Anda di halaman 1dari 14

SIFAT RHEOLOGI DARI KOMPOSISI KOSMETIK YANG MENGANDUNG

EKSTRAK ROSEMARY DAN PULP JERUK BALI DAN BIJI

ABSTRAK
Formulasi kosmetik modern merupakan kombinasi bahan-bahan sintetis
dan alami . Pengetahuan tentang rheology dapat digunakan untuk mengelola struktur
dan kualitas produk dengan cara menambahkan suplemen atau rezim mengubah atau
menyesuaikan pengolahan teknologi secara mekanik.
Ekstraksi dari rosemary, biji jeruk bali dan pulp dengan larutan etanol
dalam air dilakukan dalam suhu pengocokan pada 20. Total kandungan polifenol
( TPC ) dan kapasitas antioksidan ( AOC ) dari ekstrak ditentukan.
Komposisi kosmetik disusun berdasarkan asam stearat, dengan 3etanolamin sebagai emulsifier. Ekstrak yang digunakan sebagai pengawet yang
paling terkenal yaitu metil paraben . Perilaku reologi dari formulasi kosmetik diuji.
Hal ini ditemukan bahwa semua komposisi memperlihatkan perilaku aliran
tiksotropik.
Emulsi kosmetik yang mengandung ekstrak alkohol biji jeruk bali memiliki
perilaku reologi yang berbeda yang dapat dijelaskan dengan model rheologi
Bingham. Model ini dapat dijelaskan dengan komposisi ekstrak dan pengaruhnya
terhadap pH. Hal ini ditemukan bahwa ekstrak dari biji jeruk bali memiliki sifat asam
yang mempengaruhi pH. Formulasi kosmetik dengan ekstrak rosemary menunjukkan
daya yang rendah dan bersifat tiksotropi.
Kemurnian formulasi kosmetik yang diuji terhadap bakteri E. Coli. Hasil
menyatakan bahwa tidak ada koloni bakteri yang dapat diamati dan ditemukan
setelah satu hari, atau setelah tiga bulan masa penyimpanan. Dapat disimpulkan
bahwa ekstrak alami dari biji jeruk bali dan pulp dan rosemary menunjukkan sifat
antibakteri yang baik, menjadi pengganti yang cukup memuaskan dari paraben.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Produk kosmetik modern yang menyediakan banyaknya zat yang
diperlukan pada kulit dan juga melindunginya dari pengaruh berbahaya dari
berbagai faktor eksternal. Baru-baru ini penggunaan bahan-bahan alami
seperti ekstrak tumbuh-tumbuhan, seperti minyak, asam organik, dan lain lain
dalam produksi kosmetik yang menjadi populer. Banyak pelanggan mencari
kosmetik bebas paraben berdasarkan ekstrak alami. Evaluasi klien sangat
penting untuk pengembangan yang baru dan peningkatan sudah tertanam
dalam produk manufaktur. Ada banyak referensi untuk menilai persepsi
produk kosmetik. Beberapa dari mereka menawarkan reologi sebagai alat
yang cocok untuk menentukan kualitas sensorik. Penyelidikan sifat reologi
dan komposisi kosmetik penting untuk desain proses: transportasi,
pencampuran, dan pengepakan. Mereka sangat dipengaruhi oleh sifat yang
disebutkan di atas. Informasi ini membantu untuk pengendalian kualitas dan
stabilitas kondisi penyimpanan. Parameter seperti viskositas dan struktur juga
penting untuk persetujuan produk kosmetik dari pelanggan.
Rosemary (Rosmarinus officinalis L.) mengandung banyak asam
fenolik: rosmarinic, carnosic, caffeic, ursolat, betulinic dan senyawa kimia
lainnya seperti kamper, rosmaridiphenol dan rosmanol yang menimbulkan
sifat antibakteri dan fungisida dari ekstrak alkohol. Ekstrak dari biji jeruk bali
dan pulp disiapkan dalam rasio 1:4, pelarut menggunaka etanol 70% dalam
air. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa flavonoid, asam askorbat,
asam sitrat, sterol dan mineral yang terkandung dalam ekstrak juga memiliki
aktivitas antibakteri dan sifat fungisida.
B. TUJUAN
Untuk menyelidiki kemungkinan yang terjadi dalam menggunakan
ekstrak tanaman dengan kapasitas antioksidan tinggi bukan Methylparaben
sebagai pengawet dalam komposisi kosmetik dan mengikuti sifat reologi dari
formulasi yang diperoleh tergantung dari komposisi masing-masing.

