Anda di halaman 1dari 22

NuRse and Revery

Bukan Blog sempurna , disini ada Ilmu dan juga


Impian untuk menjadi lebih baik..

HomE

Sabtu, 26 April 2014

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


STRATEGI PELAKSANAAN SKIZOFRENIA
BAB I
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau pecah (split), dan
frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah
seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( Hawari, 2003).
Schizofrenia merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan
gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan
perilaku. Keyakinan irasional tentang dirinya atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan
tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud
mencelakainya (Raboch, 2007).\
B. Etiologi
1. Teori somatogenik
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %,
bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita
Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998;
215 ).
b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu
pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak
dapat dibuktikan.
c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung
extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada

d.

2.
a.

b.
1)
2)
3)
c.

d.

penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam
pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek
otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan
postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.
Teori Psikogenik
Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat
ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer
mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat
mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi
yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan
orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat
kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik
superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi
suatu regresi ke fase narsisisme
kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak
mungkin.
Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang
terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan
perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer
(gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder
(waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab
antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah
seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.

C. Patofisiologi
Prevalensi penderita schizophrenia di Indonesia adalah 0,3 1 % dan biasanya timbul
pada usia sekitar 18 - 45 tahun. Schizophrenia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
faktor genetik, faktor lingkungan dan faktor keluarga. Schizophrenia tidak hanya
menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya tetapi juga bagi orang-orang terdekat
( Arif, 2006). Penderita schizophrenia sering kali mengalami gejala positif dan negatif yang
memerlukan penanganan serius. Penderita schizophrenia juga mengalami penurunan motivasi

dalam berhubungan sosial, perilaku ini sering tampak dalam bentuk perilaku autistic dan
mutisme.
Akibat adanya penurunan motivasi ini sering tampak timbulnya masalah keperawatan
isolasi sosial menarik diri dan jika tidak diatasi dapat menimbulkan perubahan persepsi
sensoris halusinasi. Halusinasi yang terjadi pada penderita schizophrenia tidak saja
disebabkan oleh perilaku isolasi sosial tetapi juga dapat disebabkan oleh gangguan konsep
diri harga diri rendah. Dampak dari halusinasi yang timbul akibat schizophrenia ini sangat
tergantung dari isi halusinasi. Jika isi halusinasi mengganggu, maka penderita schizophrenia
akan cenderung melakukan perilaku kekeeraan sedangkan halusinasi yang isinya
menyenagkan dapat mengganggu dalam berhubungan sosial dan dalam pelaksanaan aktivitas
sehari-hari termasuk aktivitas perwatan diri ( Stuart, 2007).
Schizophrenia sering dimanifestasikan dalam bentuk waham, perilaku katatonik, adanya
penurunan motivasi dalam melakukan hubungan sosial serta penurunan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Waham yang dialami pasien schizophrenia dapat berakibat pada
kecemasan yang berlebihan jika isi wahamnya tidak mendapatkan perlakuan dari lingkungan
sehingga berisiko menimbulkan perilaku kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan. Adanya perilaku katatonik, menyebabkan perasaan tidak nyaman pada
diri penderita, hal ini karena kondisi katatonik ini berdampak pada hambatan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
Hambatan dalam aktivitas sehari-hari menyebabkan koping individu menjadi tidak
efektif yang dapat berlanjut pada gangguan konsep diri harga diri rendah dan bila tidak
diatasi berisiko menimbulkan perilaku kekerasan ( Ingram, 1996). Penderita dapat mengalami
ambivalensi, kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya penurunan motivasi dalam melakukan
aktivitas perawatan diri dan kemampuan dalam berhubungan sosial dengan orang lain.
Adanya ambivalensi membuat penderita menjadi kesulitan dalam pengambilan keputusan
sehingga dapat berdampak pada penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penderita schizophrenia yang menunjukkkan adanya gejala negatif ambivalensi ini, sering
kali dijumpai cara berpakaian dan berpenampilan yang tidak sesuai dengan realita seperti
rambut tidak rapi, kuku panjang, badan kotor dan bau ( Rasmun, 2007). Prognosis untuk
schizophrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan sekitar 25 % pasien dapat
pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat sebelum munculnya
gangguan tersebut. Sekitar 25% tidak pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung
memburuk, dan sekitar 50 % berada diantaranya ditandai dengan kekambuhan periodik dan
ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali akan waktu singkat ( Arif, 2006)

D. Manifestasi Klinis
Menurut Keltner et al (1995), gejala-gejala ini dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori :

1. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Adalah pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari luas. Menurut Moller dan
Murphy dalam Stuart dan Sundeen (1997) tingkatan halusinasi dibagi menjadi 4 tingkatan
yaitu :
1) Tahap 1 Comforting
Tingkat cemas sedang, halusinasi secara umum adalah sesuatu yang
menyenangkan.Pengalaman halusinasi karena emosi yang meningkat seperti cemas, kesepian,
rasa bersalah, takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang nyaman untuk
melepaskan cemas. Individu mengenal bahwa pikiran dan pengalaman sensori dalam kontrol
kesadaran jika cemas dapat dikelola. Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a) Meringis atau tertawa pada tempat yang tidak tepat.
b) Menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.
c) Pergerakan mata yang cepat.
d) Respon verbal pelan seperti jika sedang asyik.
e) Diam dan tampak asyik.
2) Tahap II
Pengalaman sensori dari beberapa identifikasi indera terhadap hal yang menjijikkan
dan menakutkan. Halusinator mulai kehilangan control dan ada usaha untuk menjauhkan diri
dari sumber stimulus yang diterima . Individu mungkin merasa malu dengan adanya
pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a) Meningkatnya system syaraf otonom, tanda dan gejala dari cemas seperti meningkatnya nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
b) Lapang perhatian menjadi sempit
c) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi atau realitas.
3) Tahap III
Controlling tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori menjadi hal yang menguasai.
Halusinator mencoba memberi perintah , isi halusinasi mungkin menjadi sangat menarik bagi
individu. Individu mungkin mengalami kesepian , jika sensori yang diberikan berhenti.
Psychotic. Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a. Perintah langsung oleh halusinasi dapat diikuti.
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
c. Lapang perhatian hanya beberapa detik aau menit.
d. Gejala fisik dan cemas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti
perintah.
4) Tahap IV
Conquering, tingkat cemas, panik, umumnya halusinasi menjadi terperinci dan
khayalan tampak seperti kenyataan. Pengalaman sensori mungkin mengancam jika individu

a)
b)
c)
d)
e)
b.

1)
2)

3)
4)
5)

c.
d.

tidak mengikuti perintah. Halusinasi mungkin memburuk dalam 4 jam atau sehari atau sehari
jika tidak ada intervensi terapeutik. Tingkah laku yang dapat diobservasi :
Teror keras pada tingkah laku seperti panic.
Potensial kuat untuk bunuh diri.
Aktivitas fisik yang menggambarkan isi dai halusinasi seperti kekerasan, agitasi, menarik diri
atau katatonia.
Tidak dapat berespon pada perintah yang kompleks.
Tidak dapat berespon pada lebih satu orang.
Delusi
Adalah gejala yang merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang
cukup dan mempunyai cirri-ciri realistic, tidak logis, menetap, egosentris, diyakini
kebenarannya oleh pasien sebagai hal yang nyata, pasien hidup dalam wahamnya, keadaan
atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian dari sosiokultural setempat. Maammacam waham :
Waham rendah pikir, pasien percaya bahwa pikirannya, perasaannya, ingkah lakunya
dikendalikan dari luar.
Waham kebesaran, suatu kepercayaan bahwa penderita adalah orang yang penting dan
berpengaruh dan mungkin mempunyai kelebihan kekuatan yan terpendam atau benar-benar
merakanfiur orang kuat sepanjang sejarah.
Waham diancam, suatu keyakinan bahwa dirinya selalu diancam, diikti atau ada sekelompok
orang yang memenuhinya.
Waham tersangkut, adana kepercayaan bahwa seala sesatu yang terjadi di sekelilngnya
mempai hubungan pribadi seperti perinah atau pesan khusus.
Waham bizarre, pasien sering memperlihakan adanya waham soatik msalnya pasien percaya
adanya benda ang begerak-gerak di dalam ususnya. Yang termasuk waham ini adalah waham
sedot pikir, waham sisip pikir, waham siar pikir, waham kendali pikir.
Paranoid dimanifestasikan dengan interpretasi yang menetap bahwa tindakan orang lain
sebagai suatu ancaman atau ejekan.
Ilusi adalah kesalahan dalam menginterpretasikan stimulus dari luar yang nyata.

2. Gangguan Proses Pikir


a. Flight of idea, serangkaian pikiran yang diucapkan secara cepat disertai perpindahan materi
pembicaraan yang menddak tanpa alas an logic yang nyata.
b. Retardation, adalah lambatnya aktifitas mental sebagai contoh pasien mengatakan saya tidak
dapat berpikir apa-apa.
c. Blocking, putusnya pikiran ang ditandai dengan putusnya secara sementara atau terhentinya
pembicaraan.
d. Autisme, pikiran yang timbul dari fantasi.
e. Ambivalensi adalah keinginan yang sangat pada dua hal yang berbeda pada waktu yang
sama dan orang yang sama.

f.
3.

