Anda di halaman 1dari 74

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat-Nya sehingga penelitian Studi Potensi Penerimaan Retribusi Daerah dan
Lain-lain PAD yang Sah Provinsi DIY dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian
ini terlaksana atas kerjasama Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP)
Universitas Gadjah Mada dengan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD)
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan
menghitung potensi serta target retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah
Provinsi DIY. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah
Provinsi DIY dalam usaha meningkatkan penerimaan retribusi daerah dan lainlain PAD yang sah.
Tim Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terlaksana dengan
baik tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini Tim Peneliti Studi Potensi Penerimaan Retribusi Daerah dan Lainlain PAD yang Sah Provinsi DIY PSEKP UGM menyampaikan terima kasih
kepada:
a) Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Pemerintah Provinsi DIY.
b) Para responden dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta yang
telah meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan dan memberikan
keterangan yang diperlukan sebagai sumber data primer.
Akhirnya, kami berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan
dapat dijadikan bahan rujukan dalam upaya pembangunan daerah pada khususnya
dan pembangunan ekonomi nasional secara umum.
Yogyakarta, Desember 2007
Tim Peneliti

PSEKP UGM

ii

DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3. Batasan Masalah

1.4. Metodologi Penelitian

1.4.1. Survei dan Pengumpulan Data

1.4.2. Analisis Data

1.5. Keluaran Penelitian

BAB II GAMBARAN KINERJA PENERIMAAN RETRIBUSI DAN


LAIN-LAIN PAD YANG SAH PROVINSI DIY
2.1. Kinerja Retribusi

7
7

2.1.1. Kontribusi Retribusi terhadap Total PAD Provinsi DIY

2.1.2. Perkembangan Realisasi Penerimaan Retribusi

10

2.1.3. Klasifikasi Retribusi dan Kontribusinya

12

2.2. Kinerja Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah


2.2.1. Kontribusi Lain-lain PAD yang Sah terhadap Total PAD

19
19

Provinsi DIY
2.2.2. Perkembangan Realisasi Lain-lain PAD yang Sah

20

2.2.3. Klasifikasi Lain-lain PAD yang Sah dan Kontribusinya

21

2.3. Kondisi Hasil Survei Lapangan

23

iii

BAB III PERHITUNGAN POTENSI, TARGET RETRIBUSI DAN

27

LAIN-LAIN PAD YANG SAH PROVINSI DIY


3.1. Metodologi

27

3.1.1.Konsep

27

3.1.2. Model Perhitungan

27

3.2. Hasil dan Analisis


3.2.1. Proyeksi Potensi dan Target Retribusi

31
31

3.2.1.1. Proyeksi Potensi Retribusi Tahun 2008-2010

31

3.2.1.2. Target Retribusi Tahun 2008-2010

38

3.2.2. Proyeksi Potensi dan Target Lain-lain PAD yang Sah

44

3.2.2.1. Proyeksi Potensi Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2008-2010

44

3.2.2.2. Target Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2008-2010

46

BAB IV PELUANG DAN HAMBATAN

49

4.1. Retribusi Jasa Umum

49

4.1.1. Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial

49

4.1.2. Bidang Ketenagakerjaan

51

4.1.3. Bidang Pendidikan dan Pelatihan

52

4.2. Retribusi Jasa Usaha

53

4.2.1. Bidang Kekayaan Daerah

53

4.2.2. Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

58

4.2.3. Hasil Penjualan Produksi Usaha Daerah

58

4.3. Retribusi Perizinan Tertentu

61

4.3.1. Bidang Social

61

4.3.2. Izin Trayek

61

4.3.3. Izin Dispensasi Kelebihan Muatan

62

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

63

5.1. Kesimpulan

63

5.2. Rekomendasi

64

DAFTAR PUSTAKA

65

LAMPIRAN

66

iv

DAFTAR TABEL

Tabel

Hal

1.1.

Realisasi Penerimaan Retribusi 2004 2006

2.1.

Perkembangan Nilai Target dan Realisasi Retribusi dan total PAD Provinsi

DIY, 2002 2007 (Rp)


2.2.

Kontribusi dan Pertumbuhan Retribusi Provinsi DIY, 2002 2007 (%)

10

2.3.

Target dan Realisasi Retribusi Provinsi DIY, 2006 (Rp)

12

2.4.

Target dan Realisasi Retribusi Provinsi DIY, 2007 (Rp)

14

2.5.

Perbandingan Kode Rekening dan Jenis-jenis Retribusi Daerah

18

2.6.

Komposisi Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah, 2005-2007 (%)

23

3.1.

Proyeksi Realisasi Retribusi 2007 Provinsi DIY

32

3.2.

Proyeksi Potensi Retribusi Jasa Umum Bidang Pendidikan dan Pelatihan

34

3.3.

Proyeksi Potensi Retribusi Provinsi DIY Tahun 2008

34

3.4.

Proyeksi Potensi Retribusi Provinsi DIY Tahun 2009

36

3.5.

Proyeksi Potensi Retribusi Provinsi DIY Tahun 2010

37

3.6.

Target Retribusi Provinsi DIY Tahun 2008

41

3.7.

Target Retribusi Provinsi DIY Tahun 2009

42

3.8.

Target Retribusi Provinsi DIY Tahun 2010

43

3.9.

Proyeksi Potensi Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2008

44

3.10.

Proyeksi Potensi Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2009

45

3.11.

Proyeksi Potensi Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2010

46

3.12.

Target Lain-lain PAD yang Sah Provinsi DIY Tahun 2008

47

3.13.

Target Lain-lain PAD yang Sah Provinsi DIY Tahun 2009

47

3.14.

Target Lain-lain PAD yang Sah Provinsi DIY Tahun 2010

48

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Hal

2.1. Kontribusi Realisasi Retribusi terhadap Total PAD Provinsi DIY

2.2.

Perkembangan Nilai Jenis-jenis Retribusi Provinsi DIY, 2004


2006

2.3.

Perkembangan Realisasi Retribusi Provinsi DIY, 2002-2006

10

2.4.

Persentase Realisasi Retribusi Provinsi DIY, 2002-2006

11

2.5.

Kontribusi Jenis-jenis Retribusi Provinsi DIY, 2006

13

2.6.

Kontribusi Jenis-jenis Retribusi Provinsi DIY, 2007

14

2.7.

Persentase Realisasi Pendapatan Lain-lain PAD yang Sah

20

terhadap Total PAD Prov. DIY, 2002-2007


2.8.

Perkembangan Nilai Target dan Realisasi Lain-lain PAD yang

21

Sah Prov. DIY, 2002-2007

vi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sejak penerapan UU No. 34 Tahun 2000 sebagai revisi UU No. 18 Tahun
1997, pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih relatif rendah kecuali
untuk jenis item tertentu (lihat Tabel 1.1). Sebagai gambaran, data Pemerintah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan bahwa selama tahun
2004 2005 sebagian besar realisasi penerimaan retribusi disumbang oleh
retribusi penjualan produksi usaha daerah. Pada tahun 2006 realisasi penerimaan
retribusi sebagian besar disumbang oleh retribusi pelayanan kesehatan.
Pertumbuhan tertinggi dan terendah realisasi retribusi pada tahun 2005 masingmasing adalah sebesar 99,91% (retribusi izin trayek) dan -44,50% (retribusi pasar
grosir dan/atau pertokoan). Perkembangan realisasi penerimaan retribusi
sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Retribusi, 2004 2006
Uraian
Retribusi Pelayanan Kesehatan
Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah
Retribusi Pasar Grosir dan/atau
Pertokoan
Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah
Retribusi Izin Trayek
Retribusi Dispensasi Kelebihan
Muatan
Retribusi Jasa Umum

Realisasi Retribusi (Rp)

Pertumbuhan
(%)
200420052005
2006
75,74
54,10

2004

2005

2006

1.513.381.820

2.659.624.608

4.098.569.999

1.135.707.485

1.456.599.136

1.322.917.865

28,25

-9,18

514.303.700

285.438.550

506.306.525

-44,50

77,38

4.470.993.907
99.773.240

4.135.062.385
199.454.110

3.829.134.050
114.592.500

-7,51
99,91

-7,40
-42,55

2.249.597.000
434.698.556

2.582.594.000
621.643.640

1.997.036.000
588.987.927

14,80
43,01

-22,67
-5,25

Sumber: BPKD Prov. DIY, Target dan Realisasi Pendapatan Daerah, beberapa tahun

Peningkatan PAD yang belum mengalami perubahan secara signifikan


disebabkan oleh ketidakmampuan daerah dalam membuat strategi koleksi dan
memetakan potensi PAD. Teknik yang digunakan untuk mengukur potensi juga
seringkali tidak realistis yang hanya didasarkan pada keinginan untuk senantiasa
menaikkan PAD tanpa melihat aspek lain yang mempengaruhi keputusan tersebut.
Untuk melihat dan mengukur potensi sumber penerimaan daerah
dibutuhkan pengetahuan tentang perkembangan beberapa faktor yang dapat
dikendalikan (kebijakan dan kelembagaan) dan faktor yang tidak dapat
dikendalikan (variabel-variabel ekonomi). Semua faktor ini mempengaruhi
kekuatan sumber-sumber penerimaan daerah. Kondisi tersebut kemudian akan
menentukan; pertama, besar kecilnya keinginan pemerintah dalam menetapkan
pajak dan retribusi. Ini merupakan indikasi tinggi rendahnya tuntutan kuantitas
dan kualitas pelayanan publik. Kedua, struktur ekonomi dan sosial menentukan
kemampuan masyarakat membayar segala pungutan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerahnya.
Secara teoritis kemampuan keuangan daerah dapat ditingkatkan dengan
intensifikasi dan atau ekstensifikasi. Upaya ekstensifikasi adalah upaya perluasan
jenis

pungutan.

Upaya

ini

harus

dilakukan

dengan

hati-hati

dengan

mempertimbangkan berbagai aspek kepentingan ekonomi nasional1.


Upaya intensifikasi adalah upaya meningkatkan kemandirian penerimaan
daerah dengan meningkatkan kinerja pemungutan retribusi. Upaya ini menuntut
kemampuan daerah untuk dapat mengidentifikasi secara sahih potensi penerimaan
daerah dan kemudian mampu memungutnya dengan didasarkan pada asas manfaat
dan keadilan. Lebih lanjut, untuk mencapai hal tersebut maka berbagai sumber
daya (software dan hardware) yang digunakan perlu segera disiapkan.
Dalam rangka merealisasikan peningkatan penerimaan retribusi daerah,
perlu diupayakan suatu pemetaan faktor-faktor penentu bagi keberhasilan internal
dan eksternal masing-masing unit retribusi tersebut. Dengan pemetaan tersebut,
1
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 dimaksudkan untuk memberi kisi-kisi pungutan yang baik. Kisi-kisi ini berupaya
menghindarkan diri dari, misalnya, ekonomi biaya tinggi dan hambatan pergerakan barang dan
jasa antar daerah.

maka dapat dirumuskan langkah-langkah terbaik yang dapat dilakukan bagi


masing-masing unit kegiatan usaha.

1.2.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan

penelitian ini adalah untuk memotret penerimaan retribusi daerah dan lain-lain
PAD yang sah, menghitung potensi dan target penerimaan retribusi daerah dan
penerimaan lain-lain PAD yang sah Provinsi DIY. Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi Pemerintah Provinsi DIY dalam usaha meningkatkan sumbersumber penerimaan retribusi daerah melalui strategi-strategi penerimaan dan
mengetahui potret makro potensi penerimaan retribusi dan lain-lain PAD yang
sah.
Dalam penelitian ini, jenis-jenis retribusi serta lain-lain PAD yang sah
yang akan diukur potensinya adalah:
1.

Retribusi
a. Retribusi Jasa Umum, terdiri dari:
-

Bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial

Bidang ketenagakerjaan

Bidang pendidikan dan pelatihan

Bidang pelayanan tera ulang

Bidang pelayanan pertanian

Bidang pelayanan bidang kehutanan

Bidang pelayanan perikanan

Bidang pelayanan permukiman

b. Retribusi Jasa Usaha, terdiri dari:


-

Bidang kekayaan daerah

Pasar grosir dan/atau pertokoan

Produksi usaha daerah

Tempat rekreasi dan olah raga

c. Retribusi Perizinan Tertentu, terdiri dari:

2.

Bidang sosial

Izin trayek

Izin kelebihan muatan

Izin pos dan telekomunikasi

Izin pelayanan kesehatan

Izin pelayanan perpustakaan

Izin pengganti STNK hilang

Lain-lain PAD yang sah:


a. Penerimaan jasa giro
b. Penerimaan bunga deposito
c. Angsuran/cicilan rumah dinas
d. Bantuan administrasi PT Jasa Raharja

1.3.

BATASAN MASALAH
Studi ini mengumpulkan data potensi retribusi dan lain-lain PAD yang sah

Provinsi DIY sebagaimana yang telah disebutkan pada sub judul tujuan dan
manfaat. Jumlah jenis potensi retribusi Provinsi DIY adalah sebanyak 19 jenis dan
yang dipilih sebagai sampel sebanyak 9 jenis. Jenis penerimaan retribusi dipilih
berdasarkan kontribusinya terhadap total jenis penerimaan retribusi yang
bersangkutan (purposive sampling) sehingga dapat diperoleh data yang dapat
mewakili masing-masing jenis retribusi. Jenis potensi retribusi yang disurvei
adalah:
a. Bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial
b. Bidang ketenagakerjaan
c. Bidang pendidikan dan pelatihan
d. Bidang kekayaan daerah
e. Pasar grosir dan/atau pertokoan
f. Produksi usaha daerah
g. Bidang sosial

h. Izin trayek
i. Izin kelebihan muatan
Jumlah unit retribusi yang disurvei adalah sebanyak 84 unit. Perincian unit
retribusi yang disurvei dapat dilihat pada lampiran.

1.4.

METODOLOGI PENELITIAN

1.4.1. Survei dan Pengumpulan Data


Survei dan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
yang lebih detail dan langsung menyentuh permasalahan yang diteliti. Informasi
diperoleh dalam bentuk data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh
dengan cara menyebarkan kuesioner dan/atau melakukan in depth interview
langsung di lapangan. Sementara itu, data sekunder akan diperoleh melalui bank
data (unit terkait) yang ada di Provinsi DIY. Data sekunder yang diperlukan dalam
studi ini antara lain: Provinsi DIY Dalam Angka (BPS), data makro ekonomi
daerah (seperti: inflasi dan pertumbuhan ekonomi). Peraturan Daerah yang terkait
dengan objek pengamatan, target dan realisasi penerimaan daerah, program kerja
Dinas Pendapatan Daerah dan lain-lain. Kedua data ini (data primer dan sekunder)
pada dasarnya saling melengkapi antara satu dengan lainnya.
1.4.2. Analisis Data
Berbagai data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder
selanjutnya akan diolah dan dilakukan penghitungan dengan menggunakan
program komputer. Selanjutnya, dilakukan analisis dengan menggunakan
pendekatan dan metodologi yang tepat dan sejalan dengan tujuan dan sasaran
penelitian.

1.5. KELUARAN PENELITIAN


Berdasarkan tujuan penelitian maka keluaran dari penelitian ini adalah:
1. Potret penerimaan retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah Provinsi
DIY.
2. Potensi jenis-jenis penerimaan retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah
tahun 2008 2010.
3. Target retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah tahun 2008 2010.
4. Rekomendasi peningkatan retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah
Provinsi DIY.

BAB II
GAMBARAN KINERJA PENERIMAAN RETRIBUSI
DAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH PROVINSI DIY

2.1.

KINERJA RETRIBUSI

2.1.1. Kontribusi Retribusi terhadap Total PAD Provinsi DIY


Perkembangan kontribusi realisasi penerimaan retribusi Provinsi DIY
selama periode 2002 sampai dengan 2007 (triwulan III) cenderung berfluktuasi.
Pada tahun 2002 dan 2006 kontribusi realisasi retribusi terhadap total PAD
masing-masing, yaitu: 2,32% dan 2,85%. Pada tahun 2007 (triwulan III)
kontribusi realisasi retribusi terhadap total PAD adalah sebesar 3,14%.
Pertumbuhan rata-rata realisasi penerimaan retribusi selama periode 2002 sampai
dengan 2006 sebesar 144,51%, sedangkan pertumbuhan total PAD pada periode
yang sama, yaitu 98,48%. Berdasarkan angka pertumbuhan tersebut dapat
diketahui bahwa penerimaan retribusi mampu memberikan dorongan yang relatif
besar dari waktu ke waktu terhadap total PAD Provinsi DIY. Kontribusi realisasi
retribusi terhadap total PAD Provinsi DIY sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1
Kontribusi Realisasi Retribusi terhadap Total PAD Provinsi DIY
4,00
3,20
2,97

3,00

2,40

2,97

2,85

3,14

2,32
1,60
0,80
0,00
2002

2003

2004

2005

2006

2007 TW III

Sumber: Diolah dari Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Prov. DIY, beberapa tahun

Perkembangan nilai target dan realisasi retribusi dan total PAD Provinsi
DIY selama periode 2002 sampai dengan 2007 (triwulan III) menunjukkan trend
yang meningkat. Secara umum, realisasi penerimaan retribusi selalu melebihi
target yang ditetapkan, kecuali pada tahun 2005. Nilai realisasi penerimaan
retribusi pada tahun 2007 lebih kecil dibandingkan targetnya karena jumlah
realisasi tersebut hanya sampai triwulan III. Perkembangan nilai target dan
realisasi retribusi dan total PAD sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Perkembangan Nilai Target dan Realisasi Retribusi dan Total PAD
Provinsi DIY, 2002 2007 (dalam Rupiah)
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
TW III

Retribusi
Target
Realisasi
4.049.952.600 5.094.831.625
7.776.677.650 8.089.794.859
10.337.721.820 10.418.455.708
12.010.026.408 11.940.416.429
11.745.637.282 12.457.544.866

PAD
Target
169.489.772.568
246.501.101.074
303.353.566.475
375.879.788.111
368.522.643.044

Realisasi
219.923.366.348
272.129.778.876
347.404.225.165
401.912.337.894
436.500.656.107

14.722.357.478 10.752.821.386

420.568.426.068

342.132.911.090

Sumber: BPKD Prov. DIY, Target dan Realisasi Pendapatan Daerah, beberapa tahun

Jika dilihat dari nilai jenis-jenis retribusi terhadap total penerimaan


retribusi dapat diketahui bahwa pada periode 2004 sampai dengan 2006 paling
besar disumbang oleh pos retribusi penjualan produksi usaha daerah. Pada tahun
2004 dan 2006 realisasi retribusi penjualan produksi usaha daerah masing-masing
adalah sebesar Rp 4,5 miliar dan Rp 3,8 miliar. Jenis pos retribusi yang cenderung
mengalami peningkatan secara signifikan adalah pos retribusi pelayanan
kesehatan. Artinya, bahwa ada kecenderungan pos retribusi pelayanan kesehatan
menjadi pos retribusi potensial yang meningkatkan penerimaan retribusi Provinsi
DIY (lihat Gambar 2.2).

Gambar 2.2
Perkembangan Nilai Jenis-jenis Retribusi Provinsi DIY, 2004 2006
Rp

4.500.000.000
4.000.000.000
3.500.000.000
3.000.000.000
2.500.000.000
2.000.000.000
1.500.000.000
1.000.000.000
500.000.000
0

Target

Realisasi

Target

Realisasi

Target

Realisasi

2004

2004

2005

2005

2006

2006

Retribusi Pelayanan Kesehatan


Retribusi Pasar Grosir dan/atau pertokoan
Retribusi Izin Trayek
Retribusi Jasa Umum

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah


Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Retribusi Dispensasi Kelebihan Muatan

Sumber: Diolah dari Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Prov. DIY, beberapa tahun.