BAB II
ISI
A. EKSPERIMEN
Bahan dan metode
1. Bahan:
- Rosemary
- Jeruk bali
2. Metode
Massa dari sampel ditimbang seksama 0,1 mg menggunakan
timbangan analitik sartorius. Proses ekstraksi dilakukan secara
keluar masuk menggunakan gyrotory waterbath shaker. Pemisahan
dari fase padat dan cair setelah ekstraksi selesai ekstrak di filtrasi
menggunakan corong Buchner dan vakum. Untuk menentukan
kandungan total polifenol (TPC) dan kapasitas antioksidan (AOC)
yang digunakan adalah reagen Folin Ciocalteu 2N, asam galat,
Na2CO3 dehidrat, etanol 96 %, DPPH, metanol 99,9 %, dan air
suling Bahan kimia tambahan lainnya dan reagen yang diperoleh
dari Sigma-Aldrich.
Analisis ekstrak
Total polifenol ditentukan secara spektrofotometri dengan metode
Folin Ciocalteu menggunakan asam galat sebagai standar untuk
kalibrasi . Double beam UV-VIS spektrofotometer (S-22 UV/VIS,
Boeco, Jerman) digunakan untuk menganalisis sampel. Penyerapan
cahaya diukur pada 765 nm. Untuk menghindari kesalahan, setiap
analisis dilakukan minimal tiga kali . Hasilnya disajikan sebagai gram
equivalen asam galat (GAE) per 1 Liter ekstrak.
Kapasitas antioksidan (AOC) ditentukan dengan menggunakan
metode DPPH karena hasilnya sederhana dan stabil. Pengujian ini
mengevaluasi kapasitas ekstrak untuk menetralisir radikal bebas dari
larutan

DPPH.

Absorbansi

diukur

pada

517

nm.

Kapasitas

penghambatan radikal bebas dihitung menggunakan IC dengan rumus:


I=

A 0 A
x 100
A0
s

dimana Ao adalah penyerapan blanko, As adalah penyerapan

ekstrak yang mengandung sampel.


Sebuah pengaduk mekanik OSD-20, Boeco, Jerman adalah
digunakan untuk penyusunan krim kosmetik .
Untuk pengukuran rheology menggunakan viskometer yang
memutar dengan koaksial silinder dengan menggunakan S1 silinder
rheo test RV2. Percobaan dengan silinder S2 menunjukkan bahwa tidak
terjadi gesekan dari produk yang diuji. Untuk semua komposisi dengan
kenaikan dan penurunan kurva alir dilakukan pada suhu kamar. Untuk
mengecek formulasi yang bersifat tiksotropi.
Preparasi sampel
Rosemary kering diayak dan difraksi 0,5 sampai 1 mm yang
digunakan untuk percobaan. Bahan baku 1g dicampur dalam gelas
kimia (volume 150 ml) dengan 70% volume larutan etanol dalam air
(10 ml), dan ditempatkan dalam shaker thermostatik sebelumnya (awal
dari
Proses ekstraksi). Sampel diambil secara teratur (10, 20, 30, 40, 60, 90
menit ) dan dipisahkan melalui corong Buchner dan vakum kemudian
dianalisis . Waktu filtrasi dipertimbangkan sekitar 30 detik.
Biji jeruk bali dan pulp dikeringkan pada suhu 55 dan
kemudian digiling . Setelah itu 1 g dicampur dalam gelas kimia dengan
larutan etanol 70% dalam air (10 ml), dan sebelumnya ditempatkan
dalam shaker thermostatik. Dilakukan pada tiga waktu yaitu 24 , 36 dan
48 jam .
Preparasi emulsi kosmetik
Persiapan pembuatan emulsi pada kosmetik membutuhkan ekstrak
dengan kandungan polifenol tinggi dan kapasitas antioksidan yang
tepat. Sebagai dasar pembuatan emulgator digunakan asam stearat dan
3-etanolamin. Masing-masing 1 mL ekstrak ditambahkan ke dalam
campuran methylparaben sebagai pengawet dengan 1 gram natrium
benzoat.
Komposisi emulsi yang diteliti pada percobaan sebagai berikut:
Emulsion composition,
% mass

A1

A2

A3

Table 1. Cosmetic formulations A


Emulsion composition,
% mass.
Stearic acid
Glycerol
Distilled water
Thriethanolamine
(emulsifier)
Rosemary extract
Grapefruit seeds and
pulp extract
Sodium benzoate
Fragrance

B1

B2

B3

10
10
77.5
0.5

10
10
76.5
0.5

10
10
76.5
0.5

1
1
2
0.2

2
0.2

2
0.2

Table 2. Cosmetic formulations B

Asam stearat dicairkan dalam bekker glass pada suhu 70 oC bersama


dengan komponen lainnya. Pengadukan dengan kecepatan rendah
(50/menit) setelah cairan homogen komponen dari fase air (air suling,
ekstrak tumbuhan natrium benzoat, aroma). Untuk mendapatkan emulsi
yang homogen suhu perlahan-lahan menurun pada suhu kamar dengan
kecepatan pengadukan 700-800/menit . Akibatnya formulasi yang
diperoleh lembut dan putih.
Untuk memeriksa stabilitas formulasi kosmetik dilakukan selama
3 bulan. Rheologi dan antimikroba yang melawan E.coli yang diuji di
awal dan pada akhir periode penyimpanan. Komposisi kosmetik yang
tersisa pada suhu kamar tanpa menggunakan kondisi penyimpanan
steril. Studi mikrobiologis dilakukan dengan inokulasi mikroorganisme
pada medium agar, kemudian menambahkan formulasi dan mengikuti
perkembangan koloni mikroba pada formulasi kosmetik .
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan total kandungan fenol dalam ekstrak

Fig. 1. Total polyphenols content v/s time of the rosemary extracts.

Setelah menit ke-60 dari ekstraksi, nilai TPC menjadi konstan.


Maka ini dapat disimpulkan bahwa kondisi operasionalnya yang tinggi
dicapai dan secara ekonomis tidak dilanjutkan proses selanjutnya.

Fig. 2. TPC evolution in time for the extracts of grapefruit pulp and seeds.

Jumlah total polifenol (TPC) untuk ekstrak dari biji jeruk bali dan
pulp setelah 24, 36, dan 48 jam semakin meningkat. Proses yang diuji
selama 48 jam.

Penentuan kapasitas antioksidan dalam ekstrak

Fig. 3. Antioxidant capacity of the rosemary extracts.

Perbandingan kapasitas antioksidan (AOC) dari ekstrak rosemary


sama dengan TPC yaitu diperoleh setelah menit ke-60. Pada proses ke90 menit tidak ada perubahan yang signifikan. Oleh karena itu ekstrak
dari menit ke-60 digunakan untuk preparasi formulasi kosmetik.

Fig. 4. Antioxidant capacity of the grapefruit pulp and


seeds extracts: - 24 h; - 36 h; - 48 h.

Perbandingan AOC dari ekstrak biji jeruk bali dan pulp


menunjukkan bahwa AOC diperoleh setelah 36 dan 48 jam secara
bersamaan. Dalam formulasi kosmetik ekstrak pada jam ke-48 yang
digunakan karena isi dari keseluruhan polifenol lebih tinggi.

Pengukuran rheology
Ada perbedaan komposisi dalam formulasi A dan B yang
ditunjukkan dalam table 1 dan 2. Formulasi A berisi Sodium
Hidroksida, formulasi B berisi Trietanolamin sebagai emulsi, kurang
dari 4% asam stearate, lebih dari 4% air destilata.

Fig. 5a. Flow curves A compositions: - A1 (base); - A2


(rosemary); A3 (grapefruit).

Fig. 5b. Flow curves B compositions: - B1 (base); B2


(rosemary); - B3 (grapefruit)

Grafik 5a dan 5b menunjukkan bahwa kurva alir dari formulasi


A adalah kurva melengkung tanpa yield stress, maka sifat rheologinya
dapat digambarkan dengan persamaan hukum rheology. Kurva alir dari
formulasi yang berisi rosemary merupakan yang paling rendah,
sedangkan yang paling tinggi yaitu formulasi yang berisi ekstrak jeruk
bali. Sebaliknya, untuk formulasi B, kurva alir paling tinggi yaitu
formulasi dengan ekstrak rosemary dan paling rendah yaitu formulasi
dengan ekstrak jeruk bali. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan
perbedaan dalam komposisi dan nilai pH. Dari berbagai sudut pandang,
formulasi dari seri B lebih lembut, sedangkan dari seri A lebih keras dan
tidak nyaman untuk diaplikasikan. Maka untuk kedepannya formulasi B
yang dipilih.

Fig. 6. Typical flow curves of the compositions studied


basic composition B1.

Fig. 7. Typical flow curves of the compositions studied


composition with rosemary extract B2.

Pada grafik 6 dan 7, dapat dilihat bahwa pola kurva aliran


komposisi dasar dan satu dengan ekstrak rosemary melengkung tanpa
stress yield. Perilaku rheology ini dapat dijelaskan dengan hukum
rheology 2.

Fig. 8. Typical flow curves of the compositions studied


composition with grapefruit pulp and seeds extract B3.

Pada grafik 8 yaitu formulasi dengan ekstrak biji jeruk bali dan
pulp. Grafik ini menghasilkan yield stress, tetapi bentuk linier, maka
dapat dideskripsikan dengan model rheology Bingham. Ini terlihat
bahwa semua formulasi menunjukkan thixotropy karena adanya asam
stearat dalam komposisi. kurva alir bawah adalah keseimbangan satu.
Diperoleh sebagai berikut: setelah mendapatkan kurva aliran atas,
sampel berlaku pada kecepatan rotasi maksimal dari sistem (1320 / s)
sampai mendapatkan nilai konstan tegangan geser. Lalu nilai tegangan
geser diikuti ke bawah.

