahli olahraga
6. Kontraindikasi Lensa Kontak
Tidak semua orang cocok memakai lensa kontak. Lensa kontak tidak
dianjurkan pada pasien dengan riwayat sebagai berikut (Klinik Mata Nusantara,
2008):
1) Infeksi mata berulang dan alergi
2) Mata kering (produksi air mata sedikit)
3) Bekerja di lingkungan berdebu atau kotor
4) Membutuhkan koreksi lensa prisma
5) lansia dimana gerakan sudah kaku,
6) pada mata yang meradang,
7) masih belum dewasa dan ingin mengerjakan sesuatu dengan tergesa-gesa,
8) seseorang yang mempunyai kebiasaan menggosok mata,
9) seseorang yang tidak mengerti artinya steril,
10) seseorang yang memiliki reumatik pada tangan karena akan sulit saat
memakai lensa kontak
10

Penggunaan lensa kontak dikontraindikasikan pada orang yang memiliki


1)
2)
3)
4)
5)
6)

gangguan mental dan tidak ada gairah hidup,


blepharitis kronik dan styes rekuren,
konjungtivitis kronis,
dry-eye syndrome,
distrofi dan degenarasi kornea mata,
penyakit yang rekuren seperti episkleritis, skleritis, dan iridocycliti

7. Perawatan dan Pembersihan Lensa Kontak


Banyak komplikasi kronik pemakaian lensa kontak bersifat asimptomatik
pada tahap awal yang masih mudah diobati. Setiap lensa kontak harus segera lepas
jika mata menjadi kurang nyaman atau meradang, dan harus segera mencari ahli
mata jika gejala tidak segera menghilang

(Eva dan Whitcher, 2009Semua

pemakai lensa kontak harus menyadari risiko pemakaian lensa kontak, terutama
pasien yang memilih jenis lensa berisiko tinggi seperti lensa pemakaian lama
untuk koreksi optik kosmetik dengan alasan kenyamanan semata. Setiap pemakai
harus dalam pengawasan teratur seorang ahli lensa kontak).
Dengan pengecualian pada jenis disposable-harian, lensa kontak harus
dibersihkan dan didisinfeksi secara teratur, dan terutama lensa lunak, perlu
dihilangkan deposit-deposit proteinnya. Agen disinfeksi mencakup panas,
rendaman kimiawi, dan sistem-sistem hydrogen peroksida. Semua ini efektif jika
dipakai sesuai petunjuk pabriknya, tetapi sistem panas lebih disukai untuk
mengatasi organism resisten, seperti Achantamoeba (Eva dan Whitcher, 2009).
Khusus untuk pemakaian lensa kontak yang hipersensitif terhadap bahan
pengawet dalam larutan lensa kontak, disediakan sistem perawatan lensa kontak
yang bebas pengawet. Kelompok tersebut harus mewaspadai organisme, seperti
Pseudomonas dan Acanthamoeba yang bisa bertahan hidup di dalam larutan
saline tanpa pengawet. Penggunaan larutan lensa kontak tanpa pengawet
memerlukan kewaspadaan yang lebih tinggi untuk melakukan disinfeksi lensa dan
kotak penyimpan lensa secara teratur. Walaupun dengan sistem perawatan lensa
kontak standard, penempatan lensa kontak dalam kotak penyimpannya dapat
menghambat disinfeksi yang efektif. Air keran, yang mungkin mengandung
sejumlah organisme, seperti Acanthamoeba, sebaiknya tidak digunakan untuk
membilas lensa kontak atau tempat penyimpannya. Lensa kontak sebaiknya tidak
11

digunakan saat berendam dalam bak mandi panas atau saat berenang (Eva dan
Whitcher, 2009).
Adapun perawatan harian lensa kontak yang harus dilakukan adalah
1)
2)
3)
4)

sebagai berikut:
Mencuci tangan dengan bersih dan lap dengan duk yang bersih.
Mengeluarkan lensa kontak lunak dari bekasnya.
Memakai lensa kontak lunak pada mata.
Sebelum mengeluarkan lensa kontak lunak, seharusnya cuci tangan dengan bersih

