TUGAS AKHIR
ABSTRAK
Pekerjaan struktural pembuatan jembatan Flyover Amplas merupakan pekerjaan
Flyover kedua dikota Medan dan pekerjaan struktur pertama yang menggunakan
balok U sebagai beam atau girder. Girder jembatan Flyover Amplas merupakan
balok beton precast segmental yang kemudian disatukan untuk menjadi girder
dengan system prategang.
Karena terjadi revisi pada mutu beton pelat jembatan (dari K-300 menjadi K-350),
maka perlu dilakukan analisa ulang perhitungan prestress PC U girder FO Amplas.
Keterbatasan lahan dan berbagai alasan teknis lainnya juga menjadi kendala
pekerjaan PC U girder pada proyek ini sehingga harus dilakukan analisa
perbandingan metode kerja stressing dan erection girder yang paling paling efektif
dan efisien. Metode kerja stressing post-tension dan erection dengan portal hoist
dipilih untuk dilaksanakan dalam pekerjaan proyek FO Amplas.
Dari hasil analisa terhadap PCU girder menunjukkan bahwa girder bentuk U dengan
mutu plat yang telah direvisi pada proyek pembangunan Flyover Amplas mampu
menerima beban rencana sebesar 1748.28 t/m . Selain itu metode kerja stressing
kabel prategang dan erection girder telah disesuaikan dan yang paling efektif dan
efisien dengan kondisi actual dilapangan.
Kata kunci : Beton prategang, PC U girder, stressing PCU girder, erection PCU
girder.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI
Abstrak . i
Daftar Isi . . ii
Daftar Tabel . v
Daftar Gambar .... . vii
Daftar Notasi ... . xi
Prakata .. xiii
I.
II.
BAB I
Latar Belakang Masalah .
. 1
. 4
. 4
Metodologi Pembahasan .
. 5
BAB II
Umum .
. 6
. 9
. 12
Tahapan Pembebanan .
. 42
BAB III
Umum .
. 52
. 57
. 94
. 100
. 112
. 146
Saran ...
. 147
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul
Hal
1. Tabel 2.1
Nilai &
15
2. Tabel 2.2
25
3. Tabel 2.3
25
4. Tabel 2.4
26
5. Tabel 2.5
27
6. Tabel 2.6
28
7. Tabel 2.7
32
8. Tabel 2.8
37
9. Tabel 2.9
38
40
Nilai C
41
41
43
62
63
64
64
65
65
66
66
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
66
66
56
67
67
67
67
68
68
68
68
68
69
69
79
79
124
125
127
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Hal
1. Gambar 1.1
Balok U Girder
2. Gambar 2.1
3. Gambar2.2
4. Gambar 2.3
Instalasi duct
10
5. Gambar 2.4
11
6. Gambar 2.5
11
7. Gambar 2.6
12
8. Gambar 2.7
Penegangan post-tension
14
9. Gambar 2.8
18
10. Gambar2.9
18
11. Gambar 2.10 Modulus tangent dan modulus sekan pada beton
19
21
22
14. Gambar 2.13 Strand prategang 7 kawat (a). standart dan (b). yang
dipadatkan
24
26
27
17. Gambar 2.16 Variasi gaya prategang terhadap draw-in pada angkur
38
45
45
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
46
46
47
48
24. Gambar 3.24 Diagram alur metode erection PCU Girder dengan Portal
Hoist
25. Gambar 3.1
89
53
54
55
56
61
Section I
62
Section II
63
Section III
63
Section IV
64
65
78
96
98
99
100
101
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
102
103
43. Gambar3.19
104
105
106
107
108
109
110
111
111
112
115
117
119
123
123
124
126
126
127
129
130
130
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
132
135
136
136
137
138
71. Gambar 3.44 Skets erection PCU girder metode portal hoise
139
72. Gambar 3.45 Skets erection PCU girder metode mobile crane
139
73. Gambar 3.46 Skets erection PCU girder metode luncher truss
140
74. Gambar 3.47a Pengaturan lalu jalur lintas kendaraan saat erection tahap 1
143
75. Gambar 3.47b Pengaturan lalu jalur lintas kendaraan saat erection tahap 1
144
145
146
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR NOTASI
= eksentrisitas
Ec
= Elastisitas beton
Es
f`c
f`ci
f`td
f`tf
Fr
= Modulus repture
Io
= Inersia penampang
Ix
= Inersia arah x
Po
Pi
Yb
Ya
bk
= Regangan total
= Regangan elastis
= Regangan rangkak
sh
= Regangan susut
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
top
bottom
= Koefisien gesekan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini yang berjudul ANALISA PRESTRESS (POST-TENSION) PADA PRECAST
CONCRETE U GIRDER Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amplas
Sehubungan dengan selesainya Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Penulis menyadari bahwa penulisan atau penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun sehingga dapat menyempurnakan penulisan selanjutnya. Semoga Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
Jembatan Metropolitan Medan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum. Proyek ini direncanakan mulai beroperasi pada Juli
2007 hingga Desember 2008. Posisi Fly Over Amplas (selanjutnya disebut FO
Amplas) tepat berada di simpang empat jalan Sisingamangaraja dan jalan
Pertahanan, dimana terminal amplas berada di jalan pertahanan yang sebagian besar
jalur keluar masuk kendaraannya melewati simpangan tersebut. Tidak adanya jalan
alternatif lain menyebabkan terjadinya penumpukan arus kendaraan di lokasi tersebut
yang menyebabkan kemacetan. Jalan Sisingamangaraja merupakan salah satu pintu
gerbang kendaraan memasuki Kota Medan dari arah Tanjung Morawa, dimana jalur
ini nantinya direncanakan menampung volume kendaraan tersebut.
Konstruksi Fly Over Amplas didesain untuk dapat menanggung beban yang
besar berupa:
1. Beban mati (dead load)
2. Beban mati tambahan (additional dead load)
3. Beban hidup (live load)
Bangunan struktural Fly Over Amplas secara garis besar terdiri dari bore pile,
footing, kolom, pier head, girder, dan slab lantai yang kesemuaan-nya berupa beton
bertulang. Dalam konstruksi-nya digunakan beton bertulang biasa cetak di tempat
(cast in place) dan khusus girder digunakan beton prategang pabrikan (precast).
alasan penggunaan girder beton prategang adalah girder jembatan merupakan
structural yang langsung menerima beban lalu-lintas setalah slab yang kemudian
menyalurkan beban tersebut ke kolom dan diteruskan ke pondasi.
FO Amplas menggunakan Precast Concrete U (PCU) sebagai girder-nya yang
terdiri dari balok beton (concrete) segmental pre-cast, yang menggunakan sistem
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Spesifikasi alat dan bahan telah memenuhi kebutuhan stressing girder pada
proyek FO Amplas. Pemilihan spesifikasi tersebut telah sesuai dengan hasil
perhitungan dan analisa yang telah dilakukan oleh VSL Engineering Corp. Ltd.
Namun hasil analisa tersebut perlu dianalisa kembali kebenarannya sebagai bahan
pembelajaran. beranjak dari kondisi ini, penulis tertarik mengangkat judul Analisa
Prestress Precast Concrete U Girder Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amlpas
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Umum
Girder jembatan Flyover Amplas berupa PCU Girder Prategang dengan
panjang bentang adalah 31.1m dan 37.9 m yang dibagi dalam 4 (empat) sampai 7
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
kekuatan
balok,
pelat,
sebagai
komponen struktur jembatan yang diperhitungkan terhadap lentur, geser, lentur dan
aksial, geser dan puntir, harus didasarkan pada cara Perencanaan berdasarkan
Beban dan Kekuatan Terfaktor (PBKT). Untuk perencanaan komponen struktur
jembatan yang mengutamakan suatu pembatasan tegangan kerja, seperti untuk
perencanaan terhadap lentur dari komponen struktur beton prategang penuh,
atau komponen struktur lain sesuai kebutuhan perilaku deformasinya, atau
sebagai cara perhitungan alternatif, dapat digunakan cara Perencanaan berdasarkan
Batas Layan (PBL).
Di
samping
itu,
komponen-komponen
perencanaan
struktur
harus
maupun
memperhatikan
keseluruhan
faktor
integriti
jembatan,
dengan
jembatan harus
mempunyai ketahanan
yang
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Ada dua metode dan cara pelaksanaan stressing, yaitu metode satu arah (non
balas) dan dua arah (balas) dan cara pre tension dan post-tension. Pada Proyek FO
Amplas digunakan metode perhitungan dan pelaksanaan VSL dengan alat standart
VSL yang telah di-patenkan. VSL merupakan singkatan dari Voorspan System
Loesinger yang diciptakan oleh Loesinger pada tahun 1917 di Bern, Swiss dan
dipatenkan pada tahun 1954.
Girder beton prategang haruslah menggunakan bahan bermutu tunggi agar
mampu menerima gaya prategang dan gaya eksternal yang besar yang akan berkerja
pada girder. Pada girder FO Amplas tahapan pekerjaan yang harus diselesaikan
hingga mencapai pekerjaan pengangkatan girder (erection) adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan prategang girder
2. Pelaksanaan stressing girder dan grouting
3. Erection girder
Untuk tahapan pekerjaan (1) dan (2) dilaksanakan dengan metode VSL,
sedangkan pada tahapan (3) menggunkanan portal hoise yang metodenya
dikembangkan sendiri oleh PT. Wijaya Karya, Tbk.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Balok girder yang merupakan beton precast dibuat oleh PT. Wijaya karya
beton. Beton dicetak dengan mengikuti spesifikasi beton pracetak sesuai spesifikasi
umum proyek. PT. Wijaya Karya Beton mendapat perhitungan dasar yang dibuat
oleh PT.VSL untuk pembuatan balok girder. Berikut merupakan langkah-langkah
prosedur fabrikasi precast concrete U girder:
Tahapan Pekerjaan Fabrikasi :
1. Pemasangan tulangan memanjang dan melintang girder.
2. Menentukan ordinat tendon prestress sesuai gambar kerja. Ordinat diukur dari
bottom rebar girder ke as tendon (Y1) atau bagian bawah tendon (Y2). Titik
ordinat tersebut ditandai (marking) dengan menggunakan cat , spidol atau
sejenisnya.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
truk container dan setibanya dilokasi proyek girder tersebut diturunkan dengan
menggunakan gentri angkat.
ACI, beton yang boleh mengalami prategang adalah beton yang telah berumur 28
hari dengan kuat tekan beton telah mencapai 30 sampai 40 MPA.
Dalam segala hal, beton dengan kuat tekan (benda uji silinder) yang kurang dari 20
MPa tidak dibenarkan untuk digunakan dalam pekerjaan struktur beton untuk
jembatan, kecuali untuk pembetonan yang tidak dituntut persyaratan kekuatan.
Dalam hal komponen struktur beton prategang, sehubungan dengan pengaruh
gaya prategang pada tegangan dan regangan beton, baik dalam jangka waktu
pendek maupun jangka panjang, maka kuat tekan beton disyaratkan untuk tidak lebih
rendah dari 30 MPa.
Besaran mekanis beton yang telah mengeras dapat dibedakan dalam dua
kategori, besaran sesaat atau jangka pendek dan besaran jangka panjang. Besaran
jangka pendek yaitu kuat tekan, tarik, geser, dan kuat yang diukur dengan modulus
elastisitas. Sedang besaran jangka panjang yaitu rangkak dan susut beton.
a. Kuat tekan
Kuat tekan beton tergantung dari jenis campuran, besaran agregat, waktu dan
kualitas perawatan. Beton dengan kekuatan tinggi jelas jauh lebih menguntungkan.
Kuat tekan beton f`c didasarkan pada pengujian benda uji slinder standart 6in. x 12in.
yang diolah pada kondisi laboratorium standart dan diuji pada laju pembebanan
tertentu selama 28 hari. Spesifikasi standart yang digunakan di Indonesia adalah dari
SNI.
Penggunaan bentuk benda uji beton untuk pengetesan kuat tekan memiliki
perbedaan. Benda uji berupa kubus dengan rusuk 150 mm digunakan di Eropa, dan
selinder dengan diameter 150 mm tinggi 300mm digunakan di Amerika dan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Australia. Kuat tekan yang diperoleh dari benda uji kubus akan lebih besar dari
benda uji selinder, dan rasio antara keduanya (R) diberikan pada persamaan berikut
(Bridge Management System):
R = 0.76 + 0.2 * log bk
C
(2.1)
dengan :
= 150
(2.2)
Nilai f`c desain tidak sama dengan kuat tekan silinder rata-rata, namun kuat
tekan silinder yang dipandang minimum
serat-serat atas tertekan kuat akibat beban eksternal yang besar, serat bawah tertekan
pula saat peralihan gaya prategang. Selain itu sementara bagian tengah bentang
menahan
momen
lentur
yang
terbesar,
bagian
tepi/ujung
menahan
dan
f `c =
t
f `c(28)
+ t
(2.3)
dengan:
f`c(t) = kekuatan beton umur t hari
f`c(28) = kekuatan beton usia 28 hari
Dan nilai & pada tabel berikut
4.0
0.85
1.0
0.95
2.3
0.92
0.7
0.98
Kondisi
Normal Portland cement
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Kuat tarik beton relative sangat kecil. Pendekatan yang baik untuk kuat tarik
beton fct adalah 0.10f`c<fct<0.20f`c. Kuat tarik lebih sulit diukur daripada kuat tekan
karena adanya masalah pada penhepitan pada mesin tarik.
Untuk komponen struktur yang mengalami lentur, nilai modulus reptur fr
(bukan kuat belah tarik f`t) digunakan dalam desain. Modulus reptur diukur dengan
cara menguji balok beton polos berpenampang bujursangkar 6 in. hingga gagal
dengan bentang 18 in. dan dibebani dititik-titik sepertiga bentang (ASTM C-78).
Besarnya modulus reptur lebih besar disbanding kuat tarik belah beton. Dari
Pedoman Beton 1988, Chapter 3 besar modulus reptur adalah:
Fr = 0.6 * fc`
(2.4)
Kekuatan tarik langsung (direct tensile strength) pada beton menurut peraturan
ACI 318-83 adalah
f`df = 0.4
f `c
(2.5)
Dengan :
f`td = kekuatan tarik langsung
Dan dapat menjadi nol jika terjadi retak pada beton. Modulus keruntuhan
(modulus of rupture) beton lebih tinggi dari kekuatan tarik beton yang menurut
peraturan ACI 318-83 (pada berat beton normal) adalah:
f`tf = 0.62
f `c
(2.6)
dengan :
f`tf = modulus keruntuhan (kekuatan tarik flexural)
c. Kuat geser
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
dasarnya dapat dianggap elastis, dan bahwa regangan selanjutnya akibat beban
disebut rangkak.
Gambar 2.10. Modulus tangent dan modulus sekan pada beton [Nawy,2001]
Modulus elastisitas beton, Ec , nilainya tergantung pada mutu beton, yang
terutama dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran beton. Namun untuk
analisis perencanaan struktur beton yang menggunakan beton normal dengan kuat
tekan yang tidak melampaui 60 MPa, atau beton ringan dengan berat jenis yang tidak
kurang dari 2000 kg/m3 dan kuat tekan
Yang tidak melampaui 40 MPa, nilai Ec bisa diambil sebagai:
Ec
= w1.5*0.043 * bk
(2.7)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
e. Rangkak
Rangkak atau aliran material lateral adalah peningkatan regangan terhadap
waktu akibat beban yang terus menerus berkerja. Deformasi awal akibat beban
adalah regangan elastis, sementara regangan tambahan akibat beban yang sama yang
terus berkerja adalah regangan rangkak.. Asumsi ini karena deformasi awal yang
tercatat hanya berupa sedikit efek yang bergantung pada waktu. Pada Gambar.
terlihat bahwa laju rangkak berkurang seiring bertambah waktu. Rangkak tidak dapat
diamati secara langsung, namun dapat ditentukan dengan mengurangkan regangan
elastis dengan regangan susut dari deformasi total. Meskipun rangkak dan susut
merupakan fenomena yang tidak independent, dapat diasumsikan bahwa superposisi
tegangan berlaku, sehingga
Regangan total ( t ) = Regangan elastis ( e ) + rangkak ( c ) + susut ( sh ) (2.8)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
dipengaruhi oleh komposisi beton, kondisi lingkungan dan benda uji, namun secara
prinsip rangkak bergantung pada pembebanan sebagai fungsi waktu.
Rangkak mengakibatkan meningkatnya defleksi balok dan slab, dan
mengakibatkan hilangnya gaya prategang. Untuk jangka waktu yang lebih lama lagi
rangkak
dapat
mengakibatkan
meningkatnya
tegangan
pada
beton
yang
f. Susut
Pada dasrnya ada dua jenis susut, susut plastis dan susut pengeringan. Susut
plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran beton segar
dicetakan. Permukaan yang diekspose seperti plat lantai akan lebih dipengeruhi oleh
udara kering karena besarnya permukaan udara kontak.. Susut pengeringan terjadi
sesudah beton mongering dan sebagian besar proses hidrasi kimiawi dipasta semen
telah terjadi.
Susut pengeringan adalah berkurangnya volume elemen apabila terjadi
kehilangan kandungan air akibat penguapan . Penyusutan merupakan fenomena yang
sedikit berbeda dengan rangkak. Jika pada rangkak beton dapat kembali seperti
semula jika beban dilepas, susut pada beton tidak akan membuat beton kembali ke
volume awal jika beton tersebut direndam. Pada Gambar 2.12 dapat terlihat laju
susut terhadap waktu. Dapat terlihat beton dengan umur yang lebih tua mengalami
susut yang lebih kecil karena beton dengan usia lebih tua akan lebih tahan terhadap
tegangan dan ini berarti beton mengalami lebih sedikit susut.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
(2). Baja
a. Baja prategang
Baja pada konstruksi beton prategang merupakan penyebab terjadinya
pemendekan pada beton dikarenakan pengaruh rangkak dan susut. Kehilangan gaya
prategang pada baja sesaat setelah penegangan pada baja akibat gesekan disepanjang
tendon atau saat pengangkuran ujung (draw-in) akan mempengaruhi gaya prategang
pada beton dengan angka yang cukup signifikan.
Untuk tujuan ke-efektif-an desain, total kehilangan gaya prategang harus relatif
kecil dibandingkan gaya prategang yang berkerja. Kondisi ini dipengaruhi oleh jenis
baja prategang yang digunakan dalam konstruksi. Pada proyek FO Amplas baja yang
digunakan adalah baja strand sebagai tulangan prategang dan baja tulangan biasa
sebagai tulangan geser.
Baja yang digunakan sebagai tulangan prategang merupakan jenis uncoated
stress relieve seven wire strand low relaxation. Baja strand merupakan jenis yang
paling banyak digunakan untuk penegangan post-tension. Strand yang digunakan
pada proyek ini sesuai spesifikasi ASTM A416. Baja strand difabrikasi dengan
memuntir beberapa kawat secara bersamaan. Seven wire strand terdiri dari 7 (tujuh)
untaian kawat, dengan posisi kawat 1 (satu) untai ditengah dan 6 (enam) sisanya
mengelilingi satu kawat pusat. Strand low relaxation digunakan untuk mencapai
konstruksi yang efisien.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Gambar 2.13. Strand prategang 7 kawat (a). standart dan (b). yang dipadatkan
Kawat-kawat stress-relived adalah kawat tunggal yang ditarik dingin yang
sesuai dengan standart ASTM A421; strss-relived strand mengikuti standart ASTM
A 416. Strand terbuat dari tuju buah kawat dengan memuntir enam diantaranya pada
pitch sebesar 12 sampai 16 kali diameter disekeliling kawat lurus yang sedikit lebih
besar. Pelepasan tegangan dilakukan setelah kawat-kawat dijalin menjadi strand.
Besar geometris kawat dan strand sebagaimana disyaratkan ASTM masing-masing
tercantum dalam Tabel 2.2 dan Tabel 2.3
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Tabel 2.3. Strand standart tujuh kawat untuk beton prategang [Nawy,2001]
Pada proyek ini digunakan baja strand dengan spesifikasi PC strand ASTM
A416 / A416M 1998 Grd 270 Low Relaxation, merek : Kingdom
250
1000
(%)
1%
(%)
()
()
9.53
51.61
405
89.0
80.1
11.11
69.68
548
120.1
108.1
:0.770.85
2.5
3.5
12.70
92.90
730
160.1
144.1
0.41
: 0.150.30
15.24
139.35
1094
240.2
216.2
:).600.90
9.53
54.84
432
102.3
92.1
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
()
()
()
/1000
270
11.11
12.70
15.24
+0.66
0.15
74.19
98.71
140.00
582
775
1102
137.9
183.7
260.7
124.1
165.3
234.6
3.5
3.5
:0.025
:0.025
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
6.5
7.0
7.0
Tabel 2.5. Relaksasi dasar R1000 untuk Australian steel (AS 3600-1988) [Gilbert,1990]
Maka besarnya relaksasi baja (%) setelah waktu t dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut
[ (
)]
(2.9)
dengan:
k1 = tergantung tegangan awal pada tendon (Gambar 2.15)
k2 = tergantung temperature rata-rata, dapat digunakan T/20 nilainya tidk lebih dari
1.0.
0.6
0.7
0.8
6
3
12
6
25
10
Tampang U balok girder terdiri dari 2 bangun sederhana trapezium dan persegi
panjang. Sehingga dalam penentuan rumus untuk analisa tampang dapat digunakan
rumus-rumus yang sederhana.
a. Luas
Luas bangun dapat dihitung dengan menggunakan rumus luas trapezium:
Luas (Area) = (sisi atas + sisi bawah) x tinggi
(2.10)
h(2a + b )
3(a + b )
(2.11)
c. Inersia Ix
Inersia bangun arah x, Ix untuk bangun seperti tampang haruslah dijumlahkan
dengan inersia tambahan. Inersia awal dapat dihitung sesuai persamaan inersia untuk
bangun trapezium, lalu dijumlahkan dengan inersia tambahannya.
Inersia (Io) =
h 3 a 2 + 4ab + b 2
36(a + b )
(2.12)
(2.13)
Wa = Ix / Ya
(2.14)
Wb = Ix /Yb
(2.15)
(2.16)
= 1+0.4 = 1.4
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
= 1+0.3 = 1.3
(2.17)
(2.18)
Distribution load
(2.19)
Live load
Distribution load
q` = DF * DF * q * s
(2.20)
Line load
p` = DF * DLA * KEL * s
(2.21)
dengan
s = lebar slab komposit
(2.22)
Dengan:
M = momen mid span
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
L = Lebar bentang
Ru R*
Dengan:
Ru = Beban ultimate
R* = Beban terfaktor rencana
Jenis Aksi
( )
(a) Flexure (dengan atau tanpa tegangan aksial) dan tegangan aksial
0.9
0.75
- Tulangan biasa
0.70
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Untuk kompresi aksial kecil, ( ) dapat membesar secara linier dari nilai (b), dan
untuk kompresi aksial mendekati 0 pdigunakan (a)
(c) Geser dan torsi
0.85
0.7
= 0.6 f`ci
(2.24)
= 0.55 f`ci
(2.25)
Tarik
- Daerah tarik yang semula tertekan tidak ada tegangan sementara
- Daerah tanpa penulangan lekatan = 0.8 *
-
f `ci
(2.26)
= 0.40 f`c
(2.27)
(2.28)
(2.29)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
(2.30)
(2.31)
(2.32)
(2.33)
(2.34)
Dengan :
Pi
= eksentrisitas
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
seketika (Pj), dan kehilangan yang dipengaruhi oleh waktu (kehilangan jangka
panjang).
Kehilangan seketika = Pj Pi
dengan Pi = kehilangan gaya prategang sesaat setelah transfer
Kehilangan jangka panjang = Pj - Pe
dengan Pe = Total kehilangan gaya prategang pada tendon
Kehilangan gaya prategang seketika dikarenakan hal:
a. Pemendekan elastis pada beton sesaat setelah transfer
b. Gesekan pada selongsong tendon
c. Slip anchorage
Sedang kehilangan jangka panjang dapat dikarenakan banyak hal, namun yang
paling memberikan pengaruh besar adalah:
a. Pengaruh rangkak pada baja
b. Pengaruh susut pada baja
c. Relaksasi pada baja
= (Kes*Es*fcir/Ec)*As
(2.35)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
sistim
penarikan
post-tension,
gesekan
antara
tendon
dengan
selongsongnya tentu tidak dapat dihindarkan. Gesekan yang terjadi akan mengurangi
besar gaya prategang yang diterima tendon. Besar kehilangan gaya prategang akibat
hal ini menurut AASHTO 1992, Chapt.9.16.1 dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Px = Po * e ( + k * x )
(2.36)
Dengan:
Px
Po
= Koefisien gesekan
0.20
0.15
0.50
50mm
0.016 p 0.024
0.012 p 0.016
0.008 p 0.012
p = 0.008
Tabel 2.9. Nilai p dengan variasi ukuran ducts [Ned,1993]
c. Slip anchorage (A)
Slip atau draw-in pada tendon terjadi setelah proses stressing dilakukan dan
tendon akan diangkur-kan ke beton. Besar-nya slip tergantung pada jenis angkur.
Untuk jenis angkur wedge yang biasa digunakan pada baja strand, besar slip
( ) sekitar 6 mm. Nilai ( ) juga dipengaruhi oleh jarak spasi pada angkur
Kehilangan gaya prategang pada bagian ini hampir mirip dengan kehilangan
akibat gesekan, bedanya hanya pada nilai dan p yang bernilai sama sehingga
besar ( ) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.15). Dari persamaan
tersebut dapat digambarkan grafik hubungan antara gaya prategang dengan jarak dari
angkur seperti pada (Gambar 2.13)
Gambar 2.16. Variasi gaya prategang terhadap draw-in pada angkur [Gilbert,1990]
Untuk mengitung besar kehilangan slip angkur pada yang terjadi di-x m, maka
digunakan persamaan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
x=
d * As * ( Es / m)
(2.37)
Dengan :
d
= draw in
As
Es
(2.38)
Dengan :
Po
= Panjang bentang
(2.39)
Dengan:
Kcr = 2.0 untuk komponen struktur pratarik
= 1.6 untuk komponen struktur pasca tarik
fcir = Tegangan dibeton pada level pusat berat baja segera setelah transfer
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
fcds = Tegangan dibeton pada level pusat berat baja akibat semua beban mati
tambahan yang berkerja setelah prategang diberikan
(3.40)
Tabel 2.10. Nilai Ksh untuk komponen struktur pasca tarik [Nawy,2001]
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
akibat relaksasi baja yang dipengaruhi oleh rangkak dan susut, dapat digunakan
persamaan berikut (ACI 318-95, Chapt.18.6)
RE = (Kre-J*(SH+CR+ES))*C
(3.41)
Tegangan
Baja
Tahapan beban
1. Akibat jacking force
Tegangan Izin
0.80fpu atau 0.94fpy
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Beton
0.70fpu
Tekan - 0. 60f`ci
Tarik-0.25
f`ci (kecuali pada
ujung balok diatas dua tumpuan
0.5
f`ci diizinkan)
Tekan - 0.45f`c
Tarik - 0.50
f`ci
Tabel 2.13. Tegangan izin untuk batang lentur (Peraturan ACI) [Ned,1993]
(3). Pada saat peralihan gaya prategang. Untuk komponen struktur post-tension
peralihan beban berlangsung secara bertahap, gaya prategang pada tendon dialihkan
ke beton satu-per satu tendon. Pada keadaan ini gaya eksternal belum berkerja
kecuali berat sendirinya. Gaya prategang awal setelah terjadi kehilangan juga ikut
menentukan desain girder. Girder dengan panjang bentang tersebut diatas yang
terletak diatas dua tumpuan, akibat berat sendirinya akan menimbulkan momen
positif ditengah bentang. Oleh karena itu maka gaya yang diberikan pada girder
harus dapat mengimbangi kondisi seperti ini.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Angkur Hidup
Angkur Mati
: 10 A
Voltage
: 220 Volt
: 20 T
: 4.248 mm2
: 3.016 mm2
Weight
: 17 kg
Stroke
: 300 mm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
: 105 T
Pull
: 393 Bar
Pull max
: 492 Bar
Return max
: 492 Bar
Tensioning press
: 690 Bar
: 20.360 mm2
: 9.750 mm2
Weight
: 140 kg
Stroke
: 160 mm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Material
Pabrikasi Strand
Instalasi Strand
Instal lifting hook
tidak
Inspeksi bersama
Kontraktor
Pengecoran
tidak
Stressing
tidak
Evaluasi Hasil
Stressing
Grouting
Selesai
Untuk penjelasan lebih rinci proses erection PC U girder dengan portal hoise
dibahas pada Bab III. Tahapan metode erection portal hoise dapat dilihat dalam
diagram alir pada Gambar 3.24 berikut ini :
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Mulai
Survey lapangan
Selesai
Gambar 2.23. Diagram alur metode erection PCU Girder dengan Portal Hoise
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
BAB III
APLIKASI DAN PEMBAHASAN U GIRDER
3.1. Umum
Pada FO Amplas, panjang bentang balok girder bervariasi antara 31.9 m
sampai dengan 37.9 m. Dalam tulisan ini bentang yang akan dianalisa adalah betang
dengan panjang L = 31.9 m.
Girder jembatan Flyover Amplas berbentuk U dengan material beton mutu
600kg/cm^2 yang dikompositkan dengan pelat lantai beton mutu 350 kg/cm^2.
Girder jembatan menggunakan konstruksi beton prategang sistem penarikan pasca
tarik pada beton girder precast segmental.
Dalam pekerjaan prategang digunakan baja prategang kabel strand diameter
standart dengan bentuk tendon parabola, Gambar 3.1 menunjukkan lay out tendon
pada girder. Jumlah tendon sebanyak 8 (delapan) buah dengan 12 kabel strand setiap
tendon-nya.
Susunan tendon berpasangan dan sejajar 4 (empat) baris. Setiap baris tendon
memiliki trase kurva parabola yang besarnya berbeda-beda. Hal ini menyebabkan
ada salah satu dari keempatnya memiliki bentuk kurva yang mendekati garis lurus.
Trase tendon yang mendekati garis lurus ini diperlukan untuk menentukan baris
mana yang terlabih dahulu diberi gaya prategang.
