Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Besi di alam ditemukan dalam bentuk senyawa hematit ( Fe 2O3 ) dan
magnetit (Fe3O4). Selain berikatan dengan oksigen membentuk oksida besi, besi
juga tercampur dengan pengotor- pengotor seperti sulfur, posfor dan lain- lain.
Sewaktu dilebur pengotor - pengotor tersebut terpisah dari besi membentuk terak,
untuk mengikat dan menghasilkan terak diperlukan batu kapur ( CaCO3 ) selain itu
juga digunakan untuk menjaga kebasaan furnace.
Pengolahan

bijih

akan

menghasilkan

limbah

yang

mempunyai

karakteristik tergantung pada jenis bijih dan metoda pengolahannya. Penanganan


dan penempatan limbah tersebut dalam rangka merehabilitasi/reklamasi
lingkungan pasca tambang mempertimbangkan karakteristik kimia dan fisika
limbah.
Pengolahan metalurgi bertujuan untuk mengisolasi logam dari konsentrat
bijih dengan metode pirometalurgi, hidrometalurgi atau elektrometalurgi baik
dilakukan sebagai proses tunggal maupun kombinasi. Proses pirometalurgi seperti
roasting (pembakaran) dan smelting menyebabkan terjadinya gas buang ke
atmosfir (sebagai contoh: sulfur dioksida, partikulat dan logam berat) dan slag.
Dalam proses pirometalurgi bijih mengalami suatu proses yang dinamakan
proses Pra olahan. Tujuan dari proses ini adalah mengubah senyawa logam
menjadi bentuk senyawa lain yang lebih sesuai untuk proses berikutnya. Proses
Pra olahan dilakukan pada temperatur tinggi sebelum mencapai titik leleh. Pada
proses ini bijih mengalami dua perubahan baik perubahan bentuk ataupun
perubahan sifat.
Ada beberapa macam proses pada Pra Olahan, yaitu:
1. Drying, proses penghilangan kandungan air atau moisture pada bijih dan
terjadi pada temperatur yang tidak terlalu tinggi.

2. Kalsinasi, proses penghilangan kandungan air kristal pada suatu bijih,


temperatur yang digunakan dalam proses ini lebih tinggi dari pada
proses drying tapi tidak melebihi temperatur leleh.
3. Roasting, proses pemanggangan senyawa sulfida menjadi senyawa
oksida.
4. Aglomerasi, proses penggumpalan dari material halus menjadi lebih
besar ukurannya, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Nodulizing
b. Sintering
c. Peletizing
d. Bricket
Batu kapur tidak dapat langsung bereaksi dengan terak di furnace,
sehingga harus diubah menjadi oksida (CaO), dengan jalan dipanggang. Di alam
batu kapur berikatan dengan air secara kimia (CaCO3. nH2O) sehingga harus
dihilangkan, karena selain tidak diperlukan juga memerlukan energi besar untuk
memisahkannya sehingga dalam proses peleburan besi memerlukan cost yang
lebih besar. Proses penghilangan air kristal tersebut dinamakan kalsinasi.
1.1 Tujuan percobaan
Adapun tujuan percobaan kalsinasi ini adalah untuk mempelajari pengaruh
variasi bentuk geometri pada reaksi.
1.1 Batasan Masalah
Aadapun batasan masalah pada percobaan ini dimana bahan yang
digunakan adalah batu kapur. Variabel terikat pada percobaan ini adalah besarnya
temperatur pada tube furnace untuk mengeringkan batu kapur. Variabel bebas
pada percobaan ini adalah bentuk geometri dari pembentukan batu kapur yang
akan digunakan.

1.4.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari enam bab. BAB I

menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah,


sistematika penulisan. BAB II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi
mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan oleh praktikan. BAB III
menjelaskan mengenai metode penelitian yang praktikan lakukan. BAB IV
menjelaskan mengenai data percobaan, dan pembahasan dari data yang telah
diperoleh BAB V menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan. Selain itu
juga di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan,
jawaban pertanyaan dan tugas serta terdapat juga blangko percobaaan.

Anda mungkin juga menyukai