dan keringkan.
5) Jika tidak, maka solusio pembersih surfaktan atau solusio multipurpose
digunakan, dan lensa digesek di antara kedua jari secara perlahan-lahan untuk
mengeluarkan debris.
6) Bilas lensa dengan larutan steril dan periksa lensa kontaknya. Jika lensa tidak
bersih dan masih ada debris ulangi langkah di atas. Kemudian tempatkan lensa
kontak dalam bekas yang mengandung solusio lensa kontak yang
Terdapat berbagai solusio lensa kontak. Pada awalnya diperkenalkan dua
jenis solusio, yaitu satu untuk wetting untuk promosi air mata pada permukaan
PMMA dan yang lain adalah soaking untuk setoran lensa kontak dalam
bekasnya. Tetapi penelitian yang lebih mendalam telah berhasil menciptakan
solusio lensa kontak seharian yang mempunyai aksi dual atau tripel atau dikenal
sebagai solusio multipurpose untuk menyenangkan penggunaan solusio lensa
kontak. Solusio lensa kontak seharusnya steril, tidak berwarna, dan non-toksik
atau iritasi pada mata. (drug and terapeutik 2007)
Alasan untuk menggunakan solusio lensa kontak adalah untuk:
1) Untuk mempertahankan karakeristik optik dan fiksasi lensa kontak (cth:
solusio setoran untuk lensa hidrogel).
2) Untuk mengurangkan resiko infeksi (cth: penyetoran lensa kontak semalaman
dalam solusio yang mendisinfeksikan lensa kontak).
Hal- hal yang harus diperatikan ketika memakai atau membersihkan
kontak adalah sebagai berikut:
1)

Jangan pernah menaruh lensa kontak dalam mulut atau membasahi mereka
dengan air liur, yang penuh dengan bakteri dan potensi sumber infeksi.

12

2)

Jangan menggunakan air keran atau larutan saline buatan sendiri.


Penyalahgunaan solusi telah dikaitkan dengan suatu kondisi yang
berpotensi menyilaukan di antara pemakai soft lens.

3)

Jangan gunakan kontak yang tidak diresepkan oleh seorang dokter mata.
Memakai lensa kontak bukan merupakan pilihan bagi semua orang;
berkonsultasi dengan dokter mata untuk melihat apakah lensa kontak
adalah pilihan yang tepat untuk koreksi penglihatan.

4)

Simpanlah lensa kontak dalam tempat lensa kontak dalam larutan


perendam.

5)

Buanglah larutan yang merendam lensa kontak setiap kali digunakan.

6)

Gunakan larutan perendam yang baru dituang dari botol setiap kali
merendam lensa kontak. Larutan perendam yang tidak dibuang dan
dipakai berulang kali, merupakan media sangat potensial untuk tumbuhnya
bakteri, hal ini dapat menyebabkan infeksi pada mata.

7)

Cucilah tempat lensa kontak dengan air panas dan biarkan kering dengan
menaruhnya terbalik di atas handuk/ tissue.

8)

)Untuk menjamin kebersihan, gantilah tempat lensa kontak Anda setiap 2


bulan sekali dengan yang baru.
Cara membersihkan lensa kontak adalah sebagai berikut:

1)

Segera bersihkan lensa kontak setelah melepasnya, dengan menggunakan


larutan pembersih yang disarankan oleh ahli lensa kontak.

2)
3)

Jangan mencampur larutan pembersih dengan merek yang berbeda.


Ikutilah petunjuk yang ada di botol larutan pembersih dan perhatikan
tanggal kadaluwarsanya.

4)

Jangan membersihkan lensa kontak dengan air keran atau air ludah.

5)

Jika ingin mengganti merk larutan pembersih dengan yang lain, sebaiknya
tanyakan dahulu ke ahli lensa kontak, karena tidak semua larutan
pembersih cocok dengan semua jenis bahan lensa kontak.

8. Pemakaian Lensa Kontak


Lensa Kontak harus selalu dalam keadaan bersih untuk mencegah
terjadinya komplikasi pada mata. Yang paling umum terjadi pada lensa kontak

13

adalah terjadinya deposit protein dan lipid. Sel-sel mati pada permukaan mata
kita, bercampur dengan kotoran mata, debu, polusi udara, keringat atau pun
make up mata, dapat menempel pada lensa kontak. Jika kotoran ini tidak dapat
dibersihkan dengan

sempurna, maka

akan mengurangi

kenyamanan

pemakaian lensa kontak, tajam penglihatan maupun lama waktu pemakaian.


Lensa kontak yang kotor juga dapat menyebabkan infeksi pada mata.
Rekomendasi bagi para pengguna lensa kontak terkait hal-hal apa saja
yang harus dilakukan dan di hindari agar pemakaiannya menjadi bersih dan
aman dari American Optometric Association antara lain:
1)

Temui dokter ahli mata untuk mendapatkan lensa kontak yang sesuai dan
layak.

2)

Selalu cuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak.

3)

Bersihkan lensa kontak secara rutin. Usap lensa kontak dengan jari dan
bilas dengan cairan pembersih sebelum menyimpan lensa kontak dalam
wadah yang sudah diisi cairan pembersih.

4)

Simpan wadah lensa kontak di tempat yang lembab dan terlindung dari
sengatan sinar matahari langsung. Ganti wadah penyimpan setiap tiga
bulan sekali.