Paling umum digunakan untuk deskripsi perlakuan rheologi


yaitu metodel Ostwald de Waele (eq.2), Herschell-Bulkley (eq.3), dan
Bingham (eq.4).
= K n --------------- (2)
= 0 + K n----------- (3)
= 0 + p ----------- (4)
Dimana adalah shear stress (Pa), adalah shear rate (s -1), 0
adalah yield stress (Pa), K adalah indeks konstanta (Pa s n), n adalah
kecepatan indeks (menentukan tingkat perilaku non Newton), p adalah
viskositas plastis dalam rheology model Bingham (Pa.s).

Table 3. Parameter rheology dari uji formulasi kosmetik.


No

Composition

n,

0 , Pa
K , Pa.s

Mean
error, %

pH

A1

3.325

0.496

0.989

5.22

A2

7.397

0.409

0.934

11.58

A3

15.465

0.273

0,954

5.73

B1

5.881

0.340

0.982

6.19

4.5

B2

12.544

0.266

0.984

4.00

B3

3.5575

0.010

0.995

3.08

B4

1.015

0.346

0.882

11.65

Nilai dari parameter rheology dapat ditemukan secara statistic.


Dari tabel 3 terbukti, bahwa model Bingham memberikan akurasi yang
jauh lebih tinggi dari hukum pertama. Jenis yang berbeda dari perilaku
aliran sampel yang mengandung ekstrak jeruk bali dapat dijelaskan
dengan nilai pH ekstrak dan dengan komposisi pada table 3. Nilai pH
dari komposisi dengan model plastis Bingham merupakan yang
terendah jika dibandingkan dengan sampel lainnya yang diuji.

Table 4. Parameter rheology dari formulasi kosmetik seri B untuk kurva


naik dan turun.
No composi , Pa
tion
(up)

K , Pa.s n
(up)

n,
(up)

, Pa
(down)

K , Pa.s n
(down)

n,
(down)

B1

5.881

0.340

5.078

0.262

B2

12.544

0.266

6.233

0.357

B3

3.558

0.010

2.087

0.004

Ekstrak yang mengandung polifenol dan kapasitas antioksidan


paling tinggi adalah yang dipilih untuk preparasi emulsi kosmetik.
Dihasilkan formulasi kream pemutih dan halus.
Komposisi bebas paraben memiliki karakteristik utama dari
krim kecantikan komersial: parfum menyenangkan dan nuansa mutiara.
mereka menyerap dengan mudah di kulit tanpa noda berminyak setelah
pemakaian. Mereka stabil (tanpa sedimentasi atau kremasi) selama 3
bulan masa penyimpanan. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak alami dari
biji jeruk bali dan pulp dan rosemary menunjukkan sifat antibakteri
yang baik, menjadi pengganti yang cukup memuaskan dari paraben.
Uji mikrobiologi
Kemurnian dari formulasi kosmetik telah dicoba untuk
melawan bakteri E. Coli. Mikroorganisme diinokulasi pada media agar
dan evolusi koloni pada waktu yang telah ditentukan. Hasil menyatakan
bahwa tidak ada koloni bakteri yang dapat diamati dan ditemukan
setelah satu hari, atau setelah tiga bulan masa penyimpanan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komposisi kosmetik berdasarkan pada asam stearat yang telah
diformulasi. Paraben dalam resep konvensional digantikan oleh ekstrak alami
dari rosemary dan biji dan pulp jeruk bali. Kapasitas antioksidan dan
kandungan polifenol yang tinggi diukur untuk kedua bahan tersebut. Larutan
etanol dalam air digunakan sebagai agen ekstraksi. Formulasi kosmetik dari
ekstrak yang mengandung jumlah polifenol dan kapasitas antioksidan
maksimum adalah yang dipilih. Sifat rheology dari komposisi kosmetik
diperoleh dengan cara diuji. Sifat rheology dari semuanya yaitu non-Newton.
Komposisi

yang

mengandung

rosemary

ekstrak

rosemary

bersifat

pseudoplastis dan tiksotropi, sedangkan esktrak dari biji jeruk dan pulp
bersifat Bingham plastis dan tiksotropi. Perbedaan sifat reologi dapat
dijelaskan dari perbedaan ekstrak dan nilai pH. Parameter dari model
rheology dihitung secara statistic. Untuk formulasi, stabilitas dan aktivitas
antimikroba telah diuji. Hasil menyatakan bahwa tidak ada koloni bakteri
yang dapat diamati dan ditemukan setelah satu hari, atau setelah tiga bulan
masa penyimpanan. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak alami dari biji jeruk
bali dan pulp dan rosemary menunjukkan sifat antibakteri yang baik, menjadi
pengganti yang cukup memuaskan dari paraben.

B. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai