Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN ANTARA MEROKOK, IMB, AKTIVITAS FISIK, DAN

KONSUMSI MAKANAN DIANTARA ORANG THAILAND


DEWASA DI PUSAT THAILAND

Hubungan antara merokok dan berat badan telah dipelajari untuk waktu
lama dengan kebanyakan mempelajari penemuan bahwa merokok dan berat
tubuh berhubungan terbalik. Contohnya, beberapa studi menemukan bahwa
berat perokok lebih ringan dari non-perokok, tetapi bertambah berat setelah
berhenti merokok. Alasan untuk asosiasi negatif antara merokok dan berat
badan tetap tidak jelas tetapi seperti menghubungkan pengeluaran energi
dan konsumsi makanan antara perokok dan non-perokok.
Merokok bisa mengurangi pengeluaran energy dengan meningkatkan tingkat
metabolisme dasar atau bisa mengurangi jumlah kalori masuk. Namun, tidak
ada fakta bahwa merokok meningkatkan pengeluaran energy untuk aktivitas
fisik. Dan lagi, tidak ada studi hewan telah menunjukkan hubungan antara
aktivitas fisik, kehilangan berat dan nikotin. Kontrasnya, para pencari telah
mencatat bahwa nikotin mengurangi nafsu makan dan jumlah makanan
masuk, dan meningkatkan tingkat metabolisme pada studi hewan. Untuk
manusia, nikotin dalam rokok bisa meningkatkan tingkat metabolisme
daripada mengubah jumlah energy terkumpul dan aktivitas fisik.
Sebuah pandangan analitik, dari hubungan antara merokok dan pemasukan
nutrisi menunjukkan perbedaan antara perokok dan non-perokok. Banyak
studi berdasarkan sebuah meta-analitik mengkonfirmasikan bahwa perokok
memiliki pemasukan makanan yang tidak sehat dibandingkan non-perokok.
Perokok memiliki konsumsi lemak yang tinggi dan alkohol dan pemasukan
sedikit dari buah dan sayuran daripada non-perokok. Namun, tidak ada studi

dalam meta-analistik berdasarkan contoh orang asia maupun mereka


menguji perbedaan yang potensial dalam berat tubuh antara perokok dan
non-perokok. Faktanya, hanya satu studi telah menyampaikan pemasukan
nutrisi dan data tingkat berat badan melalui status merokok pada orang asia.
Dyer et al menemukan bahwa pria orang jepang dan orang cina yang
berpartisipasi dalam study INTERMAP yang merokok lebih seperti memiliki
pemasukan buah dan karbohidrat lebih rendah tetapi memiliki pemasukan
sayuran yang tinggi dan total lemak. Dan lagi, mereka memiliki berat tubuh
yang rendah dibanding non-perokok. Tidak ada perbedaan dalam pemasukan
untuk wanita di dalam studi, tetapi perbedaan berat yang sama ditemukan
antara perokok dan non-perokok. Namun, mereka tidak mengumpulkan data
pada tingkat fisik antara perokok dan non-perokok.
Tujuan dari studi ini untuk mengevaluasi hubungan antara status merokok
dan berat tubuh, aktivitas fisik, dan pemasukan nutrisi. Studi sekarang ini
adalah unik karena banyak studi telah menguji hubungan dalam contoh
orang asia, yang memelihara untuk memiliki tingkat substansial lebih tinggi
dari merokok antara pria daripada dengan tipikal menemukan dalam contoh
orang barat. Sebaliknya, tingkat merokok antara wanita menjadi sangat
rendah dan lebih rendah daripada penyampaian itu pada orang barat. Studi
ini juga unik karena Indks Massa Tubuh (IMT) ditentukan dengan pengukuran
tinggi dan berat tubuh. Akhirnya, para pembaca juga menaksir tingkat
aktifitas fisik, yang belum dievaluasi pada studi sebelumnya dengan contoh
orang asia.

Materi dan metode


Peserta

Sebuah contoh dari 1.027 orang dewasa berumur 35 tahun lebih


secara acak dipilih dari provinsi Shupanburi, pada daerah pusat dari
Thailand. Di provinsi ini dua distrik telah dipilih, distrik perkotaan dan
pedesaan. Dua sub-distrik secara acak dipilih dalam distrik, dan dua area
dipilih dalam sub-distrik, berisi 193 desa. Di dalam masing masing desa
sebuah contoh acak dari perumahan telah digambarkan dari pendaftaran
pemerintahan local dari daftar perumahan dan hanya satu individu yang
dipilih dari sebuah perumahan.
Untuk setiap individu yang setuju berpartisipasi, staff pelatihan
mengurus sebuah struktur pertanyaan dan menunjukkan sebuah uji fisik.
Pertanyaan berdasarkan pertanyaan tentang dasar variable sosiademografik, catatan medis terdahulu tentang hypertensi,
hyperkolesterolmia, dan diabetes mellitus, aktifitas fisik, merokok, dan
komsumsi alkohol.

