Anda di halaman 1dari 28

TUGAS PRESESENTASI

KASUS HAMBALANG
Dosen Pengampu: Prof. Gudono, Ph.D. CMA., Akt

Disususn oleh:
Kelompok 3
Gerlan

Hahanusa

13/359745/PEK/18847

Indra Mangiwa Putra

13/359743/PEK/18845

Juwenah

13/359484/PEK/18739

Selpina Iek

13/359671/PEK/18803

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

A. Ringkasan Umum Kasus Hambalang


Proyek Hambalang dimulai sekitar tahun 2003. Secara kronologis, proyek
ini bermula pada Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora (Kementerian
Pemuda dan Olah Raga) menilai perlu ada Pusat Pendidikan Latihan dan
Sekolah Olah Raga pada tingkat nasional. Oleh karena itu, Kemenpora
memandang perlu melanjutkan dan menyempurnakan pembanugnan proyek
pusat pendidikan pelatihan dan sekolah olahraga nasional di Hambalang,
Bogor. Selain itu juga untuk mengimplementasikan UU Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Pada 30 Desember 2010, terbit Keputusan Bupati Bogor nomor
641/003.21.00910/BPT 2010 yang berisi Izin Mendirikan Bangunan untuk
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional atas nama
Kemenpora
keberlanjutan

di

desa

Hambalang,

tersebut,

maka

Kecamatan

Pembangunan

Citeureup-Bogor.
Pusat

Pembinaan

Atas
dan

Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional mulai dilaksanakan tahun 2010


dan direncanakan selesai tahun 2012. Berdasarkan hasil perhitungan konsultan
perencana, untuk membangun semua fasilitas dan prasarana sesuai dengan
master plan yang telah disempurnakan, anggaran mencapai Rp 1,75 triliun
yang sudah termasuk bangunan sport science, asrama atlet senior, lapangan
menembak, extreme sport, panggung terbuka, dan voli pasir.
Sejak tahun 2009-2010 Kementerian Keuangan dan DPR menyetujui
alokasi anggaran sebagai berikut :
1. APBN murni 2010 sebesar Rp 125 miliar yang telah diajukan pada tahun
2009
2. APBNP 2010 sebesar Rp 150 miliar
3. Pagu definitif APBN murni 2011 sebesar Rp 400 miliar
Pada 6 Desember 2010 keluar surat persetujuan kontrak tahun jamak dari
Kemenkeu

RI

nomor

S-553/MK.2/2010.

Pekerjaan

pembangunan

direncanakan selesai 31 Desember 2012. Penerimaan siswa baru diharapkan


akan dilaksanakan tahun 2013-2014.

B. Pelaku yang Terlibat Dalam Kasus Hambalang


1. Pelaku Utama Kasus Hambalang
a. Andi Alfian Mallarangeng
Seorang pengamat politik Indonesia yang menjabat sebagai Menteri
Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Indonesia Bersatu II. Ia juga
pernah menjabat sebagai Juru Bicara Kepresidenan bagi Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono.
b. Wafid Muharam
Sebagai Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sekmenpora) dan
sebagai tangan kanan Menpora Andi Alfian Mallarangeng
c. Deddy Kusdinar
Sebagai Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian
Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
d. Lisa Lukitawati
Sebagai Direktur dari CV Rifa Medika
e. Andi Zulkarnain Anwar alias Andi Zulkarnain Mallarengeng alias
Choel
Sebagai Presiden Direktur PR FOX Indonesia.
f. Anas Urbaningrum
Sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat tahun 2009. Ia sempat
mempimpin Divisi Otonomi Politik dan Daerah sebelum menjadi
Ketua Umum DPP partai Demokrat. Pada tahun 2001-2005 ia juga
pernah bergabung menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Pasca mundurnya beliau dari Ketua Umum Partai Demokrat, pada
tahun 2013 ia mendirikan organisasi masyarakat yang bernama
Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).
g. Muhammad Nazaruddin
Muhammad Nazaruddin dipilih sebagai anggota Banggar DPR periode
2009-2014 dari Fraksi Partai Demokrat dan pada tahun 2010 diangkat
Bendahara Umum Partai Demokrat.
2. Pelaku Lainnya Kasus Hambalang
a. PT Metaphora Solusi Global (PT MSG)
Perusahaan yang bergerak dibidang arsitektur dan memenangkan
konsep masterplan dari proyek Hambalang.
b. Mahyuddin NS

Menjabat sebagai ketua komisi X DPR RI. Ia juga pernah menjabat


sebagai wakil gubernur Sumatera Selatan periode 2003-2008 dan
dilantik menjadi gubernur Sumatera Selatan pada 11 Juli 2008.
c. Angelina Sondakh
Anggota DPR RI periode 2004-2009 dan 2009-2014 sebagai Badan
Anggaran (Banggar) dari partai Demokrat. Selain itu ia juga pernah
menjabat sebagai Visa Officer, Australia First (1999-2000), dan
mantan Puteri Indonesia tahun 2001 asal Sulawesi Utara.
d. Mirwan Amir
Sukses menduduki Anggota DPR untuk periode 2009-2014 sebagai
anggota Banggar. Pertengahan 2012 ia tercatut dalam kasus dugaan
suap Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) sebagai Dewan
yang memiliki transaksi mencurigakan berdasarkan laporan PPATK.
e. Wayan Koster
Sebagai anggota komisi X dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP).
f. Kahar Muzakir
Anggota DPRD komisi X wilayah Sumatera Selatan II yang
menangani masalah Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Pariwisata,
Kesenian dan Kebudayaan.
g. Juhaeeni Alie
Sebagai anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat. Dia
Fraksi Partai Demokrat sendiri, Alie menjabat sebagai Sekretaris
Departemen Pendidikan Nasional di bawah kepemimpinan Anas
Urbaningrum.
h. Mardiyana Indra Wati
Sebagai anggota komisi X DPR RI dan anggota Kelompok Kerja
(Pokja) Proyek Hambalang.
i. Saul Paulus David Nelwan
Seorang pengusaha dalam kasus hambalang hanya menjadi saksi
karena meminta uang Rp 600 juta dari PT Adhi Karya atas perintah
dari Wafid Muharam.
j. Ida Bagus Wirahadi
Anggota dari Fraksi Partai Amanat Nasional
k. Poniran
l. PT Adhi Karya