Dari Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa trase tendon yang
parabola-nya mendekati garis lurus adalah C1 & C2, sehingga penarikan dimulai dari
baris ini.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Gambar 3.1. Lay out tendon girder L=31.9 m. Proyek pembangunan Flyover Amplas
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Gambar 3.2: Potongan melintang lay out tendon, Proyek Pembangunan Flyover
Amplas
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
= 3110
= 185
cm
Mutu beton :
Balok
= K-600
Pelat (awal)
= K-300
Plat (revisi)
= K-350
cm
cm
22
cm
Tebal aspal
cm
Tebal RC flat
cm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
= 185 cm
2*A
= 100 cm
= 100 cm
2*tweb = 50
cm
tfl-1
=7
cm
tfl-2
= 10
cm
tfl-3
= 10
cm
tfl-4
= 33
cm
tfl-5
= 25
cm
Panjang = 2390 cm
A
tw
tf1
tf2
tf3
tf4
tf5
= 600 kg/cm2
b) Pelat (awal)
= 300 kg/cm2
b) Pelat (revisi)
= 350 kg/cm2
600
R = 0.76 + 0.2 * log
150
R = 0.8804
= 0.8*528.2472 kg/cm2
= 422.6 kg/cm2
= 0.8*291.758 kg/cm2
= 233.4 kg/cm2
= 0.55*f`ci pelat
= 0.55*233.407kg/cm2
= 128.4 kg/cm2
f `ci
= 0.8 *
.............................(2.26)
f `ci balok
= 0.8 * 422.5977
= 16.4 kg/cm2
Tegangan tarik pelat (K-300) = 11.2 kg/cm2
Tegangan tarik pelat
= 0.8 *
f `ci pelat
= 0.8 * 233.407
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
= 12.2 kg/cm2
= 0.4*f`c pelat
= 0.4*233.4 kg/cm2
= 116.7 kg/cm2
f `c
....................(2.28)
= 1.59 *
f `c balok
= 1.59 *
f `c pelat
= w1.5*0.043 * bk
..........................(2.7)
= 347052.8 kg/cm2
Ec pelat (K-300)= 236864.0 kg/cm2
Ec pelat = w1.5*0.043 * bk pelat
= 24001.5*0.043* 291.758 * 10
= 257922.1 kg/cm2
Modulus reptur
Fr
b. Kabel Prategang
Jenis kabel : Uncoated stress relieve seven wires
ASTM A 416 grade 270 low relaxation or JIS G 3536
Diameter strand (dia) : 12.7 mm
Luasan efektif (Ast) : 0.987 cm2
Modulus elastis (Es) : 1.96E+06 kg/cm2
Tegangan tarik ultimate (fu) : 19,000 kg/cm2
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
c. Tulangan Biasa
Diameter (dia)
: 13 mm
: 3,900 kg/cm2
5
4
3
2
Section I
Section II
Section III
6
5
4
6
5
4
Section IV
h 3 a 2 + 4ab + b 2
Inersia (Io) =
36(a + b )
h(2a + b )
...........................(2.11)
3(a + b )
..........................(2.12)
............................(2.13)
Section I
Zone
Tinggi
cm
Tot
Lebar
5
4
7
10
Bawah
180
190
3
2
1
10
33
60
150
150
126
120
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
Atas
180
190
cm^2
1260
1900
cm
113
103
Cm
116.5
108
cm^3
146790
205200
cm^4
5145
15833.33
cm^4
3506317
3720683
cm^4
3511461.6
3736516.2
190
150
150
1700
4950
8280
93
60
0
98.2
76.5
30.87
166933.3
378675
255600
14101.31
449212.5
2477739
2017359
804957.7
8950520
2031459.8
1254170.2
11428258.64
63.75
1153198
2962031
18999835
21961866.37
18090
Tabel 3.1. Hasil analisa tampang Section I (sebelum & sesudah revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Section II
Tinggi
cm
5
4
3
2
1
Tot
7
10
10
33
125
185
Lebar
Bawah
180
190
150
150
100
Atas
180
190
190
150
150
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
1260
1900
1700
4950
15625
cm
178
168
158
125
0
cm
181.5
173
163.2
141.5
66.7
cm^3
228690
328700
277433
700425
1041667
cm^4
5145
15833.33
14101.31
449212.5
20073785
cm^4
8101594
9763948
6510020
7993930
18756559
cm^4
8106738.5
9779780.8
6524121.6
8443142.8
38830343.37
101.3
2576915
20558077
51126050
71684127
25435
Tabel 3.2. Hasil analisa tampang Section II (sebelum & sesudah revisi)
Section III
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Tinggi
cm
6
5
4
3
2
1
Tot
7
10
10
33
95
30
Lebar
Bawah
Atas
80
130
90
90
90
100
80
130
130
90
90
116
185
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
cm
Cm
cm^3
cm^4
cm^4
cm^4
560
1300
1100
2970
8550
3240
178
168
158
125
30
0
17720
181.5
173
163.3
141.5
77.5
15.37
101640
224900
179633.3
420255
662625
49800
2286.667
10833.33
9065.657
269527.5
6430313
242555.6
4437148
8427239
5516545
7135022
1920181
19267738
4439434.3
8438072.1
5525610.2
7404549.7
8350493.6
19510293.29
92.49
1638853
6964581
46703872
53668453.23
Tinggi
cm
6
5
4
3
2
1
Tot
7
10
10
33
95
30
185
Lebar
Bawah
110
130
90
90
90
100
Atas
110
130
130
90
90
114
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
770
1300
1100
2970
8550
3210
cm
178
168
158
125
30
0
Cm
181.5
173
163.3
141.5
77.5
15.3
cm^3
139755
224900
179633.3
420255
662625
49200
cm^4
3144.167
10833.33
9065.657
269527.5
6430313
240406.5
cm^4
5942317
8184965
5336414
6799650
2230547
19692605
cm^4
5945461.6
8195798.4
5345479.4
7069177.0
8660859.2
19933011.61
93.7
1676368
6963290
48186497
55149787
17900
Section IV
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Zone
Tinggi
cm
6
5
4
3
2
1
Tot
7
10
10
33
100
25
Lebar
Bawah
Atas
80
100
50
50
50
100
80
100
100
50
50
112
185
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
cm
Cm
cm^3
cm^4
cm^4
cm^4
560
1000
750
1650
5000
2650
178
168
158
125
25
0
11610
181.5
173
163.6
141.5
75
12.74
101640
173000
122666.7
233475
375000
33750
2286.667
8333.333
6018.519
149737.5
4166667
137873.4
4735965
6965970
4108992
4455148
1056711
15631053
4738252.0
6974303.7
4115010.6
4604885.7
5223377.4
15768926.72
89.54
1039532
4470916
36953840
41424756.08
Tinggi
cm
Tot
Lebar
6
5
7
10
Bawah
80
100
4
3
2
1
10
33
100
25
60
60
60
100
185
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
Atas
80
100
cm^2
560
1000
cm
178
168
Cm
181.5
173
cm^3
101640
173000
cm^4
2286.667
8333.333
cm^4
4686935
6886530
cm^4
4689221.6
6894862.9
100
60
60
112
800
1980
6000
2650
158
125
25
0
163.4
141.5
75
12.7
130733.3
280170
450000
33750
6527.778
179685
5000000
137873.4
4310257
5248420
1352680
15825930
4316785.2
5428105.1
6352680.3
15963803.6
90.0
1169293
5334706
38310753
43645459
12990
b. Balok komposit
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Section I
Section II
Section III
Section IV
Tinggi
cm
1
2
Tot
22
120
Lebar
Bawah
285
125
Atas
285
190
142
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
4279.3
18090
cm
120
0
cm
131
63.75
cm^3
560585.7
1153198
cm^4
172597.8
21961866
cm^4
12657746
2994253
cm^4
12830343.5
24956119.4
76.61
1713784
22134464
15651999
37786462.9
22369
Tinggi
cm
1
2
Tot
22
120
Lebar
Bawah
340
126
Atas
340
190
142
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
5558.97
18090
cm
120
0
cm
131.0
63.7
cm^3
728225.6
1153198.3
cm^4
224211.96
21961866
cm^4
14711594
4520805
cm^4
14935805.7
26482671.9
79.6
188142.9
22186078
19232399
41418477.5
23649
Section II
Zone
Tinggi
cm
1
2
22
185
Lebar
Bawah
285
100
Atas
285
190
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
cm
cm
cm^3
cm^4
cm^4
cm^4
172597.8
71684127
28111090
4729515
4279.3
25435
185
0
196
101.3
838738.9
2576915
28283687.5
76413642.6
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Tot
207
29714
114.9
3415654
71856725
32840605
104697330
Tinggi
cm
Lebar
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm
196
cm^3
1089558.9
cm^4
224211.96
cm^4
33564295
cm^4
33788507
22
Bawah
340
Atas
340
cm^2
5558.9
cm
185
185
100
190
25435.0
Tot
207
30993.9
101.3
2576915
71684127
7335681
79019808.5
118.3
3666473.9
71908339
40899976
112808315
Section III
Zone
Tinggi
cm
1
2
Tot
22
185
Lebar
Bawah
Atas
285
100
285
128
207
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
cm
cm
cm^3
cm^4
cm^4
cm^4
4279.3
17720
185
0
21999
196
92.49
838738.9
1638853
172597.8
53668453
29749435
7184321
29922032.4
60852773.8
112.6
2477592
53841051
36933755
90774806.2
Tabel 3.7a. Hasil analisa tampang komposit Section III (sebelum revisi)
Zone
Tinggi
cm
1
2
Tot
22
185
Lebar
Bawah
340
100
Atas
340
128
207
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
5558.9
17900
cm
185
0
Cm
196
93.7
cm^3
1089559
1676368
cm^4
224212
55149787
cm^4
33903347
10528929
cm^4
34127559
65678716.6
117.9
2765927.3
55373999
44432277
99806276
23459
Tabel 3.7b. Hasil analisa tampang komposit Section III (setelah revisi)
Section IV
Zone
Tinggi
cm
1
2
Tot
22
185
Lebar
Bawah
285
100
Atas
285
98
207
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
4279.3
11610
cm
185
0
cm
196
89.54
cm^3
838738.9
1039532
cm^4
172597.8
41424756
cm^4
25895191
9544597
cm^4
26067788.8
50969353.3
118.2
1878271
41597354
35439788
77037142.1
15889
Tinggi
cm
1
2
Tot
22
185
207
Lebar
Bawah
340
100
Atas
340
100
Luas
Level
Yb
Luas*Yb
Io
Luas*d^2
Ix
cm^2
cm
Cm
cm^3
cm^4
cm^4
cm^4
196
90.0
1089558.9
1169293.3
224211.96
43645459
30624072
13105345
30848283.8
56750803.5
121.8
2258852.3
43869671
43729417
87599087.3
5558.9
1299
18549
185
0
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
c. Kesimpulan
Dari persamaan (2.14) dan (2.15) didapat nilai Wa dan Wb
Wa = Ix / Ya
Wb = Ix /Yb
Dan hasilnya dapat disimpulkan pada tabel berikut
Section I
Deskripsi
Balok precast
Balok
komposit
Luas
cm^2
komposit
Ya
Cm
Yb
cm
Ix
cm^4
Wa
cm^3
Wb
cm^3
18090
56.3
63.75
21781356
387209.2
341679.9
22369.28
65.4
76.61
37617320
575305.2
491002.6
precast
43.4
867023.9
Luas
cm^2
komposit
Ya
Cm
Yb
cm
Ix
cm^4
Wa
cm^3
Wb
cm^3
18090
56.3
63.7
21961866
390418.2
344511.6
23648.97
62.4
79.6
41418478
663292.7
520618.7
precast
40.4
1024101
Section II
Deskripsi
Balok precast
Balok
komposit
Luas
cm^2
Ya
Cm
25435
komposit
29714.28
Precast
Yb
cm
Ix
cm^4
83.7
101.3
71413456
92.1
114.9
1.05E+08
70.1
Wa
cm^3
Wb
cm^3
853347.5
704874.3
1135370
909186.3
1491945
Luas
cm^2
komposit
precast
Ya
cm
Yb
cm
Ix
cm^4
Wa
cm^3
Wb
cm^3
25435
83.7
101.3
71684127
856581.8
707546
30993.97
88.7
118.3
112808315
1271744
953607.8
66.7
1691186
Section III
Deskripsi
Balok precast
Balok
komposit
Luas
cm^2
17720
komposit
21999.28
precast
Ya
cm
Yb
cm
Ix
cm^4
Wa
cm^3
Wb
cm^3
92.5
92.49
54371091
587707.1
587884
94.4
112.6
91204776
966372.5
809834.4
72.4
1260109
Luas
cm^2
komposit
Ya
cm
Yb
cm
Ix
cm^4
Wa
cm^3
Wb
cm^3
17900
91.3
93.7
55149787
603731.9
588880.8
23458.97
89.1
117.9
99806276
1120221
846498.3
precast
67.1
1487534
Section IV
Deskripsi
Balok precast
Balok
komposit
komposit
Luas
cm^2
11610
Ya
cm
95.5
Yb
cm
89.54
Ix
cm^4
42884381
Wa
cm^3
449228
Wb
cm^3
478953.8
15889.28
88.8
118.2
79958071
900529.3
676407.4
precast
66.8
1197155
komposit
Luas
cm^2
12990
Ya
cm
95
Yb
cm
90.0
Ix
cm^4
43645459
Wa
cm^3
459497.9
Wb
cm^3
484869.4
18548.97
85.2
121.8
87599087
1027890
719335.8
precast
63.2
1385574
= 2.5 ton/m3
( PB )
= 2.4 ton/m3
( S )
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
= 2.2 ton/m3
( asp )
= 2.4 ton/m3
( diaph )
q1a = Luas I* ( PB )
= 0.2824 (t/m)
- Section III to
= 0.3980 (t/m)
(sebelum revisi)
(setelah revisi)
q1d = Luas IV * ( PB )
(sebelum revisi)
q1d = Luas IV * ( PB )
(setelah revisi)
q1a+q1b+q1c+q1d
= 3.3165 (t/m)
(Setelah revisi)
q1a+q1b+q1c+q1d
= 3.5995 (t/m)
a.b). Pelat
q2a = h pelat * s * ( S )
(Sebelum revisi) q2a = 0.22 m * 2.85 m * 2.4 t/m3
= 1.5675 (t/m)
= 1.8700 (t/m)
(Setelah revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
a.c). Pelat RC
q2b = h pelat * s * ( S )
(Sebelum revisi) q2b = 0.07 m * 2.05 m * 2.4 t/m3
= 0.3588
(t/m)
(Setelah revisi)
= 0.1750
(t/m)
a.d). Aspal
q3 = tasp * s * ( asp )
(Sebelum revisi) q3 = 0.05 m * 2.85 m * 2.2 t/m3
= 0.3135
(t/m)
(Setelah revisi)
= 0.3410
(t/m)
a.e). Diapragma
hdiap = 0.8 m
ndiap (eks & int) = 6 pcs
= 0.2000 (ton)
q4 = (pa*ndiap)/bentang
= (0.2000 ton * 6) / 31.9 m
= 0.0386 (t/m)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
(Setelah revisi)
= 0.712 m2 * 0.2 m * 2.4 t/m3
= 0.3560 (ton)
q4 = (pa*ndiap)/bentang
= (0.3560 ton * 6) / 31.9 m
= 0.0687 (t/m)
= 0.9750 (ton)
q4 = (pb*ndiap)/bentang
= 0.9750 ton * 6) / 31.9 m
= 0.1881 (t/m)
(Setelah revisi)
= 1.044 m2 * 0.2 m * 2.4 t/m3
= 0.5220 (ton)
q4 = (pb*ndiap)/bentang
= 0.5220 ton * 6) / 31.9 m
= 0.1007 (t/m)
= 1.3116 (t/m)
b. Live load
b.a). Dynamic load allowance (DLA)
Dari persamaan (2.16), maka nilai DLA (sebelum & setelah revisi) didapat
DLA = 1 + 0.4 = 1.4 (span <= 50m)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
= 0.79 t/m2
= 2.24 t/m
(Setelah revisi)
q = 1.00 * 0.79 t/m2 * 3.10 m
= 2.45 t/m
= 232.89 tm
(Setelah revisi)
Mms2 = 15.55m/31.1m * 2.0450t/m * (15.55m)2
= 247.24 tm
b.b). Aspal
Lapisan aspal pada pelat lantai juga merupakan bagian dari beban mati tambahan.
