Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHUUAN

OPEN FRACTURE SUPRACONDYLER HUMERUS

DIAN PALUPI KUSUMA WARDANI


NPM. 220112140025

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROFESI KEPERAWATAN ANAK ANGKATAN XXVIII
BANDUNG
2015
HIPERBILIRUBINEMIA
I.

KONSEP HIPERBILIRUBINEMIA
A. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin serum lebih dari
normal yang ditandai dengan adanya jaundice atau ikterus (Wong, 1993).
Hiperbilirubinemia adalah kadar biliruibin yang dapat menimbulkan efek patologis (Suratmi
dkk, 2001).
Hiperbilirubinemia adalah ikterik kulit, mukosa membran dan sklera oleh karena peningkatan
kadar bilirubin dalam serum (> 2 mg/dL) (Sukadi, 2002).
Hiperbilirubinemia adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya
mencapai konsentrasi bilirubin serum > 2 mg/dL dan jaundice (Wahidiyat, 1985).
Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:
1.

Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin tidak
larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas larut
dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.

2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut dalam
air dan tidak toksik untuk otak.
B. Etiologi

1. Hiperbilirubinemia fisiologis dengan kriteria :


a. Umur eritrosit lebih pendek (20-90 hari), sedangkan pada dewasa 120 hari
b. Jumlah darah pada bayi baru lahir lebih banyak yaitu sekitar 80 ml/kgBB sedangkan
dewasa 60 ml/kgBB
c. Sumber bilirubin lain lebih banyak daripada orang dewasa
d. Jumlah albumin untuk transpor bilirubin relatif kurang terutama pada prematur
e. Flora usus belum banyak dan adanya peningkatan aktivitas dekonjugasi enzim
glukoronidase
2. Hiperbilirubinemia non fisiologis/patologis :
a. Pembentukan bilirubin berlebihan (hemolisis)
Penyebab utama bilirubin berlebih adalah adanya penyakit hemolitik atau peningkatan
destruksi eritrosit yang disebabkan oleh :
Hb dan eritrosit abnormal
Inkompatibilitas ABO
Inkompatibilitas Rh
Defisiensi enzim G6PD (Glukosa 6 Posphat Dehidrogenase)
Sepsis
Obat-obatan seperti oksitonin
Pemotongan tali pusat yang lambat
Hemoragi ekstravasasi di dalam tubuh seperti : sefal hematoma, memar
Polisitemia
b. Gangguan transport bilirubin, keadaan ini dipengaruhi oleh :
Hipoalbuminemia
Prematuritas
Obat-obatan seperti sulforamid, salisilat, diuretik, dan FFA (Free Fatty Acid)
berkompetitif dengan albumin dalam ikatan dengan albumin
Hipoksia, asidosis
Hipotermia
c. Gangguan uptake bilirubin, disebabkan berkurangnya pengikat akseptor Y dan Z oleh
anion lain
d. Gangguan konjugasi bilirubin
Defisiensi enzim glukoronil transferase
Ikterus persisten pada bayi yang diberikan minum ASI
Keadaan hipoksia dan hipoglikemia
e. Perubahan ekskresi bilirubin disebabkan oleh sumbatan duktus biliaris
f. Gangguan eliminasi bilirubin

Breast milk
Pengeluaran mekonium yang lambat
Pemberian ASI yang lambat
Obstruksi mekanik
C. Klasifikasi
Klasifikasi hiperbilirubinemia menurut Kliegman dalam Nelson (1999) antara lain :
1. Hiperbilirubinemia fisiologis, dengan kriteria :
a. Tidak terjadi pada hari pertama kehidupan (muncul setelah 24 jam)
b. Peningkatan bilirubin total tidak melebihi 5 mg% perhari
c. Pada bayi cukup bulan, mencapai puncak pada 72 jam, serum bilirubin antara 6 - 8 mg
% kenudian turun sampai 3 mg%, kemudian turun secara perlahan sampai normal
pada umur 11 - 12 hari.
Pada BBLR/prematur, bilirubin mencapai puncak pada 120 jam, serum bilirubin 10
mg% (10 - 15 mg%) dan menurun setelah 2 minggu.
2. Hiperbilirubinemia patologis/non fisiologis, dengan kriteria :
a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan dan serum bilirubin total meningkat >
5 mg% perhari
b. Pada bayi cukup bulan serum bilirubin total lebih dari 12 mg%, pada bayi prematur
lebih dari 15 mg%
c. Bilirubin conjugated > 1,5 - 2 mg%
d. Ikterus berlangsung lebih dari 1 minggu pada bayi cukup bulan dan lebih dari 2
minggu pada bayi prematur.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Wong (1993), manifestasi klinis dari hiperbilirubinemia adalah sebagai berikut :
1. Kulit menjadi kuning (jaundice)
2. Inconjugated bilirubin : kuning terang oranye
3. Conjugated bilirubin : kuning kehijauan
4. Jaundice pertama muncul pada kepala atau berangsur-angsur menyebar pada abdomen dan
anggota tubuh lainnya
5. Waktu timbulnya ikterus berkaitan erat dengan penyebab dari ikterus itu sendiri, infeksi
intra uterin, toksoplasmatosis
6. Hari ke 2 dan 3 : ikterus fisiologis, hari ke 4 dan 5 : ikterus karena ASI
7. Setelah 1 minggu : atresia ductus choleductus, infeksi natal, hepatitis neonatal