Kontribusi dan pertumbuhan retribusi Provinsi DIY selama periode 2002


sampai dengan 2007 (triwulan III) menunjukkan bahwa kontribusi retribusi
cenderung meningkat sedangkan pertumbuhannya menurun. Kontribusi realisasi
retribusi tertinggi dan terendah masing-masing adalah sebesar 3,14% (2007
triwulan III) dan 2,32% (2002). Pertumbuhan realisasi retribusi tertinggi dan
terendah masing-masing yaitu sebesar 58,78% (2003) dan 4,33% (2006)
sedangkan pertumbuhan realisasi total PAD tertinggi dan terendah masingmasing, yaitu: 27,66% (2004) dan 8,61% (2006). Perkembangan kontribusi dan
pertumbuhan retribusi Provinsi DIY per tahun dapat dilihat Tabel 2.2.

Tabel 2.2
Kontribusi dan Pertumbuhan Retribusi Provinsi DIY, 2002 2007 (%)
Kontribusi
(Retribusi/PAD)

Tahun

Target
2002
2003
2004
2005
2006
2007 Tw III

Realisasi

2,39
3,15
3,41
3,20
3,19
3,50

2,32
2,97
3,00
2,97
2,85
3,14

Pertumbuhan (Retribusi/PAD)
Retribusi
Target
0,00
92,02
32,93
16,18
-2,20
-

Retribusi
Realisasi
0,00
58,78
28,79
14,61
4,33
-

PAD
Target
0,00
45,44
23,06
23,91
-1,96
-

PAD
Realisasi
0,00
23,74
27,66
15,69
8,61
-

Sumber: BPKD Prov DIY, Target dan Realisasi Pendapatan Daerah, beberapa tahun. diolah

2.1.2. Perkembangan Realisasi Penerimaan Retribusi


Nilai penerimaan retribusi Provinsi DIY selama periode 2002 sampai
dengan 2006 menunjukkan trend yang semakin meningkat. Data tahun 2002
menunjukkan penerimaan retribusi Provinsi DIY sebesar Rp 5,09 miliar. Dalam
kurun waktu selama 4 tahun, nilai penerimaan retribusi Provinsi DIY telah
menjadi Rp 12,46 miliar. Rata-rata pertumbuhan per tahun selama periode 20022006 adalah sebesar 26,63%. Pertumbuhan terbesar selama periode tersebut
terjadi pada tahun 2003 yaitu mencapai 58,78%. Pendapatan retribusi Provinsi
DIY selama tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3
Perkembangan Realisasi Retribusi Provinsi DIY, 2002-2006
Rp

14.000.000.000
12.457.544.866

12.000.000.000

11.940.416.429
10.418.455.708

10.000.000.000

8.089.794.859

8.000.000.000
6.000.000.000
5.094.831.625
4.000.000.000
2.000.000.000
0
2002

2003

2004

2005

2006

Sumber: Diolah dari Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Prov. DIY, beberapa tahun.

10

Nilai penerimaan retribusi di atas merupakan nilai realisasi. Jika


dibandingkan dengan nilai yang diharapkan (nilai target), realisasi penerimaan
retribusi di Provinsi DIY selama periode 2002-2006 cenderung melebihi target
yang ditetapkan kecuali pada tahun 2005. Persentase realisasi penerimaan
retribusi Provinsi DIY tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 125,80%
dan terendah tahun 2005 sebesar 99,42%. Persentase realisasi retribusi selama
2002-2006 dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4
Persentase Realisasi Retribusi Provinsi DIY, 2002-2006
(%)
150,00
125,80

125,00

104,03

100,00

100,78

99,42

106,06

75,00
50,00
25,00
0,00
2002

2003

2004

2005

2006

Sumber: Diolah dari Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Prov. DIY, beberapa tahun.

Kinerja penerimaan retribusi tersebut terutama ditopang oleh pos


penerimaan retribusi penjualan produksi usaha daerah. Pada tahun 2006 dominasi
pos retribusi penjualan produksi usaha daerah dalam total penerimaan retribusi
digantikan oleh pos retribusi pelayanan kesehatan. Misalnya, pada tahun 2002
realisasi penerimaan retribusi penjualan produksi usaha daerah dan pelayanan
kesehatan masing-masing adalah sebesar Rp 3,14 miliar dan Rp 464,65 juta,
sedangkan pada tahun 2006 realisasi penerimaan retribusi penjualan produksi
usaha

daerah

dan

pelayanan

kesehatan

masing-masing

yaitu

sebesar

Rp 3,83 miliar dan Rp 4,10 miliar.

11

2.1.3. Klasifikasi Retribusi dan Kontribusinya


Penerimaan retribusi di Provinsi DIY selama 2002-2006 berasal dari 7
jenis retribusi, yaitu:
1. Retribusi pelayanan kesehatan
2. Retribusi pemakaian kekayaan daerah
3. Retribusi pasar grosir
4. Retribusi penjualan produksi usaha daerah
5. Retribusi izin trayek
6. Retribusi dispensasi kelebihan muatan, dan
7. Retribusi jasa umum.
Kondisi pada tahun 2006, target dan realisasi penerimaan retribusi masingmasing adalah sebesar Rp 11,75 miliar dan Rp 12,46 miliar atau terjadi kenaikan
sebesar Rp 711,91 juta. Pada tahun 2006, secara umum tingkat realisasi dari
golongan retribusi di Provinsi DIY di atas 100% (melebihi target yang ditetapkan)
kecuali penerimaan retribusi yang berasal dari pos pemakaian kekayaan daerah
dan retribusi penjualan produksi usaha daerah. Jenis retribusi dengan nilai
realisasi tertinggi dan terendah masing-masing, yaitu: pos retribusi izin trayek
sebesar 287,97% dan pos retribusi penjualan produksi usaha daerah sebesar
86,28%. Nilai target dan realisasi retribusi Provinsi DIY tahun 2006 sebagaimana
terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3
Target dan Realisasi Retribusi Provinsi DIY, 2006 (dalam Rupiah)
Keterangan
Pelayanan Kesehatan
Pemakaian Kekayaan Daerah
Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
Penjualan Prod.Usaha Daerah
Izin Trayek
Dispensi Kelebihan Muatan
Jasa Umum
Jumlah

2006
Target
Realisasi
3.173.654.450
4.098.569.999
1.496.253.420
1.322.917.865
300.000.000
506.306.525
4.437.989.160
3.829.134.050
39.793.000
114.592.500
1.800.260.000
1.997.036.000
497.687.252
588.987.927
11.745.637.282 12.457.544.866

Sumber: BPKD Prov. DIY, Target dan Realisasi Pendapatan Daerah (2006).

%
Realisasi
129,14
88,42
168,77
86,28
287,97
110,93
118,34
106,06

12

Dari total penerimaan retribusi pada tahun 2006, kontribusi terbesar


berasal dari jenis retribusi pelayanan kesehatan sebesar 32,90%. Jenis retribusi
lain yang juga memberikan kontribusi relatif besar adalah retribusi penjualan
produksi usaha daerah sebesar 30,74%. Jenis retribusi izin trayek memberikan
kontribusi terkecil yaitu sebesar 0,92%.
Gambar 2.5
Kontribusi Jenis-jenis Retribusi Provinsi DIY, 2006

Dispensi Kelebihan
Muatan; 16,03%

Jasa Umum;
4,73%

Pelayanan
Kesehatan;
32,90%

Ijin Trayek; 0,92%

Pemakaian
Kekayaan Daerah;
10,62%
Penjualan
Prod.Usaha
Daerah; 30,74%

Pasar Grosir
dan/atau
pertokoan; 4,06%

Sumber: Diolah dari Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Prov. DIY Tahun 2006

Pada tahun 2007, retribusi di kategorikan menjadi tiga yaitu Retribusi Jasa
Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu. Berdasarkan data
target dan realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi DIY (sampai dengan
triwulan III) dapat diketahui bahwa jenis retribusi yang memberikan kontribusi
terbesar adalah retribusi jasa usaha sebesar 55,67%. Sementara itu jenis retribusi
perizinan tertentu memberikan kontribusi terkecil yaitu sebesar 17,13%.

13

Gambar 2.6
Kontribusi Jenis-jenis Retribusi Provinsi DIY, 2007

Retribusi
Perizinan
Tertentu;
17,13%

Retribusi Jasa
Umum;
27,20%

Retribusi Jasa
Usaha;
55,67%

Sumber: Diolah dari Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Prov. DIY Tahun 2007
(Tw III)

Perkembangan nilai target dan realisasi retribusi Provinsi DIY pada tahun
2007 (triwulan III) menunjukkan bahwa persentase realisasi masing-masing pos
retribusi di atas 65%. Secara total, persentase realisasi retribusi adalah sebesar
73,04%. Nilai target dan realisasi retribusi Provinsi DIY tahun 2007 sebagaimana
terlihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Target dan Realisasi Retribusi Provinsi DIY, 2007 (dalam Rupiah)
2007 TW III
% Realisasi
Target
Realisasi
Retribusi Jasa Umum
4.268.970.228 2.924.240.874
68,50
Retribusi Jasa Usaha
7.799.089.250 5.986.533.537
76,76
Retribusi Perizinan Tertentu
2.654.298.000 1.842.046.975
69,40
73,04
Jumlah 14.722.357.478 10.752.821.386
Keterangan

Sumber: BPKD Prov. DIY, Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2007 TW III.

14

Penjelasan klasifikasi jenis-jenis retribusi pada tahun 2007 adalah sebagai


berikut:
Retribusi Jasa Umum
Menurut Perda Provinsi DIY Nomor 2 Tahun 2003 tentang Retribusi Jasa
Umum, yang dimaksud dengan retribusi jasa umum adalah golongan atau
kelompok retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi Jasa Umum ditetapkan
berdasarkan kriteria sebagai berikut (menurut pasal 5 Perda No 2 Tahun 2003):
1. Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi
perizinan tertentu
2. Merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
3. Memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan
membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan
kemanfaatan umum
4. Layak dikenakan retribusi
5. Tidak

bertentangan

dengan

kebijaksanaan

nasional

mengenai

penyelenggaraannya
6. Dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu
sumber pendapatan yang potensial
7. Memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas
pelayanan yang lebih baik.
Retribusi Jasa Umum berdasarkan pada Perda yang sama pasal 2 ayat 2 terdiri
atas:
a. Bidang kesehatan
b. Bidang pertanian
c. Bidang perindustrian dan perdagangan
d. Bidang ketenagakerjaan
e. Bidang pendidikan
f. Bidang pemukiman dan prasarana wilayah
g. Bidang perikanan dan kelautan

15

h. Bidang perhubungan
i. Bidang kehutanan dan perkebunan
Retribusi Jasa Usaha
Golongan retribusi kedua adalah retribusi Jasa Usaha. Berdasarkan Perda
Provinsi DIY Nomor 9 Tahun 2005 tentang Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Jasa
Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat disediakan oleh sektor
swasta. Jenis-jenis retribusi jasa usaha yang diatur dalam Perda tersebut di atas
pada pasal 2 ayat 2 meliputi:
a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah
b. Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan
c. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga
d. Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
e. Retribusi penjualan produksi usaha daerah
f. Retribusi pelayanan pelabuhan kapal
Adapun kriteria dari Jasa Usaha menurut pasal 5 di antaranya adalah:
1. Jasa yang diberikan dalam bentuk pemberian pelayanan jasa dan/atau
pemberian pelayanan produksi yang bersifat komersial
2. Merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
3. Memberi manfaat khusus bagi orang/pribadi atau badan yang diharuskan
membayar retribusi, di samping juga untuk melayani kepentingan umum
4. Layak dibebani retribusi
5. Dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu
sumber pendapatan yang potensial
6. Mampu memberi keuntungan atau bersifat profit oriented
7. Memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas
pelayanan yang baik
8. Retribusi Jasa Usaha adalah suatu pungutan yang mempunyai sifat:
-

bukan pajak

16

bukan retribusi jasa umum

bukan retribusi perizinan tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu


Retribusi Perizinan Tertentu diatur dalam Perda Provinsi DIY No 8 Tahun
2005. Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah
dalam rangka pemberian izin, permohonan, rekomendasi dan surat keterangan
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu menurut Perda Provinsi DIY No 8
Tahun 2005 pasal 2 ayat 2 di antaranya adalah:
a.

Retribusi izin trayek

b.

Retribusi izin bidang perhubungan

c.

Retribusi izin usaha perikanan

d.

Retribusi izin perpanjangan tanda pabrik untuk alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya

e.

Retribusi izin bidang pelayanan kesehatan

f.

Retribusi izin usaha jasa pariwisata

g.

Retribusi izin pengganti STNK hilang

h.

Retribusi izin bidang pemukiman dan prasarana wilayah

i.

Retribusi izin bidang sosial

j.

Retribusi izin bidang perpustakaan


Perbandingan jenis-jenis retribusi daerah Provinsi DIY pada tahun 2007

dan sebelum 2007 sebagaimana terlihat pada Tabel 2.5.

17

Tabel 2.5
Perbandingan Kode Rekening dan Jenis-jenis Retribusi Daerah
Kode Rek.

Sebelum 2007
Uraian

Kode
Rek.
412
4 1 2 01

100000012
100000012 01

Retribusi Daerah
Retribusi Pelayanan Kesehatan

100000012 02

Retribusi Pemakaian kekayaan


daerah

4 1 2 02

100000012 05

Retribusi Pasar Grosir

4 1 2 03

Tahun 2007
Uraian
Retribusi Daerah
Retribusi Jasa Umum terdiri
dari retribusi pelayanan
kesehatan, retribusi pelayanan
tera/tera ulang, retribusi
pelayanan pendidikan dan
pelatihan, retribusi pelayanan
ketenagakerjaan, retribusi
pelayanan pertanian, retribusi
pelayanan bidang kehutanan
dan perkebunan, retribusi
pelayanan bidang perikanan,
retribusi pelayanan
permukiman dan prasarana
wilayah.
Retribusi Jasa Usaha terdiri
dari retribusi pemakaian
kekayaan daerah, retribusi
pelayanan kepelabuhan,
retribusi tempat rekreasi dan
olah raga, retribusi penjualan
produksi usaha daerah,
retribusi pasar grosir dan/atau
pertokoan (dikelola BPKD).
Retribusi Perizinan Tertentu
terdiri dari retribusi izin
trayek, retribusi dispensasi
kelebihan muatan, retribusi
perizinan perhubungan laut,
retribusi perizinan
perhubungan udara, retribusi
izin pos dan telekomunikasi,
retribusi izin pelayanan
kesehatan, retribusi izin
pelayanan di bidang sosial,
retribusi izin perikanan dan
kelautan, retribusi izin
pelayanan perpustakaan,
retribusi izin pengganti STNK
hilang.

18

Sebelum 2007
Uraian

Kode Rek.

Kode
Rek.
-

100000012 06

Tahun 2007
Uraian

Retribusi Penjualan Produksi


Usaha Daerah
100000012 07 Retribusi Izin Trayek
100000012 08 Retribusi Dispensasi Kelebihan
Muatan
100000012 09 Retribusi Jasa Umum
Sumber: Berdasarkan catatan kode rekening pada data Target Dan Realisasi Pendapatan
Daerah Prov. DIY.
Adanya perubahan klasifikasi retribusi tahun 2007 dengan tahun-tahun
sebelumnya dapat menimbulkan beberapa permasalahan antara lain:
1. Ada jenis retribusi yang tidak sesuai dengan klasifikasi baru (jasa usaha,
jasa umum dan perizinan tertentu) sehingga dimuat dalam akun lain-lain
PAD yang sah. Jika jenis dan nilainya cukup besar maka nilai lain-lain
PAD yang sah juga besar.
2. Beberapa jenis retribusi di luar klasifikasi yang ada dapat hilang,
padahal sebenarnya masih potensial untuk dipungut.

2.2.

KINERJA LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH

2.2.1. Kontribusi Lain-lain PAD yang Sah terhadap Total PAD Provinsi
DIY
Kontribusi penerimaan lain-lain PAD yang sah selama kurun waktu 20022007 menunjukkan adanya penurunan (perhatikan Gambar 2.7). Jika pada tahun
2002 nilai kontribusi lain-lain PAD yang sah terhadap total PAD Provinsi DIY
adalah 14,78%, maka pada tahun 2003 hanya sebesar 9,24% saja, demikian
mengalami penurunan secara terus menerus yaitu 4,49% (2004), 4,48% (2005)
dan menjadi 8,76% (2006).

Untuk tahun 2007, sampai dengan triwulan III

kontribusi lain-lain PAD yang sah terhadap Total PAD Provinsi DIY adalah
sebesar 2,11%.

19

Gambar 2.7
Persentase Realisasi Pendapatan Lain-lain PAD yang Sah terhadap Total
PAD Provinsi DIY, 2002-2007
(%) 16,00

14,78

14,00
12,00
10,00

9,24

8,76

8,00
6,00

4,49

4,48

4,00

2,11

2,00
0,00
2002

2003

2004

2005

2006

2007 (TW III)

Sumber: Diolah dari Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Prov. DIY, beberapa tahun.

Menurunnya kontribusi pos lain-lain PAD yang sah terhadap total PAD
Provinsi DIY dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu di antaranya adalah
adanya perubahan rekening, dengan demikian ada beberapa jenis pungutan yang
sebelumnya dimasukkan dalam rekening lain-lain PAD yang sah kemudian
beralih ke rekening lain. Sebagai contoh, pendapatan yang berasal dari sumbangan
pihak III saat ini bukan termasuk dalam lain-lain PAD yang sah, akan tetapi akan
dimasukkan dalam rekening Pendapatan Lain-lain.
2.2.2. Perkembangan Realisasi Lain-lain PAD yang Sah
Meskipun secara umum kontribusi pos lain-lain PAD yang sah terhadap
total PAD Provinsi DIY cenderung menurun, namun kinerjanya selama periode
2002 sampai dengan 2006 menunjukkan adanya peningkatan nilai realisasi. Hal
ini ditunjukkan oleh nilai realisasi per tahunnya yang selalu melebihi nilai yang
ditargetkan. Pada tahun 2002 misalnya, target pendapatan dari pos ini adalah
sebesar Rp 6,46 miliar sedangkan nilai realisasinya adalah Rp 32,50 miliar,
dengan kata lain persentase realisasi mencapai 503,04%. Sementara itu pada tahun
2006, nilai pendapatan dari pos lain-lain PAD yang sah sebesar Rp 38,25 miliar

20

jauh lebih besar dari nilai targetnya yaitu Rp 17,10 miliar. Untuk tahun 2007,
sampai dengan triwulan III nilai realisasi pendapatan dari pos lain-lain PAD yang
sah telah mencapai Rp 7,22 miliar atau sebesar 49,57% dari nilai yang ditargetkan
pada tahun 2007 yaitu Rp 14,56 miliar.
Gambar 2.8
Perkembangan Nilai Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah Provinsi DIY, 2002-2007
Rp 45.000.000.000
40.000.000.000
35.000.000.000
30.000.000.000
25.000.000.000
20.000.000.000
15.000.000.000
10.000.000.000
5.000.000.000
0

2002

2003

2004

2005

2006

2007 (Triwulan III)

Target

6.461.598.439

12.855.459.868

15.291.925.997

12.644.419.700

17.101.731.800

14.557.800.000

Realisasi

32.504.407.633

25.153.353.824

15.599.821.065

17.992.671.285

38.247.508.541

7.216.143.341

Target

Realisasi

Sumber: BPKD Prov. DIY, Target dan Realisasi Pendapatan Daerah, beberapa tahun.