Pengukuran
Status merokok dikategorikan sebagai non-perokok, mantan perokok, dan
perokok. Untuk menunjukkan status merokok, pesreta ditanyakan
pertanyaan ini, sudahkah anda mengisap 100 atau lebih selama
hidupmu(sekitar 5 bungkus)? (jawaban ya/ tidak); berapa usiamu ketika
anda mulai merokok?; apakah anda merokok sekarang?; berapa banyak
rokok yang anda hisap per hari?; sudah berapa tahun anda merokok?;
berapa usia anda setelah anda berhenti merokok?.
Peserta ditanya untuk mengindikasikan level mereka dari aktivitas fisik
atau selama waktu mereka bekerja dan tidak bekerja menggunakan kategori
berikut dari aktivitas: 1. Aktivitas keras( sesuatu sangat melelahkan dan
detak jantung cepat, misalnya menggali dan berlari); 2. Aktivitas

ringan( beberapa latihan ringan dan tidak melelahkan misalnya bertaman


dan jalan cepat) 3. Aktivitas lebih ringan( beberapa aktivitas fisik tetapi
usaha yang minimal misalnya berjalan) 4. Hanya duduk atau tidak
beraktivitas sama sekali ( istirahat sepanjang waktu misalnya duduk
menonton TV).
Pemasukan makanan direkam menggunakan metode 24 jam. Konsumsi
semua makanan dan minuman setelah sebelum periode 24 jam direkam oleh
pelatih pemasukan makanan. Untuk memperoleh informasi yang akurat,
kuantitas dari semua makanan, minuman dan suplemen dianggap
menggunakan mangkuk dan sendok pengukuran yang standar. Dan lagi,
metode memasak dan nama produk juga di catat. Pemasukan nutrisi dari 24
jam dimasukkan, verifikasi oleh orang lain dan menganalisa menggunakan
perangkat spesialis orang Thailand, INMUCAL program( institute on
Nutrition).
Pengukuran antropometri berdasarkan pengukuran berat dan tinggi
badan, dengan peserta menggunakan pakaian rumah tanpa sepatu, dan
pengukuran dari putaran pinggang dan pinggul. IMT dikalkulasikan sebagai
berat(kg) dibagi melalui tinggi (m2).

Analisa statistik
Analisa statistik ditunjukkan dengan SPSS. Perkiraan dari pemasukan
nutrisi, IMT, dan PA dikalkulasikan berdasarkan status merokok, membagi
atas jenis kelamin. Analisis dibagi atas jenis kelamin karena perbedaan dari
substansial dalam catatan perataan merokok pada contoh tersebut dan
disampaikan dalam studi contoh orang asia. Chi-square dan ANOVA
digunakan untuk menguji perbedaan dalam IMT, PA, dan pemasukan nutrisi
antara grup status perokok dan semua analisis yang dibagi berdasarkan jenis

kelamin. Semua analisa statistic ditunjukkan pada level signifikan dari


p=0.05.

Hasil
Diantara pria, 45.9% adalah perokok, 27.35% dan 26.8% adalah
mantan perokok dan bukan perokok. Kontrasnya, ada persentasi yang tinggi
dari wanita yang tidak pernah merokok(95.0%), dibandingkan yang telah
berhenti merokok(1.5%) dan perokok (3.5%). Enam puluh satu persen dari
laki-laki dan 59% dari wanita berusia kurang dari 60 tahun. Laki-laki yang
dulunya perokok dengan signifikan lebih tua diatas rata-rata daripada nonperokok atau perokok, tetapi tidak ada perbedaan usia signifikan antara
perokok pada wanita. Antara pria, perokok dilaporkan tanpa pengajaran
(p<0.001) dan pendapatan rumahtangga yang terendah (p<0.005); namun,
tidak ada perbedaan yang signifikan antara wanita dengan berdasarkan
karakteristik demografik.
Tanpa berdasarkan jenis kelamin, perokok memiliki IMT yang lebih
rendah, dibandingkan mantan perokok, dan bukan perokok. Ketika dibagi
berdasarkan jenis kelamin, IMT wanita perokok lebih dari 3 unit IMT lebih
rendah dari bukan perokok atau mantan perokok. Perokok laki-laki juga
signifikan lebih ringan daripada mereka yang bukan perokok.
Tidak ada perbedaan signifikan secara statistic yang lain dalam
pemasukan makanan atau aktifitas fisik berdasarkan status merokok pada
pria dan wanita. Namun, karena ada perbedaan demografik yang signifikan
antara pria berdasarkan status merokok, para pembaca menganalisa kembali
IMT, tingkat aktifitas fisik, dan pemasukan makanan setelah penambahan
usia, tinkat pembelajaran, dan total pendapatan rumahtangga pria. Setelah
penambahan faktor ini, tidak ada perubahan pengeluaran untuk IMT,

