Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Dewi Syarifatul
Muhammad Ali
Zema Maksalmina
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai
4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah
mengalami kejang demam. Kejang demam biasanya terjadi pada awal
demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku,
kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa
waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari
biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang
biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi
selama lebih dari 15 menit.
Terjadinya jangkitan demam kejang tergantung kepada umur,
tinggi serta cepatnya suhu tubuh meningkat. Tiap anak mempunyai
ambang kejang yang berbeda, tergantung tinggi rendahnya ambang kejang
seseorang anak akan menderita demam kejang pada kenaikan suhu
tertentu. Bangkitan demam kejang merupakan satu manifestasi daripada
lepasnya muatan listrik yang berlebihan disel neuron saraf pusat. Keadaan
ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak dan keadaan ini harus
segera mendapatkan penanganan medis secara tepat dan adekuat untuk
mencegah terjadinya komplikasi antara lain : Depresi pusat pernafasan,
Pneumonia aspirasi, cedera fisik dan retardasi mental. Selain dampak
biologis, klien juga mengalami pengaruh psikososial. Dalam keadaan ini
klien akan merasa rendah tinggi karena perubahan pada tubuhnya akibat
adanya kejang demam.
Kejang demam menurut (Mansjoer 2007, h.434) menyebutkan
bahwa kejang demam dapat di klasifiksikan menjadi dua golongan, yaitu
kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan
umum, dan kejang demam kompleks, yang berlangsung lebih dari 15
menit, fokal atau meltiple (lebih dari 1 kali kejang dala 24 jam.
BAB II
KONSEP TEORI
A.
PENGERTIAN
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 0 C) (Sukarmin 2009, h.53).
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 0 C) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan
kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak-anak, terutama
pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun (Ngastiyah 2005,
h.165). Kejang demam merupakan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai akibat dari aktivitas neural yang abdnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan (Betz&Sowden 2002, h.67).
Dari ketiga pengertian dapat disimpulkan bahwa kejang demam
adalah kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak-anak
yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan
fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan
sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.
B. ETIOLOGI
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang antara lain : infeksi yang
mengenai jaringan ekstra kranial seperti tonsilitis, otitis media akut,
bronkitis (Sukarmin 2009, h.53).
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita kejang demam:
1. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38o C
2. Timbulnya kejang yang bersifat tonik klonik, klonik, tonik, fokal atau
akinetik. Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak
memberikan reaksi apapun tetapi beberapa saat kemudian anak akan
tersadar kembali tanpa ada kelainan persyarafan.
D. PATOFISIOLOGI
Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti tonsilitis,
otitis media akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang
bersifat toksik. Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat
menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan di respon hipotalamus
dengan menaikan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh
mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di
hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain
seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang
lain akan di sertai pengeluaran meediator kimia seperti epinefrin dan
prostaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang
peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah yang
merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar
sel menuju ke dalam sel. Peristiwa inilah yang di duga dapat menaikan
fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
E. PATHWAY
Terlampir
F. KOMPLIKASI
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya
terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang
terjadi. Mula mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu
timbul spastisitas.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan
kejang demam :
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Darah
Glukosa Darah
200 mq/dl)
BUN
Elektrolit
mg/kg
Atau
diazepam rectal
dosis 10 kg : 5 mg
10 kg : 10 mg
( Tunggu 15 Menit).
Dapat diulang dengan cara/dosis yang sama kejang berhenti
berikan dosis awal fenobarbital
dosis : neonatus
: 30 mg I.M
: 75 mg I.M
pemulihan.
2. Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
c. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin
kebutuhan
oksigen
d. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen
3. Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada
hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari
berikutnya.
Pengobatan ini dibagi atas 2 golongan yaitu :
a. Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari diberikan
obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus diberikan
pada anak bila menderita demam lagi
b. Profilaksis jangka panjang
Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil
dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya
kejang di kemudian hari.