PATOFISIOLOGI

Peningkatan destruksi eritrosit


inkompatibilitas ABO
inkompatibilitas Rh
defisiensi G6PD
sepsis obat-obatan
polisitemia
kejadian prematur
Hb dan eritrosit abnormal

Gangguan konjugasi
<
Pengikatan akseptor Y dan Z oleh
enzim lain
Defisiensi glukoronil transferase

Pembentukan bilirubin berlebih

Suplai bilirubin melebihi hepar

Gangguan transpor bilirubin :


hiperbilirubinemia
hipoksia asidosis
hipotensi
obat-obatan sulfonamid
FFA

Peningkatan secret
Pengeluaran mekonium yang
lambat
Pemberian ASI yang lambat

Bilirubin yang tidak berikatan


dengan albumin meningkat
Konsentrasi bilirubin unconjugated
meningkat (hiperbilirubinemia)

Larut dalam lemak


bersifat toksik pada
semua jaringan
terutama otak

Bila kadar bilirubin


mencapai 20-25 mg%
atau 1,5 mg% dalam
waktu yang lama

Akumulasi bilirubin

Ikterus pada kulit,


sclera, membran
mukosa

Dikonjugasi di
hepar (glukoronil
transferase)

Bilirubin
terkonjugasi
meningkat

Tidak larut dalam


air

Pembentukan
urobilinogen
meningkat

Peningkatan
ekskresi dalam
feses dan urin

Diekskresikan
melalui saluran
empedu

Menembus sawar
otak

Feses dan urin


berwarna gelap

Usus halus

Masuk ke daerah
basal ganglia yang
banyak lemak

Bila ada gangguan


eliminasi bilirubin
Mengganggu
fosforilasi dalam
mitokonndria otak

Bilirubin
terkonjugasi
meningkat

Pembentukan energi
sekitar terganggu

Larut dalam air

SSP mengalami
depresi

Diekskresikan ke
urin
Hiperbilirubinemia

Resti injuri SSP (kern


ikterus)

Bilirubinemia, urin
gelap, feses pucat

Memerlukan tindakan exchange transfusi

Memerlukan tindakan fototerapi

Resti komplikasi exchange transfuse :


vaskuler : emboli udara, thrombus
kelainan jantung : overload, henti jantung
gangguan elektrolit

Trauma fotosensitif
pada sel mast kulit

Perubahan struktur
bilirubin menjadi
bentuk isomernya

Pelepasan histamin
Larut dalam air

Energi foton
diabsorbsi

Sinar dengan
intensitas tinggi

Peningkatan
kehilangan air
(IWL )

