Mrs. Lina, 29 years old, attends the primary health centre with her husband. They have
been trying to get pregnant for 3 years but failed. She has regular menstrual cycles,
every 28 days. There was no history of intermenstrual or postcoital bleeding. There was
no pain during her period, no contraception used, no history of drug consumption
(including alcohol and tobacco). She didnt have previous abdominal surgery, no history
of allergies, no pelvic infection and no chronic disease. Her husband (32 years old) is a
bank employee. He had no history of mumps and medication for any disease. He was
not smoking and no alcohol consumption. He also didnt have any allergies. This couple
enjoyed regular intercourse.
You act as the doctor in the clinic and are please to analyse this case.
In the examination findings:
Wife
Height : 160 cm, Weight: 55kg, BMI : 21kg/m 2 , Blood pressure = 110/70 mmHg, Pulse :
80x/m, RR : 18x/m.
Palpebral conjunctiva looked normal, no exopthalmus, no sign of hirsutism , no thyroid
enlargement, no galactorrhoea , secondary sexual characteristics are normal.
External examination: Abdomen flat and souffl, symmetric, uterine fundal not
palpable, there are no mass, pain tenderness and free fluid sign.
Internal examination:
Speculum examination: Portio not livide , external os closed, no fluor, no fluxus, there
are no cervical erotion, laceration, or polyp.
Bimanual examination: Cervix is firm, the external os closed, uterine size normal, both
adnexa and parametrium within normal limit.
Laboratory examination:
Hb 12 g/dL, WBC 8.000/mm3, RBC 4,3 x106/mm3, Ht 36 vol%, Platelets 250.000/mm3,
ESR 15 mm/hour , Blood type A Rh (+) , Blood film: Normal. Urine : Normal
Ultrasound : Normal internal genitalia, Sonohysterography : normal uterine and both
tubal patency, Postcoital test : Normal
Husband
Height: 176 cm, Weight 72kg , BMI : 23 kg/m 2, Blood pressure : 120/80 mmHg, Pulse :
76x/m, RR: 20x/m
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Siklus Menstruasi : daur menstuasi yang tiapbulannya di alami wanita ketika dalam usia
produktif rata-rata terjadi 28hari.
2. Postcoital bleeding: Pendarahan yang terjadi setelah melakukan senggama
3. Contraception : Upaya menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma.
4. Abdominal surgery: Pembedahan pada region abdomen
5. Allergy : Kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh seseorang jadi hypersensitive dalam
bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik.
6. Mumps : Penyakit paramymxovirus akut menular yang sering menyerang anak terutama
mengenai kelenjar ludah paling sering kelenjar parotis.
7. Regular intercourse: Senggama teratur
8. Hirsutism: Pola distribusi rambut abnormal khusus pada wanita.
9. Galactorrhoea: Aliran air susu yang berlebihan atau spontan atau sekresi air susu yang
terus menerus yang tidak ada hubungannya dengan menyusui.
10. Parametrium: Perluasan selubung sub serosa bagian supra servical uterus kelateral diantara
lapisan ligamentum latum uteri.
11. Sonohysterography: Pemeriksaan untuk mendekteksi adanya kelainan pada rongga Rahim dan
saluran telur.
12. Postcoital test: Tes yang digunakan untuk menguji infertilitas
13. Tubal patency: Tuba yang tampak jelas.
14. Gynecomastia: Perkembangan kelenjar susu laki-laki yang berlebihan sampai tingkat
fungsional.
15. Varicoccele: Benjolan scrotum yang membentuk seperti kantong cacing.
16. Semen : Cairan yang membawa sel sperma yang dikeluarkan oleh organ organ sexual pria.
III.