BB KG
KEBUTUHAN
0-3 hari
3-10 hari
3 bulan
6 bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
3
3,5
5
7
8
9
11
16
20
28
35
CAIRAN PER KG BB
150
125-150
140-160
135-155
125-145
120-135
110-120
100-110
85-100
70-85
50-60
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Tempat Praktek
Tanggal praktek
1. IDENTITAS DATA
Nama
: An. D
Alamat
TTL
Agama
: Islam
Usia
: 4 tahun
Suku bangsa
: Indonesia
Nama Ayah/Ibu
: Tn. K
Pendidikan Ayah
: Wirausaha
Pekerjaan Ayah
: SMA
Pendidikan ibu
: SMA
Pekerjaan ibu
2. KELUHAN UTAMA
Pasien panas, suhu : 40,6 C.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sebelum dibawa kerumah sakit pasien habis pulang dari bermain tibatiba
yang sama. Pasein sering diberi obat penurun panas pada saat panas
meningkat. Pasien tidak pernah mengalami tindakan operasi. Pasien
mendapatkan imunisasi lengkap, tidak ada riwayat elergi. Ibu pasien
mengatakan pasien tidak pernah mengalami kecelakaan atau jatuh.
5. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1. Kemandirian dan bergaul
a. Menatap wajah
:v
b. Menggapai mainan
:v
:v
d. Menunjuk benda
:v
e. Melepas benda
:v
f. Cuci tangan
:-
g. Bermain kelompok
:-
:v
:v
j. Makan sendiri
:v
k. Melambaikan tangan
:v
l. Menarik celana
:v
m. Latihan BAK
:v
n. Pamer
:v
2. Motoirk halus
a. Refleksi anak
:v
b. Mengikuti gerakan
:v
c. Memasukkan kemulut
:v
d. Menjepit benda
:v
e. Membuka buku
:v
f. Membuka baju
:-
:v
:v
:v
j. Meniru lingkaran
:v
k. Meniru silang
:v
:-
m. Menghitung benda 4
:-
n. Menggambarkan 6 bagian
:-
:v
b. Celateh
:v
:v
:v
:v
:v
:v
:-
:v
j. Menanyakan arti
:v
4. Motorik kasar
a. Menggangkat kepala dalam
:v
tengkup
b. dapat diubah dengan tegak
:v
c. berguling
:v
d. duduk sendiri
:v
e. berjalan
:v
f. menendang
:v
g. melompat
:v
h. naik tangga
:v
An.
D
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= Tinggal Serumah
DS : ibu pasien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit
yang sama dengan pasien dalam keluarganyaganya.
7. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL MENURUT GORDON
a. Pola persepsi kesehatan manajemen (pemeliharaan kesehatan)
Ibu pasien mengatakan jika sakit pasien diperiksakan oleh
keluarga ke pelayanan kesehatan terdekat seperti Bidan, Puskesmas
maupun ke Rumah sakit. Di rumah keluarga biasa menyediakan obatobatan seperti obat penurun panas dan obat batuk pilek.
b. Pola metabolisme nutrisi
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan nasi, sayur,
buah, lauk pauk, dan sudah ada makanan pendamping, selama sakit
pasien tetap makan nasi, sayur, ayam, tahu, tempe di rumah sakit.
c. Pola eliminasi
Ibu pasien mengatakan sebelum pasien BAB 1-2x se hari. BAK
6-7x/hari, selama sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi
lembek, warna kekuningan, tidak ada lendir atau darah, BAK 4x/hari
dengan warna khas urine.
d. Pola aktivitas latihan
Ibu pasien mengatakan dalam pemenuhan kebutuhan seperti
makan, minum, BAB-BAK, mandi, berpakaian pasien dibantu
keluarga selama sakit pasien tampak lemah.
e. Pola istirahat tidur
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit passien tidur malam 10-12
jam, tidur siang 2-4 jam. selama sakit pasien tidur malam 8-10 jam
tidur siang kurang lebih 2 jam.