5)

Untuk menyimpan lensa kontak, gunakan cairan yang masih baru. Jangan
menggunakan cairan yang sudah dipakai walaupun masih terlihat bening.
Cairan pembersih dan penyimpan lensa kontak harus diganti setiap hari
meskipun lensa kontaknya sendiri tidak dipakai setiap hari.

6)

Selalu patuhi jadwal penggantian lensa kontak sesuai resep dokter.

7)

Lepaskan lensa kontak sebelum berenang atau berendam air panas

8)

Lepaskan lensa kontak pada saat tidur dimalam hari, untuk menjamin
tersedianya oksigen yang cukup bagi kornea mata.

9)

Jangan langsung melepas lensa kontak jika tanpa sengaja tertidur dengan
masih memakai lensa kontak, karena dapat melukai permukaan kornea
mata. Basahilah mata terlebih dahulu dengan tetes mata khusus (lubricant),
kedip-kedipkan mata, kemudian lepas lensa kontak.

14

10)

Jangan melebihi waktu peace making yang telah ditentukan oleh ahli lensa
kontak.

11)

Untuk keadaan darurat, bawalah selalu kacamata pada saat bepergian, jika
harus melepaskan lensa kontak.

12)

Segera hentikan pemakaian lensa kontak jika mengalami gejala iritasi pada
mata, dan berkonsultasilah ke dokter mata atau ahli lensa kontak.

13)

Temui dokter mata secara rutin untuk melakukan pemeriksaan ulang.

9. Keunggulan Lensa Kontak


Keunggulan lensa kontak daripada kacamata adalah sebagai berikut:
1)
Kornea yang irregular pada astigmatisma yang tidak boleh dikoreksi
2)
3)

dengan kacamata boleh dikoreksi dengan lensa kontak.


Lensa kontak memberi lapangan pandang yang normal.
Penyimpangan terkait dengan kacamata (seperti penyimpangan perifer dan

4)

distorsi prismatik) dapat dihilangkan.


Kosmetik: Lebih cenderung pada wanita karena tujuan kosmetik supaya

tidak perlu memakai kacamata tebal dengan index fraksi yang tinggi.5
10. Komplikasi Pemakaian Lensa Kontak
Resiko gangguan kesehatan mata akibat penggunaan lensa kontak
memiliki arti adanya kelemahan prediksi tentang kejadian gangguan mata,
dikarenakan konsekuensi situasi perencanaan dalam menggunakan dan merawat
lensa kontak yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku. Resiko dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu internal risk dan external risk . Internal risk
merupakan resiko yang berasal dari dalam misalnya pengetahuan dan motivasi
seseorang terkait penggunaan dan perawatan lensa kontak. Sedangkan external
risk berasal dari faktor luar misalnya fasilitas informasi tentang lensa kontak dan
kondisi social budaya dari pengguna lensa kontak. Pemakaian lensa kontak harus
sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini
dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O2. Hal ini disebut
Dk (gas diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa
mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut.

15

Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada pemakaian lensa kontak


adalah ptosis, alergi kontak, hipoksia, keratitis steril,

giant papillary

conjunctivitis, tight ens syndrome, toxic keratopathy, preservative keratopathy,


dan tear film disturbance.

BAB III
KESIMPULAN
Lensa kontak terdiri atas berbagai jenis yang diklasifikasikan berdasarkan
materi

pembuatannya,

fungsinya,

jadwal

pemakaiannya

serta

jadwal

penggantiannya. Pemakaian lensa kontak memiliki banyak manfaat, tetapi


disamping pemakaian lensa konta juga menimbulkan berbagai dampak negatif
jika penggunanya tidak menggunakan dan merawat lensa kontak itu dengan baik.

16

DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, Indri; Saleh, Trisnowati Taib. Fitting Lensa Kontak Rigid Gas
Permeable (RGP). Jurnal Oftalmologi Indonesia. Desember 2007; Vol. 5
(3): 194-203.
Eva, Paul Riordan; Whitcher, John P. 2009. Vaughan dan Asbury Oftalmologi
Umum, Edisi 17. Jakarta: EGC. Hal. 396.
Klinik Mata Nusantara. Lensa Kontak. Lion Eye Institute. 2008. Hal: 1-5.
White, Paul F. dan Scott Clifford A. Contact Lense dalam Yanuff dan Duker
Ophthalmology 3rd edition. Mosby: Elsevier. 2008; Hal. 71-77.
Barr, Joseph T. Contact Lens Spectrums annual report corporate and product
developments and events in the contact lense in 2004, as well as prediction
for

2005.

Annual

Report.

Diunduh

melalui

http://www.clspectrum.com/articleviewer.aspx?articleid=12733pada
tanggal 6 April 2014.
Ophthalmic Drugs Therapeutic and Diagnostic Uses, 5th Edition. 2007. Hal. 162168.

17

Anda mungkin juga menyukai