Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-sided
circulation (emboli paradoksikal).Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi
valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark
miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.Sebanyak 23 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85 persen di antaranya terjadi pada
bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.
2. Thrombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk sistem
arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior).Tempat
terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada
daerah distribusi dari arteri karotis interna.Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi
plak), dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi protein
C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat
gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan
terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).
C. ANATOMI PEMBULUH DARAH OTAK
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel
glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar
100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk
hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan
50% glukosa yang ada di dalam darah arterial.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah total
yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal.Otak mendapat darah dari arteri. Yang
pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan
darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah
vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
posterior.Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum
posterior membentuk suatu sirkulus willisi.
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi dari otak adalah
otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat
bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak
kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan
serabutserabut saraf ke target organ
D. KLASIFIKASI
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik (kausal):
1. Berdasarkan manifestasi klinis
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam
waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak
lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Berdasarkan kausal
a. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.Trombotik
dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil.Pada pembuluh
darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan
darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat
atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi
karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang.Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
b. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang
lepas.Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa
mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
E. PATOFISIOLOGI
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis
dan
arteriosklerosis.
atau
oleh
karena
gangguan
umum
(Hypoksia karena
gangguan
paru
dan
jantung). Arterosklerosissering atau cenderung sebagai faktor penting terhadapotak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan
lambat
atau
terjadi turbulensi.
Oklusi pada
pembuludarah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan
hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akanmenyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit.Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat terjadi
oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
Di samping itu, keluhan dan gejala stroke biasa diklasifikasikan berdasarkan pembuluh darah
arteri yang terkena. Tanda gejala yang menyertai lesi pada arteri serebri media meliputi:
Afasia
Disfasia
Defisit pada lapangan penglihatan
Hemiparesis pada sisi lesi (lebih berat pada wajah dan lengan dibandingkan pada tungkai).
Gejala yang menyertai lesi pada arteri karotis meliputi:
Kelemahan
Paralisis
Patirasa
Perubahan sensorik
Gangguan penglihatan pada sisi lesi
Perubahan tingkat kesadaran
Bruits
Sakit kepala
Afasia
Ptosis
Gejala yang menyertai lesi pada arteri vertebrobasilaris meliputi:
Kelemahan pada sisi yang terkena
Patirasa di sekitar bibir dan mulut
Defisit pada lapangan penglihatan
Diplopia
Koordinasi yang buruk
Disfagia
Bicara yang pelo
Rasa pening
Nistagmus
Amnesia
Ataksia
Tanda gejala yang menyertai lesi pada arteri serebri anterior meliputi:
Kebingungan
Kelemahan
Patirasa, khususnya pada tungkai di sisi lesi
Inkontinensia
Kehilangan koordinasi
Kerusakan fungsi motorik dan sensorik
Perubahan kepribadian
Tanda gejala yang menyertai lesi pada arteri serebri anterior meliputi:
Defisit lapangan penglihatan (hemianopsia homonim)
Kerusakan sensorik
Disleksia
Perseverasi (jawaban yang itu-itu saja ketika ditanya)
Koma
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan
mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak.
Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu
hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur turun
kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
H. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat
dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi, infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan
thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis, nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan atau
kardiovaskuler dapat meninggal.
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai
berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi,
kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki
hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah
posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada
tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi
thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau emboli di
tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di
leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh
pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
Aktivitas/ Istirahat
Gejala: merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/ kejang otot).
Tanda: gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadi kelemahan umum, gangguan
d
e
g
h
j
k
PRIORITAS KEPERAWATAN
1
2
3
4
diri pasien.
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosisnya dan kebutuhan tindakan.
TUJUAN PEMULANGAN
2
3
distabilkan.
Komplikasi dapat dicegah/diminimalkan.
Kebutuhan pasien sehari-hari dapat terpenuhi oleh pasien sendiri atau dengan bantuan yang
4
5
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dapat dihubungkan dengan:
Hasil
yang
PERUBAHAN
PERFUSI
JARINGAN
SEREBRAL
Interupsi aliran darah: gangguan oklusif, hemoragi;
vasospasme serebral, edema serebral.
Perubahan tingkat kesadaran; kehilangan memori.
Perubahan dalam respon motorik/sensori; gelisah.
Defisit sensori, bahasa, intelektual, dan emosi.
Perubahan tanda-tanda vital.
Mempertahankan tingkat kesadaran membaik,
adanya
deteriorasi/kekambuhan defisit.
TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Pantau/catat status neurologis sesering Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan
mungkin
dan
bandingkan
keadaan normalnya/standar.
luas dan kemajuan/resolusi kerusakan SSP.
Pantau tanda-tanda vital, seperti catat: Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan/trauma
Adanya
hipertensi/hipotensi, serebral pada daerah vasomotor otak. Hipertensi
bandingan tekanan darah yang atau hipotensi postural dapat menjadi faktor
terbaca pada kedua lengan.
Frekuensi
dan
irama
jantung; lengan.
Perubahan terutama adanya bradikardia dapat
terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak.
Disritmia dan murmur mungkin mencerminkan
adanya penyakit jantung yang mungkin telah
menjadi pencetus CSV (seperti stroke setelah
adanya
periode
apnea,
lokasi
kerusakan
efektif)
Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial okulomotor
kesamaan, dan reaksi terhadap cahaya.
ditentukan
persarafan
oleh
simpatis
mempersarafinya.
keseimbangan
dan
parasimpatis
Respon
terhadap
antara
yang
cahaya
otak
yang
terkena,
mengindikasikan
mungkin
mungkin
mengindikasikan
peningkatan/penurunan TIK.
Letakkan kepala dengan posisi agak Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan
ditinggikan
dan
dalam
posisi drainase
dan
meningkatkan
anatomis.
serebral.
Pertahankan keadaan tirah baring; Aktivitas/stimulasi
yang
sirkulasi/perfusi
kontinu
dapat
ciptakan lingkungan yang tenang; meningkatkan TIK. Istirahat total dan ketenangan
batasi
pengunjung/aktivitas
sesuai indikasi.
Anjurkan klien
untuk
memaksa
terus-menerus).
Kaji
rigiditas
nukal,
(batuk
kedutan, Merupakan indikasi adanya iritasi meningeal.
TIK/trauma serebral.
Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan
vasodilatasi
serebral
dan
tekanan
meningkat/terbentuknya edema.
Berikan obat sesuai indikasi:
Antikoagulasi,
seperti
natrium Dapat digunakan untuk meningktkan/memperbaiki
warfarin
(Coumadin),
antitrombosit
(ASA),
(Persantine).
Antifibrolitik,
asam
aminokaproid (Amicar).
Antihipertensi
lisis
bekuan
yang
terbentuk
dan
pasverin jaringan.
Digunakan
untuk
memperbaiki
sirkulasi
isoksupresin
kontralateral dan menurunkan vasospasme.
(Vasodilan).
Steroid, deksametason (Decadrone).
Fenitoin (Dilatin), fenobarbital.
Pelunak feses.
pemeriksaan
sesuai indikasi.
pengobatan/kadar terapeutik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
keterbatasan
rentang
gerak;
penurunan
kekuatan/kontrol otot.
Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang
Hasil
yang
diharapkan/kriteria
yang
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Ubah posisi minimal setiap 2 jam Menurunkan
(terlentang, miring).
risiko
terjadinya
trauma/iskemia
anatomis.
Posisikan lutut dan panggul dalam Mempertahankan posisi fungsional.
posisi ekstensi.
Pertahankan kaki
dalam
berisiko
untuk
terjadinya
penurunan
Lakukan masase secara hati-hati pada perfusi/iskemia. Stimulasi sirkulasi dapat mencegah
daerah kemerahan.
kerusakan kulit dan berkembangnya dekubitus.
Kolaborasi
Berikan tempat tidur dengan matras Meningkatkan distribusi merata berat badan yang
bulat, atau tempat tidur khusus sesuai menurunkan tekanan pada tulang-tulang tertentu
indikasi.
dan
membantu
untuk
mencegah
kerusakan
kulit/dekubitus.
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi Program yang khusus dapat dikembangkan untuk
secara aktif, latihan resistif, dan menemukan
ambulasi pasien.
kebutuhan
yang
berarti/menjaga
kekuatan.
Bantulah dalam stimulasi elektrik Dapat membantu memulihkan kekuatan otot dan
TENS sesuai indikasi.
Berikan
obat
relaksan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
KOMUNIKASI
DAN/ATAU TERTULIS
Kerusakan
sirkulasi
neuromuskuler,
serebral;
kehilangan
VERBAL
kerusakan
tonus/kontrol
otot
diharapkan/kriteria komunikasi.
Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan
evaluasi pasien akan:
dapat diekspresikan.
Menggunakan sumber-sumber dengan tepat.
TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Perhatikan
kesalahan
dalam Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk
Hasil
yang
dan
memberikan
kesempatan
untuk
menyebutkan
nama
tersebut.
mengenalinya tetapi tidak dapat meyebutkannya.
Minta pasien untuk mengucapkan Mengidentifikasi adanya disatria sesuai komponen
suara sederhana seperti Sh atau mororik dari bicara (seperti lidah, gerakan bibir,
Pus
kontrol nafas) yang dapat mempengaruhi artikulasi.
Minta pasien untuk menulis nama Menilai kemampuan menulis (agrafia) dan
dan/atau kalimat yang pendek. Jika kekurangan dalam membaca yang benar (aleksia)
tidak dapat menulis, mintalah pasien yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik
membaca kalimat yang pendek.
dan afasia motorik.
Berikan metode komunikasi alternatif, Memberikan komunikasi
tentang
kebutuhan
petunjuk
visual
(gerakan
gambar-gambar,
daftar
kebutuhan)
Antisipasi dan
penuhi
kebutuhan Bermanfaat
pasien.
dalam
menurunkan
frustasi
bila
percakapan
yang
cepat. pasien.
untuk
atau
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI
Perubahan persepsi sensori, transmisi, integrasi
dalam
ketajaman
sensori
mengenal/mendekati
makna
Inkoordinasi motor.
Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan
Hasil
yang
fungsi perseptual.
diharapkan/kriteria Mengakui perubahan dalam kemampuan dan
untuk
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Kaji adanya gangguan penglihatan. Munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak
Catat
adanya
pandang,
penurunan
perubahan
lapang negatif
terhadap
kemampuan
pasien
untuk
kesadaran
interpretasi
lingkungan;
dan
tajam/tumpul,
posisi
terhadap
sensorik,
membedakan
stimulasi
Kaji
jumlah
stimulasi
dari
terhadap
sentuhan.
gerakan
yang
mengganggu
ambulasi,
persepsi
Membantu
dan
pasien
interpretasi
untuk
yang
kebutuhan.
Bicara dengan
berlebihan
tenang,
bagian
tubuh,
lingkungan, kehilangan kemampuan meskipun bagian sensori masih tetap normal) dapat
mengenali objek yang sebelumnya mengarah
pada/mengakibatkan
kerusakan
dikenal/tidak
mampu
mengenal unilateral.
anggota keluarga.
Anjurkan pasien untuk mengamati Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan
kakinya bila perlu dan menyadari membantu dalam mengintegrasikan kembali sisi
posisi bagian tubuh tertentu. Buatlah yang sakit dan memungkinkan pasien mengalami
pasien sadar akan semua bagian tubuh kelalaian sensasi dan pola gerakan normal.
yang terabaikan, seperti stimulasi
sensorik pada daerah yang sakit.
Lakukan validasi terhadap persepsi Membantu
pasien
mengidentifikasi
pakaian;
kesulitan
yang
kemampuan mandiri.
Mengidentifikasi
sumber
dalam
pribadi/komunitas
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Hindari melakukan sesuatu untuk Pasien mungkin menjadi sangat ketakutan dan
pasien yang dapat dilakukan pasien sangat tergantung dan meskipun bantuan yang
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi,
kebutuhan.
dalam
mengambil pengawasan
tambahan
untuk
meningkatkan
keputusan.
keamanan pasien.
Berikan umpan balik yang positif Meningkatkan perasaan makna diri. Meningkatkan
untuk setiap usaha yang dilakukan kemandirian dan mendorong pasien untuk berusaha
atau keberhasilannya.
Buat rencana terhadap
kontinu.
gangguan
dapat
melihat
untuk
memakan
dinding.
Kaji kemampuan
pasien
menghindari
kemampuan
untuk
dan/atau fase
pemulihan
menggunakan mengontrol
akut
kembali
tetapi
biasanya
dapat
ini
sesuai
fungsi
untuk
berkemih
memungkinkan.
Identifikasi
kebiasaan
jika
sebelumnya dan kembalikan pada dan membantu dalam pencegahan konstipasi dan
kebiasaan
pola
Anjurkan
pasien
makanan
yang
normal
untuk
makan
berserat,
minum
dengan
rencana
terapi
dan
asa/tak berdaya.
Berfokus pada kekuatan, fungsi, dan penampilan
masa lalu.
Preokupasi dengan perubahan atau kehilangan.
Tidak menyentuh atau melihat pada bagian tubuh
yang sakit.
Bicara/berkomunikasi
Hasil
yang
diharapkan/kriteria
dengan
orang
terdekat
dalam cara
yang akurat
tanpa
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Kaji luasnya gangguan persepsi dan Penentuan faktor-faktor secara individu membantu
hubungkan dengan ketidakmampuan.
Identifikasi
arti
dari
intervensi.
kehilangan Kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi
Anjurkan
menerima
dan
mengatasi
kekurangannya.
untuk Mendemonstrasikan penerimaan/membantu pasien
pasien
mengekspresikan
dalam
baik
keberhasilan
membantu
pada
pasien
melakukan
sebanyak
dan
Pantau gangguan tidur, meningkatnya Mungkin merupakan indikasi serangan depresi yang
kesulitan
untuk
pernyataan
ketidakmampuan
untuk lanjut.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
MENELAN
Kerusakan neuromuskuler/perseptual.
[Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan
yang
diharapkan/kriteria
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Tinjau ulang patologi/kemampuan Intervensi nutrisi/pilihan rute makan ditentukan
menelan pasien secara individual, oleh faktor-faktor ini.
catat
luasnya
gangguan
paralisis
lidah,
parsial,
kemampuan
kepala
Letakkan
pasien
dalam
posisi
menelan.
Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses
menelan dan menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
bagian
secara
bawah
manual
dagu
jika
dibutuhkan.
Letakkan makanan pada daerah
mulut yang tidak terganggu.
Sentuh pipi bagian dalam dengan kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk
spatel lidah/tempatkan es untuk menelan dan meningkatkan pemasukan.
mengetahui
adanya
Pilih/bantu
pasien
untuk
sedotan
saat
meminum cairan.
Anjurkan orang terdekat untuk Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan
membawa
makanan
pasien.
Menstimulasi upaya makan dan meningkatkan
menelan/masukan.
Pertahankan makanan dan haluaran Jika usaha menelan tidak memadai untuk memenuhi
dengan akurat, catat jumlah kalori kebutuhan cairan dan makanan harus dicarikan
yang masuk.
metode alternatif untuk makan.
Anjurkan untuk berpartisipasi dalam Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak
program latihan/kegiatan.
Kolaborasi
Berikan cairan melalui IV dan/atau Mungkin diperlukan untuk memberikan makanan
makanan melalui selang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
KURANG
PENGETAHUAN
BELAJAR]
MENGENAI
PENGOBATAN
Kurang pemajanan.
Keterbatasan kognitif,
[KEBUTUHAN
KONDISI
kesalahan
DAN
interpretasi
Hasil
yang
diharapkan/kriteria
Meminta informasi.
Pernyataan kesalahan informasi
Ketidakakuratan mengikuti instruksi.
Terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Berpartisipasi dalam proses belajar.
Mengungkapkan
pemahaman
tentang
kondisi/prognosis dan aturan terapeutik.
Memulai perubahan dan gaya hidup
yang
diperlukan.
TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Tinjau ulang keterbatasan saat ini dan Meningkatkan pemahaman, memberikan harapan
diskusikan
meminta
proses dalam
bantuan
dalam
cara
pengambilan
keputusan
yang
Diagnosa
Intervensi
NIC :
Circulation status
Monitor TTV
afinitas
Neurologic status
Hb
oksigen,
O2,
Tissue
Prefusion
cerebral
DO
asuhan
ketidakefektifan
perfusi
jaringan
teratasi
cerebral
Tekanan
dan
yang diharapkan
- Kesulitan menelan
Tidak
ada
ortostatikhipertensi
dan
reaktif
dari
diplopia,
Menunjukkan
Bebas
adanya
Komunikasi jelas
Pupil
Monitor
systole
- Perubahan perilaku
- Perubahan reaksi pupil
dan
kesimetrisan
reaksi
ketajaman,
aktivitas
parameter
hemodinamik
Tinggikan
kepala
0-45o
kejang
Tidak mengalami nyeri
kepala
Diagnosa
kedalaman
Respiratory
status
Ventilation
pernafasan
Respiratory
status
o Perubahan ekskursi dada
Airway patency
o Mengambil posisi tiga
Vital sign Status
Intervensi
NIC:
: Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
: Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
titik
o Bradipneu
o Penurunan
tekanan
ekspirasi
o Penurunan
ventilasi ..pasien
suction
menunjukkan
keefektifan Berikan bronkodilator
semenit
o Penurunan kapasitas vital pola
nafas,
dibuktikan
Berikan pelembab udara Kassa basah
o Dispnea
dengan
kriteria
hasil:
o Peningkatan
diametr
NaCl Lembab
Mendemonstrasikan
batuk
anterior posterior
Atur
intake
untuk
cairan
o Pernafasan cuping hidung
efektif dan suara nafas
mengoptimalkan keseimbangan.
o Ortopnea
yang bersih, tidak ada
o Fase ekspirasi memanjang
Monitor respirasi dan status O2
sianosis dan dyspneu
o Pernafasan bibir
Bersihkan mulut, hidung dan secret
o Takipnea
(mampu
mengeluarkan
o Penggunaan
otot
trakea
sputum, mampu bernafas
aksesorius untuk bernafas
Pertahankan jalan nafas yang paten
dg
mudah,
tidakada
Observasi adanya tanda tanda
pursed lips)
Faktor yang berhubungan:
hipoventilasi
Menunjukkan jalan nafas
o Ansietas
yang paten (klien tidak Monitor adanya kecemasan pasien
o Posisi tubuh
o Deformitas tulang
terhadap oksigenasi
merasa tercekik, irama
o Deformitas dinding dada
nafas,
frekuensi Monitor vital sign
o Keletihan
pernafasan dalam rentang Informasikan pada pasien dan
o Hiperventilasi
o Sindrom hipoventilasi
normal, tidak ada suara
keluarga tentang tehnik relaksasi
o Gangguan
nafas abnormal)
untuk memperbaiki pola nafas.
muskuloskeletal
Tanda Tanda vital dalam Ajarkan bagaimana batuk efektif
o Kerusakan neurologis
o
o
o
o
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuskuler
Obesitas
Nyeri
RR=
16-
24x/menit
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
NOC :
Berhubungan dengan :
Joint
NIC :
Movement
Active
Mobility Level
- Keterlembatan
perkembangan
- Pengobatan
Transfer performance
Setelah
- Keterbatasan
kardiovaskuler
integritas mobilitas
struktur tulang
fisik
teratasi
dengan kebutuhan
Klien
meningkat
peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan
perasaan
meningkatkan
kekuatan
- Kerusakan muskuloskeletal
kemampuan
dan neuromuskuler
dalam
dan
terhadap cedera
penggunaan
Bantu
Kaji
kemampuan
pasien
dalam
mobilisasi
Latih
pasien
dalam
pemenuhan
dan
bantu
penuhi
Memperagakan
aktivitas/penurunan
berpindah
- Intoleransi
keperawatan
selama.gangguan
- Kehilangan
latihan
dilakukan
ketahan tindakan
alat
untuk
mobilisasi (walker)
Berikan
alat
Bantu
jika
klien
memerlukan.
- Kerusakan kognitif
diperlukan
digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi
selektif
umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
atau
gerakan
(penurunan
untuk
berjalan,
kecepatan,
kesulitan
memulai
langkah pendek)
- Keterbatasan motorik kasar
dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan
disertai
nafas
stabilan
posisi
Respiratory
Peningkatan
tekanan
dalam lambung
-
elevasi
tubuh
Status
Intervensi
NIC:
: Monitor tingkat kesadaran, reflek
Ventilation
Aspiration control
atas
Setelah
NGT
Pasien
Penurunan
gastrointestinal
motilitas
dilakukan
mampu menelan,
dan
mampumelakukan
oral
hygiene
Jalan nafas paten, mudah
setelah makan
bernafas,
tidak
tercekik
dan
merasa
tidak
ada
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko trauma
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
NOC :
Kelemahan,
penglihatan
Prevention
tangan-mata,
edukasi
keamanan, keterbelakangan
mental
Eksternal:
Lingkungan
NIC :
Faktor-faktor risiko
Internal:
Intervensi
occurance
Safety
Behavior
Physical Injury
untuk pasien
pasien dan
perabotan)
Setelah
tindakan
dilakukan
keperawatan
selama.klien
tidak
mengalami
trauma
dengan kriteria hasil:
Menempatkan
pasien.
saklar
lampu
Membatasi pengunjung
Memberikan
penerangan
yang
keluarga
untuk
cukup
Menganjurkan
menemani pasien.
Mengontrol
kebisingan
lingkungan
dari
dapat membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Hasil
NOC :
dengan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
motivasi,
hambatan Setelah
lingkungan,
kerusakan tindakan
NIC :
neuromuskular,
Intervensi
nyeri, perawatan
dilakukan
keperawatan
.
kecemasan, Klien
teratas
diri
terbebas
makan.
dari
bau badan
mandi,
untuk
ketidakmampuan
untuk
kemampuan
untuk
utuh
untuk
melakukan ADLs
berpakaian, Dapat
melakukan
ketidakmampuan
untuk
ADLS dengan bantuan
makan,
ketidakmampuan
untuk toileting
secara
melakukan self-care.
kenyamanan terhadap
ketidakmampuan
Menyatakan
DO :
Defisit
kognitif,
Ajarkan
klien/
mendorong
keluarga
untuk
kemandirian,
untuk
tidak
mampu
untuk
melakukannya.
Pertimbangkan
usia
klien
jika
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Risiko gangguan integritas NOC :
kulit
Intervensi
NIC : Pressure Management
Faktor-faktor risiko:
Status Nutrisi
Eksternal :
Hipertermia
atau -
hipotermia
Integrity
Substansi kimia
Kelembaban udara
Faktor
Setelah
mekanik tindakan
keperawatan
menimbulkan integritas
Gangguan
kulit
terjadi
Immobilitas fisik
hasil:
Radiasi
baik
Kelembaban kulit
dipertahankan
Obat-obatan
kriteria
bisa
Melaporkan
Internal :
-
dengan
tidak
adanya
Perubahan
status
metabolik
yang
mengalami
gangguan
pengkajian
risiko
untuk
Tulang menonjol
Defisit imunologi
pemahaman
Berhubungan
Menunjukkan
dengan
dalam
Kolaborasi
dengan
ahli
gizi
untuk
dengan perkembangan
dan
mencegah
Perubahan sensasi
terjadinya
berulang
(obesitas, kekurusan)
Mampu
Perubahan pigmentasi
kulit
Perubahan sirkulasi
mempertahankan
Perubahan
turgor
(elastisitas kulit)
-
vitamin
melindungi
dan
perawatan alami
Psikogenik
dan
warna
kulit normal
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Hasil
NOC:
Kurang Pengetahuan
Berhubungan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
dengan
NIC :
: Kowlwdge : disease
keterbatasan
kognitif,
interpretasi
terhadap Kowledge
informasi
yang
salah,
informasi,
health
DO:
pasien
mengikuti
instruksi,
tepat.
tentang
tentang
ketidakakuratan
keperawatan
menunjukkan
Menyatakan
dilakukan
pengetahuan
DS:
Behavior
tidak tindakan
informasi.
process
Intervensi
yang tepat
Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
penyakit,
kondisi,
dan
prognosis
program pengobatan
Pasien dan keluarga
bagi
yang tepat
Diskusikan
prosedur
penanganan
dijelaskan
secara
benar
pilihan
terapi
atau
informasi
mampu melaksanakan
yang
keluarga
mendapatkan
dengan
cara
second
yang
opinion
tepat
atau
mampu menjelaskan
diindikasikan
kembali
apa
yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya
3
Implementasi
Tindakan/implementasi berdasarkan rencana atau intervensi keperawatan yang telah dibuat.
4 Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissller.A.C (2008). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba
Medika
NANDA,2013, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Wilkinson., Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Nanda Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC