Klasifikasi :
straddle injury ini sering ditemukan ; dibedakan menjadi tiga macam :
ringan (grade 1 )
sedang (grade II)
berat (gradeIII)
- ringan
a. pada tingkat ini yang rusak adalah dinding uretra
b. fasia buck masih utuh.
- sedang
Pada tingkat ini terjadi :
a. ruptura dinding uretra
b. fasia buck tetap utuh
- Berat
Pada tingkat ini terjadi :
a. ruptura uretra
b. facia buck robek.
(Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982)
b. bila hematom besar , dilakukan prosedur yang sama dengan yan gberat , karena
kadang-kadang dalam hematom terjadi infeksi sekunder sehingga
terbentuksuatu lubang dan kateter terlihat dari luar .sebelum terjadi
kerusakan demikian lebih baik dilakukan operasi.
-
berat
dilakukan operasi peneotomi (dari kuit samapi daerah yang robek atau hematom)
dan :
a. semua bekuan darah dikeluarkan
b. kateter dipasang di uretra ,akan tampak ujung kateter menonjol kedaerah
operasi dan kateter akan dibelokkan masuk uretra bagian proksimal .
c. hemostatis sebaik-baiknya.
d. Dinding uretra dijahit interrupted dengan catgut dan non traumatic
neddle
e. Tinggalkan drain di daerah operasi
Karena ada bahaya striktura dikemudian hari setiap kali denganbogule.
(Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982)
Terapi dan penatalaksanaan
Kemungkin trauma uretra dapat diminimalkan dengan menggunakan kateter yang
ukurannya tepat. Kateter terlebih dahulu dilumasi secara adekuat sehingga dapat
dimasukan kedalam uretra dengan mudah dan lancar.penyisipan kateter ini dilakukan
sejauh mungkin kedalam kandung kemih untuk mencegah trauma jaringan uretra pada
saat balon retensi pada kateter dikembangkan.manipulasi kateter paling sering
menjadi penyebab kerusakan mukosa kandung kemih pada pasien yang mendapat
kateterisasi.Dengan demikian infeksi akan terjadi tanpa terelakan ketika urin
mengenai mukosa yang rusak itu.Kateter harus difiksasi dengan tepat untuk
mencegahgerakan kateteryang menyebabkan regangan atau tarikan pada uretra atau
yang membuat kateter terlepas tanpa sngaha.perhatianharus diberikan untuk
memastikan agar setiap pasien yang berada dalam kondisi kebingungan tidak
melepaskan kateter tanpa disadari pada saat balon retensi masih mengembang karena
kejadian ini akan menyebabkan perdarahan dan trauma yang cukup luas pada uretra.
Pada pasien laki-laki ,selang drainase (bukab kateter) diplester disebelah lateral pada
pasien untuk mencegah penekanan uretra pada sambungan penoskrotal yang akhirnya
dapat menyebabkan pembentukan fistula uretrokutaneus.
Pada pasien wanita, selang drainase yang dihubungkan dengan kateter diplester pada
paha pasien untuk mencegah tekanan dan tarikan pada kandung kemih.
(Bruner and suddarth, 2002)
Komplikasi
1. Syok, perdarahan ,dan peritonitis.
2. Infeksi saluran kemih.
3. Striktur uretra.
( Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.Ners,2006)
Gambaran klinis
Tertdapat perdarahan per-uretram yaitu darah yang keluar dari meatus uretra
eksternum setelah mengalami terauma (harus di bedakan dengan hematuri,yaitu urine
bercampur darah )
Pada trauma uretre yang berat,pasien tidak dapat miksi sehingga terjadi retensi
urine.
( Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.Ners,2006)
Prosedur diagnostic.
Diagnosis ditegakan melalui foto oretrografi dengan memasukan kontras melalui
uretra,sehingga dapat diketahui adanya ruftur uretra dan lokasinya.
Pemeiksaan radiologi pelvis menggambarkan beberapa bagian luasnya fraktur panggul.
Pemeriksaan rectal untuk mengetahui hematoma pada kandung kemih yang tinggi.
Urethrography tidakan untuk pencegahan aseptic
Infus urography untuk mengevaluasi status renal dan level dari bladder
( alken carl-eric,sokeland jurgen,M.Eengel, 1982)
Asuhan keperawatan
1. pengkajian
pengkajian yang dilaksanakan pada pasien dengan trauma uretra meliputi :
a. identitas pasien :
b. riwayat kesehatan umum meliputi berbagai ganguan penyakit yang lalu
,berhubungan dengan atau yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang.
- riwayat kesehatan keluarga
- riwayat kesehatan pasien
c. riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan/gangguan yang berhubungan dengan
gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini
1. bagaimana frekkuensi miksi , apakah terdapat ;
1. poliuri
2. oliguri
3. miksi ke luar sedikit-sedikit tetapi sering
4. urgensi
5. nocturi
6. tempo berhentinya arus urine selama miksi
7. pasien mengalami keraguan/kesukaran sewaktu memulai miksi.
8. urine keluar secara menetes
9 inkontinentia urine.
d. adakah kelainan waktu miksi seperti
1. disuri
2. ada rasa panas
3. hematuri
4. piuri
5 lithuri
e. adakah ras sakit terdapat pada daerah setempat atay secara umum
f. apakah penyakit timbul setelah adanya penyakit yang lain
diagnosa keperawatan 2 :
perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bedah diversi ,trauma jaringan
,edema pasca operasi .
kemungkina dibuktikan oleh :
kehilangan kontinen
perubahan jumlah ,karaekter urine , retensi urine.
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan menunjukan aliran urine terus menerus dengan haluaran urine adekuat
untuk situasi individu.
Intervensi 2 :
Kaji adanya kateter uretral beri label kanan dan kiri dan observasi aliran urine
pada tiap saluran
Catat keluaran urine : selidiki penurunan /penghentian aliran urine tiba-tiba.
Posisi selang dan drainase kantung ,sehingga memungkinkan tidak terhambatnya
aliran urine, awasi / lindungi letak selang .
Tunjukkan teknik kateterisasi sendiri dan irigasi wadah dengan tepat.
Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat.
Awasi tanda vital , kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler, dan mukosa
mulut, timbang tiap hari.
Kolaborasi
berikan cairan IV sesuai indikasi
awasi elektrolit ,GDA, kalsium.
Siapkan untuk tes diagnostik prosedur sesuai indikasi.
Evaluasi 2 :
1. pola eliminasi urine kebali normal
2. keluhan BAK tidak ada lagi.
Diagnosa keperawatan 3 :
Potensial terjadinyainfeksi sekunder sehubungan dengan keluarnya cairan yang keluar
terus menerus dari kemaluan
Intervensi keperawatan 3 :
kaji tanda-tanda radang
monitor suhu tubuh
beri penjelasan tentang kebersihan diri genital
bekerjalah dengan prip aseptik yang benar
laksanakan program pengobatan.
Evaluasi 3 :
1. tidak terjadi infeksi sekunder
2. tidak ditemukan tanda-tanda radang.
Daftar pustaka :
1. Bruner and suddarth, keperawatan medikal bedah vol. 2, jakarta, EGC, 2002.