Pihak konstruksi BUMN untuk proyek Hambalang dengan pihak yang


terkait :
1) Teuku Bagus Mukhamad Noor (sebagai Kepala Divisi Konstruksi
Jakarta I)
2) M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran sekaligus
Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor)
3) Muhammad Tamzil (Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor
dan M Arief Taufiqurahman)
4) Indrajaja Manopol ( Sebagai Direktor Operasi)
m. PT Wijaya Karya (Wika)
Perusahaan BUMN yang bergerak dibidang konstruksi yang bekerja
sama (KSO) dengan PT Adhi Karya.
n. Mohammad Fakhruddin
Sebagai staf khusus Menpora
o. Mahfud Suroso
Direktur PT Dutasari Citralaras
p. PT Grup Permai
Perusahaan milik M Nazaruddin
q. PT Global Daya Manunggal (GDM)
Perusahaan subkontraktor untuk pekerjaan struktur, arsitektur asrama
junior putra-putri dan Gedung Olah Raga (GOR) Serbaguna.
r. PT Duta Graha Indah (DGI)
Perusahaan milik Nazaruddin yang bergerak dibidang konstruksi
s. Mindo Rosalina Manulang
Direktur Marketing PT Anak Negeri yang kemudian menjadi rekanan
PT Duta Graha Indah (DGI)
t. Munadi Herlambang
Direktur PT MSONS Capital sekaligus Wakil Sekretaris Bidang
Pemuda dan Olahraga DPP Partai Demokrat.
u. Ketut Darmawan
Direktur Operasi PT Pembangunan Perumahan
v. Muchayat
Adalah Wakil Presiden Komisaris Utama Bank Mandiri yang pernah
menjabat sebagai Deputi Kementerian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN)
w. Ignatius Mulyono
Merupakan salah satu anggota Fraksi Partai Demokrat yang
menduduki kursi di Komisi II DPR RI. Dalam tugasnya, ia
membidangi

proses

pengaturan

kebijakan

negara

khususnya,

Pemerintahan Dalam Negeri, Aparatur Negara, Otonomi Daerah, dan


Agraria.
3. Pihak-Pihak Yang Diduga Terkait
a. Dalam proses pemberian izin-izin
1) Rahmat Yasin alias RY
Selaku Bupati Bogor yang menerbitkan Site Plan atas rencana
pembangunan P3SON berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan
Citeureup Kabupaten Bogor.
2) Syarifah Sofiah alias SS
Selaku Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor atas
nama Bupati yang menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
3) Burhanudin alias Bu
Selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor
yang membantu Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas
rencana pembangunan P3SON Hambalang.
4) Yani Hasan alias YH
Selaku Kepala Dinas Tata Bangunan dan Permukiman Kabupaten
Bogor yang membantu Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan
atas rencana pembangunan P3SON berlokasi di Desa Hambalang.
5) Achmad A Ardiwinata alias AAA
Selaku PPK kegiatan studi Amdan tahun 2007.
6) Inisal DN
Selaku Direktur PT CKS
b. Dalam proses pensertipikatan tanah
1) Joyo Winoto alias JW
Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait sertifikasi tanah
Hambalang. Menandatangani SK Hak Pakai untuk Kemenpora atas
tanah Hambalang.
2) Managam Manurum alias MM
Selaku Sestama sekaligus Plt Deputi II BPN
Memerintahkan LAW untuk menyerahkan SK Hak Pakai kepada
orang yang tidak berhak menerima dan tidak menandatangani RPD
mutakhir meskipun merubah RPD dengan memasukkan pernyataan
pelepasan hak.
3) Binsar Simbolon alias BS
Selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN
memerintahkan

staf

untuk

menyisipkan

Probosutedjo yang diduga palsu dalam RPD.


4) Erna Widayati alias EW

surat

pernyataan

Selaku staf pengolah data Deputi II BPN atas perintah Kasie,


Kasubdit, dan Direktur menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo
yang diduga palsu, dalam RPD sehingga SK Hak Pakai dapat
ditandatangani.
5) Luki Ambar Winarti alias LAW
Selaku Kabagian Persuratan BPN menyerahkan SK Hak Pakai
kepada orang yang tidak berhak menerima.
c. Dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak dan penyusunan
anggaran
1) Agus DW Martowardojo alias ADWM
Selaku Menteri Keuangan
2) Anny Ratnawati alias AR
Selaku Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan
3) Mulia P Nasution alias MPN
Selaku Sekjen Kementerian Keuangan
4) Dewi Pudjiastuti Handayani alias DPH
Selaku Direktur Anggaran II Kementerian Keuangan
5) Sudarto alias S
Selaku Kasubdit II E Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.
6) Rudi Hermawan alias RH
Selaku Kasie II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan
7) Ahmad Maliq alias AM
Selaku staf Seksi II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.
8) Guratno Hartono alias GH
Selaku Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian
PU.
9) Dedi Permadi alias DP
Selaku Pengelola teknis Kementerian PU.
d. Dalam proses pemilihan rekanan
1) Wisler Manulu alias WiM
Selaku Ketua Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Memerintahkan BaS selaku Sekretaris untuk melakukan
verifikasi secara formalitas hasil evaluasi prakualifikasi dan
penawaran lelang pekerjaan P3SON Hambalang, dan membuat
berita acara setiap tahap hasil pekerjaan lelang pekerjaan
P3SON Hambalang
b) Memerintahkan J
dokumentasi

untuk

lelang,

mengadministrasikan

mendistribusikan

seluruh

pemberitahuan

perubahan anggaran dari Rp 262M menjadi Rp 1,2T kepada


peserta lelang
c) Membuat pemberitahuan perubahan nilai pekerjaan yang
sebelumnya Rp 262M menjadi Rp 1,2T
d) Memeirntahkan J untuk memberikan

nomor

surat

pemberitahuan PPK mengenai perubahan nilai pekerjaan dari


Rp 262M menjadi Rp 1,2T
e) Memerintahkan J mendistribusikan surat perubahan nilai
pekerjaan dari RP 262M menjadi Rp 1,2T kepada peserta
lelang
2) Jaelani alias J
Selaku Anggota Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Memberikan nomor surat pemberitahuan PPK yang dibuat oleh
WiM mengenai perubahan nilai pekerjaan dari Rp 262M
menjadi Rp 1,2T
b) Mendistribusikan

surat

pemberitahuan

PPK

mengenai

perubahan nilai pekerjaan sebelumnya senilai Rp 262M


menjadi Rp 1,2T kepada peserta lelang
c) Menerima hasil pekerjaan Konsultan Perencana yang belum
layak menjadi dasar aanwijzing dan dokumen lelang untuk
pekerjaan tahun jamak(multiyears) senilai Rp 1,2 T
3) Bambang Siswanto alias BaS
Selaku Sekretaris Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Melakukan verifikasi seluruh hasil evaluasi baik prakualifikasi
maupun penawaran sesuai dengan arahan dan perintah Ketua
Panitia Lelang
b) Membuat seluruh berita acara tahap pelelangan dari hasil
prakualifikasi dan penwaran
4) Rio Wilarso alias RW
Selaku Staf Biro Perencanaan Kemenpora
a) Membantu menyusun data pendukung