pemasukan kalori, atau tingkat aktifitas fisik. Disamping itu, para pembaca
juga memisahkan perokok laki-laki berdasarkan jumlah rokok yang di hisap
per hari; perokok ringan (1-20 rokok per hari) dan perokok berat ( > 20 rokok
per hari) dan analisa uuntuk IMT dan pemasukan kalori melalui penambahan
usia, tingkat pendidikan, status kekayaan, status pegawai dan total
pendapatan rumahtangga dalam kedua group ini. Tidak ada perbedaan yang
signifikan diantara mereka.
Diskusi
Studi saat ini menguji hubungan antara status merokok ( perokok,
bukan perokok, dan mantan perokok), IMT dan pemasukan makanan dengan
secara acak dipilih antara 1,027 orang dewasa Thailand yang tinggal di
daerah pusat Thailand. Hasil dari investigasi saat ini mengindikasikan bahwa
perokok lebih ringan IMT nya daripada yang tak pernah merokok atau yang
telah berhenti merokok pada kedua jenis kelamin (p<0.001 untuk pria dan
p=0.005 untuk wanita). Penemuan itu adalah tetap dengan beberapa studi
sebelumnya menemukan bahwa perokok memiliki IMT tang lebih rendah dan
lebih pendek dari non-perokok dan mantan perokok, bahkan diantara
pasukan militer Thailand. Namun, para pembaca tidak mampu untuk
mendokumenkan perbedaan substansi yang lainnya dalam pemasukan
nutrisi atau aktivitas fisik berdasarkan status merokok yang bisa membantu
menjelaskan perbedaan berat pada wanita maupun pria.
Sebuah penjelasan untuk perbedaan dalam IMT adalah efek
metabolisme dari nikotin. Perkins menyarankan bahwa mengkonsumsi
nikotin dari merokok bisa meningkatkan tingkat metabolisme sebagai
mekanisme dasar daripada mengurangi pemasukan energi karena merokok.
Hasil pemasukan makanan ini dan aktifitas fisik adalah tetap dengan studi
yang lain yang telah melaporkan bahwa perokok dapat menyebutkan tingkat
yang sama dari pemasukan makanan dan tingkat aktifitas fisik untuk bukan
perokok. Dan lagi, banyak studi dari pemasukan nutrisi yang kecil pada

perokok, bukan perokok, dan mantan perokok belum melaporkan sebuah


pola yang konsisten, dengan kedua pemasukan yang tinggi dan pemasukan
yang lebih rendah untuk perokokdibandingkan dengan bukan perokok dan
tidak ada perbedaan dari pemasukan diantara mereka. Selanjutnya,
beberapa investigasi menunjukkan bahwa mantan perokok memiliki pola
makan sama dengan yang tak pernah merokok daripada perokok.
Ada beberapa batasan dari studi saat ini. Yang pertama, ukuran contoh
kecil dari wanita perokok membatasi kemampuan pembaca pada kekuatan
satistikal dan kemampuan untuk mengidentifikasi perbedaan dalam hasil
dari studi tang bermacam-macam. Juga, data pemasukan makanan saat ini
didasarkan pada laporan sendiri mungkin didasarkan melalui perbedaan
kebenaran dan kenyataan dari metode data 24 jam. Namun, pembaca
menggunakan metode data 24 jam, yang mana mempertimbangkan satu
dari metode yang paling baik untuk memperkirakan pemasukan makanan
dan, menurut Margetts adalah sangat efektif ketika diaplikasikan kepada
contoh yang besar. Pengukuran aktifitas fisik saat ini juga telah diperketat
untuk pengeluaran energy karena itu didasarkan pada laporan sendiri dan
hanya diijinkan pembaca untuk mengklasifikasikan tingkat aktifitas dalam 5
kategori, yang mana metodenya tidak terlalu ketat. Studi di masa depan
dengan populasi ini akan diusahakan untuk memasukkan pertanyaan
aktifitas fisik yang telah distandarkan dan kemungkinan memasukkan
kegunaan dari pengukuran objektif, seperti accelerometer atau pedometer
dengan sebuah contoh. Kekuatan dari studi saat ini adalah pengukuran
aktual dari berat dan tinggi untuk menghitung IMT pada semua peserta.
Kesimpulan
Penemuan dari studi saat ini adalah tetap dengan banyak studi yang
lain yang mana melaporkan bahwa perokok dikelompokkan dengan berat
tubuh yang ringan disbanding bukan perokok. Perbedaan antara status
merokok pada berat tubuh tidak dapat dijelaskan dengan perbedaan aktifitas

fisik atau pasokan makanan. Berdasarkan data dari studi saat ini, mungkin
pasokan nikotin tersebut bisa meningkatkan tingkat metabolisme istirahat
dan ada meningkatkan pengeluaran energi yang cukup uuntuk
mempengaruhi IMT. Namun, yang lain telah mencatat bahwa
pengelompokan perbedaan berat dengan status merokok adalah sedikit
daripada itu dapat dicapai dengan diet dan latihan. Dan lagi, karena
konsekuensi substansi kesehatan negatif dari merokok jauh lebih kuat dari
pengelompokan dengan perbedaan berat, merokok tidak dapat digambarkan
sebagai sebuah strategi berat badan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai