Hubungan antara merokok dan berat badan telah dipelajari untuk waktu
lama dengan kebanyakan mempelajari penemuan bahwa merokok dan berat
tubuh berhubungan terbalik. Contohnya, beberapa studi menemukan bahwa
berat perokok lebih ringan dari non-perokok, tetapi bertambah berat setelah
berhenti merokok. Alasan untuk asosiasi negatif antara merokok dan berat
badan tetap tidak jelas tetapi seperti menghubungkan pengeluaran energi
dan konsumsi makanan antara perokok dan non-perokok.
Merokok bisa mengurangi pengeluaran energy dengan meningkatkan tingkat
metabolisme dasar atau bisa mengurangi jumlah kalori masuk. Namun, tidak
ada fakta bahwa merokok meningkatkan pengeluaran energy untuk aktivitas
fisik. Dan lagi, tidak ada studi hewan telah menunjukkan hubungan antara
aktivitas fisik, kehilangan berat dan nikotin. Kontrasnya, para pencari telah
mencatat bahwa nikotin mengurangi nafsu makan dan jumlah makanan
masuk, dan meningkatkan tingkat metabolisme pada studi hewan. Untuk
manusia, nikotin dalam rokok bisa meningkatkan tingkat metabolisme
daripada mengubah jumlah energy terkumpul dan aktivitas fisik.
Sebuah pandangan analitik, dari hubungan antara merokok dan pemasukan
nutrisi menunjukkan perbedaan antara perokok dan non-perokok. Banyak
studi berdasarkan sebuah meta-analitik mengkonfirmasikan bahwa perokok
memiliki pemasukan makanan yang tidak sehat dibandingkan non-perokok.
Perokok memiliki konsumsi lemak yang tinggi dan alkohol dan pemasukan
sedikit dari buah dan sayuran daripada non-perokok. Namun, tidak ada studi
Pengukuran
Status merokok dikategorikan sebagai non-perokok, mantan perokok, dan
perokok. Untuk menunjukkan status merokok, pesreta ditanyakan
pertanyaan ini, sudahkah anda mengisap 100 atau lebih selama
hidupmu(sekitar 5 bungkus)? (jawaban ya/ tidak); berapa usiamu ketika
anda mulai merokok?; apakah anda merokok sekarang?; berapa banyak
rokok yang anda hisap per hari?; sudah berapa tahun anda merokok?;
berapa usia anda setelah anda berhenti merokok?.
Peserta ditanya untuk mengindikasikan level mereka dari aktivitas fisik
atau selama waktu mereka bekerja dan tidak bekerja menggunakan kategori
berikut dari aktivitas: 1. Aktivitas keras( sesuatu sangat melelahkan dan
detak jantung cepat, misalnya menggali dan berlari); 2. Aktivitas
Analisa statistik
Analisa statistik ditunjukkan dengan SPSS. Perkiraan dari pemasukan
nutrisi, IMT, dan PA dikalkulasikan berdasarkan status merokok, membagi
atas jenis kelamin. Analisis dibagi atas jenis kelamin karena perbedaan dari
substansial dalam catatan perataan merokok pada contoh tersebut dan
disampaikan dalam studi contoh orang asia. Chi-square dan ANOVA
digunakan untuk menguji perbedaan dalam IMT, PA, dan pemasukan nutrisi
antara grup status perokok dan semua analisis yang dibagi berdasarkan jenis
Hasil
Diantara pria, 45.9% adalah perokok, 27.35% dan 26.8% adalah
mantan perokok dan bukan perokok. Kontrasnya, ada persentasi yang tinggi
dari wanita yang tidak pernah merokok(95.0%), dibandingkan yang telah
berhenti merokok(1.5%) dan perokok (3.5%). Enam puluh satu persen dari
laki-laki dan 59% dari wanita berusia kurang dari 60 tahun. Laki-laki yang
dulunya perokok dengan signifikan lebih tua diatas rata-rata daripada nonperokok atau perokok, tetapi tidak ada perbedaan usia signifikan antara
perokok pada wanita. Antara pria, perokok dilaporkan tanpa pengajaran
(p<0.001) dan pendapatan rumahtangga yang terendah (p<0.005); namun,
tidak ada perbedaan yang signifikan antara wanita dengan berdasarkan
karakteristik demografik.
Tanpa berdasarkan jenis kelamin, perokok memiliki IMT yang lebih
rendah, dibandingkan mantan perokok, dan bukan perokok. Ketika dibagi
berdasarkan jenis kelamin, IMT wanita perokok lebih dari 3 unit IMT lebih
rendah dari bukan perokok atau mantan perokok. Perokok laki-laki juga
signifikan lebih ringan daripada mereka yang bukan perokok.
Tidak ada perbedaan signifikan secara statistic yang lain dalam
pemasukan makanan atau aktifitas fisik berdasarkan status merokok pada
pria dan wanita. Namun, karena ada perbedaan demografik yang signifikan
antara pria berdasarkan status merokok, para pembaca menganalisa kembali
IMT, tingkat aktifitas fisik, dan pemasukan makanan setelah penambahan
usia, tinkat pembelajaran, dan total pendapatan rumahtangga pria. Setelah
penambahan faktor ini, tidak ada perubahan pengeluaran untuk IMT,
pemasukan kalori, atau tingkat aktifitas fisik. Disamping itu, para pembaca
juga memisahkan perokok laki-laki berdasarkan jumlah rokok yang di hisap
per hari; perokok ringan (1-20 rokok per hari) dan perokok berat ( > 20 rokok
per hari) dan analisa uuntuk IMT dan pemasukan kalori melalui penambahan
usia, tingkat pendidikan, status kekayaan, status pegawai dan total
pendapatan rumahtangga dalam kedua group ini. Tidak ada perbedaan yang
signifikan diantara mereka.
Diskusi
Studi saat ini menguji hubungan antara status merokok ( perokok,
bukan perokok, dan mantan perokok), IMT dan pemasukan makanan dengan
secara acak dipilih antara 1,027 orang dewasa Thailand yang tinggal di
daerah pusat Thailand. Hasil dari investigasi saat ini mengindikasikan bahwa
perokok lebih ringan IMT nya daripada yang tak pernah merokok atau yang
telah berhenti merokok pada kedua jenis kelamin (p<0.001 untuk pria dan
p=0.005 untuk wanita). Penemuan itu adalah tetap dengan beberapa studi
sebelumnya menemukan bahwa perokok memiliki IMT tang lebih rendah dan
lebih pendek dari non-perokok dan mantan perokok, bahkan diantara
pasukan militer Thailand. Namun, para pembaca tidak mampu untuk
mendokumenkan perbedaan substansi yang lainnya dalam pemasukan
nutrisi atau aktivitas fisik berdasarkan status merokok yang bisa membantu
menjelaskan perbedaan berat pada wanita maupun pria.
Sebuah penjelasan untuk perbedaan dalam IMT adalah efek
metabolisme dari nikotin. Perkins menyarankan bahwa mengkonsumsi
nikotin dari merokok bisa meningkatkan tingkat metabolisme sebagai
mekanisme dasar daripada mengurangi pemasukan energi karena merokok.
Hasil pemasukan makanan ini dan aktifitas fisik adalah tetap dengan studi
yang lain yang telah melaporkan bahwa perokok dapat menyebutkan tingkat
yang sama dari pemasukan makanan dan tingkat aktifitas fisik untuk bukan
perokok. Dan lagi, banyak studi dari pemasukan nutrisi yang kecil pada
fisik atau pasokan makanan. Berdasarkan data dari studi saat ini, mungkin
pasokan nikotin tersebut bisa meningkatkan tingkat metabolisme istirahat
dan ada meningkatkan pengeluaran energi yang cukup uuntuk
mempengaruhi IMT. Namun, yang lain telah mencatat bahwa
pengelompokan perbedaan berat dengan status merokok adalah sedikit
daripada itu dapat dicapai dengan diet dan latihan. Dan lagi, karena
konsekuensi substansi kesehatan negatif dari merokok jauh lebih kuat dari
pengelompokan dengan perbedaan berat, merokok tidak dapat digambarkan
sebagai sebuah strategi berat badan yang tepat.