4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kehilangan asosiasiidak adanya hubungan pola pikir, ide dan topik yang normal, tiba-tiba
beralih tanpa menunjukkan hubungan dengan topic sebelumnya.
Gangguan Kesadaran
Manifestasi dari ganguan kesadaran antara lain bingung, inkoherensi pembicaraan,
pembicaraan ang tidak dapat dimengerti, terdapat distrsi tata bahasa atau susunan kalimat,
sering memakai istilah aneh, inkherensi timbul karena pikiran kacau sehingga beberapa
pikiran dikeluarkan dalam satu kalimat, clouding atau kesadaran berkabut, kesadaran
menurun disertai gangguan persepsi dan sikap.
Gangguan Afek
Afek yang tidak tepat, suatu keadaan disharmoni afek yang tidak sesuai dengan tingkah laku
pasien.
Afek tumpul, ketidakmampuan membangkitkan emosi dan berespon terhadap berita duka.
Afek datar, ketidakmampuan membangkitkan respon terhadap berbagai respon.
Afek labil, kondisi emosi yang cepat berubah.
Apatis, warna emosi yang tumpul disertai keacuhan atau ketidakpedulian.
Euforia, gembira berlebihan, aa peningkatan perasaan dari biasanya selalu merasa optimis,
senang dan percaya diri, bersikap meyakinkan

E. KOMPLIKASI
Menurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :
1. Aktifitas hidup sehari-hari
Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan diri,
penampila dan sosialisasi.
2. Hubungan interpersonal
Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri, terisolasi dari temanteman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses adaptasi klien terhadap lingkungan
kehidupan yang kaku dan stimulus yang kurang.
3. Sumber koping
Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi pada klien,
menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping untuk menghadapi stress.
4. Harga diri rendah
Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya, tidak ingin
melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal) dan tidak berani mencapai
sukses.
5. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki dan pernah
digunakan klien pada waktu yang lalu.
6. Motivasi
Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.

7. Kebutuhan terapi yang lama


Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu periode selama
6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih dirawat di rumah sakit dalam 1 tahun.
F. Penatalaksanaan
1. Medis
Obat antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik (misalnya perubahan
perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses piker kacau). Obat-obatan
untuk pasien skizophrenia yang umum diunakan adalah sebaga berikut :
a. Pengobatan pada fase akut
1) Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif diberikan injeksi :
a) Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
b) Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8 jam sampai keadaan akut
teratasi.
c) Kombinsi haloperidol 5 mg intra muscular kemudian diazepam 10 mg intra muscular dengan
interval waktu 1-2 menit.
2) Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet :
a) Haloperidol 2x1,5 2,5 mg per hari.
b) Klorpromazin 2x100 mg per hari
c) Triheksifenidil 2x2 mg per hari
b. Pengobaan fase kronis
Diberikan dalam bentuk tablet :
1) Haloperidol 2x 0,5 1 mg perhari
2) Klorpromazin 1 x 50 mg sehari (malam)
3) Triheksifenidil 1- 2x 2 mg sehari
a) Tingkatkan perlahan-lahan, beri kesempatan obat untuk bekerja, disamping itu melakukan
tindakan perawatan dan pendidikan kesehatan.
b) Dosis maksimal
Haloperidol : 40 mg sehari (tablet) dan klorpromazin 600 mg sehari (tablet).
c. Efek dan efek samping terapi
1) Klorpromazine
Efek : mengurangi hiperaktif, agresif, agitasi
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi ortostatik.
2) Haloperidol
Efek : mengurangi halusinasi
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi ortostatik.
2. Tindakan keperawatan efek samping obat
a. Klorpromazine
1) Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan membersihkan mulut
secara teratur.
2) Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan ketajaman penglihatan.

3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
5)

Konstipasi : makan makanan tinggi serat


Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang berbahaya.
Hipoensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk.
Haloperidol
Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan membersihkan mulut
secara teratur.
Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan ketajaman penglihatan.
Konstipasi : makan makanan tinggi serat
Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang berbahaya.
Hipotensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk

G. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
a. Definisi
Suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang merupakan respon dari
kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.
(Yoseph,2007)
b. Faktor yang berhubungan :
1) Kurang rasa percaya : kecurigaan terhadap orang lain
2) Panik
3) Rangsangan katatonik
4) Reaksi kemarahan/amok
5) Instruksi dari halusinaasi
6) Pikiran delusional
7) Berjalan bolak balik
8) Rahang kaku; mengepalkan tangan, postur tubuh yang kaku
2. Perubahan Persepsi Sensoris : Halusinasi
a. Definisi
Pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera dimana orang tersebut sadar
dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional,
organik, atau histerik. (Maramis,2004)
b. Faktor yang berhubungan :
1) berbicara dan tertawa sendiri
2) bersikap seperti mendengarkaan sesuatu ( memiringkan kepala kesatu sisi seperti jika
seseorang sedang mendengarkan sesuatu ).
3) Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat unutk mendengarkaan sesuatu
4) Disorientasi
5) Konsentrasi rendah
6) Pikiran cepat berubah-ubah

