Konstipasi
Rectal Toucher
Rectum
Rontgen
Feses
Teraba massa
Konsistensi kenyal
1. Kondisi dimana kesulitan buang air besar ditandai dengan BAB keras dan kurang dari 2 kali
seminggu akibat terganggunya penyerapan dan kekurangan serat
2. Salah satu pemeriksaan untuk memeriksa massa feses dengan cara menggunakan hanscoon
lalu mengolesinya dengan gel
3. Tempat pengumpulan feses sebelum dikeluarkan melalui anus dan terdapat diantara prostura
sigmoid
4. Salah satu pemeriksaan diagnostic menggunakan sinar-X dan dapat melihat sampai ke
jaringannya
5. Zat sisa makanan yang dilakukan dikeluarkan melalui anus
6. Adanya penumpukan massa feses, dimana massa tersebut dapat diraba dengan palpasi
7. Keadaan dimana mukosa kenyal seperti gel
STEP 2
1.
2.
3.
4.
tidak ?
5. Dari kasus diatas, Apa penyakit yang diderita oleh klien tersebut ?
6. Apa penyebab benjolan di usus besar ?
7. Obat-obat apa saja yang dapat diberikan pada klien untuk mengatasi masalahnya ?
8. Bagaimana tindakan mandiri perawat untuk mengurangi nyeri klien ?
9. Pola makanan yang bagaimana yang dapat menyebabkan komplikasi ?
10. Gejala apa yang dialami klien selain nyeri ?
11. Bagaimana hubungan riwayat kesehatan sebelumnya dengan keadaan klien saat ini ?
12. Bagaimana penatalaksanaan yang harus dilakukan pada klien ?
13. Apa yang akan dialami pasien jika penyakitnya tidak segera ditangani ?
STEP 3
1. Perdarahan terjadi akibat BAB yang keras karena penumpukan feses berlebih sehingga
tekanan saat mengedan meningkat maka terjadi perdarahan
2. Karena jam 12 merupakan puncak dari pembuangan dalam siklus pencernaan
3. Frekuensi BAB lama kelamaan hilang karena adanya benjolan pada usus besar sehingga feses
tertahan dan tidak sampai ke rectum
4. Tidak normal. Hal tersebut terjadi karena dipegaruhi dari faktor makanan seperti bahan
pengawet, pewarna, dll.
5. Karsinoma kolorectal karena terdapat benjolan/pertumbuhan jaringan abnormal
6. Adanya benjolan di usus besar diakibatkan oleh pertumbuhan jaringan abnormal yang
disebabkan oleh factor makanan seperti kolesterol, pewarna buatan, pengawet makanan, dan
dapat pula disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam rokok
7. Obat-obat pencahar seperti microlax, dulkolax, dan lain-lain. Pemberian cairan enema agar
feses lunak dan pemberian analgetik untuk menangani nyeri pasien
8. Melakukan teknik relaksasi yaitu nafas dalam, melakukan distraksi yaitu pengalihan perhatian
ataupun dengan hipnotis
9. Makanan yang dapat mengakibatkan komplikasi yaitu makanan yang kurang serat dan kurang
minum air putih
10. Kelemahan, penurunan BAB, tidak mau makan, mual
11. Berhubungan, dimana riwayat dahulu pasien sudah mengalami konstipasi dan tidak mengubah
gaya hidup dan pola makannya agar lebih baik sehingga terjadi kanker
12. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien yaitu istirahat yang cukup, minum air
putih, makan makanan berserat, memberikan obat-obat pencahar untuk melunakkan feses,
pemberian kemoterapi agar pertumbuhan jaringan abnormal pada kolonnya tidak semakin
berkembang, dan apabila jaringan tersebut terus tumbuh maka akan dilakukan pembedahan
13. Feses akan terus menumpuk, feses tersebut mengandung racun apabila tidak dikeluarkan akan
menyebabkan tubuh pasien keracunan
STEP 4
Faktor Predisposisi :
Makanan serat
Kolesterol
Pengawet
Sering. menahan BAB
dll
Gangguan penyerapan pada kolon
Feses keras
Menumpuk di rectum
Konstipasi
Perdarahan di rectum
STEP 5
Muncul
benjolan pada
colon
Feses terhambat ke
rectum
Gangguan pola
eliminasi
Nyeri
1. Mengetahui defenisi Karsinoma Kolorectal
2. Mengetahui Epidemiologi Karsinoma Kolorectal
3. Mengetahui Etiologi Karsinoma Kolorectal
4. Mengetahui
Nyeri Faktor Resiko Karsinoma Kolorectal
5. Mengetahui Klasifikasi Karsinoma Kolorectal
6. Mengetahui Manifestasi klinik Karsinoma Kolorectal
7. Mengetahui Patofisiologi Karsinoma Kolorectal
8. Mengetahui Stadium Karsinoma Kolorectal
9. Mengetahui Penatalaksanaan Medis dan Non medis Karsinoma Kolorectal
10. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Karsinoma Kolorectal
11. Mengetahui Komplikasi Karsinoma Kolorectal
12. Mengetahui Askep Karsinoma Kolorectal
13. Mengetahui Pencegahan Karsinoma Kolorectal
14. MengetahuiTterapi Herbal Karsinoma Kolorectal
STEP 7
Reflex defekasi
/menghilang
Feses tertumpum di
usus besar
1. Defenisi
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dalam permukaan usus besar (kolon) atau
rektum/rektal, umumnya kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
Kemsimpulan : Karsinoma Kolorektal merupakan tumor ganas yang ditemukan pada kolon
dan rektum yang merupakan bagian dari sistem pencernaan dan terdapatnya adenoma serta
polip
2. Epidemiologi
Di Eropa, penyakit ini menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi
pada pria dan wanita pada tingkat insidensi dan mortalitas (Depkes, 2006).
Di Amerika Serikat, insidensi dari kanker kolorektal adalah lebih tinggi di bahagian utara
dan timur, manakala lebih rendah di bahagian selatan dan barat. Kanker kolon dan rektal
merupakan suatu masalah utama dengan 200,000 kes baru telah didiagnosa setiap tahun.
Dengan lebih terperinci 135,000 adalah kolorektal dan 98,200 adalah kolon. Kanker ini
membunuh kira-kira 60,000 orang setiap tahun di Amerika. Pada laki-laki dewasa, kanker
kolorektal menduduki tangga kedua selepas kanker paru manakala pada wanita dewasa,
kanker kolorektal menduduki tangga ketiga selepas kanker payu dara dan paru (Paul
Miskovitz, Marian Betancourt, 2005).
Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100/100000 penduduk. Namun hanya 3,2%
dari kasus kanker yang baru mencapai perawatan di RS. Data yang dikumpulkan dari 13
pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolorektal salah satu dari 5 kanker yang paling
sering terdapat pada pria maupun wanita (Depkes,2002).
3. Etiologi
Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah
buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
Kelainan kolon : Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
karsinoma kolon.
Genetik Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 kali lebih banyak daripada anak anak yang orangtuanya sehat.
Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena
kankercolorectal.
4. Faktor Resiko
Usia > 40 tahun dan memiliki riwayat gangguan pencernaan
Menderita poliposis atau ada keluarga yang menderita poliposis
Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker
kolorektal dibandingkan bukan perokok.\
Kebiasaan
makan.
Pernah
di
teliti
bahwa
kebiasaan
dan sedikit buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker
kolorektal.
Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko lebih
rendah untuk terbentuk kanker kolorektal.
5. Stadium
1. Stadium A yaitu hanya terbatas pada dinding usus dan angka harapan hidup untuk 5 tahun
kedepan 95 100 %
2. Stadium B yaitu menembus dinding usus tanpa adanya metastase dan angka harapan
3.
Prognosis dari pasien kanker kolorektal berhubungan dengan dalamnya penetrasi tumor atau
metastasis jauh. Semua variabel ini digabung sehingga dapat ditentukan sistem satingnya/
tahapannya. Pada tabel ini diaplikasikan dalam mrtode klasifikasi TNH dalam hal ini :
Dukes TNM
Stadium
Derajat
T1N0M0
B1
T2N0M0
B2
T3N0M0
II
TXN1M0
III
Deskripsi histopatologi
Bertahan 5
tahun (%)
>90
mukosa/submukosa
Kanker mencapai muskularis
Kanker cenderung masuk /
85
70-80
35-65
regional
Metastasis
5
D
TXNXM1
IV
Sumber : Sudoyo, Aru, W. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi kanker kolon secara umum adalah :
Perdarahan rektum
Perubahan pola BAB
Obstruksi intestinal
Nyeri abdomen
Kehilangan berat badan
Anorexia
Mual dan muntah
Anemia
Massa palpasi
Colon Kanan
Nyeri dangkal abdomen.
Anemia
Melena (feses hitam, seperti
tar)
Dyspepsia
Nyeri di atas umbilicus
kanan bawah
Colon Kiri
Obstruksi (nyeri abdomen
Rektal/Rectosigmoid
Evakuasi
feses
setelah defekasi.
Konstipasi dan
diare bergantian.
Feses berdarah.
Perubahan
kebiasaan defekasi.
Perubahan BB
feses.
Tenesmus
Perdarahan rektal
Perubahan pola BAB
Obstruksi intestine
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan
makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai
sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak;
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa
polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai
striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid,
sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
8. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
Pembentukan abses
9. Pemeriksaan Penunjang
Barium enema
Akan terlihat tanda-tanda obstruksi usus yang akan terjadi
Pemeriksaan rectal Toucher
Merupakan pemeriksaan colok dubur yang akan teraba adanya massa. Pemeriksaan darah
samar pada tinja dapat mengindikasikan adanya kanker
Hitung darah lengkap
Akan ditemukan anemia defesiensi zat besi ( Fe )
Ultrasonografi dan Foto Toraks
Untuk melihat ada atau tidaknya metastase dapat dilakukan pemeriksaan fungsi hati.
Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi dengan menggunakan teropong, melihat gambaran rektum dan sigmoid
adanya polip atau daerah abnormal lainnya dalam layar monitor. Sigmoidoskopi atau
kolonoskopi adalah test diagnostik utama digunakan untuk mendeteksi dan melihat
tumor. Sekalian dilakukan biopsy jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi 50
% sampai 65 % dari kanker kolorektal. Pemeriksaan enndoskopi dari kolonoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada klien dengan perdarahan
rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi sekum, barium enema mungkin tidak
dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar, merah, ulseratif sentral, seperti penyakit
divertikula, ulseratif kolitis
Radiologis: - Foto dada untuk melihat apakah ada metastasis ke paru.
- Foto kolon (barium enema)
USG untuk melihat ada atau tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di
abdomen dan hati
CT scan dan MRI yaitu untuk mengkaji apakahsudah ada metastase atau tidak
CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di membran sel
pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi oleh
radioimmunoassay dari serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi. Karena test ini tidak
spesifik bagi kanker kolorektal dan positif pada lebih dari separuh klien dengan lokalisasi
penyakit, ini tidak termasuk dalam skreening atau test diagnostik dalam pengobatan
penyakit. Ini terutama digunakan sebagai prediktor pada prognsis postoperative dan untuk
deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan pembedahan
Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces, karena semua
kanker kolorektal mengalami perdarahan intermitten.
Pemeriksaan jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik, ditandai
dengan sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umum
untuk test diagnostik selanjutnya untuk menemukan kepastian kanker kolorektal
Kolonoskopi digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rectum.
Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi
merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran
kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik
daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67% (Depkes, 2006)
10. Penatalaksanaan
a. Medis
Pembedahan
Luas reseksi usus tergantung pada lokasi tumor. Upaya reseksi usus dibuat setidaknya
5 cm dari usus normal disetiap sisi tumor.
Kemoterapi
Dengan 5- Flourourasil (5 FU) mencegah terjadinya perkembangan sel-sel abnormal
dan memperbaiki angka harapan hidup.
Terapi Radiasi
Sebelum maupun sudah pembedahan mampu mengurangi tumor dalam batas lokal.
Pasien dengan kanker kolorektal stadium II dan III memiliki resiko tinggi lebih lanjut,
lokal, maupun sistemik, sehingga perlu dilakaukan terapi radiasi
Imunoterapi
Sebagai terapi pelengkap yang digunakan untuk merangsang dan meningkatkan daya
tahan tubuh (imunitas) untuk melawan sel-sel kanker.
b. Non Medis
Penatalaksanaan Diet
Yang perlu diperhatikan yaitu : cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
Konsumsi Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari), menghindari makanan yang
mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging
hewan, menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut
dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
11. Pencegahan
Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung bahan pengawet, bahan kimia,
dan pewarna makanan. Mengurangi makanan yang berselera pedas terlalu tinggi,
makanan bersantan kental, banyak mengandung lemak, kalori, dan tinggi protein serta
rendah serat.
Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat alami, nilai gizi
seimbang, kalsium, asam folat, vitamin E, vitamin D, kaya anti oksidan yang dapat
polip
Melakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun untuk mengetahui
adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan penanganan atau terapi
kuratif
Diet yang direkomendasikan :
- Menurunkan lemak dari 40 % ke 30% dari total kalori
- Meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung serat
kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan
dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk
mengontrol Ca Colon dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan
dapat mengurangi kesempatan
menguatkan
eliminasi
Rasional
frekuensi
dan
Anjurkan satu gelas air hangat yang diminum cairan ini bertindak sebagai stimulus untuk
30 menit sebelum sarapan
peeluaran feses
perlu
untuk
merangsang
menggunakan
mengurangi nyeri.
Pemberian oksigen, dilakukan untuk
(0-4)
Istirahat
secara
fisiologis
menurunkan
kebutuhan
akan
metabolisme
basal.
Pengaturan
posisi
semifowler
membantu
merelaksasi
otot-
dapat
otot
Ajarkan
teknik
relaksasi
pernapasan
Mengingatkan intake oksigen sehingga
sentuhan
dukungan
psikologis
membantu
dengan
tim
medis
untuk
pemberian:
Analgetik melalui intravena
mengembangkan
kepatuhan
observasi
feses,
Merupakan
Rasional
tindakan
dependent
peritonitis.
bservasi faktor penyebab konstipasi.
Mengetahui
penyebab
dengan
jelas
memudahkan
faktor
pilihan
yang optimal.
Keadaan ini dapat menjadi penyebab
selama defekasi.
kelemahan
otot
abdomen
dan
menyebakan konstipasi.
Untuk mengetahui aktivitas kinerja
cairan
Tindakan
mempercepat penyembuhan
kolaboratif
untuk
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Davey, Patrick .2005. at al. Aglance Medicine. Jakarta : Erlangga
Smeltzer and Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). akarta: EGC.
Wijayakusuma, Hembing. 2005. Atasi kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI
Zahari, A. 2002. Deteksi dan Diagnosa dini dan Penatalaksanaanya. Simposium Onkologi
Terkini : Padang