ANALISIS MASALAH
1. Mrs. Lina, 29 years old, attends the primary health centre with her husband. They
have been trying to get pregnant for 3 years but failed.
a. Bagaimana hubungan usia dengan kesuburan pada kasus ini?1
Usia ideal untuk menjadi hamil adalah usia 20 -35tahun. Usia Mrs Lina tidak terlalu
berpengaruh terhadap kasus ini . Karena perempuan dengan usia 30 tahun masih dapat
menghasilkan ovum yang baik dan berovulasi dengan siklus yang teratur serta hamil
dengan aman selama perempuan tersebut berada dalam kondisi kesehatan yang baik.
b. Apa saja etiologi tidak hamil selama 3 tahun?2
Wanita
a. Faktor vagina : vaginismus (kejang otot vagina), vaginitis (radang/infeksi
vagina), dll.
b. Faktor cervix (mulut rahim) : polip (tumor jinak), stenosis (kekakukan mulut
rahim), non hostile mucus (kualitas lendir mulut rahim jelek), anti sperm antibody
(antibodi terhadap sperma), dll.
c. Faktor uterus (rahim) : myoma (tumor otot rahim), endometritis (radang sel. lendir
rahim), endometriosis (tumbuh sel. lendir rahim bukan pada tempatnya), uterus
bicornis, arcuatus,ashermans syndrome, retrofleksi (kelainan bentuk dan posisi
rahim), prolap (pemburutan, penyembulan rahim ke bawah).
d. Faktor tuba fallopi (saluran telur) : pembuntuan, penyempitan, pelengketan
saluran telur (bisa karena infeksi atau kelainan bawaan).
e. Faktor ovarium (indung telur) : tumor, kista, gangguan menstruasi (amenorhoe,
oligomenorhoe dengan/tanpa ovulasi). Organ ini berinteraksi dengan pusat
pengendali hormon di otak (hypothalamus dan hipofisis) dalam mengatur siklus
menstruasi.
f.
pada
hipofisis),
hiper/hypotroid
g. Gangguan ovulasi dan hormonal lain.Pembuahan tidak akan terjadi bila istri tidak
menghasilkan sel telur (ovum) yang dapat dibuahi. Kegagalan ovulasi dapat
bersifat primer yang berasal dari ovarium seperti penyakit ovarium polikistik,
atau bersifat sekunder akibat kelainan pada poros hipotalamus-hipofisis.
3. Posisi koitus
d. Apa saja faktor faktor yang mendorong tidak terjadinya kehamilan?4
laki-laki
- jumlah sperma, kemampuan sperma bergerak (motilitas) atau kemampuan
untuk membuahi sel telur tidak adekuat
- produksi sperma yang abnormal karena berbagai hal, seperti testis tidak
turun, cacat genetik atau infeksi
berulang
- ada masalah dengan pengiriman sperma karena masalah seksual, seperti
ejakulasi dini atau hubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia), seperti
ejakulasi retrograde, penyakit genetik tertentu, seperti cystic fibrosis, atau
masalah struktural, seperti penyumbatan bagian dari testis yang berisi sperma
(epididimis).
- faktor gaya hidup yang tidak sehat, seperti gizi buruk, obesitas, penggunaan
alkohol, tembakau, dan obat-obatan.
- overexposure faktor lingkungan tertentu, seperti pestisida dan bahan kimia
lainnya.
- kerusakan yang terkait dengan kanker dan pengobatannya. Kedua radiasi dan
kemoterapi untuk kanker dapat mengganggu produksi sperma. Semakin sering
menjalani pengobatan radiasi maka semakin tinggi risiko infertilitas.
Penghapusan salah satu atau kedua testis akibat kanker juga dapat
mempengaruhi kesuburan pria.
- usia. Semakin tua usia seseorang maka kesuburan juga menjadi berkurang.
wanita:
- kerusakan tuba falopii atau penyumbatan, yang biasanya dihasilkan dari
radang tuba fallopi (salpingitis).
- Chlamydia, infeksi menular seksual, adalah penyebab yang paling sering
dijumpai.
- Endometriosis, yaitu ketika jaringan implan rahim tumbuh di luar rahim akan
mempengaruhi fungsi dari tabung sperma, telur dan indung telur, rahim, dan
tuba.
- Gangguan ovulasi dapat mencegah indung telur dari pelepasan sel telur
(anovulasi).
- Cedera, tumor, olahraga berlebihan, dan kelaparan, penggunaan obat-obatan
tertentu dapat menyebabkan gangguan ovulasi.
seringkali
sangat
mengganggu
kesuburan
perempuan.
dapat mempengaruhi produksi serta kualitas dari sperma yang dihasilkan testis.