f. Pola persepsi kognitif
Ibu pasien mengatakan pasien tidak mengalami gangguan pada
pendengaran, penglihatan, pengecapan, pasien dapat membedakan
orang yang dikenal dengan orang asing.
g. Pola persepsi diri
Ibu pasien mengatakan pasien pengen cepat sembuh agar dapat
bermain dengan teman-teman yang lain.
h. Pola hubungan sosial
Ibu pasien mengatakan pasien suka bermain dengan keluarga,
pasien sering bermain dengan teman-temannya disekolah.
i. Pola seksual
Pasien berjenis kelamin perempuan. Genetalia pasien tidak ada
kelainan.
j. Pola pemecahan masalah mengatasi stres
pasien diajak bermain untuk mengurangi stress akibat sakitnya.
k. Sistem kepercayaan nilai-nilai
Ibu pasien mengatakan pasien dari keluarga yang beragama
Islam. Keluarga pasien tidak mempercayai mitos-mitos sesuai
kepercayaan orang dulu.
Oral :
Paracetamol 3x 30 mg
Ranitidin 3x25 mg
f. Aktivitas
Aktivitas pasien terbatas seperti makan, minum, BAK, BAB,
berpakaian dibantu oleh keluarga. Pasien selama sakit dalm aktivitas
terbatas karena pasien terpasng infus, pasien sering tidur di atas
tempat tidur
g. Tindakan keperawatan
1) Melakukan terapi bermain dengan mewarnai gambar
2) Memonitor TTV pasien
3) Memonitor keadaan umum pasien
4) Mengajarkan pemberian kompres hangat dan water tepid sponge
5) Memberikan penkes tentang kejang demam
h. Hasil laboratorium
Pemeriksaan hematologi tgl 3/4/2014 :
Leukosit
13,5x 10^3/ul
Nilai Normal
4,0 11,0
10^3/ul
Eritrosit
4,49x10^3/ul
3,6 - 5,2
10^6/ul
Hemoglobin
12,3 g/dl
10,7 - 13,1
g/dl
Hematokrit
34,3 %
35 43
Trombosit
195x10^3 /ul
150 450
x10^3 /ul
Eosinofil absolute
0,09 10^3/ul
0,045 - 0,44
10^3/ul
Limfosit absolut
2.33 10^3/ul
0,9 - 5,2
10^3/ul
Eosinofil
0,70 %
24
Neutrofil
71.50 %
50 70
MCV
76,4 fL,
80,0-100,0 Fl
RDW-SD
39,1 fL.
35,0-56,0 fl
Nilai Normal
3/4/2014:
Natrium : 103,2
135-148
Kalium : 2,65
3,5-5,3
Calsium : 1,02
1,13-1,31
i. Hasil rontgen
j. Data tambahan
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Temperatur
S : 40,6C
b. Denyut jantung/nadi
N : 108 x/menit
c. Respiratori rate
34x/menit
d. Tekanan darah
e. Pertumbuhan
BB = 15 Kg. panjang badan= 90 cm
f. Keadaan umum
Keadaan umum pasien baik.
g. Kepala
34 cm
h. Mata
I : Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokhor, reflek mata
terhadap cahaya +/+, tidak ada odema periorbita.
i. Hidung
I : Lubang hidung simetris, tidak ada pembesaran polip, terdapat
sekret.
P : Tidak ada benjolan abnormal.
j. Mulut
Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, sakit pada tenggorokan.
k. Telinga
Telinga tampak bersih, tampak serumen pada telinga kanan dan kiri.
l. Tengkuk
Tidak ada kaku kuduk, tidak ada benjolan abnormal.
m. Dada
I : Bentuk dada simetris, tidak ada hiper/hipopigmentasi, konfigurasi
1: 2, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan.
n. Jantung
I: denyut ictus cordis tidak nampak
P: tidak ada pembesaran jantung, denyutan ictus cordis teraba kuat di
ICS 5 midclavicu
la sinistra.
P: suara pekak, batas jantung jelas, tidak ada pembesaran jantung.