Kerusakan
retina
konjungtiva

Suhu
lingkungan
meningkat

Respon tubuh
terhadap
penyinaran

Ruam kulit

Resti gangguan
integritas kulit

Diekskresikan ke
dalam empedu,
konjugasi terlebih
dahulu

Ekskresi bilirubin
ke usus

Bilirubin
menginduksi
sekresi usus

Peningkatan
frekuensi BAB

Iritasi perineal

Resti gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit

Resti injuri
mata

Bayi terpisah
dari ibu

Resti gangguan
proses parenting

Fluktuasi
suhu tubuh

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas klien dan keluarga
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Orang tua klien mengatakan anaknya tampak kuning
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Intensitas jaundice, penyebaran jaundice, waktu munculnya jaundice, keluhan disertai
tidak mau menetek, feses berwarna gelap, adanya hematoma.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Prenatal
Perlu dikaji faktor resiko bilirubinemia seperti obat-obatan yang dikonsumsi ibu
selama kehamilan, seperti salisilat, sulfonamid, riwayat inkompatibilitas ABO/Rh,
penyakit infeksi seperti rubella, toksoplasmosis.
Intranatal
Persalinan preterm, kelaianan dengan ekstrasi vakum, induksi oksitosin, terlambat
klem tali pusat, trauma kelahiran, BB waktu lahir, usia kehamilan.
Postnatal
Riwayat asfiksia, infeksi neonatus, obat-obatan, pemberian makan dan defekasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji adanya riwayat inkompatibilitas ABO/Rh.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Adanya jaundice pada sklera dan mukosa oral
2. Adanya jaundice pada tubuh dengan lokasi yang berbeda-beda dapat memperkirakan level
bilirubinemia
(pemeriksaan ikterometer dan kramer)
3. Dapat ditemukan letargi, bayi tampak malas
4. Pucat menandakan anemia
5. Pembesaran limfa dan hepar pada palpasi abdomen
6. Cephalhematoma besar kemungkinan terlihat pada satu atau kedua tulang parietal
7. Kehilangan reflek moro
8. Hipertonisitas, opistotonus, kejang
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urine gelap pekat, feses lunak coklat kehijauan, selama pengeluaran bilirubin
2. Test coomb tali pusat bayi baru lahir
3. Golongan darah bayi dan ibu : untuk mengidentifikasi inkompatibilitas ABO

4. Bilirubin serum : bilirubin conjugated bermakna bila > 1,0 1,5 mg%, peningkatan
bilirubin unconjugated tidak boleh lebih dari 5 mg% dalam 24 jam pertama atau
kadarnya tidak boleh lebih dari 20 mg%
5. Protein albumin serum total kadar < 3,0 mg% menandakan penurunan kapasitas ikatan
terutama pada bayi preterm
6. Hitung darah lengkap : Hb mungkin turun (< 14 mg%) karena hemolisis, Ht mungkin
meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%) dengan anemia
hemolitik dan anemia berlebihan.
7. Penurunan daya ikat O2 menunjukkan hemolisis
8. Apus darah tepi dapat menunjukkan eritrosit abnormal atau immatur, eritroblastosis
9. Konsentrasi bilirubin meningkat
10. Pemeriksaan ikterometer dan kremer. Adanya jaundice pada tubuh dengan lokasi yang
berbeda-beda memberikan perkiraan secara kasar level bilirubin, yaitu
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan :
-

peningkatan bilirubin serum sekunder dan peningkatan pemecahan sel


darah merah

gangguan ekskresi bilirubin dan imaturitas hepar

komplikasi exchange transfusi

komplikasi fototerapi

2. Resiko tinggi proses parenting berhubungan dengan situasi krisis dan


Hospitalisasi

IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN


No.
1.

Diagnosa
Keperawatan
Resiko tinggi injuri
berhubungan dengan
peningkatan
bilirubin
serum
sekunder
dan
peningkatan
pemecahan sel darah
merah

Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Neonatus
1. Pertahankan bayi tetap hangat
mendapatkan
tindakan yang tepat 2. Mulai pemberian makan oral dalam 4-6 jam
untuk mempercepat
setelah kelahiran khususnya kalu diberi ASI
ekskresi
bilirubin 3. Berikan fototerapi sesuai prosedur :
dengan kriteria :
- Gunakan lampu neon 8-10 buah @20 watt
- neonatus
- Lampu diletakkan secara paralel dalam kotak
mendapatkan
yang berventilasi
penyinaran sesuai
- Di sekeliling ditutup kain agar tidak terjadi
ketentuan
dispersi cahaya
- adanya penurunan
- Lampu yang digunakan < 2000 jam
bilirubin serum,
- Pasang lapisan pleksiglas antara bayi dan sinar
kadar
bilirubin
- Ukur kuantitas fotoenergi bola lampu dengan
indirec di bawah
fotometer, pertahankan pada panjang gelombang
12 mg/dL (pada
420-475 nm
bayi cukup bulan)
- Bayi diletakkan secara telanjang di bawah lampu
- Ubah posisi bayi secara teratur 6-8 jam
- Lakukan fototerapi secara kontinu dengan
istirahat sebentar pada saat minum atau
memberikan perawatan lainnya
4. Kolaborasi untuk pemberian agen induksi enzim
(fenobarbital) bila dibutuhkan
5. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :
- bilirubin serum setiap 12-24 jam maksimal
setelah 100 jam
- kadar Hb
6. Antisipasi untuk pemberian transfusi tukar :
- diberikan sesuai dengan level bilirubin dan
kondisi bayi (pada bayi cukup bulan tanpa faktor
resiko diberikan bila bilirubin 25 mg% dan pada
bayi cukup bulan dengan faktor resiko diberikan
bila bilirubin 20 mg%)
- gunakan darah segar dari donor darah

Rasional
Mempertahankan suhu tubuh dan mencegah iritasi
kulit
Memasukkan cairan yang adekuat sesuai kebutuhan
untuk mencegah dehidrasi
Menurunkan kadar bilirubin