3. Isolasi Sosial : Menarik Diri


a. Definisi
Keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontak. (Carpenito, 1998)
b. Faktor yang Berhubungan
1)
Menyendiri dalam ruangan.
2)
Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata ( mutisme,
autism).
3)
Sedih, afek datar .
4)
Adanya perhatian daan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya.
5)
Berfikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, tindakan yang berulang-ulang dan
bermakna.
6)
Mendekati perawat untuk berinteraksi namun kemudian menmolak untuk berespons
terhadap penerimaan perawat terhadap dirinya.
7)
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian kepada orang lain.
4. Gangguan Proses Pikir : Waham
a. Definisi
Menurut Townsend (1998) perubahan proses pikir waham merupakan suatu keadaan
dimana seseorang mengalami kelainan dalam mengoperasionalkan kognitif dan aktivitas.
b. Faktor yang Berhubungan
1) Waham (ide-ide yang salah)
2) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
3) Kewaspadaan yang berlebihan
4) Kelainan rentang perhatian-distrakbilitas
5) Ketidaktepatan interpretasi lingkungan
6) Kelainan kemampuan mengambil / membuat keputusan , menyelesaikan masalah ,
alasan , pemikiran abstrak atau konseputulisasi , berhitung
7) Perilaku sosial yang tidak sesuai ( merefleksikan ketidaktepatan pemikiran ).
5. Defisit Perawatan Diri
a. Definisi
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan kegiatan hidup sendiri. (Townsend, 1998)
b. Faktor yang Berhubungan
1) mengalami kesukaraan daaalam mengambil atau ketidakmampuan untuk membawa
makanan dari piring kedaalam mulut.
2) ketidakmampuan / menolak untuk membersihkan tubuh atau bagian-bagian tubuh.
3) kelainan kemampuan atau kurangnya minat dalam memilih pakaiaan yang sesuai untuk
dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan pada tahap yang
emuaskan.

4)

Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi dan berkemih
tanpa bantuan.

H. Fokus Intervensi
1. Resiko tinggi perilaku kekerasan

a.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
b.
1)

2)

3)

4)

5)

Tujuan :
Setelah dilakuakn tindakan keperawatan, penderita dapat mengontrol perilaku kekerasan
dengan kriteria hasil :
Bersedia mengungkapkan perasaan
Mengungkapkan perasaan kesal dan marah
Dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan
Dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Ansietas dipertahankan pada tingkat dimana pasien tidak menjadi agresif
Pasien memperlihatkan rasa percaya kepada oraang lain disekitarnya
Pasien mempertahankan orientasi realitanya.
Intervensi
Pertahankan agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus yang rendah (penyinaran rendah
dan tingkat kebisingan rendah ).
Rasional :
Tingkat ansietas akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus. Individu-individu
yang ada mungkin dirasakan sebagai suatu ancaman karena mencurigakan, sehingga akhirnya
membuat pasien agitasi
Observasi secara ketat perilaku pasien (setiap 15 menit). Kerjakaan hal ini sebagai suatu
kegiatan yang rutin untuk pasien untuk menghindari timbulnya kecurigaan dalam diri pasien
Rasional :
Dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuik selalu memastikan
bahwa pasien beerada dalam keadaan aman.
Singkirkan semua benda-benda yang dapat membahayakan dari lingkungan sekitar pasien
Rasional:
Jika pasien berada dalam keadaan gelisah, bingung, pasien tidak akan menggunakan bendabenda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Coba salurkan perilaku merusak diri ke kegiatn fisik untuk menurunkan ansietas pasien
(mis,memukuli karung pasir).
Rasional :
Latihan fisik adalah suatu cara yang aman dan efektf untuk menghilaangkan ketegangan yang
terpendam.
Staf harus mempertahankan daan menampilkan perilaku yang tenang terhadap pasien.
Rasional :
Ansietas menular dan dapat ditransfer dari perawat kepada pasien.

6) Miliki cukup staf yang kuat secara fisik yang dapat membantu mengamankan pasien jika
dibutuhkan.
Rasional :
Hal ini dibutuhkan untuk mengontrol situasi dan juga memberikan keamanan fisik kepada
staf.
7) Berikan obat-obatan stranquliser sesuai program terapi pengobatan. Pantau keefektifan obatobatan dan efek sampingnya.
Rasional :
Cara mencapai batasaan alternatif yang paling sedikit harus diseleksi ketika merencanakan
intervensi untuk psikiatri.
8) Jika pasien tidak menjadi tenang dengan cara mengatakan sesuatu yang lebih penting
daripada yang dikatakan oleh pasien atau dengan obat-obatan, gunakan alat-alat pembatasan
gerak ( fiksasi ). Pastikan bahwa anda memiliki cukup banyak staf untuk membantu. Jika
pasien mempunyai riwayat menolak obat-obatan, berikan obat setelah fiksasi dilakukan.
9) Observasi pasien yang dalam keadaan fiksasi setiap 15 menit ( sesuai kebijakan institusi ).
Pastikan bahwa sirkulasi pasien tidak terganggu ( periksa TTV dan ekstremitas ). Bantu
pasien untuk memenuhi , kebutuhannya untuk nutrisi, hidrasi dan eliminasi. Berikan posisi
yang memberikan rasa nyaman untuk pasien dan dapat mencegah aspirasi.
Rasional :
Keamanan klien merupakn prioritas keperawatan. Begitu kegelisahan menurun, kaji kesiapan
pasien untuk dilepaskan dari fiksasi.Lepaskan satu persatu fiksasi pasien atau dikurangi
secara bertahap, jangan sekaligus, sambil terus mengkaji respons pasien.
2. Perubahan Persepsi Sensoris : Halusinasi
a. Tujuan
1) Jangka Panjang :
Pasien dapat mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi.
2) Jangka Pendek :
Pasien dapat mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam waaktu 1 minggu.
b. Kriteria hasil
1) Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada saat ansietas meningkat secara ekstrem.
2) Pasien dapat mengatakan tanda-tanda peningkatan ansietas dan menggunakan tehnik-tehnik
tertentu untuk memutus ansietas tersebut
c. Intervensi dan rasional :
1) Observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi (sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara
atau tertawa sendiri, terdiam ditengah pembicaraan ).
Rasional :
Intervensi awal akan mencegah respons agresif yang diperintah dari halusinasinyaa.
2) Hindari menyentuh pasien sebelum mengisyaratkan kepadanya bahwa kita juga tidak apaapa diperlakukan seperti itu
Rasional :

Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagaai suatu ancaman dan berespons dengan cara
yang agresif.
3) Sikap menerima akan mendorong pasien untuk menceritakan isi halusinaasinya dengan
perawat.
Rasional:
Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain
karena adanya perintah dari halusinasi.
4) Jangan dukung halusinasi. Gunakan kata-kata suara tersebut daripada kata-kata mereka
yang secara tidak langsung akan memvalidasi hal tersebut. Biarkan pasien tahu bahwa
perawat tidak sedang membagikaan persepsi. Katakan meskipun saya menyadari bahwa
suara-suara tersebut nyata untuk anda, saya sendiri tidak mendengarkan suara-suara yang
berbicara apapun.
Rasional :
Perawat harus jujur kepada pasien sehingga pasien menyadari bahwa halusinasi tersebut
adalah tidak nyata.
5) Coba untuk mengalihkan pasien dari halusinasinya.

Rasional :
Keterlibatan pasien dalam kegiatan-kegiataan interpersonal dan jelaskan tentang situasi
kegiatan tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembaliu kepada realita.
3. Gangguan Proses Pikir : Waham
a. Tujuan
1) Jangka panjang
Pasien dapat menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham. Pasien mampu
membedaka antara pikiran waham dengan realita skizofrenik , delusi , dan kelainankelainan psikosis
2) Jangka pendek
Pasien dapat mengakui dan mengatakan bahwa idi-ide yang salah itu terjadi khususnya
pada saat ansietas meningkat dalam 2 minggu
b. Kriteria hasil
1) Mengungkapkan secara verbal refleksi dan proses pikir yang berorientasi pada realita
2)
Pasien dapat mempertahankaan aktivitas sehari-hari yang mampu dilakukan
3)
Pasien mampu menahan diri dari berespons terhadaap pikiran-pikiraan delusi, bila
pikiran-pikiran tersebut muncul.
c. Intervensi dan Rasional
1)
Tunjukkan bahwa anda menerima keyakinan pasien yang mendukung keyakinan
tersebut.
Rasional :

Penting untuk dikomunikasikan kepada pasien bahwa anda tidak menerima delusi
sebagai suatu realita.
2)

Jangan menambah atau menyangkal keyaakinan pasien. Gunakan tehnik keraguan


yang beralasan sebagai tehnik terapiutik : saya merasa sukar untuk mempercayai hal
tersebut
Rasional :
Membantah pasien atau menyangkal akan menghlangi perkembangan hubungan saling
percaya.

3)

Bantu paasien untuk mencoba menghubungkan keyakinan-keyakinan yang salah


tersebut dengan peningkataan ansietas yang dirasakan oleh pasien. Diskusikan tehniktehnik yang dapat digunakan untuk mengontrol ansietas (misalnya latihan-latihan
relaksasi)
Rasional :
Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan ansietas yangt meningkat, pikiran
wahamnya mungkin dapat dicegah

4) Fokus dan kuatkan pada realita. Kurangi lamanya ingatan tentang pikiran irasional.
Bicara tentang kejadian-kejadian dan orang yang nyata
Rasional :
Diskusi yang berfokus pada ide-ide yang salah tidak akan berguna dan mencapai
tujuan, dan mungkin membuat psikosisnya menjadi lebih buruk.
5) Bantu dan dukung pasien dalam usahanya untuk mengungkapkan secara verbal
perasaan ansietas, takut atau tidak aman
Rasional :
Ungkapan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan
menolong pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang mungkin sudah dipendam
cukup lama.

3. Isolasi Sosial : Menarik Diri


a. Tujuan
1) Jangka panjang
Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama paaaasien lain dan perawat
dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.
2) Jangka pendek :
Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang
dipercayanya dalamn satu minggu.
b. Kriteria hasil
1) Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain
2) Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh

3) Pasien melakukan pendekatan interaaaaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang
sesuai / dapat diterima.
b. Intervensi dan Rasional
1) Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.
Rasional :
Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan memfasilitasi
rasa percaya kepaada oraang lain.
2) Perlihatkan penguatan positif kepada pasien
Rasional :
Membuat pasien merasa menjadi seseorang yang akan berguna
3) Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang
mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien
Rasional :
Kehadiran seseorang yang dipercayai akan memberikan rasa aman kepada pasien
4) Jujur dan menepati semua janji
Rasional :
Kejujuran dan rasa membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling percaya.
5) Orientasikan pasien pada waktu, orang, tempat, sesuai kebutuhan.
6) Berhati-hatilah dengan sentuhan. Biarkan pasien mendapat ruangan extra dan
kesempatan untuk keluar ruangan jika pasien menjadi begitu ansietas.
Rasional :
Pasien yang curiga dapat saja menerima sentuhan sebagai suatu bahasa tubuh yang
mengisyaratkan ancaman.
7) Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien. Pantau
keefektifan dan efek samping obat.
Rasional :
Obat-obatan anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala-gejala psikosis
8) Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan ansietas dan tehnik untuk
memutus respon ( misalnya latihan relaksasi)
Rasional :
Perilaku maladaptif seperti menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi
peningkatan ansietas.
9) Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan
orang lain.
Rasional :
Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendoirong terjadinya
pengulangan perilaku tersebut.
4. Defisit perawatan diri

a. Tujuan
1) Jangka panjang
Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan
mendemonstrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.
2) Jangka Pendek
Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1
minggu.
b. Kriteria hasil :
1) pasien makan sendiri tanpa bantuan
2) pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya taaanpa bantuan
3) pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan
melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.
c. Intervensi dan Rasional:
1) Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
pasien.
Rasional :
Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan suatu aktivitas akan
meningkatkanharga diri.
2) Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak mampu melakukan
beberapa kegiatan.
Rasional :
Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan
3) Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya yang mandiri
Rasional :
Penguatan positif akan meningkatkan harga diri daan mendukung terjadinya
pengulanganperilaku yang diharaapkan.
4) Perlihatkan pasien secara kongkrit, bagaimana melakukan kegiatan yangf menurut
pasien sulit untuk dilakukannya.
Rasional :
Dengan berlakunya pikiran kongkrit, penjelasan harus diberikan sesuai dengan tingkat
pengertian yang nyata
5) Buat catatan secara terinci tentang masukan makanan dan cairan
Rasional :
Informasi penting untuk mendapatkan suatu pengkajian nutrisi yang adekuat.
6) Berikan makaanan kudapan dari cairan diantara waktu makan.
Rasional :
Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam jumlah yang besar pada
saat makan dan mungkin untuk itu membutuhkan penambahan makanan diluar waktu
makan.

7) Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, jika memungkinkan sarankan
untuk makanan tersebut dimakan secara bersama-sama.
Rasional :
Pasien akan melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama sehingga kecurigaan
berkurang/hilang
8) Jika pasien mengotori dirinya, tetapkan jadwal rutin untuk kebutuhan BAB dab BAK.
Bantu pasien kekamar mandi sesuai jadwal yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan,
sampai pasien mampu memenuhi kebutuhan tanpa bantuan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN PERTEMUAN I
1.
b.
c.
2.
3.
a.
b.
4.
a.
b.
5.
a.
1)
2)
3)

b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
5.