A: Bunyi jantung I dan bunyi jantung II terdengar reguler, tidak
terdengar suara jantung tambahan
o. Paru
I : Pengembangan kedua paru simetris, tidak ada jejas.
P : pengembangan kedua paru simetris
P : suara Sonor
A : Suara dasar Vesikuler, tidak terdapat suara paru tambahan
p. Perut
I : perut cembung, Tidak ada pembesaran vena
A : Suara bising usus 22x/ menit
P : tidak ada asites
P : suara perkusi tympani
q. Punggung
Tidak ada dekubitus
r. Genetalia
Genetalia tidak ada kelainan, pasien tidak dipasang kateter.
s. Ekstremitas
Tidak terdapat edema. Tangan kiri terpasang infus RL 16 tpm.
t. Kulit
kulit teraba hangat, tidak hiperpegmentasi.
Jenis Kelamin anak
perempuan
Riwayat Persalinan
Ibu pasien mengatakan saat
Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan
pasien
imunisasi
pervaginam. Kehamilannya
lengkap
diberikan :
mendapatkan
secara
umur
bulan
B. ANALISA DATA
No. TANDA DAN GEJALA
1 DS :
Ibu pasien mengatakan badan
anaknya panas
Ibu pasien mengatakan di rumah
mengalami kejang selama
kurang lebih 10 menit.
DO :
PROBLEM
Hipertermi
ETIOLOGI
Proses Infeksi
kulit kering
kulit teraba hangat
Suhu : 40,6 0C
2.
Ketidakefektifan
akumulasi sekret.
3.
DS :
RR : 34 x/mnt
Resiko infeksi
Masuknya agen
patologi (bakteri,
virus) dalam
DO :
S :40,6C
Leukosit : 14,2 10^3/ul
kulit teraba hangat
mukosa kering
C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d. proses infeksi.
2. ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. akumulasi sekret.
3. Infeksi b.d. Masuknya agen patogen (bakteri,virus) pada tubuh.
D. PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi b.d. proses infeksi.
2. ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. akumulasi sekret.
3. Infeksi b.d. Masuknya agen patogen (bakteri,virus) pada tubuh.
tubuh.
Dx.
1.
Keperawatan
Hipertermi
Kriteria,Evaluasi
keperawatan
Setelah dilakukan Observasi
berhubungan
tindakan
dengan
Tujuan,
proses keperawatan
infeksi
Intervensi
Rasional
Prf
Keperawatan
Menentukan
Dewi,
tanda-tanda
intervensi
vital.
selanjutnya.
Berikan
kompres hangat
menurunkan
keperawatan
pada pasien.
suhu tubuh.
Anjurkan
Dapat
teratasi dengan
keluarga untuk
meningkatkan
kriteria hasil:
memberikan
proses
1. Suhu normal
pakaian yang
evaporasi dan
menyerap
mengurangi
keringat
keringat
(36-37,5 C)
2. Akral teraba
hangat
zema
Dapat
masalah
hipertermi dapat
ali,
berlebih.
Batasi aktivitas
Aktivitas
selama anak
dapat
panas
meningkatkan
metabolisme
dan
meningkatkan
panas
Kolaborasi
2.
Dapat
pemberian obat
menurunkan
antipiretika
suhu tubuh.
sesuai indikasi.
Observasi
Menentukan
bersihan jalan
tindakan
kecepatan,
kebutuhan O2
napas b.d.
keperawatan
irama, dan
dalam tubuh
akumulasi
upaya
Dewi,
ali,
zema
sekret.
infeksi dapat
pernapasan
pernapasan
-
RR normal
tidak ada
kefektifan pola
napas
Auskultasi
ronkhi
-
mengetahui
bunyi napas
Batuk (-)
Mengetahui
bunyi
tambahan pada
paru
pertahankan
pemberian O2
memenuhi keb
O2 dalam
tubuh.
mengencerkan
sekret pada
Kolaborasi
jalan napas
pemberian obat
Nebulezer
3.
Resiko Infeksi
Setelah dilakukan
b.d. Masuknya
tindakan
agen patogen
sesuai indikasi.
Kaji tanda
untuk
Dewi,
menyusun
ali,
keperawatan
intervensi
zema
(bakteri,virus)
yang tepat
pada tubuh.
infeksi dapat
tanda infeksi
teratasi dengan KH
- Leukosit dalam
Mengetahui
keadaan
batas normal.
umum pada
pasien
tanda infeksi.
- Suhu dalam batas
normal.
Ajarkan
Mengurangi
tentang
suhu panas
kompres
pada pasien
hangat
Kolaborasi
mencegah
pemberian
terjadinya
antibiotik
infeksi.
Pantau hasil
laboratorium
Pemeriksaan
penunjang
sangat
diperlukan
dalam
pemberian
terapi.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal
/jam
31
Maret
2014
07.45
WIB
07.50
WIB
No.
Dx
1,2,3
07.55
WIB
1,3
08.00
WIB
1,2,3
Implementasi
Respon
Paraf
Mengobservasi TTV
Memantau
pernapasannya
Dewi
Ali
Zema
Mengajarkan
ibu S :
Dewi
pemberian kompres hangat
Ibu mengatakan sudah mengerti Ali
tentang cara pemberian kompres Zema
hangat.
O:
Ibu memahami dan mampu
mempraktikan cara pemberian
kompres hangat
S : 39,5C
Memberikan
program S :
injeksi IV dan Oral :
Ibu ps mengatakan pasien badannya
masih panas
Cefotaxim 2x225 mg
O:
Dewi
Ali
Zema
Ranitidin 3x25 mg
Oral :
Paracetamol syrup 2 sdt.
Luminal 3x30 mg
10.00
WIB
Dewi
Ali
Zema
11.00
WIB
Dewi
Ali
Zema
11.05
WIB
1,2,3
Memberikan
penkes S : Ibu klien memahami apa yang
tentang kejang demam dan diterangkan.
penanganannya.
O : ibu terlihat memperhatikan.
11.30
WIB
12.00
WIB
1,2,3
13.00
WIB
1,2,3
13.10
WIB
14.00
WIB
1,2,3
14.20
WIB
Mempertahankan O2
15.00
WIB
1,3
15.15
1,3
Dewi
Ali
Zema
Memberikan
terapi S : Dewi
nebulizer
O : anak terlihat menghirup uapnya.
Ali
Zema
S:Memberikan obat oral :
Dewi
O
:
Obat
masuk
melalui
Oral,
tidak
Luminal 3x30 mg
Ali
muntah dan alergi.
Zema
Memonitor tetesan infus
S:Dewi
O : infus lancar, terpasang infus RL 16 Ali
tpm
Zema
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
panas.
O : Suhu : 39,4 C
Dewi
Ali
Zema
Dewi
Ali
Zema
S:Dewi
O : O2 3 ltr/mnt
Ali
Zema
S : Ibu mengatakan panas anaknya naik Dewi
turun
Ali
O : S : 38,1 C
Zema
S : ibu mengatakan anaknya badannya
Dewi
WIB
15.25
WIB
16.00
WIB
1,2,3
hangat.
O :S : 37,9 C
Menganjurkan ibu pasien S :
untuk memberikan air
Ibu pasien mengatakan anaknya mau
hangat
minum air putih
O:
ibu memberikan air hangat sebanyak
10 cc
Ali
Zema
Dewi
Ali
Zema
Memberikan
program S :
injeksi IV dan Oral :
Ibu ps mengatakan pasien badannya
masih hangat
Ranitidin 3x25 mg
O:
Dewi
Ali
Zema
16.15
WIB
1,2,3
16.20
WIB
20.00
WIB
20.10
WIB
1,2,3
20.20
WIB
20.30
WIB
1,3
20.30
WIB
1,3
Dewi
Ali
Zema
Dewi
Ali
Zema
Mengajarkan pada keluarga S : Dewi
agar
pasien
diberikan O : Ibu mengenakan anaknya pakaian Ali
pakaian longgar.
yang longgar
Zema
Memberikan
nebulizer
Dewi
Ali
Zema
Mengobservasi TTV pada S : ibu pasien mengatakan pasien gelisah
Dewi
pasien.