RKA-KL tanpa

memperhatikan hasil perhitungan Kementerian Pekerjaan


Umum
b) Membantu menyusun Konsep Surat Keluar untuk permohonan
revisi RKA-KL tanpa didukung data yang cermat

c) Membantu melengkapi dokumen pendukung dari Instansi


Teknis

Fungsional

yang

tidak

pertimbangan yang profesional


d) Membantu menyusun desain

disusun

pelaksanaan

berdasarkan
tanpa

dasar

penetapan dan kebutuhan yang ditentukan oleh Menteri


Pemuda dan Olahraga
5) M Arifin alias MA
Selaku Komisaris PT

MSG

memerintahkan

AW

untuk

mengkoordinasikan pertemuan para pihak yang terkait dengan


proyek P3SON Hambalang
6) Asep Wibowo alias AW
Selaku Marketing Manager PT MSG aktif mengkoordinasikan
pertemuan pihak-pihak terkait yaitu konsultan perencanaan,
manajemen konstruksi, pemborong konstruksi, Panitia Pengadaan,
dan PPK proyek P3SON sebelum proses pelelangan dimulai
7) Husni Al Huda alias HaH
Selaku staf PT Yodya Karya mengkoordinasikan tim staf PT Yodya
Karya untuk melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap
dokumen penawaran PT Yodya Karya
8) Aman Santoso alias AS
Selaku direktur PT Ciriajasa Cipta Mandiri (CCM) meminta
stafnya (Mul dan RS) untuk melanjutkan proses teknis penawaran
setelah bertemu dengan MA dalam rapat kantor di kantor
Kemenpora dan memastikan bahwa yang akan bertindak sebagai
rekanan manajemen kontruksi adalah PT CCM
9) Mulyatno alias Mul
Selaku Manajer Pemasaran PT CCM
a) Memerintah AG bersama timnya untuk menyiapkan kebutuhan
dokumen dalam rangka pelelangan di Kemenpora
b) Menghubungi beberapa perusahaan lain untuk dapat membantu
mendukung

penawaran

sebagai

perusahaan

pendamping

pelelangan
10) Aditya Gautama alias AG
Selaku staf PT CCM mengkoordinasikan tim staf PT CCM untuk
mengurus seluruh proses penawaran termasuk melakukan evaluasi

prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen penawaran PT CCM


dan perusahaan-perusahaan pendamping
11) Rudi Hamarul alias Rha
Selaku staf PT CCM
a) Melakukan evaluasi prakualifikasi dan evaluasi teknis terhadap
penawaran yang disusun PT CCM sendiri
b) Membuat dokumen penawaran atas naman perusahaanperusahaan lain sebagai pendamping bagi PT CCM untuk
mengikuti pelelangan
c) Menyerahkan hasil evaluasi penawaran beserta kertas kerjanya
kepada Panitia Pengadaan
12) RM Suhartono alias RMS
Selaku staf PT CCM memasukkan

dokumen

penawaran

perusahaan-perusahaan pendamping untuk mengikuti pelelangan.


13) Yusuf Sholikin alias YS
Selaku staf PT CCM memasukkan dokumen prakualifikasi dan
mengisi daftar hadir pemasukkan dokumen prakualifikasi atas
nama perusahaan-perusahaan pendamping.
14) Malemteta Ginting alias MG
Selaku staf PT CCM sekaligus Team Leader Manajemen
Konstruksi menerima hasil evaluasi rekanan konstruksi dari KS
dan menyerahkan hasilnya kepada Panitia Pengadaan untuk
dibuatkan Berita Acara.
15) Teguh Suhanta alias TS
Selaku PT Adhi Karya mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi
prakualifikasi dokumen penawaran pekerjaan konstruksi yang
memenangkan PT AK
16) Kushadi alias KS
Selaku staf PT Adhi Karya bersama Da membawa dokumen
penawaran peserta lelang konstruksi untuk dievaluasi di Hotel
Aston, dan kemudian memberikan hasil evaluasinya kepada MG.
e. Dalam proses pencairan uang muka
R Isnanta alias RI
Selaku Kabag Keuangan Kemenpora menerbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM) sebesar Rp 217.137.547.103 untuk pembayaran
uang mukan oleh KPPN melalui SP2D kepada rekanan pelaksana
meskipun pekerjaan belum dilaksanakan oleh rekanan dan bukti

pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan belum diverifikasi oleh


pejabat yang berwenang.
f. Dalam proses pelaksanaan pembangunan konstruksi
R Isnanta alias RI
Selaku pantia Pemeriksa/Penerima Pengadaan Barang/Jasa pada
Pembangunan Lanjutan P3SON Hambalang melalaikan kewajibannya
memeriksa pekerjaan fisik dan infrastruktur proyek untuk pembayaran
tahun 2010.
C. Modus Kejahatan Dalam Kasus Hambalang
Kasus proyek hambalang merupakan kejahatan korupsi berjamaah yang
terorganisasi. Tahapan korupsi dilakukan sejak dalam penganggaran, lelang,
hingga pelaksanaan kegiatan pengadaan. Dampak negatif yang ditimbulkan
akibat kejahatan ini bagi perekonomia indonesia setidaknya berkisar pada dua
hal, yaitu: aspek kerugian keuangan negara dan buruknya infrastruktur publik
yang dihasilkan. Kedua dampak tersebut harus diterjemahkan sebagai
kerugian bagi publik, karena yang dikorupsi merupakan hasil penerimaan
negara dari publik (hasil pajak).
Jamak diketahui bahwa setiap proyek infrastruktur yang dibiayai negara tidak
pernah luput dari prakti suap menyuap. Munculnya istilah fee atau uang lelah
dikalangan DPR memperkuat dugaan praktek ini terjadi.
Korupsi proyek Hambalang adalah korupsi terstruktur. Semua pihak uang
disebutkan didalam audit menjalankan peranannya masing-masing. Dimuali
dari penyiapan lahan untuk pembangunan, termasuk perizinan, persetujuan
teknis pengadaan (lelang dan kontrak tahun jamak), pencairan anggaran,
hingga penetapan pemenang lelang yang dilakukan diluar prosedur baku.
Korupsi secara bersama-sama dalam Proyek Hambalang menunjukan tipe
korupsi yang terorganisasi. Kelompok penguasa berkolaborasi dengan
kepentingan bisnis melakukan kejahatan. Modus kejahatan korupsi semacam
ini hanyalah modifikasi dan replikasi kejahatan korupsi Orde Baru. Dari data
diketahui tercatat total loss atau jumlah kerugian negara dalam kasus mega
proyek di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor mencapai Rp 463,66 Miliar.
D. Flow-Chart Atas Kasus Hambalang

Secara garis besar proses terjadinya korupsi terstruktur proyek hambalang


yang melibatkan Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng,
Ketua Partai Demokrat Anas Urbaningrum, dan lainnya yang ikut terlibat
dapat diilustrisakan pada alur dibawah ini:
PERAN ANDI MALLARANGENG
Okt2009:SesmenporaWafid Muharam
menyampaikan
status
tanah
bermasalah karena belum ada
sertifikat. Andi lalu memerintahkan
Wafid agar segera menyelesaikan
masalah status tanah tadi.