Dan lama kelamaan apabila dibiarkan semakin parah akan membuat menjadi
mandul. Ini adalah salah satu penyebab kemandulan yang sering diderita oleh pria
terutama pada usia produktif.
b. Apa hubungan intensitas coitus dengan terjadinya kehamilan?6
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon
ovarium berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada
fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat
terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap
untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata
fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya
mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan
jangka waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam
siklus
menstruasi
normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH)
berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal
siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir
dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini
merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran
FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan
level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat
drastis (respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon
LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH,
keluarlah hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi
adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke
luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi
sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari
korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa
sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus
luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
3. In the examination findings:
Wife
Height : 160 cm, Weight: 55kg, BMI : 21kg/m 2 , Blood pressure = 110/70 mmHg,
Pulse : 80x/m, RR : 18x/m.
Palpebral conjunctiva looked normal, no exopthalmus, no sign of hirsutism , no
thyroid enlargement, no galactorrhoea , secondary sexual characteristics are
normal.
External examination: Abdomen flat and souffl, symmetric, uterine fundal not
palpable, there are no mass, pain tenderness and free fluid sign.
Internal examination:
Speculum examination: Portio not livide , external os closed, no fluor, no fluxus,
there are no cervical erotion, laceration, or polyp.
Bimanual examination: Cervix is firm, the external os closed, uterine size normal,
both adnexa and parametrium within normal limit.
Laboratory examination:
Hb 12 g/dL, WBC 8.000/mm3, RBC 4,3 x106/mm3, Ht 36 vol%, Platelets
250.000/mm3, ESR 15 mm/hour , Blood type A Rh (+) , Blood film: Normal. Urine :
Normal
Ultrasound : Normal internal genitalia, Sonohysterography : normal uterine and
both tubal patency, Postcoital test : Normal
a. Interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan umum?8
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
External examination:
i.
ii.
iii.
I.
II.
Bimanual examination:
i.
Cervix is firm, the external os closed, uterine size normal, both adnexa and
parametrium within normal limit normal
Laboratory examination:
Hb 12 g/dL normal
WBC 8.000/mm3 normal
RBC 4,3 x106/mm3 normal
Ht 36 vol% Normal
Platelets 250.000/mm3 normal
ESR 15 mm/hour normal
Blood type A Rh (+)
Blood film: Normal
Urine : Normal
tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n)
dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis
mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel
germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua
sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia
berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.
Pada proses spermatogenesis terjadi proses-proses dalam istilah sebagai berikut :
Spermatositogenesis (spermatocytogenesis)
adalah
tahap
awal
dari
spermatogenesis yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi spermatosit
primer (mitosis), selanjutnya spermatosit melanjutkan pembelahan secara meiosis
menjadi spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa disingkat proses
pembelahan sel dari spermatogonium menjadi spermatid.
Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi
sperma yang dewasa.Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan
membutuhkan waktu selama 2 hari. Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan golgi,
axonema dan kondensasi DNA, 2) Pembentukan cap akrosom, 3) pembentukan
bagian ekor, 4) Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel Sertoli.
Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli
ke lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum memiliki
kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini ditranspor dalam
cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju epididimis karena
kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak dalam saluran epidimis
namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan karena motilitas
sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot saluran.
Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon,
diantaranya:
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating
Hormon/FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon/LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa
pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein)
yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis.
11. Patogenesis20
12. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?21
Secara garis besar penanganan infertilitas pada pria meliputi :
1. Terapi konvensional
2. Teknologi reproduksi berbantu
1. Terapi konvensional meliputi : modifikasi gaya hidup, pengobatan kausal, empiris,
bedah, konseling.
a. Konseling :
- Menurunkan berat badan
- Menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, obat-obatan
- Menghindari terpapar suhu tinggi (sauna, celana double)
- Menghindari zat-zat toksik (pestisida, logam berat)
- Konsumsi makanan bergizi (gizi seimbang)
- Waktu koitus
- Faktor wanita
b. Terapi Kausal :
- Penyakit sistemik
- Infeksi (MAGI)
- Endokrinopati (hormonal)
- Disfungsi ereksi
- Ejakulasi retrograd
16. SKDI25