O : S : 37,3 C, RR 32 x/mnt, N : 88 Ali
x.mnt
Zema
Mempertahankan O2
S:Dewi
O : O2 3 ltr/mnt
Ali
Zema
Mengukur suhu tubuh
S : Ibu mengatakan panas anaknya naik Dewi
turun
Ali
O : S : 38,4 C
Zema
Melakukan kompres hangat
Dewi
Ali
Zema
20.35
WIB
Dewi
Ali
Zema
23.00
WIB
1,2,3
Memberikan
program S :
injeksi IV dan Oral :
Ibu ps mengatakan pasien badannya
masih hangat
Ranitidin 3x25 mg
O:
Cefotaxim 2x225 mg
Dewi
Ali
Zema
23.10
WIB
Dewi
Ali
Zema
05.00
WIB
Memberikan
nebulizer
Dewi
Ali
Zema
07.00
WIB
1,2,3
4 april 2014
07.50
WIB
08.00
WIB
1,2,3
10.00
WIB
Dewi
Ali
Zema
Memantau
S : Ibu mengatakan anaknya batuk
Dewi
pernapasannya
O : klien terlihat batuk
Ali
Zema
Memberikan
program S :
Dewi
injeksi IV dan Oral :
Ibu ps mengatakan pasien panasnya Ali
naik turun
Cefotaxim 2x225 mg
Zema
O:
Ranitidin 3x25 mg
Pasien menangis ketika diinjeksi
Oral :
Paracetamol syrup 2 sdt.
Tidak ada tanda alergi
Luminal 3x30 mg
Menganjurkan ibu pasien S :
untuk memberikan air
Ibu pasien mengatakan anaknya mau
hangat
minum air putih
O:
ibu memberikan air hangat sebanyak
10 cc
Dewi
Ali
Zema
10.10
WIB
10.30
WIB
11.00
WIB
11.30
WIB
Memberikan
nebulizer
12.00
WIB
1,2,3
13.00
WIB
1,2,3
Dewi
Ali
Zema
S:Dewi
O : Obat masuk melalui Oral, tidak Ali
muntah dan alergi.
Zema
S:Dewi
O : infus lancar, terpasang infus RL 16 Ali
tpm
Zema
13.10
WIB
14.00
WIB
1,2,3
14.20
WIB
Mempertahankan O2
15.00
WIB
1,3
15.25
WIB
Dewi
Ali
Zema
16.00
WIB
1,2,3
Memberikan
program S :
injeksi IV dan Oral :
Ibu ps mengatakan pasien badannya
Dewi
Ali
Dewi
Ali
Zema
Dewi
Ali
Zema
Mengajarkan pada keluarga S : Dewi
agar
pasien
diberikan O : Ibu mengenakan anaknya pakaian Ali
pakaian longgar.
yang longgar
Zema
terapi S : O : anak terlihat menghirup uapnya.
Dewi
Ali
Zema
Dewi
Ali
Zema
S:Dewi
O : O2 3 ltr/mnt
Ali
Zema
S : Ibu mengatakan panas anaknya naik Dewi
turun
Ali
O : S : 37,3 C
Zema
masih hangat
O:
Ranitidin 3x25 mg
Zema
16.15
WIB
1,2,3
16.20
WIB
20.00
WIB
20.10
WIB
1,2,3
20.20
WIB
20.30
WIB
1,3
20.35
WIB
Dewi
Ali
Zema
Dewi
Ali
Zema
Mengajarkan pada keluarga S : Dewi
agar
pasien
diberikan O : Ibu mengenakan anaknya pakaian Ali
pakaian longgar.
yang longgar
Zema
Memberikan
nebulizer
Dewi
Ali
Zema
Mengobservasi TTV pada S : ibu pasien mengatakan pasien gelisah
Dewi
pasien.