Maka besar momen tengah bentang akibat ADL aspal (Mms3) adalah sebesar:
Mms3 = l/L * q * l2 ...............................(2.22)
(Sebelum revisi)
Mms3 = 15.55m/31.1m * 0.3135t/m * (15.55m)2
= 37.90 tm
(Setelah revisi)
Mms3 = 15.55m/31.1m * 0.3410t/m * (15.55m)2
= 41.23 tm
= 22.740 tm
(Setelah revisi)
Mms4 = 15.55m/31.1m * 0.1007t/m * (15.55m)2
= 12.180 tm
c. Live load
c.a). Distribution load
Besar momen tengah bentang akibat beban hidup terdistribusi q (Mms6) dapat
dihitung dengan persamaan (2.22)
Mms6 = l/L * q * l2 ...............................(2.22)
(Sebelum revisi)
Mms6 = 15.55m/31.1m * 2.24t/m * (15.55m)2
= 270.78 tm
(Setelah revisi)
Mms6 = 15.55m/31.1m * 2.45t/m * (15.55m)2
= 296.21 tm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
d. Ultimate total
Besar momen tengah bentang ultimate dari berbagai pembebanan dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (2.23)
Ultimate total = 1.2*beam + 1.3*slab + 2*asphalt + 1.2*diaphragm + 2*live load
(Sebelum revisi)
- Sub total moment mid span beam = 400.97 tm
- Sub total moment mid span slab = 232.89 tm
- Sub total moment mid span asphalt = 37.90 tm
- Sub total moment mid span diaphragm = 22.74 tm
- Sub total moment mid span live load = (270.78+136.50)tm = 407.28 tm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
(1.3*232.89)tm
(2*37.90)tm
(1.2*22.74)tm + (2*407.28)tm
= 481.164tm + 302.757tm + 75.8tm + 27.288tm + 814.56tm
= 1701.57tm
(Setelah revisi)
- Sub total moment mid span beam = 443.48 tm
- Sub total moment mid span slab = 247.24 tm
- Sub total moment mid span asphalt = 41.23 tm
- Sub total moment mid span diaphragm = 12.18 tm
- Sub total moment mid span slab + add = 405.81 tm
- Sub total moment mid span live load = (296.21+148.47)tm = 444.68 tm
Ultimate total = (1.2*443.48)tm
(1.3*405.81)tm
(2*41.23)tm
(1.2*12.18)tm + (2*444.68)tm
= 532.176tm + 527.553tm + 82.46tm + 14.616tm + 889.36tm
= 2046.165tm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Dari data yang diberikan pada sub bab 3.2.2 dan persamaan (2.30)
dapat
dihitung besar jacking force maximum yang dapat diberikan kepada kabel
prategang.
Jacking force = 72% Ultimate Tensile Stress
Kurva parabolic kabel tendon menggunakan persamaan berikut
Y = AX2 + BX + C
A = ((Ymiddle + Yedge)/(L/2)2)
B = (L * A)
C = Rerata posisi strand ketika parabola kurva pada nilai Y tertentu
Sehingga persamaan parabola tendon rata-rata hasil perhitungan VSL dengan
cara perhitungan numerik adalah:
Y = 0.003255X2 + (-0.10285X) + 1.0375
dan besar perubahan sudut kabel tendon setelah pemberian tegangan:
Y = 0.00651X + (-0.10285) , maka
tg = 0.00651X + (-0.10285)
Profil
NOS
strand
7
5
3
1
2
4
6
8
edge
12
12
12
12
12
12
12
12
Asp
cm^2
Middle
150
125
100
40
40
100
125
150
30
30
15
15
15
15
30
30
0.987
0.987
0.987
0.987
0.987
0.987
0.987
0.987
fu
kg/cm^2
19000
19000
19000
19000
19000
19000
19000
19000
Jacking force
kg
75
75
75
75
75
75
75
75
168777
168777
168777
168777
168777
168777
168777
168777
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
96
103.75
22.5
75
1350216
Profil
NOS
strand
7
5
3
1
2
4
6
8
edge
Middle
12
12
12
12
12
12
12
12
150
125
100
40
40
100
125
150
30
30
15
15
15
15
30
30
96
103.75
22.5
Asp
cm^2
0.987
0.987
0.987
0.987
0.987
0.987
0.987
0.987
fu
kg/cm^2
19000
19000
19000
19000
19000
19000
19000
19000
%
72
72
72
72
72
72
72
72
Jacking force
kg
162025.92
162025.92
162025.92
162025.92
162025.92
162025.92
162025.92
162025.92
72
1296207.36
(Sebelum revisi)
-16.44575 kg/cm2 >= (Pi/11610cm2) (Pi. 66.35cm / 433938cm3) +
(400.97*10^5kgcm / 433938cm3)
-16.44575 kg/cm2 >= (Pi/11610cm2) (Pi. 66.35cm / 433938cm3) +
92.4026kg/cm2
-108.848 kg/cm2 >= (Pi/11610cm2) (Pi. 66.35cm / 433938cm3)
Pi >= (-108.848 kg/cm2 + (Pi. 66.35cm / 433938cm3)) * 11610cm2
Pi <= 1592432.95 kg
Pi <= 1592.43 ton
(Setelah revisi)
-16.44575 kg/cm2 >= (Pi/12990cm2) (Pi. 66.35cm / 459498cm3) +
(443.48*10^5kgcm / 459498cm3)
-16.44575 kg/cm2 >= (Pi/12990cm2) (Pi. 66.35cm / 459498cm3) +
96.514kg/cm2
-112.9597 kg/cm2 >= (Pi/12990cm2) (Pi. 66.35cm / 459498cm3)
Pi >= (-112.9597 kg/cm2 + (Pi. 66.35cm / 459498cm3)) * 12990cm2
Pi <= 1614884.3 kg
Pi <= 1614.88 ton
Tegangan bawah
Melalui persamaan (2.32) dapat dihitung besar gaya prategang awal pada bagian
bawah adalah
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
462652cm3) -
(400.97*105kgcm / 462652cm3)
232.4288 kg/cm2 <= (Pi/11610cm2) + (Pi. 66.35cm / 462652cm3) -86.668kg/cm2
319.096 kg/cm2 <= (Pi/11610cm2) + (Pi. 66.35cm / 462652cm3)
Pi <= (319.096 kg/cm2 - (Pi. 66.35cm / 462652cm3)) * 11610cm2
Pi <= 1381192.5 kg
Pi <= 1381.19 ton
(Setelah revisi)
232.4288 kg/cm2 <= (Pi/12990cm2) + (Pi. 66.35cm / 484869cm3) (443.48*105kgcm / 484869cm3)
232.4288 kg/cm2 <= (Pi/12990cm2) + (Pi. 66.35cm / 484869cm3) -91.464kg/cm2
323.893 kg/cm2 <= (Pi/12990cm2) + (Pi. 66.35cm / 484869cm3)
Pi <= (323.893 kg/cm2 - (Pi. 66.35cm / 484869cm3)) * 12990cm2
Pi <= 1497936.5 kg
Pi <= 1497.94 ton
Kesimpulan
Diambil nilai Pi terkecil yaitu Pi <= 1497.94 ton [1]
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
melalui persamaan (2.33) dapat dihitung besar gaya prategang awal pada bagian
atas adalah
kg/cm2
<=
(Pe/11610cm2)
((Pe.