2.2.3. Klasifikasi Lain-lain PAD yang Sah dan Kontribusinya


Sebagai pos pendapatan lain-lain PAD, sumber pendapatan dari pos ini
tidak menentu setiap tahunnya. Namun demikian ada beberapa sumber
pendapatan yang muncul setiap tahunnya seperti penerimaan jasa giro dan bunga
deposito. Berdasarkan pengamatan data sekunder tahun 2002 sampai dengan
2007, terdapat beberapa perubahan pada sumber pendapatan pos lain-lain PAD
yang sah. Sumber pendapatan lain-lain PAD yang sah yang muncul setiap tahun
adalah penjualan aset daerah, pendapatan jasa giro, penerimaan bunga deposito,
angsuran/cicilan rumah dinas, jasa raharja dan pendapatan lain-lain. Sementara
itu, beberapa sumber pendapatan lain-lain PAD yang sah yang tidak selalu muncul
di antaranya adalah sumbangan pihak III, pendapatan denda pajak dan lainnya.

21

Dalam perkembangannya, sumbangan pihak III saat ini digolongkan pada jenis
pendapatan lain-lain dan bukan lagi termasuk dalam pos lain-lain PAD yang sah.
Jenis penerimaan pos lain-lain PAD yang sah Provinsi DIY dapat
digolongkan menjadi:
1. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
2. Penerimaan jasa giro
3. Penerimaan bunga deposito
4. Angsuran/cicilan rumah dinas
5. Sumbangan PT. Jasa Raharja
6. Pendapatan lain-lain
7. Pendapatan denda pajak
8. Fasilitas umum
9. Sewa internet
10. Lain-lain penerimaan yang tidak ditargetkan
Jika dicermati lebih lanjut dari sekian jenis golongan pendapatan lain-lain
PAD yang sah di atas, pos pendapatan penerimaan jasa giro dan penerimaan
bunga deposito memiliki kontribusi terbesar. Pada tahun 2005, komposisi
penerimaan pos lain-lain PAD yang sah terdiri dari penerimaan jasa giro 49,20%,
penerimaan bunga deposito 17,89%, pendapatan lain-lain 14,81%, sumbangan
pihak ke III 12,27%, bantuan administrasi PT. Jasa Raharja 5,63%, hasil
penjualan aset daerah 0,17% dan angsuran/cicilan rumah dinas 0,02%. Untuk
tahun 2006, komposisi penerimaan lain-lain PAD yang sah sedikit berbeda
dengan tahun 2006 karena munculnya penerimaan yang berasal dari penerimaan
lain-lain yang tidak ditargetkan yang mencapai 48,02% dari total penerimaan lainlain PAD yang sah. Sementara itu, untuk tahun 2007 sampai dengan triwulan III,
penerimaan lain-lain PAD yang sah hanya berasal dari penerimaan jasa giro
99,98% dan penjualan aset daerah (berasal dari penjualan hasil hutan) 0,02%.
Selengkapnya mengenai struktur penerimaan pos lain-lain PAD yang sah Provinsi
DIY disajikan pada Tabel 2.6.

22

Tabel 2.6
Komposisi Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah, 2005-2007 (%)
Keterangan
1. Hasil Penjualan Aset Daerah
2. Penerimaan Jasa Giro
3. Penerimaan Bunga Deposito
4. Sumbangan Pihak Ke III
5. Angsuran/Cicilan Rumah Dinas
6. Bantuan Administrasi PT Jasa Raharja
7. Pendapatan Lain-lain
8. Penerimaan lain-lain yang tidak
ditargetkan
Jumlah

2005
0,17
49,20
17,89
12,27
0,02
5,63
14,81

2006
0,14
27,69
20,62
0,00
0,01
2,92
0,60

2007 (TW III)


0,02
99,98
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

0,00
100,00

48,02
100,00

0,00
100,00

Sumber: BPKD Provinsi DIY, Target dan Realisasi Pendapatan Daerah, beberapa tahun.

2.3.

KONDISI HASIL SURVEI LAPANGAN


Survei dilakukan untuk jenis retribusi yaitu retribusi jasa usaha, retribusi

jasa umum dan retribusi jasa tertentu, namun tidak semua jenis retribusi dalam
ketiga retribusi tersebut disurvei, akan tetapi dipilih jenis retribusi (bidang) yang
memiliki peran besar (diukur dari nilai realisasi retribusi) di ketiga jenis retribusi
tersebut. Beberapa jenis/bidang yang disurvei adalah:
1. Jasa Umum, meliputi:
-

Retribusi pelayanan kesehatan

Retribusi pelayanan pendidikan dan pelatihan

Retribusi pelayanan ketenagakerjaan

2. Jasa Usaha, meliputi:


-

Retribusi pemakaian kekayaan daerah

Retribusi penjualan produksi usaha daerah

Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan

3. Jasa Perizinan Tertentu, meliputi:


-

Retribusi izin trayek

Retribusi dispensasi kelebihan muatan

Retribusi izin pelayanan di bidang sosial

23

Beberapa permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan survei lapangan


antara lain:
1. Adanya perubahan akun (klasifikasi jenis retribusi) sebelum tahun 2007
dengan tahun 2007. Hal ini cukup menyulitkan dalam proses pencarian
data di lapangan. Sebagai contoh, pendapatan retribusi penjualan drum
kosong. Jenis retribusi tersebut sesuai dengan Perda No 9 Tahun 2005
tentang retribusi jasa usaha seharusnya masuk sebagai jasa usaha
pemakaian kekayaan daerah bidang pemukiman dan prasarana wilayah.
Namun ketika dilakukan pendataan di lapangan, jenis penerimaan tersebut
sesuai dengan akun laporan keuangan terbaru (mulai 2007) termasuk
dalam pos pendapatan lain-lain PAD yang sah, bukan lagi pos penerimaan
retribusi.
2. Survei lapangan berdasarkan pada Perda (baik Perda untuk retribusi jasa
umum, jasa usaha maupun perizinan tertentu). Namun ketika di lapangan
banyak jenis penerimaan retribusi yang sudah tidak sesuai dengan Perda,
baik itu objek maupun basis retribusinya. Untuk objek retribusi misalnya,
beberapa unit kerja memungut jenis retribusi yang tidak sesuai dengan
yang ada di Perda, sedangkan jenis retribusi yang tercantum seperti di
Perda justru tidak ada. Kemudian untuk basis retribusi sebagai gambaran
misalnya pada retribusi penjualan ikan. Penjualan ikan x, sesuai Perda
harusnya dijual per ekor namun kenyataan di lapangan penjualannya per
Kg dengan harga atau tarif yang tidak sama dengan Perdanya. Atau pada
kasus sewa penginapan, misalnya tarif sesuai perda seharusnya sewa
kamar per hari, namun di lapangan disewakan dalam bentuk paket (sewa
gedung). Selain itu, sebagian besar data yang diperoleh adalah dalam
bentuk nilai keseluruhan selama periode tertentu, tidak diperinci sesuai
dengan Perdanya. Misalnya, dalam retribusi perikanan laut, hasil
tangkapan laut terdiri dari berbagai macam ikan dan penjualannya dalam
bentuk paket, sementara dalam Perda tarif untuk tiap jenis ikan berbedabeda.

24

3. Beberapa jenis retribusi yang dipungut yang diatur dalam Perda pada
kenyataannya banyak yang belum berjalan. Misalnya, pada retribusi jasa
umum bidang ketenagakerjaan pada asrama buruh Ledok Code yang akan
diterapkan pada tahun 2008, serta sewa tempat pemasangan iklan shelter
di dinas perhubungan. Karena belum dioperasikan, maka belum dapat
diperoleh nilai nominal berapa potensi dari sumber penerimaan tersebut.
4. Sebaliknya, beberapa sumber penerimaan retribusi pada saat survei
berjalan mengalami kerusakan akibat gempa Mei 2006, sehingga kesulitan
untuk memperoleh data.
5. Beberapa unit kerja sudah tutup dan bahkan ada yang sudah merger
dengan unit kerja lain sejak tahun 2002, sementara pada Perda terbaru unit
kerja tersebut masih tercantum.
6. Permasalahan khusus, pada pungutan retribusi pemanfaatan air Waduk
Sermo Kulon Progo oleh Pemerintah Provinsi DIY (tercantum di dalam
Perda No 9 Tahun 2005 tentang Jasa Usaha sebagai retribusi pemakaian
kekayaan daerah bidang pemukiman dan prasarana wilayah), namun pihak
yang bersangkutan tidak mengetahui siapa yang berwenang memungut
retribusi di wilayah tersebut apakah Pemerintah Provinsi atau Pemerintah
Pusat.
Dari hasil survei lapangan dapat ditemukan beberapa hal, antara lain:
1. Beberapa unit kerja sebenarnya tidak layak untuk dipungut retribusi seperti
panti-panti sosial dan SLB.
2. Tarif di Perda merupakan harga minimal, sehingga banyak yang tidak
sesuai dengan harga pasar yang berlaku.
3. Beberapa aset daerah pengelolaannya kurang optimal, bahkan ada
beberapa aset daerah (baik tanah maupun bangunan) yang tidak
dimanfaatkan. Jumlah aset Pemda dalam bentuk tanah menurut data tahun
2006 adalah sebanyak 717 bidang dengan luas 5.124.975 m2, diantaranya
terdapat sekitar 20 aset tanah yang kosong (belum dimanfaatkan).

25

PEMUNGUTAN RETRIBUSI DI SLB PEMBINA GIWANGAN

Retribusi yang dikenakan di SLB Bagian C di Giwangan, adalah retribusi jasa umum bidang berkaitan
dengan jasa penginapan. Di kompleks sekolah ini terdiri dari sekolah, asrama anak-anak (cacat), aula, rumah
dinas dan penginapan. Terdapat 5 rumah/gedung yang disewakan untuk umum, di antaranya adalah Sadewa,
Bima, Yudistira, Nakula, Arjuna dan Rama. Kapasitas dari masing-masing rumah adalah 3 kamar dengan
tempat tidur pada kondisi normal rata-rata 6 unit. Sifat penyewaan adalah secara paket, yaitu sewa penginapan
sekaligus sewa aula dengan tarif Rp 2.500,-/orang/hari. Sewa pada umumnya dibedakan menjadi 2 yaitu untuk
umum (dari luar) dan khusus (kegiatan-kegiatan dari dinas pendidikan). Sebagian besar sewa di SLB ini berasal
dari dinas pendidikan dengan kegiatan seperti diklat dll, sementara dari sewa untuk umum hampir tidak ada.
Penerimaan sewa penginapan di SLB Giwangan ini kecenderungannya menurun dalam beberapa tahun
terakhir. Pada tahun-tahun yang lalu, rata-rata sewa gedung dapat mencapai 6 kali dalam setahun, namun dalam
tahun 2007 ini (sampai bulan Oktober) belum pernah ada. Penurunan sewa disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya adalah kondisi sarana dan prasarana yang rusak akibat gempa. Selain itu, yang lebih utama adalah
berkurangnya kegiatan-kegiatan dinas yang diselenggarakan di lokasi ini, meskipun ada kegiatan tersebut
bersifat sosial seperti pertemuan koordinasi, ataupun studi banding dengan sekolah-sekolah yang sejenis yang
tidak dikenakan biaya sewa. Sementara sewa dari masyarakat umum hampir tidak ada.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa semakin sedikit pejabat pemerintah yang menggunakan
penginapan semisal di SLB ini karena adanya persyaratan administratif dalam perjalanan pejabat pemerintah
seperti SPJ penginapan harus hotel yang memiliki NPWP. Selain itu, faktor psikologis yang menghambat sewa
penginapan di SLB ini. Masyarakat pada umumnya tidak mau menyewa gedung/penginapan di SLB. Hal ini
dikarenakan oleh menyatunya penginapan tersebut dengan anak-anak SLB, sehingga masyarakat enggan untuk
menyewanya meskipun harganya sangat murah.
Dengan adanya permasalahan serta hambatan seperti di atas serta kondisi sarana dan prasarana di
sekolah SLB ini, sebenarnya beban retribusi yang ditargetkan pemerintah Provinsi DIY dianggap oleh
pengelola sangat memberatkan. Pada APBD tahun 2007, target retribusi untuk SLB Negeri Pembina ini adalah
Rp 4.000.000,-. Sementara realisasi sampai dengan Tri Wulan III adalah sebesar Rp 2.025.000,- atau baru 50%nya. Dilihat dari potensi ke depannya, sewa ruang di SLB Pembina ini dapat dikatakan sangat kurang apalagi
jika dikaitkan dengan masalah psikologis masyarakat. Sementara itu, kegiatan dari dinas pendidikan yang
merupakan instansi yang selama ini bekerja sama dengan SLB Pembina juga semakin menurun. Melihat potensi
dan hambatan yang dihadapi pengelola, maka retribusi sewa ruangan di SLB Pembina ini perlu
dipertimbangkan kembali. Dengan demikian, peraturan-peraturan yang mengatur retribusi sewa penginapan di
SLB Pembina Giwangan juga perlu ditinjau ulang.

26

BAB III
PERHITUNGAN POTENSI RETRIBUSI
DAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH PROVINSI DIY

3.1.

METODOLOGI

3.1.1. Konsep
Estimasi potensi retribusi dan lain-lain PAD yang sah, dilakukan secara
aggregatif dengan menggunakan data sekunder seperti yang banyak dilakukan
oleh ahli ekonomi karena sederhana dan efisien. Estimasi aggregat ini memberi
indikasi seberapa besar jumlah potensi yang ada. Namun, studi dengan metode
sederhana ini tidak dapat memberi arah kebijakan spesifik yang harus dilakukan
guna meningkatkan potensi. Oleh karena itu, dalam perhitungan potensi retribusi
ini, juga diikuti dengan kajian pada basis mikro guna mengetahui peluang dan
hambatan yang terjadi di lapangan. Dengan demikian, berdasar basis ini maka
diharapkan pemerintah mampu membuat kebijakan spesifik untuk merealisasikan
potensi menjadi realisasi.
3.1.2. Model Perhitungan
Perhitungan potensi untuk jenis retribusi dengan data sekunder dapat
didekati dengan menggunakan metode trend, namun hal tersebut tidak dapat
dilakukan karena adanya keterbatasan data. Permasalahan data tersebut adalah
karena perbedaan klasifikasi (pembagian jenis retribusi) yang berakibat pada
perbedaan akun-akun dalam laporan keuangan sehingga menyulitkan dalam
penelusuran data. Sebagaimana pernah dipaparkan sebelumnya, menurut data
yang ada klasifikasi jenis retribusi di Provinsi DIY sebelum tahun 2007 terdiri
dari 7 jenis retribusi, sementara mulai anggaran 2007 retribusi diklasifikasikan
menjadi 3 jenis yaitu retribusi jasa umum, jasa usaha dan izin tertentu. Oleh
karena itu, metode perhitungan potensi retribusi pada kajian ini adalah dengan
menggunakan metode makro satu titik, yaitu dengan menganggap bahwa realisasi

27

penerimaan pada tahun terakhir adalah merupakan potensi retribusi untuk tahun
selanjutnya.
Metode perhitungan makro satu titik ini, selain memperhatikan capaian
realisasi pada tahun sebelumnya juga memperhatikan pertumbuhan ekonomi.
Misalnya, perhitungan potensi retribusi tahun 2008 diperoleh dengan mengalikan
data realisasi tahun terakhir (2007) dan rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun.
Karena data pendapatan retribusi tahun terakhir (2007) belum bisa diperoleh,
maka dilakukan proyeksi nilai realisasi penerimaan retribusi Provinsi DIY untuk
tahun 2007, berdasar pada capaian realisasi sampai dengan triwulan III (JanuariSeptember) kecuali untuk retribusi Jasa Umum bidang pendidikan dan pelatihan
telah menggunakan data terbaru sampai Desember 2007, sehingga tidak perlu
dihitung perkiraan realisasi tahun 2007. Asumsi yang digunakan dalam
perhitungan proyeksi realisasi retribusi 2007 adalah bahwa pertumbuhan
penerimaan pada triwulan IV rata-rata 33% dari nilai triwulan III. Pertumbuhan
penerimaan pada triwulan IV tersebut tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya, atau dapat dikatakan perilaku penerimaan pada triwulan IV memiliki
kecenderungan yang sama. Rumus yang digunakan dalam perhitungan proyeksi
realisasi retribusi tahun 2007 adalah:
Nilai Perkiraan Realisasi 2007 = Realisasi Triwulan III x 1,33
Selanjutnya untuk menghitung potensi retribusi tahun 2008 adalah dengan
mengalikan nilai perkiraan realisasi tahun 2007 dengan pertumbuhan ekonomi.
Angka pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah rata-rata pertumbuhan
ekonomi di Provinsi DIY. Dalam hal ini, perilaku pertumbuhan retribusi Provinsi
DIY diasumsikan memiliki kecenderungan yang sama dengan pertumbuhan
ekonomi (PDRB) Provinsi DIY. Rumus yang digunakan dalam menghitung
potensi retribusi tahun 2008 adalah sebagai berikut:
Potensi Retribusi (2008) = Perkiraan Realisasi (2007) x Rata-rata
Pertumbuhan Ekonomi

28

Dalam menentukan potensi retribusi 2008 ini, dilakukan dengan 3 (tiga)


skenario yaitu skenario optimis, moderat dan pesimis yang didasarkan pada
tingkat hambatan dari masing-masing jenis penerimaan yang digunakan.
Perhitungan potensi retribusi untuk tahun 2009 dan 2010 menggunakan rumus
yang sama dengan perhitungan potensi 2008, hanya saja nilai realisasi dari tahun
sebelumnya diambil dari nilai potensi moderat tahun sebelumnya (yang dianggap
merupakan realisasi).
Penentuan target retribusi pada umumnya tidak sama dengan potensinya
(kecenderungannya lebih kecil dari potensi). Oleh karena itu, untuk mendapatkan
target retribusi tahun tertentu, selain memperhatikan potensi retribusi tahun yang
bersangkutan juga harus memperhatikan faktor-faktor peluang dan hambatan
sehingga nilai yang ditargetkan nantinya tidak overestimate atau underestimate.
Penentuan target pada masing-masing jenis retribusi tidak sama, yaitu dengan
memperhatikan peluang dan hambatan di masing-masing sektor tersebut. Dengan
demikian, untuk mendapatkan target retribusi 2008 misalnya, dapat diperoleh
dengan cara mengalikan nilai potensi retribusi 2008 dengan suatu persentase yang
merupakan bobot peluang dan hambatan yang dihadapi oleh masing-masing jenis
retribusi. Rumus target retribusi secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
Target Retribusi (tahun x) = Potensi Retribusi (tahun x)

x Persentase

Bobot
Selanjutnya, metode penghitungan yang digunakan untuk menghitung
potensi pendapatan lain-lain PAD yang sah adalah dengan proyeksi makro, yaitu
menggunakan trend. Kondisi ini mengakibatkan perhitungan potensi dilakukan
dengan menggunakan proyeksi statistik. Penerimaan untuk tahun anggaran
mendatang diestimasi sebagai fungsi aritmatik dari waktu (potensi penerimaan = a
+ bt). Di samping itu, karena tidak tersedianya data yang memadai yang
diperlukan untuk melakukan teknik estimasi yang lebih rumit.
Analisis deret berkala dapat dilakukan dengan berbagai metode estimasi.
Metode estimasi yang paling sederhana adalah menggunakan kuadrat terkecil

29

(least square method). Metode ini menggunakan data secara tahunan kemudian
memproyeksikan kecenderungannya di masa yang akan datang. Metode kuadrat
terkecil bertujuan untuk meminimumkan jumlah kuadrat penyimpangan (deviasi)
nilai terhadap garis trend. Apabila hal tersebut dipenuhi, maka garis trend akan
terletak di tengah-tengah data asli. Secara matematis, persamaan garis trend dapat
ditulis sebagai berikut:
Y * = a + bT

a=

Y
n

sedangkan b =

TY
TT

Persamaan ini dapat digunakan bila nilai a dan b dapat dihitung. Y* adalah garis

trend yang ditaksir (dalam hal ini adalah penerimaan pendapatan lain-lain PAD
yang sah) yang ditaksir dan T adalah waktu (dalam hal ini tahun).
Pola penerimaan pendapatan lain-lain PAD yang sah berbeda dengan pajak
dan retribusi, dimana penerimaan dari suatu sumber belum tentu ada tiap
tahunnya. Oleh karena itu, perhitungan potensi dengan memperhatikan data tahun
terakhir dan kecenderungannya pada tahun-tahun sebelumnya. Tidak semua
sumber pendapatan pada pos lain-lain PAD yang sah ini dihitung potensinya,
karena terdapat sumber-sumber yang tidak dapat diprediksikan misalnya
penjualan aset daerah (yang merupakan kewenangan pihak pemerintah daerah
untuk menjual atau tidak aset-asetnya pada tahun-tahun mendatang), dan lainnya.
Beberapa jenis penerimaan lain-lain PAD yang dihitung potensinya antara lain:
1. Penerimaan jasa giro
2. Penerimaan bunga deposito
3. Angsuran /cicilan rumah dinas
4. Bantuan administrasi PT Jasa Raharja

30

3.2.

HASIL DAN ANALISIS

3.2.1. Proyeksi Potensi dan Target Retribusi


3.2.1.1.Proyeksi Potensi Retribusi Tahun 2008-2010
A.

Proyeksi Potensi Retribusi Tahun 2008


Sebelum menghitung potensi retribusi Provinsi DIY tahun 2008, terlebih

dahulu akan dihitung nilai realisasi retribusi tahun 2007 yang merupakan dasar
perhitungan potensi untuk tahun 2008. Pada Tabel 3.1 disajikan perhitungan
perkiraan nilai realisasi retribusi provinsi DIY tahun 2007 dengan dasar capaian
nilai realisasi sampai dengan triwulan III. Dalam Tabel 3.1 tersebut, seluruh jenis
penerimaan didasarkan pada data sekunder realisasi sampai dengan triwulan III
kecuali untuk jenis penerimaan bidang pendidikan dan pelatihan pada Retribusi
Jasa Umum. Untuk jenis penerimaan di bidang pendidikan dan pelatihan diambil
dari nilai realisasi penerimaan sampai dengan bulan Desember 2007.
Pada perhitungan potensi dengan dasar realisasi penerimaan tahun 2007
ini, masih belum memasukkan potensi penerimaan dari beberapa sumber yang
potensial. Hal ini dikarenakan beberapa pungutan baru akan dilaksanakan pada
tahun 2008, seperti misalnya retribusi Asrama Buruh Ledok Code, sewa tempat
pemasangan iklan di shelter pada dinas perhubungan. Selain itu, terdapat juga
beberapa penerimaan yang sebelumnya cukup potensial akan tetapi sementara
tidak menghasilkan penerimaan dikarenakan mengalami kerusakan akibat gempa
Mei 2006. Pada beberapa unit kerja yang mengalami kerusakan bangunan akibat
gempa tersebut, pada saat ini sudah dilakukan proses perbaikan. Dengan demikian
diharapkan pada tahun-tahun mendatang dapat menambah peluang bagi
penerimaan retribusi.

31

Tabel 3.1
Proyeksi Realisasi Retribusi 2007 Provinsi DIY
No

Jenis Pendapatan

1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8

RETRIBUSI TOTAL
RETRIBUSI JASA UMUM
Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial
Bidang Ketenagakerjaan
Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Retribusi Pelayanan Tera Ulang
Retribusi Pelayanan Pertanian
Retribusi Pelayanan Bidang Kehutanan
Retribusi Pelayanan Perikanan
Retribusi Pelayanan Permukiman

II
2.1
2.2
2.3
2.4

RETRIBUSI JASA USAHA


Kekayaan Daerah
Pasar Grosir
Produk Usaha Daerah
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah raga

Perkiraan
Realisasi Tw III
Target 2007
Realisasi 2007
14.367.574.789,19 10.838.688.590,00 14.722.357.478,00
3.955.562.708,23 3.010.108.078,00 4.268.970.228,00
3.437.931.449,12
188.824.090,00
145.094.047,00
76.934.182,50
9.249.241,61
4.431.028,00
2.469.810,00
90.628.860,00

2.584.910.864,00
141.973.000,00
145.094.047,00 *
57.845.250,00
6.954.317,00
3.331.600,00
1.857.000,00
68.142.000,00

3.756.020.800,00
199.637.500,00
138.511.928,00
95.000.000,00
11.000.000,00
1.800.000,00
2.000.000,00
65.000.000,00

7.962.089.604,21
2.971.205.251,63
422.575.282,08
4.452.393.984,50
115.915.086,00

5.986.533.537,00
2.233.988.911,00
317.725.776,00
3.347.664.650,00
87.154.200,00

7.799.089.250,00
1.838.526.300,00
300.000.000,00
5.583.112.950,00
77.450.000,00

III
RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
2.449.922.476,75 1.842.046.975,00
3.1
Bidang Sosial
130.797.353,75
98.343.875,00
3.2
Izin Trayek
80.138.485,00
60.254.500,00
3.3
Kelebihan Muatan
2.144.017.190,00 1.612.043.000,00
3.4
Retribusi Izin Pos dan Telekomunikasi
44.106.258,00
33.162.600,00
3.5
Retribusi Izin Pelayanan Kesehatan
13.300.000,00
10.000.000,00
3.6
Retribusi Izin Pelayanan Perpustakaan
12.073.740,00
9.078.000,00
3.7
Retribusi Izin Pengganti STNK Hilang
25.489.450,00
19.165.000,00
* Realisasi sampai dengan Desember 2007
Sumber: Diolah dari Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Prov. DIY, beberapa tahun.

2.654.298.000,00
175.000.000,00
97.210.000,00
2.300.000.000,00
33.570.000,00
10.000.000,00
19.000.000,00
19.518.000,00

Dari nilai perkiraan realisasi tahun 2007 pada tabel di atas kemudian
dihitung nilai potensi retribusi Provinsi DIY tahun 2008. Sebagaimana telah
dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai metode perhitungan, nilai potensi
retribusi tahun 2008 diperoleh dengan cara mengalikan nilai perkiraan realisasi
retribusi tahun 2007 dengan pertumbuhan ekonomi (kecuali untuk retribusi jasa
umum bidang pendidikan dan pelatihan akan diterangkan kemudian). Berdasarkan
jenis pertumbuhan ekonominya, proyeksi potensi retribusi dibedakan menjadi tiga
skenario yaitu skenario 1 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4% (pesimis),
skenario 2 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% (moderat) dan skenario 3

32

dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6% (optimis). Sebagai dasar pertimbangan,


pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY pada tahun 2006 adalah sebesar 3,69%,
diasumsikan terjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih besar pada tahun 2008.
Sementara itu angka pertumbuhan ekonomi pada skenario optimis sebesar 6%
disesuaikan dengan asumsi yang digunakan dalam APBN.
Dalam perhitungan potensi retribusi tahun 2008 ini, khususnya untuk
Retribusi Jasa Umum bidang pendidikan dan pelatihan umum, tidak hanya
didasarkan pada nilai realisasi penerimaan tahun 2007 saja, namun juga
mengakomodir kemungkinan adanya kenaikan tarif dengan mempertimbangkan
kemampuan masyarakat untuk membayar tarif di atas tarif yang selama ini diatur
dalam Perda. Misalnya, untuk jasa pendidikan dan pelatihan pada Badan Latihan
Pendidikan Teknik (BLPT) masyarakat mampu membayar hingga dua kali lipat
dari tarif yang berlaku (tarif yang diatur dalam Perda). Demikian juga dengan
retribusi

pada

Balai

Pengembangan

Kegiatan

Belajar

(BPKB),

juga

mengakomodir kemungkinan adanya kenaikan tarif. Untuk tarif retribusi di BPKB


ini rata-rata kenaikan tarif mencapai sepuluh kali lipat dari tarif

Perda.

Perhitungan potensi retribusi bidang pendidikan dan pelatihan pada Retribusi Jasa
Umum ini didasarkan pada hasil kajian lapangan, sehingga hasil perhitungan
potensinya diharapkan akan mendekati potensi yang sesungguhnya. Sehingga
perhitungan potensi untuk retribusi untuk jasa pendidikan dan pelatihan di BLPT
dan BPKB dihitung dengan rumus:

Potensi 2008 = (Realisasi 2007 x Pertumbuhan ekonomi) x Rata-rata


kenaikan tarif
Rincian perhitungan potensi untuk retribusi Jasa Umum bidang pendidikan
dan pelatihan yang digunakan dalam perhitungan potensi retribusi Provinsi DIY
2008 disajikan pada Tabel 3.2.

33

Tabel 3.2
Proyeksi Potensi Retribusi Jasa Umum Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Potensi 2008 (Tarif Perda No 2 2003)
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
(g=4%)
(g=5%)
(g=6%)

Potensi 2008 (Asumsi Kenaikan Tarif)


Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
(g=4%)
(g=5%)
(g=6%)

Jenis

Realisasi 2007

Bidang
Pendidikan
dan Pelatihan

145.094.047,00

150.897.809,88

152.348.749,35

153.799.690,82

392.887.138,76

396.664.899,70

400.442.660,64

98.267.047,00

102.197.729,88

103.180.399,35

104.163.070,82

204.395.458,76

206.360.799,70

208.326.139,64

4.150.000,00

4.316.000,00

4.357.500,00

4.399.000,00

4.316.000,00

4.357.500,00

4.399.000,00

BPPO

27.742.000,00

28.851.680,00

29.129.100,00

29.406.520,00

28.851.680,00

29.129.100,00

29.406.520,00

BPKB

14.935.000,00

15.532.400,00

15.681.750,00

15.831.100,00

155.324.000,00

156.817.500,00

158.311.000,00

BLPT
SLB

Ket.

kenaikan
tarif 2 x
lipat
tarif
tetap
tarif
tetap
kenaikan
tarif 10
x lipat

Ket. : g = economic growth


Sumber: Hasil analisis

Nilai proyeksi potensi retribusi Provinsi DIY untuk tahun 2008 dengan
tiga skenario disajikan pada Tabel 3.3. Nilai potensi dengan skenario 1 (pesimis)
diperoleh nilai potensi sebesar Rp 15,18 miliar, sedangkan untuk dengan
menggunakan skenario 2 (moderat) diperoleh nilai potensi retribusi sebesar
Rp 15,33 miliar dan terakhir pada skenario 3 (optimis) diperoleh nilai potensi
retribusi sebesar Rp 15,48 miliar. Dari hasil proyeksi nilai potensi retribusi
Provinsi DIY tahun 2008 ini, jenis retribusi yang memiliki kontribusi terbesar
berturut-turut adalah retribusi jasa usaha, retribusi jasa umum dan terakhir
retribusi perizinan tertentu.
Tabel 3.3
Proyeksi Potensi Retribusi Provinsi DIY Tahun 2008
No

Jenis Pendapatan

I
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7

RETRIBUSI TOTAL
RETRIBUSI JASA UMUM
Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Bidang Ketenagakerjaan
Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Retribusi Pelayanan Tera Ulang
Retribusi Pelayanan Pertanian
Retribusi Pelayanan Bidang Kehutanan
Retribusi Pelayanan Perikanan

Skenario 1
(g=4%)
15.184.267.109,64
4.355.774.545,44
3.575.448.707,08
196.377.053,60
392.887.137,76
80.011.549,80
9.619.211,27
4.608.269,12
2.568.602,40

Potensi 2008
Skenario 2
(g=5%)
15.330.269.678,00
4.397.656.992,99
3.609.828.021,58
198.265.294,50
396.664.898,70
80.780.891,63
9.711.703,69
4.652.579,40
2.593.300,50

Skenario 3
(g=6%)
15.476.272.246,36
4.439.539.440,54
3.644.207.336,07
200.153.535,40
400.442.659,64
81.550.233,45
9.804.196,11
4.696.889,68
2.617.998,60

34

No

Jenis Pendapatan

1.8

Retribusi Pelayanan Permukiman

II
2.1
2.2
2.3
2.4

RETRIBUSI JASA USAHA


Kekayaan Daerah
Pasar Grosir
Produk Usaha Daerah
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah raga

III RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU


3.1 Bidang Sosial
3.2 Izin Trayek
3.3 Kelebihan Muatan
3.4 Retribusi Izin Pos dan Telekomunikasi
3.5 Retribusi Izin Pelayanan Kesehatan
3.6 Retribusi Izin Pelayanan Perpustakaan
3.7 Retribusi Izin Pengganti STNK Hilang
Ket. : g = economic growth
Sumber: Hasil analisis

B.

Skenario 1
(g=4%)
94.254.014,40

Potensi 2008
Skenario 2
(g=5%)
95.160.303,00

Skenario 3
(g=6%)
96.066.591,60

8.280.573.188,38
3.090.053.461,70
439.478.293,36
4.630.489.743,88
120.551.689,44

8.360.194.084,42
3.119.765.514,21
443.704.046,18
4.675.013.683,73
121.710.840,30

8.439.814.980,46
3.149.477.566,73
447.929.799,00
4.719.537.623,57
122.869.991,16

2.547.919.375,82
136.029.247,90
83.344.024,40
2.229.777.877,60
45.870.508,32
13.832.000,00
12.556.689,60
26.509.028,00

2.572.418.600,59
137.337.221,44
84.145.409,25
2.251.218.049,50
46.311.570,90
13.965.000,00
12.677.427,00
26.763.922,50

2.596.917.825,36
138.645.194,98
84.946.794,10
2.272.658.221,40
46.752.633,48
14.098.000,00
12.798.164,40
27.018.817,00

Proyeksi Potensi Retribusi Tahun 2009


Metode yang digunakan dalam menghitung proyeksi potensi retribusi

Provinsi DIY untuk tahun 2009 pada prinsipnya sama dengan metode proyeksi
potensi retribusi untuk tahun 2008, hanya saja untuk proyeksi tahun 2009 ini
menggunakan dasar nilai potensi moderat tahun 2008 (yang dalam hal ini nilai
tersebut akan dianggap sebagai nilai realisasi tahun 2008). Rumus yang digunakan
dalam menghitung potensi 2009 adalah sebagai berikut:

Potensi retribusi (2009) = Potensi 2008 (nilai moderat) x Rata-rata Pertumbuhan


Ekonomi
Dalam proyeksi potensi retribusi Provinsi DIY tahun 2009 ini juga terdiri
dari tiga skenario yaitu pesimis, moderat dan optimis dengan menggunakan ratarata pertumbuhan ekonomi yang sama dengan perhitungan potensi tahun
sebelumnya. Hasil proyeksi potensi retribusi untuk tahun 2009 disajikan pada
Tabel 3.4 berikut. Nilai proyeksi potensi retribusi Provinsi DIY tahun 2009

35

dengan tiga skenario yaitu pesimis, moderat dan optimis masing-masing berturutturut adalah Rp 15,94 miliar, Rp 16,10 miliar dan Rp 16,25 miliar. Kenaikan nilai
potensi tahun 2009 baik pada skenario pesimis, moderat dan optimis masingmasing mengalami pertumbuhan sebesar 5% dari nilai potensi tahun 2008.
Tabel 3.4
Proyeksi Potensi Retribusi Provinsi DIY Tahun 2009
No

Jenis Pendapatan

I
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8

RETRIBUSI TOTAL
RETRIBUSI JASA UMUM
Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Bidang Ketenagakerjaan
Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Retribusi Pelayanan Tera Ulang
Retribusi Pelayanan Pertanian
Retribusi Pelayanan Bidang Kehutanan
Retribusi Pelayanan Perikanan
Retribusi Pelayanan Permukiman

II
2.1
2.2
2.3
2.4

RETRIBUSI JASA USAHA


Kekayaan Daerah
Pasar Grosir
Produk Usaha Daerah
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah raga

III RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU


3.1 Bidang Sosial
3.2 Izin Trayek
3.3 Kelebihan Muatan
3.4 Retribusi Izin Pos dan Telekomunikasi
3.5 Retribusi Izin Pelayanan Kesehatan
3.6 Retribusi Izin Pelayanan Perpustakaan
3.7 Retribusi Izin Pengganti STNK Hilang
Ket. : g = economic growth
Sumber: Hasil analisis

Potensi 2009
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
(g=4%)
(g=5%)
(g=6%)
15.943.480.465,12 16.096.783.161,90 16.250.085.858,68
4.573.563.272,71 4.617.539.842,64 4.661.516.412,57
3.754.221.142,44 3.790.319.422,65 3.826.417.702,87
206.195.906,28
208.178.559,23
210.161.212,17
412.531.494,65
416.498.143,64
420.464.792,62
84.012.127,29
84.819.936,21
85.627.745,12
10.100.171,84
10.197.288,88
10.294.405,91
4.838.682,58
4.885.208,37
4.931.734,16
2.697.032,52
2.722.965,53
2.748.898,53
98.966.715,12
99.918.318,15
100.869.921,18
8.694.601.847,80
3.244.556.134,78
461.452.208,03
4.862.014.231,07
126.579.273,91

8.778.203.788,64
3.275.753.789,92
465.889.248,49
4.908.764.367,91
127.796.382,32

8.861.805.729,49
3.306.951.445,06
470.326.288,96
4.955.514.504,75
129.013.490,72

2.675.315.344,61
142.830.710,30
87.511.225,62
2.341.266.771,48
48.164.033,74
14.523.600,00
13.184.524,08
27.834.479,40

2.701.039.530,62
144.204.082,51
88.352.679,71
2.363.778.951,98
48.627.149,45
14.663.250,00
13.311.298,35
28.102.118,63

2.726.763.716,62
145.577.454,72
89.194.133,81
2.386.291.132,47
49.090.265,15
14.802.900,00
13.438.072,62
28.369.757,85

36

C.

Proyeksi Potensi Retribusi Tahun 2010


Nilai proyeksi potensi retribusi Provinsi 2010 dihitung dengan

menggunakan dasar perhitungan nilai potensi moderat tahun 2009 dengan rumus
sebagai berikut:

Potensi retribusi (2010) = Potensi 2009 (skenario moderat) x Rata-rata


Pertumbuhan Ekonomi
Rata-rata pertumbuhan ekonomi yang digunakan masih sama dengan
perhitungan potensi tahun 2008 dan 2009 yaitu sebesar 4% (skenario pesimis), 5%
(skenario moderat) dan 6% (skenario optimis). Hasil perhitungan proyeksi potensi
retribusi Provinsi DIY tahun 2010 secara rinci disajikan pada Tabel 3.5. Dari tabel
tersebut terlihat ada kenaikan nilai potensi retribusi untuk tahun 2010
dibandingkan dengan nilai potensi 2009. Jika dihitung pertumbuhan nilai potensi
retribusi 2010, akan diperoleh nilai pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan
nilai potensi 2009 yaitu sebesar 5% untuk ketiga skenario. Dilihat dari nilai
nominalnya, nilai potensi retribusi Provinsi DIY untuk tahun 2010 adalah sebesar
Rp 16,74 miliar (nilai pesimis), Rp 16,90 miliar (nilai moderat) atau Rp 17,06
miliar (nilai optimis).
Tabel 3.5
Proyeksi Potensi Retribusi Provinsi DIY Tahun 2010
No
I
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8

Jenis Pendapatan
RETRIBUSI TOTAL
RETRIBUSI JASA UMUM
Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Bidang Ketenagakerjaan
Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Retribusi Pelayanan Tera Ulang
Retribusi Pelayanan Pertanian
Retribusi Pelayanan Bidang Kehutanan
Retribusi Pelayanan Perikanan
Retribusi Pelayanan Permukiman

Skenario 1
(g=4%)
16.740.654.488,38
4.802.241.436,35
3.941.932.199,56
216.505.701,59
433.158.069,38
88.212.733,65
10.605.180,43
5.080.616,70
2.831.884,15
103.915.050,88

Potensi 2010
Skenario 2
(g=5%)
16.901.622.319,99
4.848.416.834,77
3.979.835.393,79
218.587.487,19
437.323.050,82
89.060.933,02
10.707.153,32
5.129.468,79
2.859.113,80
104.914.234,06

Skenario 3
(g=6%)
17.062.590.151,61
4.894.592.233,20
4.017.738.588,01
220.669.272,78
441.488.032,25
89.909.132,38
10.809.126,21
5.178.320,87
2.886.343,46
105.913.417,24

37

No
II
2.1
2.2
2.3
2.4

Jenis Pendapatan
RETRIBUSI JASA USAHA
Kekayaan Daerah
Pasar Grosir
Produk Usaha Daerah
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah raga

III RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU


3.1 Bidang Sosial
3.2 Izin Trayek
3.3 Kelebihan Muatan
3.4 Retribusi Izin Pos dan Telekomunikasi
3.5 Retribusi Izin Pelayanan Kesehatan
3.6 Retribusi Izin Pelayanan Perpustakaan
3.7 Retribusi Izin Pengganti STNK Hilang
Ket. : g = economic growth
Sumber: Hasil analisis

Skenario 1
(g=4%)
9.129.331.940,19
3.406.783.941,52
484.524.818,43
5.105.114.942,63
132.908.237,61

Potensi 2010
Skenario 2
(g=5%)
9.217.113.978,07
3.439.541.479,42
489.183.710,92
5.154.202.586,31
134.186.201,43

Skenario 3
(g=6%)
9.304.896.015,96
3.472.299.017,32
493.842.603,40
5.203.290.229,99
135.464.165,25

2.809.081.111,84
149.972.245,81
91.886.786,90
2.458.330.110,05
50.572.235,42
15.249.780,00
13.843.750,28
29.226.203,37

2.836.091.507,15
151.414.286,63
92.770.313,70
2.481.967.899,57
51.058.506,92
15.396.412,50
13.976.863,27
29.507.224,56

2.863.101.902,45
152.856.327,46
93.653.840,50
2.505.605.689,09
51.544.778,41
15.543.045,00
14.109.976,25
29.788.245,74

3.2.1.2.Target Retribusi Tahun 2008-2010


A.

Target Retribusi Tahun 2008


Penentuan target retribusi untuk tahun 2008 seperti halnya dengan

perhitungan potensi, menggunakan tiga skenario yaitu skenario 1 (dengan tingkat


pertumbuhan ekonomi 4%), skenario 2 (pertumbuhan ekonomi 5%) dan skenario
3

(pertumbuhan

ekonomi

6%).

Dalam

kenyataan,

target

retribusi

kecenderungannya lebih rendah dari potensinya yang dikarenakan adanya


hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemungutan retribusi baik teknis
maupun non teknis. Oleh karena itu, penentuan nilai target akan memperhatikan
hal-hal yang berpengaruh pada pencapaian target dari potensinya, dalam hal ini
faktor hambatan tersebut diakomodasi dalam bentuk bobot persentase pencapaian
potensi. Semakin tinggi hambatan, semakin kecil persentase pencapaian
potensinya dan sebaliknya. Nilai target retribusi diperoleh dengan cara
mengalikan potensi dengan suatu bobot yang mencerminkan persentase
pencapaian potensi yang dipengaruhi oleh adanya hambatan-hambatan, secara
matematis dapat ditulis sebagai:

Target (2008) = Potensi (2008) x Persentase bobot

38

Persentase bobot dalam rumus di atas dibagi menjadi tiga nilai yaitu
persentase bobot untuk hambatan rendah (optimis), hambatan sedang (moderat)
dan hambatan tinggi (pesimis). Sehingga, nantinya akan diperoleh nilai target
retribusi dengan sembilan nilai terdiri dari 3 skenario (berdasarkan asumsi
pertumbuhan ekonomi yang digunakan) dimana masing-masing skenario tersebut
dibagi lagi menjadi 3 skenario pesimis, moderat dan optimis yang didasarkan pada
tinggi rendahnya hambatan.
Kriteria pesimis, moderat dan optimis yang ditentukan oleh tingkat
permasalahan/hambatan dari masing-masing jenis retribusi diperoleh dari hasil
kajian lapangan. Permasalahan/hambatan dari masing-masing jenis/item retribusi
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu kategori hambatan rendah, hambatan sedang dan
hambatan tinggi. Dalam menentukan angka pesimis (hambatan tinggi), moderat
(hambatan sedang) dan optimis (hambatan rendah), diproksi dari pertumbuhan
dari masing-masing jenis/item retribusi pada tahun y dan tahun sebelumnya (y
1). Sebagai contoh, jenis retribusi izin trayek berdasarkan data survei lapangan,
dikategorikan memiliki hambatan sedang. Maka dari jenis retribusi tersebut dapat
digunakan untuk mendapatkan angka moderat, yaitu diperoleh dengan melihat
pertumbuhan realisasi dari retribusi izin trayek pada tahun y dan y 1. Demikian
juga untuk memperoleh angka pesimis dan optimis, yaitu dengan memperhatikan
pertumbuhan jenis/item retribusi yang memiliki kategori hambatan rendah dan
tinggi. Dari hasil perhitungan diperoleh angka pesimis sebesar 72%, angka
moderat 80% dan angka optimis 91%.
Selanjutnya, hasil perhitungan target retribusi Provinsi DIY tahun 2008
dapat dicermati pada Tabel 3.6. Dalam tabel tersebut, target retribusi baik
skenario 1, skenario 2 dan 3 masing-masing dibagi menjadi tiga skenario yaitu
skenario pesimis yaitu target retribusi sebesar 72% dari nilai potensi, kemudian
skenario moderat yaitu nilai target retribusi adalah sebesar 80% dari nilai potensi
dan terakhir skenario optimis yaitu nilai target adalah sebesar 91% dari nilai
potensi. Dari Tabel 3.6 juga dapat diketahui, nilai total target retribusi terendah
adalah pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 10,76 miliar (lihat pada Tabel 3.6

39

kolom skenario 1 angka pesimis 72%) dan nilai total target retribusi tertinggi
adalah sebesar Rp 13,86 miliar (lihat pada Tabel 3.6 kolom skenario 3 angka
optimis 91%).
B.

Target Retribusi Tahun 2009


Penentuan target retribusi Provinsi DIY tahun 2009 menggunakan metode

yang sama dengan penentuan target retribusi tahun 2008 yaitu dengan mengalikan
potensi retribusi tahun 2009 dengan nilai persentase bobot pencapaian. Dalam
perhitungan ini, asumsi pertumbuhan ekonomi dan persentase bobot sama dengan
yang digunakan pada perhitungan target tahun sebelumnya. Hasil perhitungan
target retribusi Provinsi DIY untuk tahun 2009 secara lengkap disajikan dalam
Tabel 3.7. Secara umum terjadi kenaikan nilai target pada tahun 2009 ini
dibandingkan dengan tahun 2008. Petumbuhan nilai total target untuk masingmasing skenario sama yaitu sebesar 6,70% dari tahun 2008. Secara nominal, nilai
total target retribusi Provinsi DIY tahun 2009 paling rendah adalah Rp 11,48
miliar (lihat pada Tabel 3.7 kolom skenario 1 angka pesimis 72%) dan total target
tertinggi adalah Rp 14,79 miliar (lihat pada Tabel 3.7 kolom skenario 3 angka
optimis 91%).
C.

Target Retribusi Tahun 2010


Untuk target retribusi Provinsi DIY tahun 2010, metode perhitungan dan

asumsi yang digunakan masih sama seperti perhitungan target tahun 2008 dan
2009. Hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 3.8. Nilai target retribusi pada
tahun 2010 skenario pesimis angkanya pada kisaran nilai Rp 12 miliar, sedangkan
nilai optimisnya pada kisaran Rp 15 miliar. Dilihat dari pertumbuhannya, nilai
target tahun 2010 ini adalah sekitar 5% dari target tahun 2008.

40

Tabel 3.6
Target Retribusi Provinsi DIY Tahun 2008
Target 2008 (Skenario 1)
No

I
1.1
1.2

Jenis Pendapatan
RETRIBUSI TOTAL
RETRIBUSI JASA
UMUM
Bidang Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial

Target 2008 (Skenario 2)

Target 2008 (Skenario 3)

Pesimis = 72%

Moderat = 80%

Optimis = 91%

Pesimis = 72%

Moderat = 80%

Optimis = 91%

Pesimis = 72%

Moderat = 80%

Optimis = 91%

10.758.440.002,15

11.953.822.224,61

13.597.472.780,49

10.861.886.540,63

12.068.762.822,92

13.728.217.711,07

10.965.333.079,11

12.183.703.421,23

13.858.962.641,65

2.961.925.355,92

3.291.028.173,25

3.743.544.547,07

2.990.405.407,42

3.322.672.674,91

3.779.540.167,71

3.018.885.458,92

3.354.317.176,58

3.815.535.788,36

2.574.323.069,10

2.860.358.965,67

3.253.658.323,45

2.599.076.175,53

2.887.862.417,26

3.284.943.499,63

2.623.829.281,97

2.915.365.868,85

3.316.228.675,82

141.391.478,59

157.101.642,88

178.703.118,78

142.751.012,04

158.612.235,60

180.421.418,00

144.110.545,49

160.122.828,32

182.139.717,21

108.646.422,39

120.718.247,10

137.317.006,08

109.691.099,53

121.878.999,48

138.637.361,91

110.735.776,67

123.039.751,86

139.957.717,74

57.608.315,86

64.009.239,84

72.810.510,32

58.162.241,97

64.624.713,30

73.510.611,38

58.716.168,08

65.240.186,76

74.210.712,44

6.925.832,12

7.695.369,02

8.753.482,26

6.992.426,66

7.769.362,95

8.837.650,36

7.059.021,20

7.843.356,89

8.921.818,46

3.317.953,77

3.686.615,30

4.193.524,90

3.349.857,17

3.722.063,52

4.233.847,25

3.381.760,57

3.757.511,74

4.274.169,61

1.849.393,73

2.054.881,92

2.337.428,18

1.867.176,36

2.074.640,40

2.359.903,46

1.884.958,99

2.094.398,88

2.382.378,73

67.862.890,37

75.403.211,52

85.771.153,10

68.515.418,16

76.128.242,40

86.595.875,73

69.167.945,95

76.853.273,28

87.420.598,36

1.8

Bidang Ketenagakerjaan
Bidang Pendidikan dan
Pelatihan
Retribusi Pelayanan Tera
Ulang
Retribusi Pelayanan
Pertanian
Retribusi Pelayanan Bidang
Kehutanan
Retribusi Pelayanan
Perikanan
Retribusi Pelayanan
Permukiman

II

RETRIBUSI JASA
USAHA

5.962.012.695,63

6.624.458.550,70

7.535.321.601,42

6.019.339.740,78

6.688.155.267,54

7.607.776.616,82

6.076.666.785,93

6.751.851.984,37

7.680.231.632,22

2.1

Kekayaan Daerah

2.224.838.492,42

2.472.042.769,36

2.811.948.650,14

2.246.231.170,23

2.495.812.411,37

2.838.986.617,93

2.267.623.848,04

2.519.582.053,38

2.866.024.585,72

2.2

Pasar Grosir

316.424.371,22

351.582.634,69

399.925.246,96

319.466.913,25

354.963.236,95

403.770.682,03

322.509.455,28

358.343.839,20

407.616.117,09

2.3

3.333.952.615,59

3.704.391.795,10

4.213.745.666,93

3.366.009.852,28

3.740.010.946,98

4.254.262.452,19

3.398.067.088,97

3.775.630.098,86

4.294.779.237,45

2.4

Produk Usaha Daerah


Retribusi Tempat Rekreasi
dan Olah raga

86.797.216,40

96.441.351,55

109.702.037,39

87.631.805,02

97.368.672,24

110.756.864,67

88.466.393,64

98.295.992,93

111.811.691,96

III

RETRIBUSI
PERIZINAN
TERTENTU

1.834.501.950,59

2.038.335.500,66

2.318.606.632,00

1.852.141.392,42

2.057.934.880,47

2.340.900.926,53

1.869.780.834,26

2.077.534.260,28

2.363.195.221,07

3.1

Bidang Sosial

97.941.058,49

108.823.398,32

123.786.615,59

98.882.799,44

109.869.777,15

124.976.871,51

99.824.540,38

110.916.155,98

126.167.127,43

3.2

Izin Trayek

60.007.697,57

66.675.219,52

75.843.062,20

60.584.694,66

67.316.327,40

76.572.322,42

61.161.691,75

67.957.435,28

77.301.582,63

3.3

Kelebihan Muatan
Retribusi Izin Pos dan
Telekomunikasi
Retribusi Izin Pelayanan
Kesehatan
Retribusi Izin Pelayanan
Perpustakaan
Retribusi Izin Pengganti
STNK Hilang

1.605.440.071,87

1.783.822.302,08

2.029.097.868,62

1.620.876.995,64

1.800.974.439,60

2.048.608.425,05

1.636.313.919,41

1.818.126.577,12

2.068.118.981,47

33.026.765,99

36.696.406,66

41.742.162,57

33.344.331,05

37.049.256,72

42.143.529,52

33.661.896,11

37.402.106,78

42.544.896,47

9.959.040,00

11.065.600,00

12.587.120,00

10.054.800,00

11.172.000,00

12.708.150,00

10.150.560,00

11.278.400,00

12.829.180,00

9.040.816,51

10.045.351,68

11.426.587,54

9.127.747,44

10.141.941,60

11.536.458,57

9.214.678,37

10.238.531,52

11.646.329,60

19.086.500,16

21.207.222,40

24.123.215,48

19.270.024,20

21.411.138,00

24.355.169,48

19.453.548,24

21.615.053,60

24.587.123,47

1.3
1.4
1.5
1.6
1.7

3.4
3.5
3.6
3.7

Ket: Dalam perhitungan target retribusi Jasa Umum bidang pendidikan dan pelatihan tahun 2008, didasarkan pada potensi retribusi dengan menggunakan tarif sesuai Perda No 2 Tahun
2003 (belum mengakomodir adanya kemungkinan kenaikan tarif ).
Sumber: Hasil analisis

41

Tabel 3.7
Target Retribusi Provinsi DIY Tahun 2009
No

I
1.1
1.2

Jenis Pendapatan
RETRIBUSI TOTAL
RETRIBUSI JASA
UMUM
Bidang Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial

Target 2009 (Skenario 1)

Target 2009 (Skenario 2)

Target 2009 (Skenario 3)

Pesimis = 72%

Moderat = 80%

Optimis = 91%

Pesimis = 72%

Moderat = 80%

Optimis = 91%

Pesimis = 72%

Moderat = 80%

Optimis = 91%

11.479.305.934,89

12.754.784.372,10

14.508.567.223,26

11.589.683.876,57

12.877.426.529,52

14.648.072.677,33

11.700.061.818,25

13.000.068.686,94

14.787.578.131,40

3.292.965.556,35

3.658.850.618,17

4.161.942.578,17

3.324.628.686,70

3.694.031.874,11

4.201.961.256,80

3.356.291.817,05

3.729.213.130,06

4.241.979.935,44

2.703.039.222,56

3.003.376.913,95

3.416.341.239,62

2.729.029.984,31

3.032.255.538,12

3.449.190.674,62

2.755.020.746,07

3.061.134.162,30

3.482.040.109,61

148.461.052,52

164.956.725,02

187.638.274,71

149.888.562,64

166.542.847,38

189.442.488,89

151.316.072,76

168.128.969,74

191.246.703,07

297.022.676,15

330.025.195,72

375.403.660,13

299.878.663,42

333.198.514,91

379.013.310,71

302.734.650,69

336.371.834,10

382.622.961,29

60.488.731,65

67.209.701,83

76.451.035,83

61.070.354,07

67.855.948,97

77.186.141,95

61.651.976,49

68.502.196,10

77.921.248,06

7.272.123,72

8.080.137,47

9.191.156,37

7.342.047,99

8.157.831,10

9.279.532,88

7.411.972,26

8.235.524,73

9.367.909,38

3.483.851,45

3.870.946,06

4.403.201,14

3.517.350,03

3.908.166,70

4.445.539,62

3.550.848,60

3.945.387,33

4.487.878,09

1.941.863,41

2.157.626,02

2.454.299,59

1.960.535,18

2.178.372,42

2.477.898,63

1.979.206,94

2.199.118,82

2.501.497,66

71.256.034,89

79.173.372,10

90.059.710,76

71.941.189,07

79.934.654,52

90.925.669,52

72.626.343,25

80.695.936,94

91.791.628,27

1.8

Bidang Ketenagakerjaan
Bidang Pendidikan dan
Pelatihan
Retribusi Pelayanan Tera
Ulang
Retribusi Pelayanan
Pertanian
Retribusi Pelayanan
Bidang Kehutanan
Retribusi Pelayanan
Perikanan
Retribusi Pelayanan
Permukiman

II

RETRIBUSI JASA
USAHA

6.260.113.330,41

6.955.681.478,24

7.912.087.681,50

6.320.306.727,82

7.022.563.030,91

7.988.165.447,66

6.380.500.125,23

7.089.444.583,59

8.064.243.213,83

2.1

Kekayaan Daerah

2.336.080.417,04

2.595.644.907,82

2.952.546.082,65

2.358.542.728,74

2.620.603.031,94

2.980.935.948,83

2.381.005.040,45

2.645.561.156,05

3.009.325.815,01

2.2

Pasar Grosir

332.245.589,78

369.161.766,43

419.921.509,31

335.440.258,92

372.711.398,79

423.959.216,13

338.634.928,05

376.261.031,16

427.996.922,95

2.3

3.500.650.246,37

3.889.611.384,86

4.424.432.950,28

3.534.310.344,90

3.927.011.494,33

4.466.975.574,80

3.567.970.443,42

3.964.411.603,80

4.509.518.199,32

2.4

Produk Usaha Daerah


Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olah raga

91.137.077,22

101.263.419,13

115.187.139,26

92.013.395,27

102.237.105,85

116.294.707,91

92.889.713,32

103.210.792,57

117.402.276,55

III

RETRIBUSI
PERIZINAN
TERTENTU

1.926.227.048,12

2.140.252.275,69

2.434.536.963,60

1.944.748.462,04

2.160.831.624,49

2.457.945.972,86

1.963.269.875,97

2.181.410.973,30

2.481.354.982,13

3.1

Bidang Sosial

102.838.111,41

114.264.568,24

129.975.946,37

103.826.939,41

115.363.266,01

131.225.715,08

104.815.767,40

116.461.963,78

132.475.483,80

3.2

Izin Trayek

63.008.082,45

70.008.980,50

79.635.215,31

63.613.929,39

70.682.143,77

80.400.938,54

64.219.776,34

71.355.307,04

81.166.661,76

3.3

Kelebihan Muatan
Retribusi Izin Pos dan
Telekomunikasi
Retribusi Izin Pelayanan
Kesehatan
Retribusi Izin Pelayanan
Perpustakaan
Retribusi Izin Pengganti
STNK Hilang

1.685.712.075,47

1.873.013.417,18

2.130.552.762,05

1.701.920.845,42

1.891.023.161,58

2.151.038.846,30

1.718.129.615,38

1.909.032.905,98

2.171.524.930,55

34.678.104,29

38.531.226,99

43.829.270,70

35.011.547,60

38.901.719,56

44.250.705,99

35.344.990,91

39.272.212,12

44.672.141,29

10.456.992,00

11.618.880,00

13.216.476,00

10.557.540,00

11.730.600,00

13.343.557,50

10.658.088,00

11.842.320,00

13.470.639,00

9.492.857,34

10.547.619,26

11.997.916,91

9.584.134,81

10.649.038,68

12.113.281,50

9.675.412,29

10.750.458,10

12.228.646,08

20.040.825,17

22.267.583,52

25.329.376,25

20.233.525,41

22.481.694,90

25.572.927,95

20.426.225,65

22.695.806,28

25.816.479,64

1.3
1.4
1.5
1.6
1.7

3.4
3.5
3.6
3.7

Sumber: Hasil analisis

42

Tabel 3.8
Target Retribusi Provinsi DIY Tahun 2010
No

I
1.1
1.2

Jenis Pendapatan
RETRIBUSI TOTAL
RETRIBUSI JASA
UMUM
Bidang Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial

Target 2010 (Skenario 1)

Target 2010 (Skenario 2)

Target 2010 (Skenario 3)

Pesimis = 72%

Moderat = 80%

Optimis = 91%

Pesimis = 72%

Moderat = 80%

Optimis = 91%

Pesimis = 72%

Moderat = 80%

Optimis = 91%

12.053.271.231,63

13.392.523.590,70

15.233.995.584,42

12.169.168.070,40

13.521.297.856,00

15.380.476.311,20

12.285.064.909,16

13.650.072.121,29

15.526.957.037,97

3.457.613.834,17

3.841.793.149,08

4.370.039.707,08

3.490.860.121,04

3.878.733.467,82

4.412.059.319,64

3.524.106.407,90

3.915.673.786,56

4.454.078.932,21

2.838.191.183,68

3.153.545.759,65

3.587.158.301,60

2.865.481.483,53

3.183.868.315,03

3.621.650.208,35

2.892.771.783,37

3.214.190.870,41

3.656.142.115,09

155.884.105,15

173.204.561,28

197.020.188,45

157.382.990,77

174.869.989,75

198.914.613,34

158.881.876,40

176.535.418,22

200.809.038,23

311.873.809,95

346.526.455,50

394.173.843,14

314.872.596,59

349.858.440,65

397.963.976,24

317.871.383,22

353.190.425,80

401.754.109,35

63.513.168,23

70.570.186,92

80.273.587,63

64.123.871,77

71.248.746,41

81.045.449,05

64.734.575,31

71.927.305,90

81.817.310,46

7.635.729,91

8.484.144,34

9.650.714,19

7.709.150,39

8.565.722,66

9.743.509,52

7.782.570,87

8.647.300,97

9.836.304,85

3.658.044,03

4.064.493,36

4.623.361,20

3.693.217,53

4.103.575,03

4.667.816,60

3.728.391,03

4.142.656,70

4.712.271,99

2.038.956,59

2.265.507,32

2.577.014,57

2.058.561,94

2.287.291,04

2.601.793,56

2.078.167,29

2.309.074,77

2.626.572,55

74.818.836,63

83.132.040,70

94.562.696,30

75.538.248,52

83.931.387,25

95.471.952,99

76.257.660,41

84.730.733,79

96.381.209,69

1.8

Bidang Ketenagakerjaan
Bidang Pendidikan dan
Pelatihan
Retribusi Pelayanan Tera
Ulang
Retribusi Pelayanan
Pertanian
Retribusi Pelayanan
Bidang Kehutanan
Retribusi Pelayanan
Perikanan
Retribusi Pelayanan
Permukiman

II

RETRIBUSI JASA
USAHA

6.573.118.996,93

7.303.465.552,15

8.307.692.065,57

6.636.322.064,21

7.373.691.182,46

8.387.573.720,05

6.699.525.131,49

7.443.916.812,77

8.467.455.374,52

2.1

Kekayaan Daerah

2.452.884.437,89

2.725.427.153,22

3.100.173.386,78

2.476.469.865,18

2.751.633.183,53

3.129.982.746,27

2.500.055.292,47

2.777.839.213,85

3.159.792.105,76

2.2

Pasar Grosir

2.3
2.4

Produk Usaha Daerah


Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olah raga

1.3
1.4
1.5
1.6
1.7

348.857.869,27

387.619.854,75

440.917.584,77

352.212.271,86

391.346.968,73

445.157.176,94

355.566.674,45

395.074.082,72

449.396.769,10

3.675.682.758,69

4.084.091.954,10

4.645.654.597,79

3.711.025.862,14

4.123.362.069,05

4.690.324.353,54

3.746.368.965,59

4.162.632.183,99

4.734.994.109,29

95.693.931,08

106.326.590,09

120.946.496,22

96.614.065,03

107.348.961,14

122.109.443,30

97.534.198,98

108.371.332,20

123.272.390,38

III

RETRIBUSI
PERIZINAN
TERTENTU

2.022.538.400,53

2.247.264.889,47

2.556.263.811,78

2.041.985.885,15

2.268.873.205,72

2.580.843.271,50

2.061.433.369,77

2.290.481.521,96

2.605.422.731,23

3.1

Bidang Sosial

107.980.016,98

119.977.796,65

136.474.743,69

109.018.286,38

121.131.429,31

137.787.000,84

110.056.555,77

122.285.061,97

139.099.257,99

3.2

Izin Trayek

66.158.486,57

73.509.429,52

83.616.976,08

66.794.625,86

74.216.250,96

84.420.985,47

67.430.765,16

74.923.072,40

85.224.994,85

3.3

Kelebihan Muatan
Retribusi Izin Pos dan
Telekomunikasi
Retribusi Izin Pelayanan
Kesehatan
Retribusi Izin Pelayanan
Perpustakaan
Retribusi Izin Pengganti
STNK Hilang

1.769.997.679,24

1.966.664.088,04

2.237.080.400,15

1.787.016.887,69

1.985.574.319,66

2.258.590.788,61

1.804.036.096,15

2.004.484.551,27

2.280.101.177,08

36.412.009,50

40.457.788,34

46.020.734,23

36.762.124,98

40.846.805,53

46.463.241,29

37.112.240,46

41.235.822,73

46.905.748,35

10.979.841,60

12.199.824,00

13.877.299,80

11.085.417,00

12.317.130,00

14.010.735,38

11.190.992,40

12.434.436,00

14.144.170,95

9.967.500,20

11.075.000,23

12.597.812,76

10.063.341,55

11.181.490,61

12.718.945,57

10.159.182,90

11.287.981,00

12.840.078,39

21.042.866,43

23.380.962,70

26.595.845,07

21.245.201,68

23.605.779,65

26.851.574,35

21.447.536,93

23.830.596,59

27.107.303,63

3.4
3.5
3.6
3.7

Sumber: Hasil analisis

43

3.2.2. Proyeksi Potensi dan Target Lain-lain PAD yang Sah


3.2.2.1.Proyeksi Potensi Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2008-2010
A.

Proyeksi Potensi Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2008


Perhitungan potensi penerimaan lain-lain PAD yang sah menggunakan metode

makro trend data sekunder dari tahun 2002-2006 (selama 5 tahun). Jenis pendapatan lainlain PAD yang sah yang dapat diproyeksi adalah di antaranya penerimaan jasa giro,
penerimaan bunga deposito, angsuran/cicilan rumah dinas dan bantuan administrasi PT
Jasa Raharja. Beberapa pos penerimaan dalam lain-lain PAD yang sah ini tidak dapat
diprediksikan potensinya, seperti halnya pendapatan lain-lain dan hasil penjualan aset
daerah yang merupakan kewenangan pihak Pemerintah Provinsi. Hasil perhitungan
potensi untuk pos lain-lain PAD yang sah tahun 2008 disajikan pada Tabel 3.9. Nilai
potensi dari pos lain-lain PAD yang sah Provinsi DIY tahun 2008 adalah sebesar
Rp 18,94 miliar. Dari nilai proyeksi tersebut, sebagian besar berasal dari penerimaan
bunga deposito dan jasa giro. Untuk penerimaan dari bantuan admistrasi PT Jasa Raharja
dan ansuran/cicilan rumah dinas kontribusinya relatif kecil dibanding dua sumber
penerimaan yang telah disebutkan di atas. Dalam perhitungan Tabel 3.9 tersebut, belum
memasukkan potensi pendapatan dari sumber-sumber pendapatan yang tidak dapat
diprediksikan antara lain pos penerimaan dari penjualan aset daerah, pendapatan lain-lain
serta penerimaan lainnya.
Tabel 3.9
Proyeksi Potensi Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2008
Kode
4.1.4.02
4.1.4.03
4.1.4.07
4.1.4.08

Jenis Penerimaan
Penerimaan Jasa Giro
Penerimaan Bunga Deposito
Angsuran/Cicilan Rumah Dinas
Bantuan Administrasi PT Jasa Raharja
Total

Sumber: Hasil analisis

2008
Potensi (estimated)
7.795.732.103,60
9.824.919.340,00
1.725.100,00
1.314.078.200,00
18.936.454.743,60

44

B.

Proyeksi Potensi Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2009


Proyeksi potensi lain-lain PAD yang sah Provinsi DIY untuk tahun 2009 secara

total adalah sebesar Rp 20,18 miliar. Nilai potensi tersebut mengalami kenaikan sebesar
Rp 1,25 miliar atau dapat dikatakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,59% dari potensi
tahun 2008. Dari proyeksi potensi menggunakan metode trend ini, ada 2 jenis penerimaan
yang terlihat menurun yaitu penerimaan jasa giro dan angsuran/cicilan rumah dinas. Hal
ini disebabkan oleh adanya nilai realisasi jenis penerimaan jasa giro yang sangat tinggi
pada tahun 2006 yang kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun-tahun
sesudahnya, sementara itu untuk angsuran/cicilan rumah dinas dilihat dari nilai
realisasinya memang mengalami penurunan setelah tahun 2003. Sementara itu, untuk
jenis penerimaan bunga deposito dan bantuan administrasi PT Jasa Raharja potensinya
mengalami kenaikan, dimana kenaikan tersebut nilainya melebihi penurunan dari
penerimaan jasa giro dan angsuran/cicilan rumah dinas, sehingga secara total potensi
lain-lain PAD yang sah tahun 2009 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
2008. Proyeksi potensi penerimaan lain-lain PAD yang sah secara rinci disajikan pada
Tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Proyeksi Potensi Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2009
Kode
4.1.4.02
4.1.4.03
4.1.4.07
4.1.4.08

Keterangan
Penerimaan Jasa Giro
Penerimaan Bunga Deposito
Angsuran/Cicilan Rumah Dinas
Bantuan Administrasi PT Jasa Raharja
Total

Sumber: Hasil analisis

C.

Potensi 2009
7.433.843.708,91
11.335.147.654,00
1.004.745,00
1.413.820.400,00
20.183.816.507,91

Proyeksi Potensi Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2010


Secara total, nilai proyeksi potensi lain-lain PAD yang sah Provinsi DIY untuk

tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp 1,25 miliar dari tahun 2009, atau menjadi
Rp 21,43 miliar. Jika dihitung pertumbuhannya, proyeksi potensi lain-lain PAD yang sah
tahun 2010 ini tumbuh sekitar 6,18% dari nilai potensi tahun sebelumnya. Seperti halnya
dengan tahun 2009, kenaikan potensi pos lain-lain PAD yang sah Provinsi DIY tahun
45

2010 ini disebabkan oleh adanya kenaikan potensi dari pos penerimaan bunga deposito
dan bantuan administrasi PT Jasa Raharja. Rincian proyeksi potensi lain-lain PAD yang
sah Provinsi DIY tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11
Proyeksi Potensi Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2010
Kode
4.1.4.02
4.1.4.03
4.1.4.07
4.1.4.08

Keterangan
Penerimaan Jasa Giro
Penerimaan Bunga Deposito
Angsuran/Cicilan Rumah Dinas
Bantuan Administrasi PT Jasa Raharja
Total

Sumber: Hasil analisis

Potensi 2010
7.071.955.314,23
12.845.375.968,00
284.390,00
1.513.562.600,00
21.431.178.272,23

3.2.2.2.Target Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2008-2010


A.

Target Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2008


Seperti halnya dalam penentuan target retribusi, penentuan target lain-lain PAD

yang sah juga didasarkan pada potensi tahun yang bersangkutan dan juga. Rumus yang
digunakan untuk menentukan target lain-lain PAD yang sah adalah sebagai berikut:
Target (tahun x)= Potensi(tahun x) x Bobot Persentase Pencapaian Potensi
Penentuan nilai target lain-lain PAD yang sah, berdasarkan persentase pencapaian
potensi dibagi menjadi 3 yaitu nilai target dengan asumsi pesimis, moderat dan optimis.
Persentase yang digunakan dalam masing-masing asumsi, nilainya dianggap sama dengan
yang digunakan pada perhitungan target retribusi yaitu pesimis dengan angka 72%,
moderat 80% dan optimis 91%. Hasil perhitungan target lain-lain PAD yang sah Provinsi
DIY tahun 2008 disajikan pada Tabel 3.12. Secara total, target lain-lain PAD yang sah
Provinsi DIY tahun 2008 adalah sebesar Rp 13,63 miliar (dengan asumsi pesimis),
Rp 15,15 miliar (dengan asumsi moderat) dan Rp 17,23 miliar (dengan asumsi optmis).
Seperti halnya dengan perhitungan potensi sebelumnya, target lain-lain PAD yang sah ini

46

belum memasukkan nilai dari pos-pos penerimaan non proyeksi (seperti hasil penjualan
aset daerah dan pendapatan lain-lain).
Tabel 3.12
Target Lain-lain PAD yang Sah Provinsi DIY Tahun 2008
Kode
4.1.4.02
4.1.4.03
4.1.4.07
4.1.4.08

Keterangan
Penerimaan Jasa Giro
Penerimaan Bunga Deposito
Angsuran/Cicilan Rumah Dinas
Bantuan Administrasi PT Jasa
Raharja
Total

Pesimis = 72%
5.612.927.114,59
7.073.941.924,80
1.242.072,00

Target 2008
Moderat = 80%
6.236.585.682,88
7.859.935.472,00
1.380.080,00

Optimis = 91%
7.094.116.214,28
8.940.676.599,40
1.569.841,00

946.136.304,00 1.051.262.560,00 1.195.811.162,00


13.634.247.415,39 15.149.163.794,88 17.232.173.816,68

Sumber: Hasil analisis

B.

Target Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2009


Dengan metode yang sama seperti penentuan target lain-lain PAD yang sah tahun

sebelumnya, target lain-lain PAD yang sah Provinsi DIY untuk tahun 2009 dapat
ditentukan nilainya. Secara total ada kenaikan potensi dibanding tahun 2008.
Pertumbuhan nilai potensinya adalah sebesar 6,59% dari nilai potensi 2008. Target lainlain PAD yang sah Provinsi DIY tahun 2009 dengan asumsi pesimis adalah sebesar
Rp14,53 miliar, sedangkan jika dengan asumsi moderat dan optimis nilainya masingmasing sebesar Rp 16,15 miliar dan Rp 18,37 miliar. Target lain-lain PAD yang sah
Provinsi DIY tahun 2009 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13
Target Lain-lain PAD yang Sah Provinsi DIY Tahun 2009
Kode
4.1.4.02
4.1.4.03
4.1.4.07
4.1.4.08

Keterangan
Penerimaan Jasa Giro
Penerimaan Bunga Deposito
Angsuran/Cicilan Rumah Dinas
Bantuan Administrasi PT Jasa
Raharja
Total

Pesimis = 72%
5.352.367.470,42
8.161.306.310,88
723.416,40

Target 2009
Moderat = 80%
Optimis = 91%
5.947.074.967,13 6.764.797.775,11
9.068.118.123,20 10.314.984.365,14
803.796,00
914.317,95

1.017.950.688,00 1.131.056.320,00 1.286.576.564,00


14.532.347.885,70 16.147.053.206,33 18.367.273.022,20

Sumber: Hasil analisis

47

C.

Target Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2010


Besarnya nilai target lain-lain PAD yang sah Provinsi DIY tahun 2010 adalah

Rp 15,43 miliar (asumsi pesimis), Rp 17,44 miliar (asumsi moderat) dan Rp 19,50 miliar
(asumsi optimis). Secara total ada kenaikan nilai target dengan pertumbuhan nilai sebesar
6,18% dari nilai target tahun 2008. Secara rinci target lain-lain PAD yang sah Provinsi
DIY tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14
Target Lain-lain PAD yang Sah Provinsi DIY Tahun 2010
Kode
4.1.4.02
4.1.4.03
4.1.4.07
4.1.4.08

Keterangan
Penerimaan Jasa Giro
Penerimaan Bunga Deposito
Angsuran/Cicilan Rumah Dinas
Bantuan Administrasi PT Jasa
Raharja
Total

Sumber : Hasil analisis

Target 2010
Pesimis = 72%
Moderat = 80%
Optimis = 91%
5.091.807.826,25 5.657.564.251,38 6.435.479.336,95
9.248.670.697,96 10.276.300.774,40 11.689.292.131,88
204.761,80
227.512,00
258.795,90
1.089.765.072,00 1.210.850.080,00 1.377.341.966,00
15.430.448.356,01 17.144.942.618,78 19.502.372.228,73

48

BAB IV
PELUANG DAN HAMBATAN

Secara khusus dalam bab ini akan memaparkan mengenai peluang dan hambatan
yang berpengaruh terhadap kinerja penerimaan retribusi daerah. Peluang dan hambatan
yang disajikan pada bab ini merupakan hasil temuan kajian lapangan berupa indepth
interview di unit kerja yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Secara umum, faktor-faktor yang menjadi peluang peningkatan penerimaan
retribusi Provinsi DIY adalah lokasi yang strategis dan mudah diakses oleh masyarakat,
sosialisasi/promosi ke masyarakat, perbaikan/penambahan sarana dan prasarana,
kerjasama dengan berbagai pihak, dan perbaikan kondisi ekonomi. Faktor-faktor yang
menjadi penghambat penerimaan retribusi, yaitu: anggaran untuk sosialisasi/promosi
yang terbatas, sistem pengawasan retribusi kurang optimal, ketersediaan SDM yang
profesional relatif sedikit, diversifikasi jasa/produk yang relatif sedikit, rencana kenaikan
tarif terbentur pada perda yang berlaku, pemanfaatan sarana dan prasarana belum bisa
dioptimalkan, daya beli masyarakat relatif rendah, proses produksi terpengaruh oleh
kondisi cuaca/iklim, ketersediaan input produksi yang terbatas dan kesadaran masyarakat
dalam pemenuhan perizinan relatif rendah.

4.1.

RETRIBUSI JASA UMUM

4.1.1. Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial


Jenis Retribusi
Jasa Pelayanan Kesehatan
di BP4 DI Panjaitan

Faktor

Peluang
Hambatan
- Sarana yang dimiliki cukup - Harga atau tarif dianggap cukup
memadai
murah, apabila akan dinaikkan
- Capacity building dan
terhambat pada peraturan yang
promosi cukup baik
ada
- Harga/tarif yang terjangkau - Nama BP4 kurang
masyarakat
dikenal/menarik bagi masyarakat

49

Jenis Retribusi
Jasa Pelayanan Kesehatan
di Balai Laboratorium
Kesehatan Yogyakarta
Jasa Pelayanan dan
Pelatihan Kesehatan di
Balai Pelatihan Kesehatan
(Bapelkes)

Jasa Pelayanan dan


Pelatihan Kesehatan di
BLKM
Jasa Pelayanan dan
Pelatihan Kesehatan di RS.
Grhasia Pakem
Jasa Pelayanan di Panti
Sosial Bina Remaja
Jasa Pelayanan di Panti
Sosial Bina Netra
Jasa Pelayanan di PSAA
Bimomartani
Jasa Pelayanan di PSAA
Budhi Bhakti

Jasa Pelayanan di PSTW


Abiyoso Pakem

Faktor

Peluang
Hambatan
Peningkatan promosi melalui - Sistem pengawasan pembayaran
media masa
retribusi kurang baik
- Kurang tertib dalam membayar
retribusi
- Kegiatan pelatihan (peserta - SDM yang profesional masih
menginap di Bapelkes)
kurang
- Promisi
- Komitmen Dinas Kesehatan
- Menambah pelayanan
kurang
pelatihan seperti outbound - Daya listrik masih rendah
- Anggaran untuk promosi terbatas
- Hanya pasien (klien) yang sehat
yang diperbolehkan menginap
- Promosi ke sekolah dan
- Promosi belum optimal
masyarakat umum
- Persaingan dengan pelayanan
- Peralatan cukup memadai
kesehatan lainnya
- Perbaikan Pelayanan dan
Masih ada masyarakat yang
Fasilitas
manggangap bahwa RS Grahasia
- Perbaikan image (RS
hanya RS Jiwa
Grahasia bukan hanya RS
Jiwa, tapi juga RSU)
Pengoptimalan aset sehingga - Tempat kurang strategis
menambah potensi
- Banyak pesaing
- Kurang sosialiasi
- Prasarana yang terbatas
Ritme pekerjaan yang tinggi - SDM kurang memadai
- Pada bulan Ramadan belum
optimal
- Tempat/panti cukup baik
- Sosialisasi yang belum optimal
- Sosialisasi kepada
- Akses transportasi kurang
masyarakat
- Lokasi cukup jauh dijangkau
masyarakat
Lokasi cukup strategis
- Gedung tidak disewakan agar
tidak mengganggu proses belajar
anak asuh
- Gedung pertemuan cukup banyak
dan dikelola lebih profesional
- Suasana di sekitar lokasi kurang
mendukung
Peningkatan sosialisasi dan
- Lokasi kurang strategis
promosi
- Informasi tentang jasa/pelayanan
kurang lengkap
- Pelayanan belum optimal
- Aula, wisma dan ambulans belum
pernah disewakan
50

Jenis Retribusi
Jasa Pelayanan di PSTW
Budi Luhur Kasongan

Peluang
- Promosi-promosi melalui
berbagai media (leaflet,
pertemuan-pertemuan, dll)
- Pelayanan 24 jam

Faktor

Hambatan
- Tempat kurang strategis
- Aula dan ambulans belum dapat
disewakan
- Hanya pasien (klien) yang sehat
yang diperbolehkan menginap

4.1.2. Bidang Ketenagakerjaan


Jenis Retribusi
Jasa Latihan Ketrampilan
di BLK Prov. DIY

Peluang
- Legalitas dan kompetensi
telah diakui
- Perlunya ketrampilan kerja
bagi para pencari kerja
- Bertambahnya lulusan
sekolah menengah yang
akan memasuki dunia kerja

Jasa Latihan dan Pelayanan Terakreditasi dan pelayanan


Lingkungan Kerja,
cepat
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Balai
Hiperkes dan Keselamatan
Kerja
Jasa Latihan dan
Pengukuran Produktivitas
di BPPK Prov. DIY

Jumlah UKM di DIY yang


perlu ditingkatkan
produktivitasnya cukup
banyak

Jasa Pelayanan
Kesejahteraan Buruh dan
Karyawan di BIK
Kaliurang

Pembaharuan Gedung
(pengecatan)

Jasa Pelayanan
Kesejahteraan Buruh dan
Karyawan di BIP
Srihargono

- Promosi pariwisata
- Pembaharuan fasilitas

Faktor

Hambatan
- Peralatan dan mesin kurang
memadai
- Berkurangnya tenaga instruktur
karena purna tugas
- Sarana dan prasana yang kurang
memadai
- Persaingan dengan LPK-LPK
lainnya
- Masyarakat kurang responsif
- Kesadaran dan pemahaman terhadap
peraturan untuk melakukan
pengujian cukup rendah
- Merupakan barang titipan
- Pengujian hanya bisa dilakukan di
DIY (berdasarkan aturan yang ada)
- Daya beli masyarakat dan UKM
relatif rendah
- Tarif pelatihan disesuaikan dengan
kondisi perekonomian masyarakat
- Jumlah perusahaan besar di DIY
cukup sedikit
- Pelayanan kurang ramah dan
optimal
- Pada masa di luar liburan jumlah
penyewa sedikit dan fisik bangunan
kurang terawat
- Antusiasme masyarakat untuk
memanfaatkan fasilitas yang ada
relatif rendah
- Hanya melayani sewa per gedung
(bukan per kamar)
- Karyawan jarang ada yang
menginap

51

Jenis Retribusi
Jasa Pelayanan
Kesejahteraan Buruh dan
Karyawan di Asrama
Buruh Ledok Code

Peluang
Bangunan yang relatif baru
(tidak kumuh)

Faktor

Hambatan
- Tempat/kamar cenderung
disewakan kembali
- Penghuni kurang bisa merawat
dengan baik
- Kerawanan sosial
- Jalan menuju lokasi kurang
memadai
- Lokasi di tepi sungai sehingga
kurang menarik

4.1.3. Bidang Pendidikan dan Pelatihan


Jenis Retribusi
Jasa Pelayanan Pendidikan dan
Pelatihan di BLPT Yogyakarta

Jasa Pelayanan Pendidikan dan


Pelatihan di BPKB Sorowajan
Jasa Pelayanan Pendidikan dan
Pelatihan di Youth Centre
Yogyakarta

Jasa Pelayanan Pendidikan dan


Pelatihan di Balai Sekolah Luar
Biasa Bagian (SLB-C) Giwangan

Faktor
Peluang
Hambatan
Banyak peserta didik yang
- Fasilitas lengkap dan
modern
berasal dari kalangan kurang
mampu
- Kompetensi standar ISO
- Ada BKK, Rally, Ahass,
Cyber medic
- Fasilitas pendukung
(asrama)
- Lokasi cukup strategis
- Sarana dan prasarana yang
- Fasilitas yang tersedia cukup
ada belum optimal
memadai
- Jadwal kegiatan yang
kurang tersusun secara baik
Perbaikan fasilitas asrama
- Tarif umum dan khusus
tidak dibedakan
(menyesuaikan
pengguna/ada tawarmenawar)
- Lokasi kurang strategis
- Letak bangunan yang satu
dengan lainnya berjauhan
- Fasilitas belum memadai
- Gedung dengan jumlah
- Pemanfaatan gedung
kamar yang cukup memadai.
kurang optimal
- Lokasi cukup strategis
- Keengganan masyarakat
karena image SLB
- Gedung menjadi satu
dengan asrama anak-anak
SLB

52

4.2.

RETRIBUSI JASA USAHA

4.2.1. Bidang Kekayaan Daerah


Jenis Retribusi

Peluang

Faktor

Hambatan

Bidang Pertanian
Sewa Tempat di UPTD
BP2BPT Wonocatur

Fasilitas yang tersedia cukup


lengkap

Sewa Mobil Box Daging


UPTD BP2BPT Wonocatur

Permintaan daging dari Jakarta


cukup tinggi

Bidang Kehutanan dan


Perkebunan
Pemakaian Mess Erlangga

Promosi ke masyarakat

- Belum pernah disewakan


pertahun
- Tidak setiap hari ada penyewa.
- Penyewa lebih mencari
penginapan per kamar
- Persepsi masyarakat yang
menganggap bahwa mess tidak
dapat digunakan oleh masyarakat
umum

Peningkatan promosi

- Sarana dan prasarana belum


memadai
- Fasilitas umum belum lengkap

- Peningkatan anggaran untuk


operasional kegiatan budidaya
- Perlengkapan Sarana dan
Prasarana
Lokasi cukup strategis

- Sudah adanya website yang


bisa diakses masyarakat
- Pameran keliling dengan
Pemda Tingkat II di seluruh
Indonesia

- Konservasi koleksi belum optimal


- Dana kebersihan lingkungan
masih kurang
- Leaflet masih kurang
- Fasilitas kamar mandi kurang

Bidang Perikanan dan


Kelautan
Sewa Pasar Ikan di BAT
Cangkringan
Hasil Samping Tambak
Congot
Pemakaian Kolam
Pemancingan PIP Wonocatur
Bidang Kebudayaan
Pemakaian
Gedung/Aula/Ruang Museum
Negeri Sonobudoyo

- Adanya rencana pemindahan


lokasi
- Tenaga pengelola terbatas
- Kegiatan kadang dilakukan secara
bersamaan
- Mobil digunakan hanya untuk
stimulan bagi pedagang
- Mobil digunakan hanya pada saat
darurat
- Pedagang cukup banyak

Ketidakpastian cuaca
Sumber air
Tidak bisa mengatur salinitas air

Air tidak tersedia sepanjang tahun

53

Jenis Retribusi

Pemakaian Gedung
Pertunjukan Taman Budaya

Bidang Pendapatan Daerah


Sewa Ruang dan Sewa Lahan
untuk Penitipan KBM di
KPPD Kabupaten
Gunungkidul
Sewa Ruang dan Sewa Lahan
untuk Penitipan KBM di
KPPD Kabupaten Kulon
Progo
Sewa Ruang dan Sewa Lahan
untuk Penitipan KBM di
KPPD Kabupaten Sleman

Sewa Ruang dan Sewa Lahan


untuk Penitipan KBM di
KPPD Kabupaten Bantul

Faktor

Peluang
- Melakukan kerjasama dengan
biro travel, pihak luar Jawa,
dan media massa
- E-kios dari Direktorat
Permuseuman, Dirjen
Purbakala, Depdiknas
- Pemeliharaan secara rutin
- Penataan lingkungan seperti
pengelolaan parkir, taman
- Penambahan prasarana seperti
wisma seni, studio seni dll
- Kemudahan akses/jalan menuju
Taman Budaya

Jumlah kendaraan bermotor


semakin banyak
Lokasi cukup strategis

Pelebaran lahan KBM /membuka


lahan baru

Penyewa adalah warga sekitar


sehingga dapat membuka
lapangan kerja serta menjaga
keamanan

Hambatan

- Biaya retribusi lebih murah jika


menggunakan genzet
- Belum ada papan informasi yang
menginformasikan lokasi gedunggedung di Taman Budaya
- Belum ada papan informasi yang
menampung informasi tentang
kegiatan Taman Budaya per bulan
- Kualitas SDM kurang memadai
- Pada bulan puasa kegiatan
kesenian cenderung berkurang
- Jadwal yang berbenturan antar
calon pengguna gedung
- Harga sewa lahan parkir tidak
bisa maksimal
- Lokasi kantor masih taraf
perbaikan/renovasi
- Bangunan tidak dapat diperluas
- Persaingan relatif ketat (terutama
di sekitar KPPD)
- Jam kerja terbatas
- Lokasi kurang memadai
- Dengan bertambahnya wajib
pajak yang datang dengan sepeda
motor akan berdampak pada
peningkatan pembayaran pajak
lahan KBM
- Banyak lahan pakir di luar areal
yang ditetapkan
- Space parkir sempit
- Tahun 2008 harus ada panduan
penentuan dan penyusunan target
penerimaan pajak dan retribusi
(teori dan prakteknya)

54

Jenis Retribusi
Sewa Ruang dan Sewa Lahan
untuk Penitipan KBM di
KPPD Kota Yogyakarta

Peluang
Banyaknya permintaan

SewaTanah dan Bangunan


Aset Pemda DIY yang
Belum Dikelola oleh
Instansi
Eks Rumah Dinas Jl. Podang - Permintaan jumlah yang akan
4 Depok (dikelola oleh BPKD
disewa cukup banyak
Prov. DIY)
- Ada perbaikan dan renovasi
aset

Eks Rumah Dinas di Jl. AM


Sangaji (disewa oleh Yayasan
Wira Husada)
Eks. Rumah Dinas Jl.
Munggur Gondokusuman
(disewa oleh PT. OPSINDO)
Eks. Gudang Pangan Jl. Abu
Bakar Ali (disewa CV.
Kusuma)
Tanah dan Bangunan Eks.
Panti Karya (disewa STIKES
Wira Husada)
Tanah Sri Mulyo Piyungan
Bantul
Tanah dan Bangunan Eks.
Dinas Perindustrian,
Malangan (disewa Yayasan
YAB)
Tanah Eks. Pabrik Sabut
Pengasih Kulon Progo
(disewa oleh PT. Formula
Land)

- Lokasi strategis
- Fasilitas cukup lengkap
- Lokasi strategis
- Fasilitas lengkap
- Suasana nyaman
- Tempat luas
- Aman
Adanya perubahan perda
Ada perubahan perda
Ada penambahan gedung

Keamanan terjamin

Faktor

Hambatan
- Pembangunan atau penataan
ruang kurang teratur
- Tidak difungsikannya ruang
kosong

- Aturan sewa maksimal hanya 5


tahun (bagi penyewa hal ini
merugikan karena investasinya
belum kembali)
- Proses pengajuan hingga
persetujuan memerlukan waktu
yang relatif lama
- Perbaikan aset kurang optimal
Harga terlalu mahal
- Letak bangunan agak masuk ke
dalam sehingga tidak bias jadi
kantor utama
- Bangunan agak tua
- Lokasi kurang strategis
- Bangunan sudah tua
- Sarana dan prasarana kurang
- Jangka waktu MOU belum bisa
dalam jangka panjang
- Adanya bencana alam
Belum dimanfaatkan
- Fasilitas kurang memenuhi syarat
- Bangunan relatif kecil
- Lokasi kurang strategis
- Lingkungan kurang aman
- Burung Walet belum berproduksi
secara optimal
- Lokasi usaha dipinggir jalan
sehingga dapat mengganggu
ketenangan Burung Walet

55

Jenis Retribusi
Tanah milik Pemda di
Sentolo (disewa oleh PT.
Amarta Karya Persero)

Peluang
Lokasi usaha strategis

LIK Maguwoharjo

Peningkatan sosialisasi

Sebagian Bangunan Eks.


Diparda Barat Laut (disewa
oleh BMT. Beringharjo)

Letaknya strategis

Faktor

Sebagian Bangunan Eks.


Letaknya strategis
Diparda Bawah Utara (disewa
oleh PT. PNM)
Sebagian Bangunan Eks.
Diparda Bawah Selatan
(disewa oleh BPD DIY Cab.
Malioboro)
Tanah Bekas OG.No 16
Sumber Mulyo Bambang
Lipuro, Bantul (disewa
Kelurahan Sumber Mulyo)
Bidang Pemukiman dan
Prasarana Wilayah
Pemanfaatan air Permukaan
untuk Usaha Komersial di
Balai PSDA Sermo

Bidang Umum
Pemakaian Gedung Wana
Bhakti Yasa

Letaknya strategis

Kondisi ekonomi masyarakat


yang semakin membaik sehingga
cukup potensial

Hambatan
- Luas lahan tidak mungkin
ditambah karena terhalang
pemukiman penduduk
- Pembayaran PPN berdasarkan
proyek yang dikerjakan
- Pembayaran sewa kadang
terlambat
- Setelah Gempa 2006, LIK
dikelola sendiri oleh
Disperindagkop
- Biaya sewa naik 100% tetapi
fasilitas tetap
- Fasilitas umum tidak mudah
dijangkau
- Lokasi berada di atas (tidak
mudah dijangkau oleh nasabah
secara langsung)
- Ada penataan ulang lahan parkir
di depan gedung
- Belum ada perbaikan gedung
pasca gempa
- Tanggung jawab antarbidang
belum jelas
- Gedung dan fasilitas yang ada
belum diperbaiki
Masalah internal kelurahan Sumber
Mulyo dengan pemborong

- Sumber air dimanfaatkan oleh


PDAM Kulonprogo
- Lokasi gedung berdekatan
dengan objek wisata Waduk
Sermo

- Belum ada peraturan yang


memberi kewenangan untuk
mengenakan tarif
- Kewenangan pengelolaan belum
jelas

- Lokasi gedung cukup strategis


- Area gedung dan parkir cukup
memadai untuk kegiatan
komersial

- Pemanfaatan gedung oleh


masyarakat kurang optimal
- Pemasaran kurang optimal
- Tata letak ruang dan aksesorisnya
kurang menarik

56

Jenis Retribusi
Kantor Perwakilan Pemda
DIY di Jakarta
Pemakaian Mess Pem.Prov.
DIY di Jl. Pedati, Jaktim
Pemakaian Mess Pem.Prov.
DIY di Jl. Diponegoro,
Menteng, Jakpus
Penyewaan Bangunan dan
Gerai di Anjungan DIY TMII
Bidang Pendidikan
Sewa Kamar di Gedung
BLPT
Bidang Pariwisata
Penerimaan Bagi Hasil
Tempat Penitipan Kendaraan
Bermotor di Taman Wisata
Ratu Boko
Sewa Ruang TIC

Bidang Perpustakaan
Daerah
Pendayaan Aset di
Perpustakaan Daerah

Bidang Pendidikan dan


Pelatihan
Pendayaan Aset Diklat di
Badan Diklat

Peluang
- Lokasi strategis
- Kegiatan Pemda
Prov/Kota/Kabupaten
- Lokasi strategis
- Akses mudah
- Lokasi strategis
- Kegiatan Pemda
Prov/Kota/Kabupaten
Fasilitas lengkap dan kapasitas
cukup memadai

Faktor

Hambatan

- Persaingan dengan hotel-hotel


lain
- Aturan yang kurang tegas/jelas
- Persaingan dengan hotel-hotel
lain
- Aturan yang kurang tegas/jelas
- Persaingan dengan hotel-hotel
lain
- Aturan yang kurang tegas/jelas
- Fasilitas kurang memadai
- Fasilitas pendukung kurang
(laundry, dll)
- Penghuni asrama yang tidak
tertib

- Ada tempat parkir lain (bukan


milik Taman Wisata)
- Akses jalan ke candi kurang
memadai
- Negosiasi harga/tarif dengan
- Lokasi usaha belum disewakan
pihak penyewa
secara penuh
- Menawarkan ke berbagai pihak - Letak usaha kurang strategis
melalui pertemuan-pertemuan
Ada perbaikan akses jalan

- Sistem komputerisasi
- Penambahan koleksi buku

- Penambahan koleksi buku belum


maksimal
- Sistem layanan dilakukan secara
manual
- Buku yang tersedia sebagian besar
lama/kuno

Lembaga yang terakreditasi

- Tidak ada jalur


transportasi/angkutan umum yang
melewati Badan Diklat
- Sarana transportasi belum ada
- Persaingan dengan lembaga
sejenis

57

Jenis Retribusi
Bidang Perhubungan
Sewa Tempat Pemasangan
Iklan di Shelter dan Sewa
Kapal (Dinas Perhubungan)

Peluang

Faktor

- Sosialisasi kepada masyarakat


- Pembangunan shelter-shelter
baru terkait dengan program
reformasi angkutan perkotaan

Hambatan

- Tergantung pada keberhasilan


pelaksanaan program buy the
service atau reformasi angkutan
perkotaan
- Implementasi peraturan tentang
angkutan perkotaan kurang
optimal

4.2.2. Pasar Grosir dan/atau Pertokoan


Jenis Retribusi
Lelang Hasil Hutan

Faktor

Peluang
- Jumlah pemintaan masyarakat
- Kondisi perekonomian

Hambatan
- Perizinan
- Informasi
- Peraturan/perundangundangan yang berlaku
- Jarak/akses dengan KPH

4.2.3. Produksi Usaha Daerah


Jenis Retribusi
Penjualan Bibit Palawija di
UPTD BP2APTP Unit Gading

Peluang
Produksi jagung cukup bagus
dan harganya masih bisa
ditingkatkan

Faktor

Penjualan Bibit Padi di UPTD


BP2APTP Unit Gesikan

- Serangan hama dan


penyakit relatif sedikit
- Pengairan cukup

Penjualan Bibit Padi dan


Palawija UPTD BP2APTP
Wijilan Nanggulan

- Menjadi pusat acuan petani


dalam menanam padi
- Kenaikan tarif berdampak
besar pada tingkat
keuntungan

Hambatan
- Kesuburan tanah rendah
- Satu tahun hanya bisa tanam
satu kali dan pemasaran hasil
tergantung proyek
- Produktivitas kedelai rendah
- Adanya perubahan musim
sehingga musim tanam juga
berubah
- Pengendalian hama dan
penyakit kurang optimal
- Ketersediaan air pada musim
kemarau sangat terbatas
- Ketersediaan air kurang
memadai
- Lahan yang tersedia cukup
keras
- Kemiringan tanah tidak merata
di seluruh areal
- Jumlah karyawan kurang
58

Jenis Retribusi
Penjualan Bibit Padi dan
Palawija di UPTD BP2APTP
Unit Wonocatur
Penjualan Bibit Hortikultura di
UPTD BP2APH Ngipiksari

Penjualan Bibit Tanaman


Hortikultura UPTD BP2APH
Tambak

Faktor

Peluang
- Faktor pupuk
- Faktor musim
- Faktor kesuburan tanah
- Faktor air yang terbatas
- Kualitas bibit bagus dan
varietas lokal cukup
diminati konsumen
- Kemauan petani untuk
bercocok tanam cukup
tinggi
- Produk unggulan antara lain
benih cabe, tomat kaliurang
dan pisang kultur jaringan
Lahan cukup luas

Penjualan Hasil Ternak di


BPMBPT Sumedang

Penyuluhan kepada
masyarakat

Retribusi Hasil Ternak di


UPTD Balai Diagnostik
Kehewanan Distan Prov. DIY
Retribusi Hasil Hutan di Balai
Pengolahan Hasil Hutan

Produksi dan produktifitas


ternak

Penjualan Bibit Tanaman


Hutan dan Perkebunan di
BP3KP

Beberapa komoditi masih


sedikit pemainnya

Masih dimungkinkan
menambah pabrik pengolahan
baru atau merevitalisasi
pabrik yang sudah ada

Hambatan
- Mesin-mesin pertanian berusia
relatif tua
- Pengairan
- Hama dan penyakit
- Harga benih produk unggulan
sesuai dengan perda
- Belum banyak yang mengenal
unit BP2APH
- Semakin menyempitnya lahan
pertanian
- Pelaku usaha untuk beberapa
jenis tanaman seperti tanaman
hias dan anggrek relatif banyak
- Belum ada pengairan/irigasi
- Keamanan kurang
- Induk tanaman kurang
- Fasilitas kantor kurang
- Kurangnya tenaga ahli baik
dalam operasional di lapangan
maupun di BPMBPT
- Sosialisasi kepada masyarakat
belum optimal
- Penyediaan pakan ternak pada
musim kemarau
- Kesehatan ternak
- Pencairan anggaran dari
pemerintah sering terlambat
- Kondisi peralatan pabrik sudah
tua sehingga biaya operasional
menjadi tinggi
- Harga lebih tinggi
dibandingkan harga pasar
- Pemasaran bisa optimal hanya
pada bulan Desember sampai
Februari
- Pemasaran tergantung musim
- Program pemerintah dengan
membagi bibit gratis ditambah
ongkos tanam dapat
mempersulit pemasaran
- Pembelian tergantung musim
terutama musim hujan

59

Jenis Retribusi
Penjualan Hasil Perikanan
BAL Sundak

Peluang
Penambahan kapal dan
peralatan

Penjualan Hasil Perikanan


BAT Cangkringan

- Perbaikan kualitas ikan


- Promosi gemar makan ikan

Penjualan Hasil Perikanan


BAT Samas

- Permintaan cukup tinggi


(misalnya udang galah)
- Pembuatan bak untuk
peningkatan produksi ikan

Penjualan Hasil Perikanan


BAT Sendangsari

- Perbaikan sistem tanggul


- Mampu melakukan
pembenihan/ pemeliharaan
- Hasil penjualan biasanya
sudah dipesan pihak
konsumen

Penjualan Hasil Perikanan BBI Perbaikan kolam untuk


Perikanan Bejiharjo
mempercepat dan
meningkatkan pembibitan
ikan hias

Faktor

Hambatan
- Kapal-kapal tidak berfungsi
dengan baik
- Jumlah nelayan relatif sedikit
- Kondisi surut air akan
menghalangi kapal untuk
melaut
- Ketersediaan air tergantung
pada musim
- Persepsi bahwa ikan cenderung
amis dan menyebabkan elergi
- Harga pakan ikan cukup mahal
- Kondisi alam yang berbeda
dapat menyebabkan benih ikan
mati
- Dana untuk pembibitan kurang
mencukupi
- Ketersediaan air tidak
mencukupi
- SDM tenaga ahli tidak ada
- Proses pengangkutan relatif
sulit, memerlukan oksigen
murni/fiber glass
- Tidak ada pembenih lain
- Laboratorium yang berfungsi
untuk menanggulangi penyakit
ikan tidak tersedia
- Kolam induk terbatas
- Sistem pengairan kurang
optimal
- Proses penjualan relatif sulit
- Pihak pasar kurang aktif
terhadap perkembangan ikan
hias
- Pada musim kemarau sumber
air Waduk Sermo ditutup
- Sarana transportasi kurang
memadai
- Tranportasi relatif sulit
- Pada musim kemarau air tidak
berfungsi dengan baik
- Ketersediaan air kurang

60

Jenis Retribusi
Diskanla Unit Budidaya Air
Payau DIY

Faktor

Peluang
- Ada kerjasama dengan
perguruan tinggi
- Keamanan terjamin

Diskanla Prov. DIY

Lokasi ditukar dengan daerah


yang mempunyai akses air
lebih mudah

Penjualan Alat Guna dan Jasa


Perbengkelan di BPTTG
Yogyakarta

Perkembangan UKM di
Provinsi DIY cukup bagus

4.3.

Hambatan
- Tidak bisa mengatur salinitas
(tinggi rendahnya) air
- Ketersediaan sumber air kurang
memadai
- Ketidakpastian cuaca
- Air tidak tersedia sepanjang
tahun karena kondisi geografis
- Lokasi tidak potensial lagi
karena kesulitan sumber air
- Kurangnya SDM khususnya
tenaga-tenaga perekayasa
mesin
- Berkembangnya industri
rekayasa di DIY

RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

4.3.1. Bidang Sosial


Jenis Retribusi
Rekomendasi Izin Undian
Gratis Berhadiah

Peluang
Semakin meningkatnya
persaingan bisnis

Faktor

Hambatan
- Dasar hukum penyelenggaraan
undian masih mengacu
pemerintah pusat
- Menurunnya tingkat
keuntungan penyelenggara

4.3.2. Izin Trayek


Jenis Retribusi
Izin Trayek

Peluang
Penertiban kembali
angkutan umum illegal

Faktor

Hambatan
- Tunggakan pembayaran izin dari
pengusaha angkutan
- Kebijakan sistem pembayaran
perizinan secara tunai
- Kesadaran mengurus izin dari
para pengusaha angkutan masih
rendah
- Kondisi perekonomian
- Daya beli masyarakat rendah
61

4.3.3. Izin Dispensasi Kelebihan Muatan


Jenis Retribusi
Izin Dispensasi Kelebihan
Muatan

Peluang
- Tergantung dari
muatan
dari
operator kendaraan
- Tergantung dari
muatan
dari
angkutan

Faktor

Hambatan
jumlah Banyaknya operator
tiap-tiap kendaraan yang belum
mengetahui lokasi keberadaan
jumlah tempat penimbangan muatan
operator

62

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1.

KESIMPULAN

1. Terjadinya perubahan klasifikasi jenis retribusi (yang berdampak pada perubahan


akun dalam laporan keuangan) di tahun 2007, menyebabkan pengamatan terhadap
setiap jenis/item retribusi menjadi tidak rinci. Perubahan klasifikasi jenis retribusi
masih kurang jelas.
2. Kinerja beberapa jenis retribusi mengalami penurunan karena perubahan
peraturan dari Pemerintah Pusat.
3. Beberapa unit kerja yang ditargetkan untuk perolehan retribusi sebenarnya tidak
layak untuk dipungut.
4. Terjadi ketidaksesuaian antara Perda dengan pelaksanaan di lapangan, baik unit
kerja pemungut retribusi, objek retribusi dan basis retribusi serta tarif retribusi.
5. Potensi penerimaan retribusi dan lain-lain PAD yang sah Provinsi DIY masih
dapat ditingkatkan dengan menyesuaikan tarif Perda dengan harga pasar.
6. Target penerimaan retribusi dan lain-lain PAD Provinsi DIY tahun 2008 pada
umumnya lebih kecil dari nilai potensinya.
7. Hambatan pemungutan retribusi yang jamak ditemukan di lapangan adalah
anggaran yang terbatas, sistem pengawasan yang kurang optimal, sarana dan
prasarana yang kurang baik serta SDM yang kurang profesional.
8. Di beberapa unit retribusi terjadi ketidakjelasan pembagian tanggung jawab dan
wewenang antara pemerintah provinsi dan pusat.
9. Pengelolaan beberapa kekayaan daerah tidak efisien karena kekayaan daerah
dikelola oleh masing-masing dinas.

63

5.2.

REKOMENDASI
1. Perlu kajian ulang mengenai pengklasifikasian jenis retribusi untuk unit-unit
tertentu misalkan anjungan TMII.
2. Jenis retribusi yang dianggap rendah potensinya perlu ditinjau lagi kelayakannya,
seperti kasus SLB-C Giwangan.
3. Harus dilakukan sosialisasi dan promosi yang aktif untuk unit retribusi yang
dianggap berpotensi besar.
4. Bagi unit kerja yang dalam penentuan tarif retribusinya harus selalu
menyesuaikan dengan harga pasar perlu dilakukan perubahan status kelembagaan
(misalkan menjadi BLUD).
5. Perlu pembenahan tampilan, pelayanan, fasilitas dan keamanan agar lebih
kompetitif.
6. Peningkatan akses transportasi yang mudah dan murah untuk melayani pengguna
jasa.
7. Optimalisasi pemanfaatan kekayaan daerah dengan melakukan penilaian
penggunaan aset yang paling bermanfaat (Highest and Best Uses).
8. Peningkatan kemitraaan dengan pihak swasta dalam pengelolaan kekayaan
daerah.
9. Terkait dengan kurangnya SDM yang profesional, maka perlu pelatihan atau
pendidikan yang relevan dengan dinas terkait.

10. Perlu ketegasan dan kejelasan siapa yang bertanggung jawab dan berwenang atas
pungutan di unit retribusi tertentu, sehingga tidak terjadi tumpang tindih
kewenangan. Misalnya: Waduk Sermo, kepemilikan berada di pemerintah pusat,
tapi tarif retribusi dan sharing pusat dengan provinsi belum jelas.
11. Penyatuan manajemen kekayaan daerah, misalnya pengelolaan wisma-wisma di
Kaliurang.
12. Revaluasi aset-aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
13. Penyesuaian tarif Perda dengan harga pasar yang berlaku.

64

DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia Yogyakarta (2007). Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah
Istimewa Yogyakarta Triwulan III.
Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 53 Tahun 2004 tentang Tarif
Retribusi Jasa Umum
Pemprov DIY. (2002). Target dan Realisasi Pendapatan Daerah.
_______ (2003). Target dan Realisasi Pendapatan Daerah.
_______ (2004). Target dan Realisasi Pendapatan Daerah.
_______ (2005). Target dan Realisasi Pendapatan Daerah.
_______ (2006). Target dan Realisasi Pendapatan Daerah.
_______ (2007). Target dan Realisasi Pendapatan Daerah.
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 2 Tahun 2003 tentang
Retribusi Jasa Umum
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 8 Tahun 2005 tentang
Retribusi Perzinan Tertentu
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 9 Tahun 2005 tentang
Retribusi Jasa Usaha

65

LAMPIRAN
DAFTAR SAMPEL
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Lembaga
Asrama Buruh Ledok Code (Dintranker Prov.
DIY)
Badan Diklat Gunung Sempu
Badan Pariwisata Daerah
BAL Sundak
Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta
Balai Pengolahan Hasil Hutan
Balai PSDA Sermo
Balai Sekolah Luar Biasa Bagian (SLB-C)
Bapelkes
BAT Cangkringan
BAT Samas
BAT Sendangsari
BAT Wonocatur
BBI Perikanan Bejiharjo
BIK Kaliurang
BIP Srihargono
Biro Umum Sekretariat Prov. DIY

Alamat
Jl. Lingkar Utara Maguwoharjo, Depok, Sleman
Gunung Sempu, Kasihan, Bantul
Jl. Malioboro No 56, Yogyakarta
Sidoarjo Tepus, Gunung Kidul
JL. Ireda No 38, Yogyakarta
Ngadinegaran MJ III/ 62, Yogyakarta
Perum Purwomartani, Jl. Yudistira No 13, Kalasan, Sleman
Jl. Moch. Dawam No. 20 Wates, Kulon Progo
Giwangan, Yogyakarta
Jl. Solo Km 12, Yogyakarta
Dusun Cangkringan, Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman
Samas Arigaling Sanden, Bantul
Sendangsari Pengasih, Kulon Progo
UKA BAT, Wonocatur, Bantul
Bejiharjo Karangmojo, Gunung Kidul
Kaliurang, Hargobinangun, Pakem, Sleman
Kaliurang, Hargobinangun, Pakem, Sleman
-

Telp
(0274) 885147
(0274) 417704
(0274) 587486
(0274) 7429464
(0274) 7157538
(0274) 774792
(0274) 7401525
(0274) 7818155
(0274) 7813126
(0274) 895199
(0274) 895879
-

66

No.
19
20
21
22
23

Lembaga
BLK Prov. DIY
BLKM
BLPT Prov. DIY
BMT Beringharjo
BP3KP

Alamat
Jl. Kyai Mojo No.5, Yogyakarta
Jl. Godean Km 1
Jl. Kyai Mojo No. 70, Tegalrejo, Yogyakarta
Jl. Malioboro No 14, Yogyakarta
Bunder, Gading,Playen, Gunung Kidul

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

BP4 DI Panjaitan
BPD DIY Cab. Malioboro
BPKB Sorowajan
BPKD Provinsi DIY
BPMBPT Sumedang
BPPK Prov. DIY
BPPO
BPTTG Yogyakarta
CV.Kusuma
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Dinas Perhubungan Provinsi DIY
Dinas Pertanian Provinsi DIY
Dinas Sosial Provinsi DIY
Diskanla Prov. DIY
Diskanla Unit Budidaya Air Payau DIY
Disperindagkop
Kaperda DIY Jakarta
Kaperda DIY Jakarta Anjungan TMII

Jl. DI Panjaitan, Yogyakarta


Jl. Malioboro No 14, Yogyakarta
Sorowajan Baru, Banguntapan, Bantul
Jl. Tentara Pelajar No. 13, Yogyakarta
Jl. Merpati No 81, Sidoarum, Godean
Jl. Tentara Pelajar No. 27, Yogyakarta
Kanoman 223, Banguntapan, Bantul
Jl.A.M.Sangaji 41, Yogyakarta
Jl.Sosrowijayan No.37, Yogyakarta
Kaliurang Timur, Hargobinangun, Sleman
Jl. Babarsari No. 30, Sleman
Jl. Gondosuli No 6 Yk
Jl. Janti Banguntapan, Bantul
Jl. Janti No. 354, Banguntapan, Bantul
Pasir Mendit Jangkaran Temon, Kulon Progo
Jl. Janti, Yogyakarta
Jl. Diponegoro No 52, Menteng, Jakarta Pusat
TMII, Jakarta

Telp
(0274) 512619
(0274) 513036
(0274) 541750
(0274) 411281 /
(0274) 37694
(0274) 555238
(0274) 484367
(0274) 512479
(0274) 798869
(0274) 7482079
(0274) 7477317
(0274) 561933
(0274) 485775
(0274) 588 639
(0274) 514932
(0274) 7813126
-

67

No.
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54

Lembaga
Kelurahan Sumbermulyo
Kimpraswil Prov. DIY
KKPD Kabupaten Sleman
KPPD Kabupaten Bantul
KPPD Kabupaten Gunung Kidul
KPPD Kabupaten Kulon Progo
KPPD Kota Yogyakarta
LIK Maguwoharjo
Mess Erlangga
Mess Kaliurang
Mess Pedati
Panti Sosial Bina Netra
Panti Sosial Bina Remaja

Alamat
Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul
Bumijo, Yogyakarta
Jl.Bayangkara, Sleman
Badegan 25, Bantul
Jl. KH. Dewantoro, Wonosari, Gunung Kidul
Jl. Bayangkara,Wates, Kulon Progo
Jl. Tentara Pelajar, Yogyakarta
Jl. Rajawali Blok 3 Sidoarum, Godean
Kaliurang Timur, Hargobinangun, Pakem, Sleman
Kaliurang Barat, RT 08 Rw 19 Hargobinangun, Pakem, Sleman
Jl. Pedati No. 116, Kampung Melayu, Jakarta Timur
Jl. Parangtritis,Km 5, Sewon, Bantul
Tridadi Beran, Sleman

55
56
57
58
59
60
61
62
63

Pemda Bantul
Perpustakaan Daerah
PSAA Unit Bimomartani
PSAA Unit Budhi Bakti
PSTW Abiyoso
PSTW Budi Luhur Kasongan
PT. Amarta Karya (Persero)
PT. Formula Land
PT. PNM
PT. Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan

Jl W.R. Monginsidi Komplek Parasamya, Bantul


Jl. Tentara Rakyat Mataram 4, Yogyakarta
Banjarharjo, Minomartani, Ngemplak, Sleman
Baturetno, Banguntapan, Bantul
Diro, RT 58, Pendowo Harjo, Sewon, Bantul
Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul
Jl. Raya Wates KM. 15, Sentolo, Kulon Progo
Jl. Dr. Sutomo No. 66, Yogyakarta
Jl. Malioboro 14, Yogyakarta

64

Jl. Prambanan - Piyungan, Km 2

Telp
(0274) 589091
(0274) 867963
(0274) 367483
(0274) 773166
(0274) 562963
(0274) 7490378
(0274) 374885(0274) 868545
(0274) 367509415/ 743
(0274) 588219
(0274) 895237
(0274) 370531
(0274) 7403101
(0274) 524520
(0274) 543714
-

68

No.
65
66

Lembaga
PT.Opsindo (Akuntan Publik Kumalahadi)
RS. Grhasia

67
68
69

STIKES Wirahusada
Taman Wisata Ratu Boko
Toko Besi Nusantara
Unit Angkutan Jalan Raya, Dinas Perhubungan
Prov. DIY
Unit Pengendalian Muatan Barang, Dinas
Perhubungan Prov. DIY
UPTD Balai Diagnostik Kehewanan Distan
Prov. DIY
UPTD BP2APH Ngipiksari
UPTD BP2APH Tambak
UPTD BP2APTP Gading
UPTD BP2APTP Unit Panggang
UPTD BP2APTP Unit Wonocatur
UPTD BP2APTP Wijilan Nanggulan
UPTD BP2ATP Unit Gesikan
UPTD BP2BPT Wonocatur
UPTD Museum Negeri Sonobudoyo
UPTD Taman Budaya Dinas Kebudayaan
Yayasan Wira Husada
Yayasan YAB

70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

Alamat

Jl. Babarsari No. 30, Sleman

Telp
(0274) 484365
(0274) 868409405 (1233)
(0274) 7494390
(0274) 485775 /
(0274) 6552827

Jl. Babarsari No. 30, Sleman

(0274) 485775

Jl.Arimbi No.4, Sokowaten


Sempu, Rw 10 RT 02, Pakem, Sleman
Jl Parangtritis Km 5, Yogyakarta
Taman Martani, Kalasan, Sleman
Jogoyudan JT III/770 RT 42/10

Sumberagung, Jetis, Bantul


Jl. Kaliurang Km 23, Ngipiksari, Pakem, Sleman
Tambak, Triharjo, Wates, Kulon Progo
Gading, Playen, Gunung Kidul
Panggang, Gunung Kidul
Jl Janti, Wonocatur, Banguntapan, Bantul
Wijilan, Wijimulyo, Nanggulan, Kulon Progo
Gesikan , Wijirejo, Pandak , Bantul, Yk
Jl. Janti JEC, Wonocatur, Yogyakarta
Jl. Trikora 5, Yogyakarta
Jl. Sriwedari 1, Gondomanan, Yogyakarta
Jl.Nandan Sariharjo 73, Sleman
Malangan, Yogyakarta

(0274) 7102133
(0274) 773844
(0274) 3902040
(0274) 3902040
(0274) 517004
(0274) 7101535
(0274) 7104458
(0274) 561492
(0274) 385664
(0274) 561914
(0274) 513176
(0274) 710291

69

Anda mungkin juga menyukai