Kondisi klien
a. Klien tampak ketakutan
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang memperingatkan bahwa ada ular di
sekelilingnya
Klien bicara sendiri dan tertawa
Diagnosa keperawatan
Halusinasi Dengar
Tujuan Khusus:
Klien dapat Membina hubungan saling percaya dengan perawat
Klien mengenal halusinasi yang dialaminya
Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan teknik komunikasi terapeutik
Diskusikan tentang halusinasi yang sedang dialami klien
Strategi Komunikasi
Orientasi
Salam terapeutik : Selamat pagi Mas. Perkenalkan nama saya Ni Made Raysita Dewi.
Saya senang dipanggil Made. Saya akan merawat Mas selama Mas di rumah sakit ini.
Namalengkap Mas siapa ? Mas senang dipanggil apa ?
Evaluasi/validasi : Bagaimana perasaan Mas hari ini ?
Kontrak : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara-suara yang sering
Mas dengar? Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 30 menit ?
Dimana tempat yang menurut Mas cocok untuk kita berbincang-bincang ? Bagaimana
kalau di teras depan ?
Kerja
Coba ceritakan suara-suara yang Mas dengar.
Apakah Mas bisa mengenali suara-suara ?
Kalau Mas bisa mendengar, itu suara siapa?
Kapan suara tersebut muncul ?
Situasi yang bagaimana yang menurut Mas menjadi pencetus munculnya suara?
Berapa kali suara itu muncul dalam sehari ?
Apakah Mas merasa terganggu dengan suara-suara?
Apa yang Mas lakukan ketika suara-suara?
Apakah Mas mengikuti suara-suara?
Bagaimana perasaan Mas ketika suara-suara tersebut muncul ?
Terminasi

a.
b.

c.
d.
e.

Evaluasi subyektif : Saya senang sekali Mas sudah menceritakan tentang suarasuara yang munculselama ini. Bagaimana persaan Mas setelah kita berbincangbincang hari ini ?
Evaluasi obyektif : Jadi seperti Mas katakan tadi bahwa suara yang Mas dengar
adalah.. Suara itu muncul pada saat. Dalam sehari Mas bisa mendengar suara
sebanyak.kali. yang Mas lakukan setelah mendengar suara tersebut adalah..
Perasaan Mas pada saat mendengar suara tersebut adalah
Tindak lanjut : kalau Mas masih mendengar suara-suara, tolong panggil perawat biar
dibantu !
Kontrak yang akan datang : Besok kita akan berbincang-bincang lagi. Kita akan
membicarakan tentang bagaimana mengendalikan suara-suara tersebut. Nanti kita
bercakap-cakap di sini dan sekitar 20 menit ya mas. Setuju kan, Mas?
Baiklah mas..sekarang Mas saya antar untuk melakukan aktivitas yang lainnya ya
mas .. Selamat Siang ya Mas...
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN PERTEMUAN II

1. Kondisi klien
a. Klien tampak ketakutan
b. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang memperingatkan bahwa ada ular di
sekelilingnya
c. Klien bicara sendiri dan tertawa
2. Diagnosa keperawatan
Halusinasi Dengar
3. Tujuan Khusus:
a. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan dengan klien cara yang dilakukan selama ini untuk mengontrol
halusinasinya.
b. Diskusikan manfaat dan kerugian cara yang selama ini dilakukan.
c. Diskusikan dengan klien cara baru mengontrol halusinasi.
5. Strategi Komunikasi
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik: Selamat pagi Mas...Masih ingat kan dengan saya,iya bagus sekali
mas...
2) Evaluasi/validaasiBagaimana perasaan Mas saat ini. Apakah Mas masih mendengar
suara-suara seperti yang kita bicarakan kemarin mas?.
3) Kontrak (topik waktu, tempat) Mas ingat apa yang akan kita lakukan sekarang. Mas,
sesuai janji kita kemarin, sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara untuk
mengendalikansuara-suara tersebut ya mas . Mas mau berapa lama kita bercakapcakap, bagaimana kalau 10 menit. Mas mau bercakap-cakap dimana, bagaimana
kalau diruangan ini saja mas ?.
b. Kerja
1)
Mas kalau mas mendengar suara-suara yang sangat mengganggu tersebut,apa
yang Maslakukan ?.
2)
Bagaimana perasaan Mas saat mendengar suara-suara tersebut?
3)
Apa yang Mas pikirkan saat mendengar suara-suara tersebut?
4)
Apakah dengan cara seperti itu suara yang Mas dengar bisa berkurang ataupun
hilang?.
5)
Apa yang Mas sebutkan tadi sudah bagus, saya punya berbagai cara untuk
mengendalikan suara-suara seperti yang Mas dengar.