Evaluasi hasil terapi untuk tindakan selanjutnya

Resiko
injuri
berhubungan dengan
komplikasi tindakan
fototerapi
dan
exchange terapi

Neonatus
tidak
mengalami
komplikasi
dari
fototerapi
dengan
kriteria :
1. suhu badan dalam
batas normal 36,5
37,2 C
2. tidak
terdapat
tanda-tanda
dehidrasi :
- membran
mukosa lembab
- fontanel tidak
cekung
- turgor baik
- CRT < 2 detik
- Penurunan BB
tidak lebih dari
4%
3. Tidak ada iritasi
kornea,
konjungtiva
4. Tidak
terjadi
kerusakan kulit

- transfusi ganti diberikan :


2 x volume darah bayi ( 2 x 80 ml/kgBB = 160
ml/kgBB)
Setiap kali menukar dan memasukkan darah
sebanyak 10-20 ml ditambah Ca Glukonas
1. Pertahankan suhu tubuh secara normal
Mempertahankan kestabilan suhu tubuh bayi,
kenaikan dan penurunan suhu tubuh berakibat pada
gangguan sistem pernafasan bayi
2. Pertahankan keseimbangan cairan secara normal
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh secara adekuat
- Berikan cairan sesuai kebutuhan
sehingga mencegah dehidrasi
Usia 2 hari : 50 ml/kgBB/hari
Usia 3 hari : 60 ml/kgBB/hari
Usia 4 hari : 80 ml/kgBB/hari
Usia 5 hari : 100 ml/kgBB/hari
Usia 10 hari : 130 ml/kgBB/hari
- Pada bayi yang mendapat ASI, berikan ASI Memenuhi kebutuhan cairan untuk mengatasi
tanpa dijadwal, minimal 8x/hari
kehilangan cairan tubuh melalui evaporasi dan feses
- Berikan asupan cairan tambahan 25% dari
kebutuhan
- Timbang BB setiap hari
- Monitor suhu setiap 2-4 jam
- Observasi tanda-tanda dehidrasi setiap 4 jam Mengidentifikasi segera kehilangan cairan sehingga
meliputi turgor, membran mukosa, warna dan dapat segera menentukan tindakan keperawatan
konsentrasi urin, ubun-ubun/fontanel, CRT, yang tepat
intake dan output
3. Lindungi mata bayi selama fototerapi
Efek sinar dengan intensitas tinggi dapat merusak
- Gunakan pelindung mata pada posisi yang tepat, retina mata
tidak bergeser dan tidak menekan hidung
- Gunakan pelindung mata dari bahan yang tidak
tembus cahaya
4. Berikan perawatan kulit
- Inspeksi kulkit setiap 4 jam
- Hindari lubrikasi dengan minyak/lotion pada
kulit bayi
- Gunakan sabun bayi untuk perawatan kulit
- Lindungi genital selama fototerapi

- Gunakan pengalas/alat tenun yang bersih, kering


dan lembut
- Bersihkan perianal setiap BAB secara hati-hati,
gunakan kapas lembab dan sabun bayi

Tidak
terjadi
komplikasi transfusi
exchange

2.

Gangguan
proses
parenting
berhubungan dengan
situasi krisis dan
hospitalisasi

Terjadi interaksi ibu


dan bayi secara
tepat, dengan kriteria
:
- bonding
attachment baik
- ibu
selalu
mendampingi saat
prosedur
- ibu
mempertahankan
kontak mata dan
berbicara dengan
bayi

1. Perhatikan kondisi tali pusat bayi sebelum


transfusi, bila vena umbilikan digunakan :
- bersihkan dengan betadin 10 %
- bila tali pusat sudah kering, gunakan NaCl
fisiologis 30-60 menit
2. Pertahankan puasa selama 4 jam sebelum prosedur
3. Jamin ketersediaan alat resusitasi
4. Pertahankan suhu tubuh sebelkum, selama, dan
sesudah prosedur, hangatkan darah sebelum
diberikan
5. Pastikan golongan darah dan Rh bayi dan ibu
6. Pantau TTV
7. Pantau pemeriksaan lab sesuai indikasi
- Hb/Ht sebelum dan sesudah transfusi
- Bilirubin serum segera setelah prosedur,
kemudian setiap 4-6 jam
Fasilitasi proses parenting :
1.Buka pelindung mata saat ibu menyusui
2.Anjurkan pada orang tua untuk mengelus,
menimang, kontak mata dan berbicara pada bayi
3.Beri kesempatan pada orang tua untuk berada di
ruangan dan berinteraksi dengan bayi

Anda mungkin juga menyukai