O : S : 36,9 C, RR 34 x/mnt, N : 97 Ali
x.mnt
Zema
Mempertahankan O2
S:Dewi
O : O2 3 ltr/mnt
Ali
Zema
Mengukur suhu tubuh
S : Ibu mengatakan panas anaknya naik Dewi
turun
Ali
O : S : 36,7 C
Zema
Menganjurkan ibu pasien S :
Dewi
untuk memberikan air
Ibu pasien mengatakan anaknya mau Ali
hangat
minum air putih
Zema
O:
23.00
WIB
1,2,3
Memberikan
program S :
injeksi IV dan Oral :
Ibu mengatakan panas anaknya naik turun
O:
Ranitidin 3x25 mg
Cefotaxim 2x225 mg
23.10
WIB
Dewi
Ali
Zema
Dewi
Ali
Zema
O:
ibu memberikan air hangat sebanyak
10 cc
05.00
WIB
Memberikan
nebulizer
07.00
WIB
1,2,3
5 april 2014
07.50
WIB
Dewi
Ali
Zema
Memantau
S : Ibu mengatakan anaknya batuk tapi Dewi
pernapasannya
sudah berkurang
Ali
O : tidak terdengar suara ronkhi
Zema
Memberikan
program S :
Dewi
injeksi IV dan Oral :
Ibu ps mengatakan pasien panasnya Ali
naik turun
Cefotaxim 2x225 mg
Zema
O:
Ranitidin 3x25 mg
Tidak ada tanda alergi
Oral :
Paracetamol syrup 2 sdt.
Luminal 3x30 mg
08.00
WIB
1,2,3
10.00
WIB
Dewi
Ali
zema
10.10
WIB
Dewi
Ali
Zema
11.30
WIB
Memberikan
nebulizer
12.00
WIB
1,2,3
13.00
WIB
1,2,3
Melepas infus
13.10
WIB
Dewi
Ali
Zema
S:Dewi
O : Obat masuk melalui Oral, tidak Ali
muntah dan alergi.
Zema
S:Dewi
O : infus di lepas
Ali
Zema
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
panas.
O : Suhu : 36,5 C
Dewi
Ali
Zema
Dewi
Ali
Zema
S: Ibu mengatakan panas anaknya naik Dewi
turun
Ali
O : S : 36,8C
Zema
14.00
WIB
1,2,3
15.00
WIB
1,3
15.10
1,2,3
16. 10
WIB
Dewi
Ali
Zema
Menganjurkan ibu pasien S :
Dewi
untuk memberikan air
Ibu pasien mengatakan anaknya mau Ali
hangat
minum air putih
Zema
O:
16.15
WIB
1,2,3
17.10
WIB
1,2,3
Dewi
Ali
Zema
Mengevaluasi TTV pada S : ibu pasien mengatakan pasien gelisah
Dewi
pasien.
O : S : 36,9 C, RR 32 x/mnt, N : 98 Ali
x.mnt
Zema
2. Medical Management
a. IVF, O2 Theraphy
Medical
Management
- Infus RL
Tanggal
Penjelasan
31/3/2014
tujuan
Merupakan cairan RL
digunakan Tidak
yang
Indikasi
dan Respon
isotonik
didalamnya
volume
ion elektrolit.
cairan.
b. Obat-obatan
Nama Obat
Cefotaxim
Diazepam
Tanggal
Cara,
dosis,
klasifikasi
3-4-2014
frekuensi
IV,3x225
Cefotaxim
3-3-2014
mg
IV, 10 mg
sebagai antibiotik.
Diazepam
digunakan Tidak alergi
sebagai
Ranitidin
3-4-2014
IV,
mg
anti
konvulsif
yang
fungsinya
mencegah
terjadinya
ketidakmampuan
pada
ulu
hati,
sindroma
Zollinger-Ellison,
dispepsia yang menahun
(kronis),
mencegah
perdarahan
karena
3-4-2014
oral
peptikum,
Mendelson,
ulkus peptikum
Paracetamol
dengan
hipotalamus
menstimulus
sebagai
pengatur
Luminal
3-4-2014
panas
pada
tubuh.
Luminal adalah obat anti
Oral
kejang,juga
untuk
insomnia
epilepsi,
nevosa,
dan
migren,
Kontraindikasinya
disfungsi ginjal atau hati,
gangguan
metabolisme
porfirin. Efeksampingnya
alergi dan mengantuk.
c. Diet
Jenis diet tanggal
TKTP
3-4-2014
tujuan
Memberikan
tenaga dalam
dan tubuh.
protein
tinggi.
d. Aktivitas Latihan
Jenis
Tanggal
Penjelasan
latihan
Terpi
05-4-2014
Pasien
diperlukan
merasa
bermain
yang
Indikasi
bagi
anak mengurangi
menjalani rasa
hospitalisai
Respon
jenuh senang
dengan
melakukan
terapi
bermain.
No.
1
Tgl/ Jam
3
April
No. Dx.
Kep
1
Perkembangan
S: Ibu pasien mengatakan pasien masih panas
2014
24.00 WIB
Paraf
4 April
2014
3x225 mg).
S: Ibu pasien mengatakan pasien masih panas
O: Suhu : 37,8 C, kulit teraba panas, bibir kering.
A: Masalah belum teratasi
24.00 WIB
P: Lanjutkan intervensi:
Kaji TTV secara rutin
Berikan kompres hangat
ajarkan ibu agar pasien memakai pakaian
longgar.
Laksanakan advis dokter dalam pemberian
injeksi IV
Cefotaxim 2x225 mg
Ranitidin 2x 25 mg
Laksanakan advis dokter dalam pemberian
obat oral :
Luminal 3x 30 mg
2
mg) .
S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas
O: S : 37,8 C, Akral teraba hangat
A: Masalah kperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Panatau tanda-tanda vital
Berikan kompers hangat bila panas
Kolaborasi pemberian antibiotik (Cefotaxim
05 April
2014
3x225 mg).
S: Ibu pasien mengatakan pasien masih panas
O: Suhu : 38,5 C, kulit teraba panas, bibir kering.
A: Masalah belum teratasi
24.00 WIB
P: Lanjutkan intervensi:
Kaji TTV secara rutin
Berikan kompres hangat
ajarkan ibu agar pasien memakai pakaian
longgar.
Laksanakan advis dokter dalam pemberian
injeksi IV
Cefotaxim 2x225 mg
Ranitidin 2x 25 mg
Laksanakan advis dokter dalam pemberian
obat oral :
Luminal 3x 30 mg
2
Pertahankan terapi O2
Kolaborasi pemberian nebulezer (Ventolin 1
3
mg) .
S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas
O: S : 38,5 C, Akral teraba hangat
A: Masalah kperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Panatau tanda-tanda vital
Berikan kompers hangat bila panas
Kolaborasi pemberian antibiotik (Cefotaxim
3x225 mg).
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan pada An.D umur 4
tahun di simpulkan bahwa An.D diagnose medis kejang demam. Kejang demam
merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak terutama
pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang
berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Kondisi yang
dialami oleh An.D sangat sesuai dengan konsep teori tentang kejang demam.
Penegakan diagnosa medis tersebut yaitu tentang konsep teori umur anak yang
dapat mengalami kejang demam yaitu dalam rentang 6 bulan samapi 4 tahun dan
An.D berumur 4 tahun artinya ada kesusaian antara konsep teori dengan kasus.
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 03 April 2014 didapatkan data suhu :
40,6 C, Rr : 34x/menit, Nadi : 108x/menit, kulit teraba hangat, batuk, ada bunyi
ronkhi pada kedua lapang paru. Pemberian asuhan keperawatan pada An.D
dengan kejang demam dilakukan pengkajian secara komprehensif ditemukan
adanya 3 masalah keperawatan yaitu Hipertermia, Ketidakefektifan bersihan jalan
napas, dan resiko infeksi.