Desember
2009:
Wafid
menyampaikan perkiraan anggaran
proyek sekitar Rp 2,5 T dana, ada
hambatan saat proses anggaran,
namun Andi menanggapi dengan
mengatakan komisi X merupakan
teman-temannya.

Deddy Kusnidar bersama Wafid bertemu


Choel
Choel Mallarangeng
Mallarangeng di
di Restoran
Restoran Jepang
Jepang
Hotel
Grand
Hyatt,
Hotel Grand Hyatt, Jakarta.
Jakarta. Pada
Pada
pertemuan tsb
pertemuan
tsb Choel
Choel menyampaikan
menyampaikan
bahwa
bahwa abangnya
abangnya Andi
Andi Mallarangeng
Mallarangeng sudah
sudah
satu tahun menjabat Menpora tapi belum
dapat apa-apa.
apa-apa.
dapat

Atas persetujuan DPR tsb, Wafid melalui Saul Paulus


David Nelwan meminta uang sebesar Rp 500 juta
kepada PT Adhi Karya melalui Ida Bagus Wirahadi
dan Rp 100juta dari Poniran, sehingga seluruh
jumlah Rp 600juta. Uang tersebut diserahkan kepada
Mahyudin saat kongres Partai Demokrat Di
Bandung.

Selanjutnya, dilakukan
pertemuan di ruangan
Menpora yang dihadiri
Wafid, Deddy, Choel,
Fachruddin, dan Arief
dari PT Adhi Karya.
Dengan ditetapkannya
KSO
Adhi-Wika
sebagai
pemenang
proyek
Hambalang.
Total
dana
yang
diperoleh Andi Rp 4
Miliar
dan
US$
550.000

Akhir2009,
Andi memperkenalkan adiknya Andi
Zulkarnain Anwar alias Choel
kepada Wafid. Andi menyatakan
adiknya akan banyak membantu
urusan Kemenpora,

Awal tahun 2010, terkait proses


pengajuan bahan anggaran pembangunan
hambalang, Andi diminta wafid untuk
berkordinasi dengan Komisi Xdan
Kementerian PU. Andi dan Wafid
selanjutnya mengadakan pertemuan di
ruangan Menporan dengan anggota DPR
dari Fraksi Demokrat yang bertugas di
PERAN
Komisi Xdan Badan Anggaran DPR,
yaitu Mahyudin
(ketua komisi X),
URBANINGRUM
Angelina Sondach, Mirwan Amir dan
Nazaruddin

Persetujuan
penambahan
anggaran
ditandatangani oleh Mahyudin selaku
pimpinan Komisi X dan jajarannya, yakni
Rully Chairul Azwardan dan Abdul Hakam
Naza. Selain itu, ditandatangani oleh
anggota Pokja seperti Angelina Sondach,
Wayan Koster, Kahar Muzakir, Juhaeni
Alie dan Mardiyana Indra Wati. Dengan
demikian anggaran tersedia menjadi Rp
275 M.

ANAS

Kemenpora
lalu
mengajukan
usulan
penambahan anggaran proyek Hambalang
sebesar Rp 625 M dalam APBN-P 2010.
Pokja anggaran Komisi X menyetujui
penambahan dana sebesar Rp 150 M dalam
APBN-P 2010 tanpa melalui proses Rapat
Dengar Pendapat (RDP) antara Pokja dan
Kemenpora

Agustus 2010, proyek Hambalang menjaddi


ajang rebutan antara PT Duta Graha Indah
(DGI) yang dimiliki muhammad Nazaruddin
dan Perusahaan BUMN PT Adhi Karya.

Mindo Rosalina Manulang (PT DGI) dan Lisa


Lukitawati (staf tim persiapan pembanguna
proyek
Hambalang)
bertemu
Arief
Taufiqurrahman (manajer pemasaran PT Adhi
Karya) dan meminta PT Adhi karya mundur dari
ProyekHambalang, karena dia dan Nazaruddin
yang akan mengerjakannya.

Akhirnya, Ignatius berhasil mengurus SK Hak


Pakai atas tanah Kemenpora di Hambalang,
kemudian menyerahkan SK tersebut kepada
Anas di ruangan Ketua Fraksi Partai Demokrat
yang disaksikan
Nazaruddin. Salinan SK
diberikan ke Nazaruddin.

Arief selanjutnya melaporkan hal tersebut pada


Kepala Divisi Konstruksi Jakarta 1 PT Adhi
Karya Teuku Bagus Mokhamad Noor.

Terkait masalah ini, Teuku Bagus meminta tolong


Mahfud Suroso dari PT Dutasari Citalaras, yang
dekat dengan istri mantan Anas Urbaningrum
Ketua Partai Demokrat Attiyah Laila, karena
Mndo Mengganggu.

Saat itu Anas menyampaikan kepada


Nazaruddin agar mundur dan tidak mengambil
proyek konstruksi pembangunan P3SON
Hambalang.

Anas membantu untuk mengurus permasalahan


tanah Hambalang di Badan Pertanahan
Nasional. Anas memerintahkan Ignatius
Mulyono selaku Ketua Komisi II DPR dari
Partai Demokrat yang mempunyai mitra
kerjanya BPN, untuk mengurus permasalahan
hak pakai tanah untuk pembangunan Proyek
Hambalang.

Jaksa mencatat Anas mendapat Rp 2,21 Miliar untuk


membantu pencalonan sebagai ketua umum dalam
kongres Partai Demokrat 2010 yang diberikan secara
bertahap pada 19 April hingga 6 Desember 2010. Uang
diserahkan Teuku Bagus melalui Munadi Herlambang,
Indrajaja Manopol (Direktur Operasi PT Adhi Karya)
dan Ketut Darmawan (Direktur Operasi PT
Pembangunan Perumahan) atas permintaan Muchayat.

E. Pasal yang Dilanggar Dalam Kasus Hambalang


1. Pasal yang Dilanggar Berdasarkan Temuan BPK atas Penyimpangan
a. Penyimpangan dalam pemberian izin lokasi, site plan, dan Izin
Mendirikan, pasal yang dilanggar adalah:

1) Pasal 22 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa setiap
kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan wajib
memiliki Amdal.
2) Perda Kab Bogor Nomor 12 tahun 2009 tanggal 10 Agustus 2010
tentang Bangunan Gedung pasal 25 yang menyatakan bahwa
persyaratan tata bangunan meliputi adanya pengendalian dampak
lingkungan.
3) DN selaku rekanan PT CKS tidak melaksanakan pekerjaan berupa
studi Amdal meskipun telah menerima pembayaran.
b. Penyimpangan Dalam Penerbitan SK Hak Pakai dan Sertipikat Hak
Pakai atas Tanah Hambalang sebagai berikut:
1) Kepala BPN (JW) menandatangani SK Hak Pakai bagi Kemenpora
atas tanah seluas 312.448 m2 dengan didukung dokumen yang
tidak sesuai kenyataan berupa: (i)

surat pelepasan hak dari

Probosutedjo selaku pemegang hak sebelumnya yang diduga palsu;


dan (ii) Surat Pernyataan Ses Kemenpora yang menyatakan bahwa
pada pengadaan lahan dimaksud tidak terjadi kerugian negara
berdasarkan LHP BPK RI adalah tidak sesuai kenyataan.
Pernyataan bahwa dalam pengadaan lahan dimaksud tidak terjadi
kerugian negara, ternyata tidak pernah dimuat dalam LHP BPK RI
dimaksud.
2) Melanggar prosedur yang diatur dalam Keputusan Kepala BPN
No. 1 tahun 2005 yang telah diperbarui dengan Peraturan Kepala
BPN No. 1 tahun 2010 yang menyatakan bahwa SK tersebut hanya
dapat diserahkan kepada instansi pemohon atas kuasa yang
ditunjuknya.
c. Penyimpangan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak sebagai
berikut:
1) Ses Kemenpora (WM) mengajukan surat permohonan persetujuan
kontrak tahun jamak dengan mengatasnamakan Menpora tanpa
memperoleh pelimpahan wewenang dari Menpora.

2) Ses Kemenpora (WM) bersama Kepala Biro Perencanaan


Kemenpora/PPK (DK) menyajikan data dan dokumen yang tidak
benar sebagai syarat kelengkapan persetujuan kontrak tahun jamak
dan revisi RKA-KL tahun 2010 yaitu sebagai berikut:
a) Menafsirkan
Kementerian

secara
PU

sepihak

bahwa

pernyataan

Direktur

PBL

pembangunan

tersebut

dapat

dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran untuk beberapa


bangunan yang pelaksanaan konstruksi fisiknya diperkirakan
lebih dari 12 bulan. Tanpa konfirmasi kepada Kementerian
PU, Ses Kemenpora menafsirkan bahwa yang dimaksud
pernyataan tersebut adalah seluruh pembangunan fisik gedung
dan lapangan serta infrastruktur dilaksanakan melalui satu
kontrak tahun jamak.
b) Dalam rangka revisi RKA-KL, menyajikan data volume
keluaran yang tidak sesungguhnya yaitu yang seharusnya
volume yang akan dibangun turun dari semula 108.553 m2
menjadi 100.398 m2, tetapi justru menyajikan volume itu
seolah-olah naik dari semula 108.553 m2 menjadi 121.097 m2.
3)

Direktur Jenderal Anggaran (AR) setelah melalui proses


berjenjang dari Kasie II E-4 (RH), Kasubdit II E (S) dan Direktur
II (DPH) memberikan masukan, data dan informasi yang tidak
benar kepada pejabat di atasnya dalam proses pemberian dispensasi
keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora tahun
2010 dan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak.
Pemberian masukan dilakukan dengan cara menyampaikan Nota
Dinas. Nota Dinas tersebut berisi antara lain: Mengingat
permohonan persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears
contract) tersebut telah dilengkapi data pendukung dan dalam
rangka menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan P3SON
dalam rangka pembinaan atlit (olahragawan) yunior maupun
senior,

maka

persetujuan

kontrak

tahun

jamak

dapat

dipertimbangkan untuk disetujui. Mengingat revisi perubahan


volume kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan
sehingga (karena pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan
dengan persetujuan kontrak tahun jamak, maka dispensasi waktu
revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.
Nota Dinas dengan isi yang sama juga disampaikan secara
berjenjang dari Kasubdit II E kepada Direktur Anggaran II, dari
Direktur Anggaran II kepada Dirjen Anggaran dan dari Dirjen
Anggaran kepada Menteri Keuangan.
4) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan
secara berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur
II

dan

Dirjen

Anggaran,menyetujui

pemberian

dispensasi

keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora 2010,


meskipun Pasal 20 (1) PMK 180/2010 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun 2010 menetapkan bahwa Batas akhir penerimaan
usul revisi anggaran untuk APBN TA 2010 ditetapkan tanggal 15
Oktober 2010 untuk revisi anggaran pada DJA. Sebagai syarat
pengajuan persetujuan kontrak tahun jamak kepada Menteri
Keuangan, RKA KL P3SON harus diubah untuk menunjukkan
adanya kegiatan lebih dari satu tahun anggaran. Atas dasar itu, Ses
Kemenpora harus mengajukan usulan perubahan RKAKL. Namun
karena batas waktu pengajuan revisi telah dilampaui, maka Ses
Kemenpora meminta dispensasi keterlambatan pengajuan revisi
RKA KL dimaksud pada tanggal 16 November 2010. Menteri
Keuangan menyetujui permintaan dispensasi ini pada tanggal 1
Desember 2010 dengan disposisi Selesaikan pada surat usulan
dimaksud.
Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui hal tersebut setelah
mendapat masukan secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur
Anggaran II, dan Dirjen Anggaran berupa Nota Dinas yang berisi
antara lain: Mengingat revisi perubahan volume kegiatan
diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena

pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan dengan persetujuan


kontrak tahun jamak,maka dispensasi waktu revisi dapat
dipertimbangkan untuk disetujui.
5) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan
secara berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur
II dan Dirjen Anggaran, menyetujui kontrak tahun jamak meskipun
persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 5, dan Pasal 12 PMK
56/2010 tidak terpenuhi.
a) Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak
meskipun permohonan persetujuan kontrak tahun jamak
ditandatangani oleh WM selaku Ses Kemenpora dengan
mengatasnamakan

Menpora

tanpa

ada

pendelegasian

wewenang dari Menpora.


b) Menteri Keuangan (ADWM) tidak mengetahui dan tidak
membaca surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak
yang diajukan Kemenpora karena surat tersebut didisposisi
oleh Sekjen Kementerian Keuangan (MPN) langsung kepada
Dirjen Anggaran.
c) Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak
yang diajukan Kemenpora meskipun: (i) tidak memenuhi
persyaratan yang diatur dalam Pasal 5 (2) PMK 56/2010 yaitu
adanya rekomendasi dari instansi teknis fungsional yang
menyatakan kelayakan atas kontrak tahun jamak yang akan
dilakukan; (ii) tidak memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 45 tahun 2007 pada BAB III.A.1.f yang
mensyaratkan bahwa Pembangunan Gedung Negara yang
pelaksanaan

pembangunannya

akan

dilaksanakan

terus

menerus lebih dari satu tahun anggaran sebagai kontrak tahun


jamak (multiyears contract), program dan pembiayaannya
harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan setelah
memperoleh Pendapat Teknis dari Menteri Pekerjaan Umum.

Untuk memenuhi persyaratan tersebut, yang ada hanyalah


pendapat teknis yang ditandatangani oleh pejabat yang tidak
berwenang yaitu Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum. Sesuai dengan ketentuan yang
diatur

dalam

45/PRT/M/2007

Peraturan
pejabat

Menteri
yang

Pekerjaan

berwenang

Umum

memberikan

Pendapat Teknis adalah Menteri Pekerjaan Umum.


d) Pada tanggal 1 Desember 2010, Menteri Keuangan (ADWM)
menyetujui kontrak tahun jamak yang diajukan Kemenpora
sebelum memastikan bahwa persyaratan revisi RKA-KL
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 12 (2) PMK 56/2010
dan sejalan dengan pasal 14 UU No. 17/2003, telah terpenuhi.
Revisi RKA-KL yang menunjukkan bahwa pekerjaan yang
diajukan akan dibiayai lebih dari 1 (satu) tahun anggaran baru
disetujui oleh Dirjen Anggaran pada tanggal 6 Desember 2010.
Menteri Keuangan (ADWM) memberikan persetujuan kontrak
tahun jamak setelah mendapat masukan secara berjenjang dari
Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan Dirjen Anggaran, berupa
Nota Dinas yang berisi antara lain: Mengingat permohonan
persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract) tersebut
telah dilengkapi data pendukung dan dalam rangka menunjang
kelancaran pelaksanaan pembangunan P3SON dalam rangka
pembinaan atlit (olahragawan) yunior maupun senior, maka
persetujuan kontrak tahun jamak dapat dipertimbangkan untuk
disetujui.
6) Melanggar ketentuan dalam Pasal 7 butir (1) huruf c PMK
180/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2010 bahwa
revisi anggaran tidak boleh mengurangi volume keluaran (output)
Kegiatan

Prioritas

Nasional

atau

Prioritas

Kementerian

Negara/Lembaga.
7) Tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45
tahun 2007 pada BAB III.A.1.f

yang menyatakan bahwa

Pembangunan

Gedung

Negara

yang

pelaksanaan

pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu


tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract),
program dan pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan setelah memperoleh Pendapat Teknis dari
Menteri Pekerjaan Umum.
Direktur PBL Kementerian PU (GH) menerbitkan Pendapat Teknis
pembangunan

P3SON

Hambalang

dengan

pelaksanaan

pembangunan lebih dari satu tahun anggaran pada tanggal 22


Oktober 2010, yang tidak menjadi kewenangannya dan tidak
pernah ada pelimpahan wewenang dari Menteri PU.
8) Tidak sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No 45/PRT/M/2007 tahun 2010, yaitu: (a) Pada BAB III, Bagian A
angka 1 huruf e : Penyusunan pembiayaan bangunan gedung
Negara didasarkan pada standar harga per-m2 tertinggi bangunan
gedung negara yang berlaku. Untuk penyusunan program dan
pembiayaan pembangunan bangunan gedung Negara yang belum
ada standar harganya atau memerlukan penilaian khusus, harus
dikonsultasikan kepada Instansi teknis setempat. (b) Pada BAB IV,
Bagian B : Standar harga satuan tertinggi pembangunan gedung
Negara ditetapkan secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh
Bupati/Walikota setempat, khusus untuk Provinsi DKI ditetapkan
oleh Gubernur.
Direktur PBL (GH)

menyampaikan

kepada

Kepala

Biro

Perencanaan Kemenpora (DK) pada tanggal 23 November 2010


berupa

analisa

perhitungan

biaya

pembangunan

P3SON

Hambalang yang rekap-nya sebesar Rp1.129 Miliar telah diparaf


oleh Pengelola Teknis (DP). Perhitungan analisa biaya tersebut
diminta oleh DK dalam rangka menanggapi Surat Dirjen Anggaran
tanggal 15 November 2010 yang antara lain menyampaikan bahwa
dalam rangka persetujuan kontrak tahun jamak dibutuhkan antara
lain analisa biaya komponen terhadap bangunan yang mengalami

perubahan dari instansi teknis fungsional. Perhitungan analisa


biaya pembangunan konstruksi P3SON Hambalang sebesar
Rp1.129 Miliar ternyata disusun oleh KS dari PT AK yang tidak
mengikuti standar harga satuan tertinggi per m bangunan gedung
negara sesuai Keputusan Bupati Bogor yang berlaku, tetapi dengan
terlebih dahulu menambahkan inflasi sebesar 2,95%.
d. Penyimpangan dalam proses persetujuan RKA-KL tahun 2011 yaitu
Dirjen

Anggaran

(AR)

menetapkan

RKA-KL APBN

Murni

Kemenpora tahun 2011 untuk proyek P3SON meskipun tidak


memenuhi persyaratan. Hal ini melanggar ketentuan yang diatur dalam
PMK nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan RKA-KL TA 2011.
Dalam APBN Murni tahun 2011 proyek P3SON Hambalang
mendapatkan alokasi sebesar Rp500 Miliar yang terdiri dari Rp400
Miliar untuk pekerjaan konstruksi dan Rp100 Miliar untuk pengadaan
peralatan. SP-RKAKL tahun 2011 menetapkan bahwa alokasi
anggaran untuk pengadaan peralatan sebesar Rp100 Miliar tersebut
diblokir oleh Ditjen Anggaran, sedangkan pekerjaan konstruksi sebesar
Rp400 Miliar tidak diblokir, padahal dokumen pendukung berupa
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
yang ada adalah untuk skema pembiayaan tahun jamak, sementara itu
persetujuan kontrak tahun jamak belum disetujui.
e. Penyimpangan dalam proses pelelangan perencanaan konstruksi,
pelelangan pekerjaan konstruksi dan pelelangan manajemen konstruksi
yaitu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Kemenpora (WiM dkk)
bersama-sama dengan staf perusahaan calon rekanan mengatur
pelelangan dengan cara sebagai berikut:
1) Lelang Perencanaan Konstruksi
a) Pada penilaian faktor kesesuaian pengalaman pekerjaan tenaga
ahli terdapat ketidaksesuaian antara pengalaman pekerjaan
yang diajukan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

b) Penghitungan jumlah tahun pengalaman tenaga ahli tidak


akurat dan tumpang tindih
2) Lelang Konstruksi
a) Menggunakan
mengevaluasi

standar

penilaian

dokumen

yang

prakualifikasi

berbeda
antara

dalam

dokumen

penawaran dari KSO AW dengan dokumen penawaran dari


rekanan yang lain.

Standar penilaian untuk mengevaluasi

penawaran dari KSO AW menggunakan nilai pekerjaan sebesar


Rp1,2T, sedangkan standar penilaian untuk mengevaluasi
penawaran dari rekanan lain menggunakan nilai pekerjaan
sebesar Rp262M. Evaluasi Tim BPK terhadap kertas kerja
Panitia

Pengadaan

menyangkut

penilaian

dokumen

prakualifikasi peserta lelang menunjukkan bahwa seluruh


peserta prakualifikasi semestinya tidak dapat dinyatakan lulus
prakualifikasi sehingga pelelangan seharusnya diulang. Hasil
evaluasi adalah sebagai berikut: (rincian terlampir Lampiran
1)
(1) KSO AW seharusnya gugur karena mendapat nilai total
merit point 68,42 (lebih kecil dari Passing Grade 75) dan
aspek Kemampuan Dasar (KD) yang diperkenankan adalah
sebesar Rp880.590.000.000 (lebih rendah dari ambang
batas Rp1,2T).
(2) PT JK seharusnya gugur karena aspek KD yang
diperkenankan adalah sebesar Rp947.922.889.372 (lebih
rendah dari ambang batas Rp1,2T) dan aspek Personil
mendapat nilai 4 (lebih rendah dari ambang batas 5).
(3) PT NK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit
point 69,35 (lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu
aspek

KD

yang

diperkenankan

adalah

sebesar

Rp192.200.900.000 (lebih rendah dari ambang batas


Rp1,2T) dan aspek Sisa Kemampuan Keuangan (SKK)

adalah sebesar Rp405.005.989.172 (lebih rendah dari


ambang batas Rp960 Miliar).
(4) PT HK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit
point 64,32 (lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu
aspek

KD

yang

diperkenankan

adalah

sebesar

Rp168.321.694.000 (lebih rendah dari ambang batas


Rp1,2T) dan aspek Pengalaman mendapat nilai 28,27 (lebih
rendah dari ambang batas 30).
(5) PT WK seharusnya gugur karena mendapat nilai total
merit point 64,25 (lebih kecil dari Passing Grade 75).
Selain itu aspek KD yang diperkenankan adalah sebesar
Rp354.514.000.000 (lebih rendah dari ambang batas
Rp1,2T) dan aspek Pengalaman mendapat nilai 28,81 (lebih
rendah dari ambang batas 30).
(6) KSO IL seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit
point 52 (lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu
aspek

KD

yang

diperkenankan

adalah

sebesar

Rp518.761.000.000 (lebih rendah dari ambang batas


Rp1,2T) dan aspek Personil mendapat nilai 3,75 (lebih
rendah dari ambang batas 5).
b) Mengumumkan lelang dengan informasi yang tidak benar dan
tidak lengkap.
Hal tersebut melanggar ketentuan Keppres 80 Tahun 2003
Pasal 4 huruf h dan Penjelasannya pada Lampiran Bab II, Point
A.1.a.2),

Point

A.1.a.3).b

yang

menetapkan

bahwa

panitia/pejabat pengadaan harus mengumumkan secara luas


tentang adanya pelelangan umum yang memuat di antaranya
perkiraan nilai pekerjaan.
Dalam pengumuman pelelangan yang dimuat dalam Koran
Tempo tanggal 18 Agustus 2010, Panitia menyatakan bahwa
nilai pagu anggaran untuk pekerjaan yang hendak dilelang

adalah sebesar Rp262.784.797.000. Disebutkan pula bahwa


anggaran sedang dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak
dari Kementerian Keuangan. Pada saat yang bersamaan,
Kemenpora sedang mengajukan persetujuan kontrak tahun
jamak dengan nilai pekerjaan sebesar Rp1.129.296.256.000.
Setelah mendapatkan konsep dari WiM selaku Ketua Panitia
Pengadaan,

DK

selaku

PPK

secara

sepihak

lalu

menandatangani surat pemberitahuan nomor No.01-SP-PPK-82010 yang ditujukan kepada calon penyedia jasa pemborongan.
Isinya menginformasikan bahwa nilai pekerjaan yang saat ini
sedang diajukan persetujuan kontrak tahun jamak adalah
sebesar Rp1,2T. Namun, surat pemberitahuan tersebut hanya
disampaikan kepada sebagian peserta yang telah mengambil
dokumen lelang. Adapun PT DGI dan KSO IL tidak menerima
pemberitahuan tersebut sehingga memasukkan penawaran
dengan asumsi nilai pekerjaan sebesar Rp262M.
c) Menggunakan nilai paket pekerjaan yang tidak disepakati
untuk mengevaluasi Kemampuan Dasar (KD) Peserta Lelang.
Sesuai ketentuan dalam PP No. 29 tahun 2000 Pasal 14 ayat
(1), (2) dan (3),

Keppres 80 tahun 2003 Lampiran 1 Bab

II.A.1.b : (1).j), dan Permen PU No 43 Tahun 2007 pada L3,


penilaian KD = 2 NPt (nilai pengalaman tertinggi). Untuk
perusahaan yang menjalin kerja sama operasi, NPt yang
dipakai adalah NPt dari perusahaan yang menjadi Lead-firm.
Peserta dianggap lulus jika memiliki KD lebih besar atau sama
dengan nilai pekerjaan/kontrak yang hendak dilelang. Panitia
meluluskan KSO AW karena dianggap memenuhi syarat nilai
KD. Untuk mengevaluasi KSO AW, Panitia menetapkan nilai
kontrak yang hendak dilelang adalah Rp1,2 T. Sedangkan untuk
peserta lainnya, Panitia menetapkan nilai kontrak yang hendak
dilelang adalah Rp262 M. Untuk menaikan nilai KD KSO AW,

Panitia menggabungkan 2 proyek terbesar yang pernah


dikerjakan oleh PT AK yaitu proyek pembangunan stadion
Surabaya Barat (Rp440M) dan proyek pembangunan jembatan
Suramadu (Rp443M) sehingga total NPt-nya menjadi sebesar
Rp883M (=Rp440M + Rp443M). Dengan demikian, nilai KD
= 2 x Rp883 = Rp1,7T atau melebihi ambang batas Rp1,2T.
Seharusnya Panitia hanya menghitung satu proyek saja yang
sesuai dengan bidang pekerjaan sejenis, sehingga maksimal
NPt-nya adalah Rp440M, dan score KD-nya = 2xRp440M =
Rp880M.
3) Lelang Manajemen Konstruksi
a) Menyusunkan dokumen penawaran perusahaan pendamping
dan memasukkannya untuk mengikuti pelelangan.
b) Menggunakan nama-nama tenaga ahli dengan bukti dokumen

SKA yang tidak benar.


f. Penyimpangan dalam penetapan pemenang lelang konstruksi yaitu Ses
Kemenpora (WM) telah melampaui wewenangnya dengan menetapkan
pemenang lelang untuk pekerjaan bernilai di atas Rp 50 Miliar tanpa
memperoleh pelimpahan wewenang dari Menpora sebagai pejabat
yang berwenang menetapkan.
Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 26
bahwa pejabat yang berwenang menetapkan penyedia barang/jasa
adalah Menteri untuk pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari APBN
yang bernilai di atas Rp 50 Miliar.
g. Penyimpangan dalam proses pembayaran dan pencairan uang muka
yaitu RI selaku Kabag Keuangan Kemenpora tetap menyusun dan
menandatangani SPM, meskipun Pejabat Penguji Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) dan Bendahara belum menandatangani dokumen
SPP dari PPK yang berarti belum menguji kelengkapan dan kebenaran
tagihan

sesuai

tugasnya.

SPM

itu

bersama

dengan

surat

Pertanggungjawaban Belanja dari WM selaku Ses Kemenpora


diajukan ke KPPN untuk penerbitan SP2D.
h. Penyimpangan dalam hal pelaksanaan pekerjaan konstruksi berupa
rekanan KSO AW mensubkontrakkan sebagian pekerjaan utamanya
kepada perusahaan lain yaitu di antaranya kepada PT DC dan PT
GDM. Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal
32 (3) bahwa Penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung
jawab seluruh pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada
pihak lain. Juga pasal 32 (4) bahwa Penyedia barang/jasa dilarang
mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama dengan
mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan cara dan alasan apapun,
kecuali disubkontrakkan kepada penyedia barang/jasa spesialis.
2. Pasal yang dilangggar terkait hukuman yang diterima pelaku
a. Pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tentang perbuatan memperkaya
diri sendiri, orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara; sedangkan pasal 3 mengenai perbuatan menguntungkan diri
sendiri, orang lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan negara.
Ancaman pidana dari pelanggaran pasal tersebut adalah maksimal 20
tahun penjara dengan denda paling banyak Rp1 miliar.
b. pasal 12 huruf a atau huruf b atau pasal 11 UU no 31 tahun 1999
sebagaimana telah diubah menjadi UU no 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan tindak pidana korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Pasal tersebut mengatur tentang penyelenggara negara yang menerima
suap atau gratifikasi dengan ancaman pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4-20 tahun dan pidana denda
Rp200-Rp1 miliar.
c. Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi junto
Pasal 64 ayat 1 KUHP dan dia diganjar hukuman 4,5 tahun penjara,
denda Rp 250 juta atau diganti dengan 6 bulan kurungan.

F. Hipotesis Pemeriksaan Kasus Hambalang


Diduga Ada indikasi penyimpangan terhadap peraturan perundangan dan atau
penyalahgunaan wewenang dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak, dalam
proses pelelangan, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan dalam proses pencairan
uang muka, yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam pembangunan P3SON,
yang mengakibatkan timbulnya indikasi kerugian negara sekurang-kurangnya sebesar
Rp243,66 Milyar.

G. Data-Data Yang Perlu Dikumpulkan


1. Mengumpulkan data yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan
P3SON hambalang yang masih terkendala masalah sertifikat tanah yang
sudah lama di proses tetapi belum diterbitka oleh BPN, karena masih ada
persyaratan yang belum dipenuhi berupa surat penyerahan hak dan Pr
selaku pemegang hak sebelumnya.
2. Mengumpulkan data yang terkait juga dengan proses pengurusan izin
pembangunan, selain sebagaimana yang telah diungkapkan dalam laporan
hasil penelaahan BANK terhadap pembangunan P3SON tahap I terhadap
pelanggaran prosedur berupa tidak dipenuhinya persyaratan adanya study
AMDAL, dalam pemeriksaan lebih lanjut terhadap pelanggaranpelanggaran lain selain prosedur, juga berupa pembayaran tidak resmi
untuk memperlancar penerbitan IMB dan perhitungan retribusi IMB yang
tidak cermat dan mengumpulkan data terkait dengan rekayasa
pengumpulan dana untuk kepentingan tertentu
3. Mengumpulkan data penandatanganan surat keputusan hak pakai bagi
kemenpora atas tanah seluas 312.448 m2 di Desa Hambalang Kecamatan
Citeureup Kabupaten Bogor oleh Kepala BPN, yang melihat dokumen
yang tidak sesuai dengan kenyataan berupa (1) surat pelepasan hak dari
Probosutedjo selaku bekas pemegang hak yang diduga palsu; dan (2)
Surat Pernyataan Sesmenpora yang menyatakan bahwa pada pengadaan
lahan P3SON Hambalang dimaksud tidak terjadi kerugian negara
berdasarkan LHP BPK RI adalah tidak sesuai kenyataan.

4. Mengumpulkan data terkait dengan besarnya aliran dana yang diberikan


melalui rekening-rekening PT AK, PT WK, DK-I AK, dan DBG WK
yang tidak terkait langsung dengan penerimaan dan penggunaan uang
muka proyek dengan cut off pemeriksaan. Serta besaran aliran dana yang
diberikan kepada pihak-pihak yang bekerja sama untuk mengambil
keuntungan dari proyekm tersebut; dan
5.

Mengumpulkan data terkait dengan penyimpangan dalam pemberian izin


lokasi, site plan, dan Izin Mendirikan Bangunan dan penyimpangan
dalam penerbitan SK Hak Pakai dan Sertipikat Hak Pakai atas Tanah
Hambalang.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2012. Laporan Hasil
Pemeriksaan BPK atas Proyek Hambalang Jilid II: Jakarta.
http://m.bisnis.com/quick-news/read/20131110/17/185447/ini-kronologislengkap-bancakan-proyek-hambalang
http://membualsampailemas.wordpress.com/2012/06/17/kronologi-kasushambalang-hingga-16-juni-2012/
http://nasional.kompas.com/read/2012/12/06/19065844/KPK.Tetapkan.Andi.Mall
arangeng.Tersangka.Hambalang
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/07/men9wy-inifaktafakta-hukum-andi-mallarangeng-jadi-tersangka
http://news.liputan6.com/read/2023821/eksepsi-kasus-hambalang-andimallarangeng-saya-minta-maaf
http://m.jurnas.com/news/127205/Kasus-Hambalang-Andi-Terancam-20-TahunBui-2014/1/Nasional/Hukum/
http://m.bisnis.com/quick-news/read/20140220/17/204741/kpk-periksa-angelinasondakh-terkait-kasus-anas-urbaningrum

http://www.tempo.co/read/news/2013/08/21/063506054/Angelina-SondakhDiperiksa-KPK-Soal-Hambalang
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/03/11/n29wh5-kpk-akangunakan-putusan-hakim-untuk-dalami-kasus-hambalang
http://www.jambi-independent.co.id/jinn/index.php/hukum/item/929-anak-buahandi-dihukum-6-tahun
http://www.beritasatu.com/hukum/177276-kpk-geledah-rumah-terkait-kasushambalang.html
http://www.suarapembaruan.com/home/nazaruddin-terancam-pidana-20-tahunpenjara/14239
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53442a990da50/didakwa-korupsi-eks-bos-adhi-karya-tak-ajukan-eksepsi
http://m.jurnas.com/news/131005/Mantan-Petinggi-Adhi-Karya-Terancam-20Tahun-Penjara-2014/1/Nasional/Hukum/
http://nasional.sindonews.com/read/2013/11/07/13/803077/wafid-muharam-otakperubahan-rp2-5-triliun-hambalang

Anda mungkin juga menyukai