66.35cm
1101.78*105kgcm)/1153423cm3))
Pe >= -126936.57 kg
Pe >= -126.94 ton
(Setelah revisi)
211.2989 kg/cm2 <= (Pe/12990cm2) ((Pe. 66.35cm)-1347.65*105kgcm
/1385574cm3)+(1347.65*105kgcm/1027890cm3)
211.2989 kg/cm2 <= (Pe/12990cm2) ((Pe.66.35cm)- 1347.65*105kgcm) /
1385574cm3) + 131.108kg/cm2
80.191 kg/cm2 <= (Pe/12990cm2) ((Pe.66.35cm)- 1347.65*105kgcm) /
1385574cm3)
Pe <= (180.494 kg/cm2 * 12912cm2)/19
Pe <= -412195.72 kg
Pe <= -412.2 ton
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Tegangan bawah
Melalui persamaan (2.34) dapat dihitung besar gaya prategang saat servis pada
bagian bawah adalah
Asumsi awal
Kehilangan gaya prategang jangka panjang
Sebelum revisi = 22.257% (harus 22.257%)
Setelah revisi = 19.063
Dari hasil [1] dan [2] maka tidak perlu dilakukan penegangan
Maka digunakan kabel prategang diam 12.7
(Sebelum revisi)
Pi
Pe
(Setelah revisi)
Pi
Pe
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Koefisien gesek untuk tendon yang terbuat dari bahan metal dan akan
digrouting, 7 wire strand adalah 0.20
Faktor pengubah sudut kabel dari titik tensile ke x section
d * As * ( Es / m)
Dengan :
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
= ditentukan sebesar 8 mm
= 16.53 m
Gaya prategang (PA) pada x = 16.53m
= 14064.75 kg * 1.7855-0.2(0.5455 + 0.003*16.53)
= 13128.59 kg
(Setelah revisi)
m = (Po-P)/L = (13502.16 kg-11767.97 kg) / 3190cm
= 0.54kg/cm
x
= 16.87 m
Gaya prategang (PA) pada x
= 16.87m
= 13502.16 kg * 1.7855-0.2(0.5455 + 0.003*16.87)
= 12584.92 kg
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
c. Pemendekan elastis
Dari persamaan (2.35) kehilangan gaya prategang akibat pemendekan elastis
dapat diperkirakan sehingga:
ES
= (Kes*Es*fcir/Ec)*As (2.35)
Dengan :
Kes = rasio kehilangan pasca tarik dengan pratarik
= untuk pasca tarik 0.5
As
fcir = Tegangan pada beton pada pusat berat dari gaya prategang segera setelah
transfer
= (fbottom ftop)*(H-ed)/H + ftop = 179.78 kg/cm^2
Maka besarnya ES adalah :
(Sebelum revisi)
fcir = (fbottom ftop)*(H-ed)/H + ftop = 179.78 kg/cm2
ES
(Setelah revisi)
fcir = (fbottom ftop)*(H-ed)/H + ftop = 149.71 kg/cm2
ES
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
SH = 8.2E-06*Ksh*Es*(1-0.06*V/S)*(100-RH)
Dengan :
Nilai Ksh diambil dari tabel (2.10)
Ksh = 0.68 (tanpa perawatan lembab)
RH = 80.0
(Sebelum revisi)
V/S = 2.80
Perimeter = 4141.86 cm
Perimeter = 3596.68 cm
b. Creep (CR)
Rangkak yang terjadi pada beton akibat factor beban dan waktu dapat
dihitung dengan persamaan (2.39) yaitu:
CR = Kcr * (Es/Ec) * (fcir-fcds)
Dengan:
Kcr = untuk komponen beton pasca tarik nilainya 1.60
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
fcir = Tegangan dibeton pada level pusat berat baja segera setelah transfer
fcds = Tegangan dibeton pada level pusat berat baja akibat semua beban mati
tambahan yang berkerja setelah prategang diberikan
= (Msd*e) / Ig
Maka besarnya CR adalah:
(Sebelum revisi)
fcds = (Msd*e) / Ig = 36.67 kg/cm2
CR = 1.6 * (1.96E+06kg/cm2/ 347052.8 kg/cm2) * (179.78 kg/cm2
35.67 kg/cm2)
= 1276.41 kg
(Setelah revisi)
fcds = (Msd*e) / Ig = 56.22 kg/cm2
CR = 1.6 * (1.96E+06kg/cm2/ 347052.8 kg/cm2) * (149.71 kg/cm2
56.22 kg/cm2)
= 833.81 kg
c. Relaxation (RE)
Kehilangan gaya prategang akibat relaksasi baja dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3.41)
RE = (Kre-J*(SH+CR+ES))*C
Dengan:
Kre = dari tabel (2.11) = 5000
J
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
fpi/fpu = 0.69
Maka besarnya RE:
(Sebelum revisi)
C
Initial
Service
Initial
Service
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
= 1257.183 t
e (eksentrisitas)
= - 0.67 m
Pi * e
= - 842.79 tm
Momen net
= - 441.81 tm
Pi/A
= 108.28 kg/cm2
Mnet/Wa
= -101.81 kg/cm2
Mnet/Wb
= 95.50 kg/cm2
Tegangan awal
- top ( t)
= -6.47 kg/cm2
- bottom ( b)
= 203.78 kg/cm2
(Setelah revisi)
Momen akibat berat sendiri ditengah bentang
= 443.48 tm
= 1203.34 t
e (eksentrisitas)
= - 0.68 m
Pi * e
= - 812.43 tm
Momen net
= - 368.95 tm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Pi/A
= 92.64 kg/cm2
Mnet/Wa
= -80.29 kg/cm2
Mnet/Wb
= 76.09 kg/cm2
Tegangan awal
- top ( t)
= -12.34 kg/cm2
- bottom ( b)
= 168.73 kg/cm2
= 694.50 tm
= 1049.7 t
P.e
= - 703.7 tm
Momen 1
= - 9.19 tm
Momen 2
= 407.28 tm
P/A
= 90.41 kg/cm2
M1/Wa
= -2.12 kg/cm2
M1/Wb
= 1.99 kg/cm2
M2/Wa`
= -35.31 kg/cm2
M2/Wb`
= 62.49 kg/cm2
= 46.94 kg/cm2
- top ( t)
= -123.61 kg/cm2
- bottom ( b)
= 29.91 kg/cm2
(Setelah revisi)
Momen DL + ADL
= 861.47 tm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
= 1049.11 t
P.e
= - 708.31 tm
Momen 1
= 153.17 tm
Momen 2
= 485.91 tm
P/A
= 80.76 kg/cm2
M1/Wa
= 33.33 kg/cm2
M1/Wb
= -31.59 kg/cm2
M2/Wa`
= 35.07 kg/cm2
M2/Wb`
= -67.55kg/cm2
= 32.78 kg/cm2
- top ( t)
= -149.16 kg/cm2
- bottom ( b)
= 2.33 kg/cm2
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
(Setelah revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
5. Memasang support bar dengan cara mengikat support bar ke tulangan geser /
sengkang berdasarkan posisi yang telah dimarking
6. Menyambung duct sesuai dengan tipe dan panjang tendon yang direncanakan
dengan menggunakan coupler duct dan cloth tape
7. Memasukkan duct kedalam tulangan balok, kemudian duct diikat ke support bar
dengan menggunakan kawat ikat.
8. Memasang casting pada posisi angkur hidup, sebelumnya casting dipasang
terlebih dahulu pada box casting yang terbuat dari multiplek
9. Memasang bursting steel pada posisi angkur hidup dan angkur mati. Bursting
steel merupakan tambahan penulangan pada saat stressing
10. Menyambung duct ke casting dengan menggunakan cloth tape. Cloth tape
berfungsi untuk mencegah masuknya air semen kedalam duct
11. Memasukkan strand kedalam duct dengan cara menusuk strand satu persatu dari
arah angkur mati ke arah angkur hidup hingga tercapai jumlah strand sesuai
dengan rencana. Untuk tendon panjan > 50 meter maka strand dapat dimasukkan
melalui tengah bentang
12. Memasang u-plate untuk angkur mati tipe u. Sedangkan untuk angkur mati tipe-h
dapat langsung dipasang sesuai dengan posisi dalam gambar kerja
13. Memasang grout vent dan pe grout untuk lubang inlet / outlet saat grouting
14. Pembuatan stressing pocket (lubang untuk stressing) berdasarkan ukuran dan tipe
tendon stressing
15. Inspeksi bersama kontraktor dan konsultan untuk memeriksa ordinat tendon
prestress dan kelengkapan aksesorisnya
16. Persetujuan dari kontraktor / konsultan, kemudian pengecoran
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
baji
Penyetelan dongkrak
Stressing
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
7. Setelah tekanan pada manometer grout pump mencapai 5 Mpa, tekuk PE grout
pada lubang inlet dan ikat dengan kawat ikat sehingga rapat
8. Setelah hasil grouting diterima maka strand pada stressing lenght dapat dipotong
setelah 12 jam
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Jalur selatan
Jalur utara
Stok girder
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
yaitu bentang tengah. Setelah girder berada diposisinya dan telah aman, maka
dilanjutkan untuk mengangkat girder ke dua untuk bentang tepi utara (G4) dengan
langkah yang sama.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
8
Gambar 3.22b. Pengangkatan U Girder tahap 2
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
3.5. Pembahasan
Pembangunan proyek Flyover Amplas merupakan pembangunan Flyover kedua
setelah Flyover Pulo Brayan di kota Medan. Kondisi kota Medan yang masih
terbilang tertinggal untuk masalah infra struktur jalan dibandingkan dengan kota
besar lain di Indonesia membuat kemunculan hal-hal baru dalam proyek terasa asing
bahkan ditelinga sebagian masyarakat awam di kota ini.
Proses pembangunan Flyover ini cukup membuat banyak gangguan dalam
perjalanan. Lebar badan jalan yang menyempit dengan kondisi badan jalan rusak
parah membuat para pegguna jalan harus rela antre berjam-jam untuk melewati
peggalan jalan ini.
Kondisi ruang yang ada dilokasi proyek yang terbatas disebabkan oleh lahan
yang belum bebas dengan volume lalu lintas yang tinggi tanpa ada jalan alternatif
lain. Diperkirakan ruang yang ada dilokasi proyek untuk melakukan pekerjaan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
erection PC U Girder adalah 600 800 m2 antar Pier Head. Sehingga diperlukan
metode erection yang optimal dalam penggunaan ruang.
Beberapa pekerjaan penting dalam lingkup pekerjaan pembangunan flyover ini
semakin menambah panjangnya antre-an kendaraan. Pekerjaan erection girder
misalnya, untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan lahan yang tidak kecil.
Pekerjaan Erection PC U Girder merupakan pekerjaan untuk menempatkan balokbalok U Girder ke Pier Head. Proyek ini merupakan proyek pertama di Medan yang
menggunakan U Girder sebagai balok / beam
Metode untuk melakukan pekerjaan erection PC U Girder ini bermacam-macam
beberapa diantaranya yaitu metode launcher, metode portal hoise / gantry crane, dan
metode mobile crane. Metode erection tersebut masing-masing memiliki keuntungan
dan kelemahan baik dari segi cost, quality dan time. Pada proyek Flyover Amplas
digunakan metode erection dengan portal hoise.
Namun, proses panjang ini bertujuan akhir yang sangat masyarakat kota medan
harapkan, dengan terselesaikannya jembatan ini maka lalu-lintas di persimpangan
Amplas tidak lagi pada seperti dahulu. Pengguna jalan yang tidak perlu ke terminal
terpadu Amplas dapat menggunakan jembatan ini untuk langsung menuju jalan tol
misalnya.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
b). Tahapan kedua adalah stressing pemberian beban kerja pada beban prategang.
Pada tahapan ini proses stressing berfungsi juga sebagai pengikat antar
segmen box girder, dan beban kerja yang diberikan merupakan beban kerja
sebagian.
c). Tahapan ketiga adalah stressing pemberian beban kerja penuh. Pada tahap inilah beban kerja penuh diperhitungkan sekaligus mengikat seluruh segmen
box girder per delatasi rencana.
Box girder sengaja dirancang mampu memikul lebar slab hingga 3 (tiga) kali
lebar pier head. Sayap atas box girder mampu memiliki lebar hingga 2 (dua) kali
lebar tutup box. Kondisi ini membuat pekerjaan pengecoran slab tidak
memerlukan perancah sehingga tidak mengganggu lalu-lintas dibawahnya.
Bentuk box girder cukup memenuhi nilai estetika pada bangunan flyover
sehingga penggunaannya mampu menambah keindahan kota, bahkan pada satu
kota di Indonesia telah menjadikan flyover dengan girder ini menjadi icon baru
kota tersebut.
Namun bentuk box girder yang sangat besar membuat pekerjaan pemindahan
girder dari pabrik (tidak mungkin cast in place) menjadi sangat rumit. Diperlukan
suatu kendaraan khusus pengangkat girder yang kendaraan tersebut tidak tersedia
dikota Medan. Jika-pun ada, maka proses pemindahan saat girder dalam
perjalanan juga akan membuat masalah lalu-lintas (macet) dikarenakan
kendaraan tersebut sangat panjang dan lambat.
Selai itu pekerjaan erection box girder memerlukan helpping support yang
pembuatannya memerlukan biaya cukup mahal. Kostruksi helpping support
berupa konstruksi portal baja dan hoise yang saat proses erection diperlukan juga
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
80 ton, mobile crane kapasitas 50 ton cukup untuk digunakan dalam proses
erection girder.
Harga per-unit PC I girder lebih murah dari harga per-unit PC U girder. Hal ini
dikarenakan proses produksi yang dilakukan untuk PC I girder memiliki tingkat
kesukaran rendah, dan volume beton yang tidak terlalu banyak (dibanding
dengan bentuk lain dengan lebar bentang yang sama). Namun karena lebarnya
yang cukup kecil maka harus digunakan jumlah unit yang banyak disetiap lebar
pier ke pier. Untuk proyek FO Amplas, jika digunakan PC U girder berjumlah 4
(empat) unit maka untuk lebar pier ke pier yang sama diperlukan 8 (delapan) unit
PC I girder.
Bentuk PC I girder yang langsing akan sangat berbahaya jika bentang-nya besar.
Biasanya PC I girder ideal digunakan untuk bentang hingga 20m. PC I girder
dengan bentang lebih dari itu sangat ber-resiko baik saat proses setting stressing
maupun erection girder. Pada FO Amplas bentang girder terkecil 31.9 m, jika
digunakan PC I girder bentang 31.9 m maka saat proses setting untuk stressing
girder segmental I akan mudah terguling dan patah. Pengangkatan PC I girder
yang telah di-stressing ber-resiko besar untuk terguling dan atau patah saat proses
erection. Setelah duduk di atas bearing pad-pun harus diberi breasing yang kuat
antara unit per unit agar tidak terguling.
Selain alasan teknis diatas, bentuk ini cukup kaku dan kurang memenuhi unsur
estetika yang juga diperlukan dalam perencanaan untuk menambah keindahan
penampilan kota.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
uit PC I girder). Karena bentuk dan ukurannya yang lebih besar maka berat
sendiri per unit-nya juga lebih besar dari PC I girder.
Pada proses setting pra stressing, PC U girder lebih aman dari PC I. Karena
luasan sentuhnya lebih besar maka kecil kemungkinan PC U girder untuk
terguling. Dan saat setelah girder telah memduduki bearing pad, breasing
pengaman dapat dibuat hanya pada lokasi tertentu saja. Mobilisasi dari pabri
produksi bentu U girder terbilang mudah. Girder segmental dapat diangkat oleh
kontainer dan diturunkan oleh gantri angkat.
Bentuk PC U yang mirip dengan box girder cukup memenuhi nilai estetika
jembatan jika dibandingak dengan PC I yang kaku dan terlalu tegas, sehingga
dengan penggunaan PC U sebagai beam pada FO Amplas diharap dapat
meningkatkan keindahan kota Medan.
Seperti dijelaskan pada PC I girder, maka berat sendiri PC U girder yang
mencapai 135 ton per unit-nya membuat pemilihan metode kerja erection girder
lebih teliti. Penggunaan mobile crane tentu tidak mungkin karena diperlukan
mobile crane kapasitas 150 ton yang armada-nya tidak tersedia dikota Medan.
Penggunaan portal dan hoise harus dengan portal termodifikasi. Selain itu proses
erection yang dilakukan memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan PC I
girder.
FO Amplas memerlukan konstruksi girder yang mampu memenuhi beban
rencana jembatan, efektif dalam pekerjaan dengan resiko pelaksanaan minimum,
ekonomis, namun tetap memenuhi nilai-nilai estetika bangunan struktural. Setelah
membandingkan kelima bentuk dan jenis girder diatas maka PC U girder sangat
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
efektif dan efisien penggunaanya untuk kondisi aktual lapangan yang diharapkan FO
Amplas.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
c. Kemudahan peaksanaan
Dalam proses pengerjaan penarikan post tension, proses penarikan dapat
dilakukan di lokasi proyek, dan proses stressing dapat dilakukan tepat dibawah
lokasi kerja akan dilakukan erection girder tersebut. Artinya mobilisasi girder
yang telah selesai distressing tidak diperlukan (kecuali stressing tidak dilakukan
dekat lokasi erection) dan akan lebih mudah saat akan dilakukan erection girder.
Namun jika penarikan dilakukan secara pre tension, maka pasca penarikan dan
pengecoran harus memobilisaasi girder dari tempat yang jauh (dari tempat
pabrikasi) yang tentu akan memerlukan cost yang besar pula.
digunakan polythylene (PE) atau polypropylene (PP) sebagai bahan coat agar
terlindung dari karat.
Strand yang digunakan sesuai standart ASTM A 416 dan standart perhitungan
gaya mengacu pada ASTM, AASHTO, BS, Eurocode, DIN, Austrian Code, SIA,
FIP, EOTA.
Angker hidup dengan dua bagian ditarik diutamakan penggunaannya pada tendon
longitudinal pada balok dan jembatan. Piringan baji dan badan konik angker
selalu terrencana dengan tiga beban transfer mengenalkan gaya prestress secara
kontiniu kepada strand dengan luasan medan minimal. Separasi angker dan
piringan baji memungkinkan untuk memasukkan strand setelah pengecoran
beton. Pusat piringan baji pada angker, dirakit dan diinstalasi secara konsisten
setara dengan penegangan tanpa kesalahan.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Multiplane Anchorage MA
stressing anchorage
yes
coupling
yes
yes
yes
not accessible
287/1,302
to
2,168/9,644
Angker mati terutama digunakan pada tendon prefabrikasi, juga mungkin untuk
merakit angker ini ditempat. Strand berubah bentuk plastik untuk memastikan
keamanan beban transfer diatas kapasitas ultimate pada daerah kepala lekat, telah
terbukti aplikasi pada saat statis sebaik saat dinamik. Tergantung syarat batas,
bentuk flat atau kepala lekatan angker yang sangat besar juga tersedia.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
no
no
coupling
41.3/184
coupling
to
1,115/4,961
no
yes
no
not accessible
58.6/261
to
1,582/7,037
beton.
Peralatan
pushing
dapat
menginstalasi
dengan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Stressing
DSI telah mengembangkan alat dongkrak dan pompa hidraulik dari yang
standart ke alat yang lebih efisien dan ekonomis penggunaan tegangan setiap
tendon. Pompa DSI mampu menyesuaikan ukuran dan tegangan yang diberikan
terhadap berbagai ukuran tendon yang ditarik. Dongkrak DSI merupakan
dngkrak yang canggih. Didalamya terdapat budel dalam dengan pengikatan
otomatis terhadap apa yang akan ia tarik yang akan menahan strand tetap dalam
dongkrak.
Monostrand Jack
Tensa 4,800/6,800/8,600
HoZ 3,000/4,000
Grouting
DSI mengembangkan teknologi grouting dasar menjadi thixotropic dan grouting
plastisitas tinggi dan bahan gruting tahan lama. DSI memiliki 3 metode kerja
grouting yaitu pressure grouting, post-grouting dan vacuum grouting.
Kesimpulan
Freyssinet dan DSI memiliki alat dan metode kerja stressing post-tension sangat
canggih, namun Freyssinet dan DSI belum memiliki kantor cabang di Indonesia.
b. BBRV (SUSPA-BBR)
Sistem post-tension kabel strand metode BBRV merupakan metode yang paling
tua diantara ketiga metode diatas. Penarikan paralel kabel strand sistem posttension telah dikembangkan oleh BBR pada 1944 dan masih terus dikembangkan
hingga sekarang. Kabel strand berkekuatan tinggi diangkerkan secara individual
oleh alat BBR buttonheads.
Strand paralel yang mampu ditarik untuk proses post-tension oleh BBR mulai
dari 14, 22, 31, hingga 102 strand dengan diameter 7mm kabel. Ukuran tendon
dengan jumlah lain dari standart dapat dibuat dengan memodifikasi ukuran
standart-nya. Untuk ukuran tendon yang lebih besar juga dapat disediakan
sewaktu-waktu. Kabel BBR diproduksi sendiri oleh pabrik BBR.
BBR juga memiliki angker aktif (angker hidup) dan angker pasif (angker mati)
dengan tipe yang berbeda-beda. BBR memiliki dua jenis angker yatu angker
untuk pekerjaan post tension, buttonheads sebaga angker mati dan angker hidup.
Namun berbeda dengan kepala angker mati biasa, pada BBR buttonheads kabel
telah menetap pada compact anchor head.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
c. VSL (VORSPANN)
VSL menggunakan sistem Vorspann yang dikembangkan sejak lebih dari 50
tahun yang lalu sejak tahun 1956. VSL memberi solusi dalam pekerjaan
penegangan kabel, mampu memberi sistem modern namun tetap dengan biaya
efektif pada teknologi konstruksi.
Teknologi VSL pada prinsip post-tension menghasilkan tegangan berkualitas
baik pada struktur, dan mungkin dapat menjadi bagian yang dapat berkerja
optimal dengan penggunaan yang efisien jika pengontrolan terhadap deformasi
besarnya dibawah kondisi servis. VSL menggunakan strand standart nasional
dan internasional, dan strand yang digunakan VSL mudah didapat dipasaran
negara tempat terlaksananya pekerjaan.
Untuk mencapai keberhasilan pekerjaan, VSL telah membuat kebijakan mengejar
pergerakan, kekuatan, kombinasi dan pemusatan QSE (Quality, Safety,
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
duct
Gigi baji
b) Angker mati
Lubang grouting
Seal
Duct
Spacer
Gambar 3.37. Dead end (angker mati) VSL [vslin.com]
Dapat menarik hingga lebih dari 55 diam 0.5 atau 0.6 strand
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Gabungan strand dalam satu tendon dikunci tiap strand-nya pada tiap titik
pengangkeran
Instalasi
Seperti halnya pada DSI, VSL juga membagi dua metode memasukkan strand
ke-duct-nya. Kedua metode tersebut dibagi berdasarkan pada kondisi akses
struktur dan kondisi kerja
d) Pushing
Pushing strand kedalam inlet strand pada VSL dengan menggunakan
tenaga manusia dan mesin. Pada beberapa VSL dinegara lain (German,
Austria, dll) pushing strand telah menggunakan mesin. Namun masih
banyak VSL dinegara lain seperti Indonesia yang menggunakan tenaga
manusia untuk pekerjaan pushing strand.
e) Pulling
Untuk pekerjaan tertentu yang memerlukan penarikan strand untuk
instalasi, metode pulling digunakan. Pekerjaan ini memerlukan mesin derek
untuk keperluan penarikan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
f) Pre-Assemble Tendon
Pada VSL, pre-assemble dicapai dengan pemotongan kabel tendon pada
koil.
Pada penggunaan konvensional, VSL menggunakan duct baja ulir dengan tebal
minimum 0.25 mm walaupun sistem VSL PT-PLUS(R) dengan duct plastik ulir
dan plastik coupler dapat memberi keuntungan penting. Untuk pekerjaan yang
menuntut perlindungan terhadap bahaya korosi dan atau perlawanan bahaya fatiq
tendon, digunakan duct plastik. Steel duct telah diberi pelapis anti karat super,
dan duct plastik menghilangkan fatiq akibat gesekan strand dengan duct.
Stressing
Yang unik dari proses stressing VSL adalah prosedur penguncian otomatis baji
strand. Baji akan selalu berada didalam contact bersama strand selama proses
stressing, dan ketika jack dilepas maka baji akan secara otomatis terkunci pada
lubang konik kepala angker.
Dongkrak hidraulik VSL terbagi 3 (tiga) jenis yang masing masing memiliki
spesifikasi berbeda. Seperti halnya jack DSI, jack VSL juga memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan inlet jack dengan strand yang akan ditarinya.
Grouting
Untuk menghasilkan grouting kualitas tinggi harus, unsur pencampuran bahan
kimia grouting yang baik dan metode kerja grouting sangat mempengaruhi. VSL
menggunakan kombinasi mixer dan pompa dengan pengontrol kualitas grouting.
Kesimpulan
Sistem penarikan strand oleh VSL
berteknologi tinggi dan metode kerja yang baik, kantor cabang di Indonesia-pun
ada. Hal ini menjadi pertimbangan kuat pemilihan VSL sebagai perusahaan yang
memberikan jasa prestress pada FO Amplas, maupun disebagian besar pekerjaan
penegangan di Indonesia.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
a. Portal hoise
Penggunaan metode erection dengan portal hoise memiliki pertimbanganpertimbangan diatas. Metode erection ini menggunakan alat berupa portal hoise
crane dengan alat angkat berupa mesin gantry. Penggunaan alat ini apabila
disesuaikan dengan kondisi aktual proyek maka alat ini membutuhkan bentang
dengan lebar 24 m dan tinggi 11 m, serta kapasitas angkat lebih dari 80 ton.
Penggunaan alat ini memiliki keuntungan yaitu penggunaan ruang yang sesuai atau
optimal dengan kondisi lapangan yang ada. Selain itu kemudahan dalam pengaturan
posisi girder dalam pelaksanaan pekerjaan erection merupakan keunggulan dalam
memakai alat tersebut. Manuver halus yang dihasilkan dapat memperkecil resiko
bahaya. Namun alat ini memiliki kelemahan berupa tidak bebas bergerak hanya satu
arah saja. Jika dibuat maka membutuhkan biaya yang besar pula, namun apabila
dengan sistem biaya sewa perbalok metode ini menjadi efisien. Penggunaan ruang
yang optimal menjadikan metode ini menjadi efektif untuk dipilih. Waktu
pelaksanaan dengan metode ini juga optimal karena dengan kondisi kemacetan lalu
lintas metode ini masih dapat dilaksanakan, sehingga waktu kerja alat ini maksimal.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
b. Mobile crane
Metode erection dengan mobile crane yang menggunakan alat utama mobile
crane baik wheel atau crawler crane 2 (dua) unit. Dengan pemakaian 2 (dua) mobile
crane maka diperlukan koordinasi sempurna antar operator dan keahlian yang tinggi
untuk menghasilkan manuver yang tepat. Penggunaan mobile crane untuk erection
PC U girder ini akan efektif bila kondisi ruang besar / luas dengan pekerjaan yang
kontinyu tanpa idle karena sistem sewa perjam yang tinggi sesuai kontrak. Mobile
crane yang digunakan di Proyek ini direncanakan menggunakan Crawler crane
dengan kapasitas lebih dari 150 ton (Kobelco kapasitas 180 ton dan Hitachi kapasitas
150 ton), hal ini disebabkan berat PC U girder yang akan diangkat besar (136 ton).
Di Medan mobile crane dengan kapasitas tersebut belum ada sehingga harus
mendatangkan dari luar yaitu pulau Jawa, akibat biaya mobilisasi yang besar untuk
mendatangkannya maka metode ini tidak efisien biaya.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
c. Launcer truss
Jika digunakan metode erection dengan launcer truss, biayanya jadi semakin
tinggi. Metode erection ini menggunakan alat berupa launcher / rangkaian truss baja
dan alat angkat berupa mesin gantry crane. Alat ini memiliki kesamaan dengan portal
hoise yaitu penggunaan ruang yang optimal sehingga efektif juga untuk dilaksanakan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
di kondisi aktual lapangan proyek FO Amplas. Namun menjadi tidak efisien karena
dibutuhkan biaya yang besar untuk pembuatan tumpuannya baik berupa kolom
sementara ataupun tumpuan tiang diatas pier head. Penggunaan ruang yang sesuai
tanpa menganggu aktivitas proyek maupun lingkungan apabila alat tersebut
diletakkan diatas pier head. Tetapi pembuatan tumpuan di atas pier head akan
merubah kondisi pier head rencana. Alat tersebut tidak bergerak bebas dan
pemindahannya pun beresiko tinggi serta memakan waktu yang lama. Penggunaan
metode launcher ini lebih efektif untuk digunakan pada pekerjaan erection girder
pada jembatan.
Gambar 3.42. Contoh metode erection dengan Launcher Truss [CV.Jala Sutra]
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
pengangkatan
pada
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
pekerjaan erection girder secara otomatis akan mempengaruhi ruang gerak kendaraan
yang akan lewat.
Jalur lalu-lintas pada lokasi kerja FO Amplas dibagi dalam dua jalur, jalur utara
yaitu dari arah Amplas menuju Tanjung Morawa, dan jalur selatan yaitu dari arah
tanjung Morawa menuju Amplas. Kedua jalur yang merupakan jalur sangat padat
kendaraan itu, saat masa pekerjaan flyover pergerakan kendaraan menjadi semakin
lambat dikarenakan selain badan jalan yang sempit akibat digunakan sebagai area
kerja flyover, juga kondisi jalan yang rusak sehingga kendaraan tidak dapat melaju
dengan lancar.
Karena lokasi pekerjaan erection berada di aktifitas lalu lintas kendaraaan yang
tinggi maka proses erection girder harus dilaksanakan pada waktu ketika arus lalu
lintas yang rendah yaitu malam hari + 22.00 wib. Selain itu pengaturan jalur lalu
lintas kendaraan akan bermanfaat agar proses pekerjaan tidak terhambat sekaligus
tidak mengganggu kelancaran lalu lintas.
Rencana pengaturan lalu lintas untuk erection tahap 2 seperti pada gambar
3.47 dan telah dijelaskan pada sub-bab yang terdahulu merupakan alternatif paling
efektif untuk mengurangi panjang antrean kendaraan akibat pekerjaan erection
girder.
1. Erection PC U girder tahap 1 (jalur utara)
Untuk pekerjaan erection tahap 1 dengan daerah pengagkatan PC U girder
sebelah utara, maka penempatan portal hoise akan seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 3.47.a. Posisi portal hoise yang melintang di badan jalan
mengakibatkan pengaturan lalu kendaraan melintas sebagai berikut:
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
a. Saat pekerjaan pra-erection, arus kendaraan bagian utara dapat dilalui 1 (satu)
lajur saja, sedang untuk arus kendaraan dari arah selatan tetap 2 (dua) lajur
seperti biasa.
b. Saat pekerjaan erection sedang berlangsung, lalu kendaraan pada jalur utara
ditutup, kendaraan dari jalur utara dialihkan ke jalur selatan sehingga jalur
selatan 1 (satu) lajur untuk kendaraan jalur utara dan 1 (satu) lajur untuk
kendaraan jalur selatan.
c. Setelah pekerjaan erecton tahap 1 selesai, jalur utara dibuka kembali dan
telah dapat dilalui.
Untuk lebih jelas, traffic management erection tahap 1 (satu) digambarkan
sebagai berikut:
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Gambar 3.47.a. Pengaturan lalu jalur lintas kendaraan saat erection tahap 1 (utara)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
Posisi mobile crane berada penuh dijalan sehingga diperlukan pengalihan arus lalu
lintas, sedangkan portal hoise yang juga menggunakan badan jalan tetapi tidak perlu
melakukan pengalihan arus lalu lintas karena masih ada ruang untuk lalu lintas di
bawah portal. Penggunaan ruang mobile crane lebih besar dibanding pemakaian
ruang portal hoise crane sehingga dengan kondisi aktual lapangan proyek yang padat
lalu lintas maka metode erection dengan portal hoise lebih efektif dibandingkan
dengan menggunakan mobile crane.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan secara teknis dan non teknis maka dapat
disimpulkan:
1. Penggunaan PC U girder dengan mutu beton pelat jembatan yang telah direvisi
(dari K-300 menjadi K-350) terbukti mampu meningkatkan kemampulayanan
jembatan untuk memikul beban rencana Mu=17,482.8 kg/cm dengan tegangan
negatif saat servis 149.16 kg/cm2 yang nilainya lebih besar dari sebelum revisi
yaitu 123.61 kg/cm2.
2. Analisa perhitungan PC U girder dalam tulisan ini hanya berlaku untuk girder
produk PT. WIKA Beton
3. Keterbatasan lahan kerja proyek pembangunan Flyover Amplas merupakan salah
satu kendala utama pekerjaan super struktur pada proyek ini. Dengan kendala
tersebut, metode kerja stressing PCU girder dengan cara post-tension dan metode
kerja erection PCU girder dengan portal hoise merupakan metode yang paling
efisien yang telah disesuaikan dengan kondisi dilapangan.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
4.2. Saran
Dari kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Perlu dilakukan evaluasi terhadap pekerjaan stressing girder. Meski dalam
hitungan awal girder telah mampu menerima beban struktur, namun kesalahan
dalam pelaksanaan dapat mengurangi gaya prategang-nya.
2. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut terhadap metode kerja stressing dan erection
PCU girder untuk 5M (Material, Method, Man Power, Money, dan Machine)
lebih detail sebagai bahan perbandingan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA
Beton Wijaya Karya, PT. 2008. Dokumentasi Produksi Girder Wika Beton Binjai.
Binjai
Burns, H. & T.Y.Lin Ned. 1993. Desain Struktur Beton Prategang. Terjemahan
Ir. Daniel Indrawan M.C.E. Jilid I. Jakarta : Erlangga
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pembangunan Jalan dan Jembatan
Metropolitan Medan 2008. Dokumen Kontrak Buku 4 : Spesifikasi Teknik
dan Suplemen Spesifikasi Teknik. Paket Pembangunan Fly Over AmplasMedan. Medan : Medan
Hadipratomo Winarni. 1986. Struktur Beton Prategang Teori dan Prinsip
Disain. Bandung : Nova
Jala Sutra, PT. 2008. Company Profile CV. Jala Sutra. Medan
Mickleborough, N.C. & R.I.Gilbert. 1990. Design of Prestressed Concrete: Spon
Press : London & New York
Mulyadi. 2008. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Kompetisi Dasar Untuk
Terampil Menulis Medan
Nawy, E.G. 2001. Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar. Terjemahan
Bambang Suryoatmono. Erlangga : Jakarta.
RSNI T-12-2004. Standar Nasional Indonesia Perencanaan Struktur Beton Untuk
Jembatan. Departemen Pekerjaan Umum.
RSNI T-02-2005. Standar Nasional Indonesia Pembebanan Untuk Jembatan.
Departemen Pekerjaan Umum.
Sunggono, K.H. 1995. Buku Teknik Sipil. Nova : Bandung.
Wijaya Karya, PT. 2008. Booklet Presentasi Proyek Pembangunan Amplas Medan.
Medan
Wijaya Karya, PT. 2008. Proposal Teknis PC U Girder Postension Segmental
Medan
_______________. 2008. Sistem Manajemen K3 (OHSAS 19001). Jakarta
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository 2009