6)

Cara tersebut adalah, pertama kalau Mas mendengar suara-suara itu langsung dalam
hatiMas katakan...... Saya tidak mau dengar....Pergi.Pergi. Coba Mas ulangi seperti
yang saya ucapkan tadi! Bagus, ya seperti itu mas cara yang pertama.
7)
Cara yang kedua adalah Mas langsung pergi ke perawat katakan kepada perawat
bahwaMas mendengar suara-suara tersebut.
8)
Cara yang ketiga adalah dengan cara Mas menyibukkan diri dengan berbagai
kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang Mas digunakan untuk bengong
dan melamun.
9)
Ini saya bawakan daftar aktivitas yang kemudian mas isi dengan daftar aktivitas Mas
ya !.Ayo Mas coba di isi, mulai bangun tidur sampai Mas tidur malam. Bagus seperti
itu.
10)
Nah sekarang jadwal aktivitas Mas sudah jadi dan Mas harus menepati jadwal ini
ya mas....
11)
Cara yang keempat adalah dengan minum obat secara teratur ya mas. Obat itu sangat
penting untuk diminum secara teratur. Tolong Mas minta obat kepada perawat jika waktu
pemberian obat sudah tiba ya mas.
12)
Nah
dari
cara-cara
tersebut
mana
yang
akan Mas coba
terlebih
dahulu? Bagus ! Oke mas... ?
6. Terminasi
a.
Evaluasi subyektif : Bagaimana persaan Mas setelah kita berbincang-bincang hari
ini ?
b.
Evaluasi obyektif : Jadi Mas, ada 4 cara untuk mengendalikan halusinasi, yang
pertama yaitu dengan cara menghardik halusinasi,kedua dengan cara berbincangbincang dengan orang lain,ketiga mengatur aktivitas sehingga tidak ada waktu
luang,dan yang ke empat dengan cara minum obat secara teratur.
c.
Tindak lanjut : Kalau Mas masih mendengar suara-suara,tersebut, Mas langsung coba
dengan cara yang Mas pilih tadi!
d.
Kontrak yang akan datang : Besok kita akan berbincang-bincang lagi ya. Kita akan
membicarakan tentang obat-obatan yang Mas akan minum untuk mengatasi suarasuara yang menganggu tersebut. Nanti kita bercakap-cakap di sini saja dan sekitar 20
menit ya mas?. Setuju Kan mas ?
e.
Baiklah mas..Sekarang Mas saya antar untuk melakukan aktivitas yang lainnya ya
mas .. Selamat Siang ya Mas...

DAFTAR PUSTAKA
Arif ,L. 2006. Skizofrenia, Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Jakarta:
Penerbit Refika Aditama
Johnson , Marion, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby
Kaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi
7. Jakarta : Binarupa Aksara.

Keliat, Herawati. 1999. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC


Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.edisi 3. Jakarta: EGC

Diposkan oleh Sytha Dewi di 01.40


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: Keperawatan Jiwa Lokasi: Magelang, Kota Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

Reaksi:

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Total Tayangan Laman

6623
Populer

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KR


PULMONARY DISEASE ) ...

Laporan Pendahuluan Sirosis Hati


LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HATI A.

Pengertian Sirosis hati adalah penyakit hati menahun

LAPORAN PENDAHULUAN ATRESIA ANI


LAPORAN PENDAHULUAN ATRESIA ANI A.

Arsip Blog

o
o

2014 (7)
Agustus (2)
April (2)

Pengertian Atresia Ani Atresia Ani adalah kelainan kon

LAPORANPENDAHULUANDANASUHAN KEPERAWATAN

LEUKEMIA P...

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

SKIZO...

Januari (3)

2013 (1)

Mengenai Saya

Sytha Dewi
Aku akan selalu berusaha melakukan yang TERBAIK setiap harinya, selagi
kesempatanku ini masih ada ...
Lihat profil lengkapku

News
Apple GoogleMicrosoft
MCX, an Apple Pay Rival,
Says It Is Open to Other
Technology
New York Times
Facing pressure from
supporters of Apple's new
mobile payment system,
the consortium of major
retailers creating a rival
system said on
Wednesday that it might
adjust its strategy. The
group of retailers, known
as the Merchant
Customer Exchange,
said ...
Related Articles
Microsoft watch
beatsApple to market
USA TODAY
Several online app stores,
including the store for
apps forApple's Mac and
Microsoft's Windows

Phone, showed listings


for an app called
Microsoft Health. The
app extracts data
collected by the newly
announced watch. The
Microsoft Store posted on
its ...
Related Articles
This Is Why AppleDid Not
Want Its GTAT Contracts
Made Public
Forbes
Apple did not want to
have its contracts with GT
Advanced Technologies
(old symbol: GTAT, new
symbol: GTATQ) made
public and after reading
through one of the latest
filings it is fairly obvious
why. To say that its
contracts put GTAT
between a rock and...
Related Articles
Dabbling in the future of
payment: A week
of Apple Pay and Google
Wallet
Engadget
On Monday last
week, Apple finally
launched Apple Pay, the
company's mobilepayment system that only
works with the iPhone 6,
6 Plus and the latest
iPads. (Though you can't
use iPads for in-store
payments.) Even though
mobile payments have
been ...
powered by

Langganan
Pos
Komentar
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai