SEISMIK REFRAKSI
2.1 Pengertian
Seismik refraksi adalah salah satu metode geofisika eksplorasi yang
menggunakan sifat pembiasan gelombang seismik untuk mempelajari keadaan
bawah permukaan. Asumsi dasar yang digunakan menggunakan pendekatan
bahwa batas batas perlapisan batuan merupakan bidang datar dan miring, terdiri
dari satu lapis atau banyak lapis, serta kecepatan seismik bersifat seragam pada
setiap lapisan. Seismik refraksi banyak digunakan untuk menentukan struktur
bawah permukaan dengan kedalaman yang dangkal atau mendekati permukaan.
2.2 Sejarah
Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh
Robert Mallet yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi
instrumentasi. Mallet mengukur waktu transmisi gelombang seismik, yang dikenal
sebagai gelombang permukaan, yang dibangkitkan oleh sebuah ledakan. Mallet
meletakkan sebuah wadah kecil berisi merkuri pada beberapa jarak dari sumber
ledakan dan mencatat waktu yang diperlukan oleh merkuri untuk beriak.
Pada tahun 1909, Andrija Mohorovicic menggunakan waktu jalar dari
sumber gempa bumi untuk eksperimennya dan menemukan bidang batas antara
mantel dan kerak bumi yang sekarang disebut sebagai Moho. Pemakaian awal
observasi seismik untuk eksplorasi minyak dan mineral dimulai pada tahun
1920an. Teknik seismik refraksi digunakan di Iran untuk membatasi struktur yang
mengandung minyak. Sekarang seismik refleksi merupakan metode terbaik yang
digunakan dalam eksplorasi minyak bumi.
2.3 Tinjauan Pustaka
Metode seismik refraksi (seismik bias) merupakan salah satu metode yang
banyak digunakan untuk menentukan struktur geologi bawah permukaan. Metode
seismik bias menghasilkan data yang bila digunakan bersama-sama dengan data
geologi dan perhitungan dengan konsep fisika dapat menampilkan informasi
tentang struktur bawah permukaan dan distribusi tipe batuan. Metode seismik
refraksi merupakan metode yang umum digunakan dalam bidang geoteknik
seperti perencanaan pendirian bangunan, jalan, pabrik, bendungan, dan lain lain.
Hampir semua data seismik direkam secara digital. Karena output dari
hidropon sangat lemah dan output amplitude decay dalam waktu yang sangat
singkat, maka sinyal ini harus diperkuat. Amplifier bisa juga dilengkapi dengan
filter untuk meredam frekuensi yang tidak diinginkan.
Gambar 3. Cara kerja Geophone yang merupakan alat dalam metode seismik refraksi
dalam lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh regu loader yang dipimpin oleh
seorang shooter yang telah mempunyai pengetahuan keamanan yang berhubungan
dengan bahan peledak dan telah memiliki lisensi tertulis dari migas.
2.6 Metode Pengambilan Data
2.7 Metode Pengolahan Data
2.8 Hasil dan Interpretasi
BAB III
SEISMIK REFLEKSI
3.1 Pengertian
Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengobservasi objek bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
pemantulan gelombang elastik yang dihasilkan dari sumber seismk. Sumber
gelombang seismik dapat berupa dinamit dan vibroseis untuk survey yang
dilakukan di darat dan di air gun jika survey seismik dilakukan di laut.
Gelombang seismik yang dihasilkan kemudian akan direkam oleh alat perekam
berupa geophone untuk survey darat dan hydrophone untuk survey yang
dilakukan di air.
3.2 Sejarah
Pada tahun 1912, para ahli geologi mulai melakukan pemetaan singkapan
untuk pemboran. Kemudian pada tahun 1920, para ahli geologi memulai metode
explorasi bawah permukaan, paleontologi terutama mikropaleontologi digunakan
untuk mencari korelasi lapisan beberapa sumur Pada tahun 1921, metode
pemboran putar (rotary-drilling) pertama kali di lapangan minyak Spindletop di
Texas. Pada awal tahun 20-an cara ini merupakan metode utama pemboran sumur
yang menjangkau 1500-2000 meter dibawah permukaan bumi.
Perkembangan paling penting dalam pencarian minyak bumi adalah
ditemukannya berbagai Metode Geofisika, yang oleh industry minyak Amerika
mulai dipergunakan pada pertengahan tahun duapuluhan. Metode yang pertama
kali adalah metode seismik refraksi yang dikembangkan oleh beberapa ahli
jerman pada tahun 1923 du New Mexico untuk memetakan suatu patahan (zona
patahan), tanpa memberikan hasil. Setelah dilakukan perbaikan berhasillah
mereka melokalisir suatu kubah garam yang pertama di daerah Gulf-Coast pada
tahun 1924. Setelah itu ditemukan juga banyak kubah lainnya dalam waktu yang
sangat pendek.
Eksperimen seismik pertama kali dilakukan oleh Robert Mallet pada tahun
1845, sehingga di di juluki sebagai Bapak Seismologi. Dia mengukur waktu
transmisi gelombang seismik berupa gelombang permukaan yang dibangkitkan
dari ledakan. Penerapan untuk eksplorasi minyak dilaksanakan di tahun 1920an,
sedangkan demonstrasinya di Oklahoma tahun 1921. Dalam perkembangannya,
dikenal dua jenis seismik, yaitu seismik pantul (reflection) dan seismik bias
(refraction). Pada waktu 1929 metode seismik refleksi dikembangkan oleh para
ahli Amerika. Ternyata kedalaman tegak yang dapat dijangkau dengan cara ini
dapat mencapai ribuan kaki. Penggunaan cara ini memberikan hasil yang sangat
menakjubkan.
3.3 Tinjauan Pustaka
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika aktif yang
memanfaatkan sumber seismik buatan (dapat berupa ledakan, pukulan, dll).
Setelah gelombang buatan tersebut diberikan, maka gelombang tersebut akan
merambat melalui medium tanah/batuan di bawah permukaan, dimana perambatan
gelombang tersebut akan memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan
mengalami pemantulan maupun pembiasan sebagai akibat dari adanya perbedaan
kecepatan ketika melalui pelapisan medium yang berbeda. Pada jarak tertentu di
permukaan, gerakan partikel tersebut direkam sebagai fungsi waktu. Berdasarkan
data rekaman tersebut selanjutnya dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur
bawah permukaan.
Bumi sebagai medium rambat gelombang seismik tersusun dari perlapisan
batuan yang memiliki sifat fisis yang berbeda-beda, terutama sifat fisis densitas
batuan () dan cepat rambat gelombang (v). Sifat fisis tersebut adalah sifat fisis
yang mempengaruhi refleksivitas seismik. Dengan berdasar konsep tersebut
sehingga dapat dilakukan perkiraan bentuk lapisan/struktur bawah permukaan.
Penerapan konsepnya kemudian disebut sebagai Impedansi Akustik, dimana
sebagai karekteristik akustik suatu batuan dan merupakan perkalian antara
densitas dan cepat rambat gelombang pada medium, yang dinyatakan sebagai :
Apabila terdapat dua lapisan batuan yang saling berbatasan dan memiliki
perbedaan nilai impedansi akustik, maka refleksi gelombang seismik dapat terjadi
pada bidang batas antara kedua lapisan tersebut. Besar nilai refleksi yang terjadi
kemudian dinyatakan sebagai Koefisien Refleksi :
Kelemahan :
Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan sangat besar
jikadiinginkan data yang baik
Perolehan data sangat mahal baik akuisisi dan logistik dibandingkan
dengan metodegeofisika lainnya.
Reduksi dan prosesing membutuhkan banyak waktu, membutuhkan
komputer mahaldan ahli-ahli yang banyak.
Peralatan yang diperlukan dalam akuisisi umumnya lebih mahal dari
metode geofisikalainnya.
3.5 Isntrument
3.6 Metode Pengambilan Data
3.7 Metode Pengolahan Data
3.8 Hasil dan Interpretasi
https://geohazard009.wordpress.com/2015/02/16/metode-seismik-refleksi/
BAB IV
GEOLISTRIK
4.1 Pengertian
Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki
keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan.
Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain. tahanan jenis (specific
Bhattacharya P.K. dan Patra H.P. pada tahun 1968, Rijkkswaterstaat, The
Netherland pada tahun 1975, dan Zohdy A.A.R. pada tahun 1975. Selebihnya
perkembangan dalam penafsiran lengkungan tahanan jenis dengan pembuatan
perangkat lunak dari melakukan matching curve sampai perangkat lunak Vespc,
Resint 53, Grivel, Resix, dan IP2Win.
4.3 Tinjauan Pustaka
Metoda geolistrik menempati tempat yang unik pada klasifikasi geolistrik.
Metode metode ekpslorasi geolistrik sangat beragam, ada metode yang dapat
dimasukkan dalam kategori dinamis, akan tetapi ada juga yang dapat dimasukkan
kedalam kategori statis. Salah satu keunikan lain dari metode geolistrik adalah
terpecah pecah menjadi bermacam-macam mazhab (aliran atau school) yang
berbeda satu dengan yang lain.
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger
pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk
mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah
dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai
tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah
Elektroda Arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu.
Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa
menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan
tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah
diukur dengan penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah
Elektroda Tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak
elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka
tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan
informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih
besar. Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh
arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila
digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran
arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.
ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif
atau seperti perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki derajat yang
berbeda dalam menghantarkan arus listrik.
Metode Geolistrik Polarisasi Terimbas (IP/ Induce Polarization Method)
Pada prinsipnya dilakukan dengan cara memutuskan arus listrik yang di
injeksikan ke dalam permungkaan bumi. Selanjutnya tampak bahwa beda
potensial antara kedua elektroda tidak lansung menunjukan angka nol saat arus
tersebut di putuskan. turun secara perlahan lahan dalam selang waktu tertentu.
Sebaliknya apabila arus dihidupkan maka beda potensial akan kembali pada posisi
semula dalam waktu yang sama.
Gelaja polarisai terimabs dalam batuan termineralisasikan terutama
ditentukan reaksi Elektrokimia pada bidang batas antar mineral2 logam dan
larutan dalam batuan. gejala Ip dapat dilakukan dengan mengalirkan arus
terkontrol melalui bahan yangakan diselidiki. Pengukuran respon IP dapat
dilakukan dengan cara :
A. Pengukuran domain waktu, pengukuran polarisasi terimbas dengan
domain waktu yaitu dengan cara mengalirkan pulsa arus listrik berbentuk
persegi panjang kedalam tanah. Untuk mengukur derajat terpolarisasi
suatu bahan pada suatu waktu di definisikan chargeability.
B. Pengukuran domain frekuensi, untuk mempolarisasikan suatu bahan
dengan arus listrik imbas ke sutau tingkat tertentu dibutuhkan waktu
tertentu tergantung jenis bahannya. Karena frekunsi berbanding terbalik
dengan waktu. maka perbedaan respon tegangan dengan pemberian arus
listrik dengan frekuensi yang berbeda juga mencerminkan sifat polarisasi
suatu bahan tertentu.ini merupakan dasar dalam pengukuran frekuensi.
Metode Geolistrik Potensial Diri (SP/ Self Potential Method)
Metode Self potential (SP) adalah metode pasif, karena pengukurannya
dilakukan tanpa menginjeksikan arus listrik lewat permukaan tanah, perbedaan
potensial alami tanah diukur melalui dua titik dipermukaan tanah. Potensial yang
dapat diukur berkisar antar beberapa millivolt (mV) hingga 1 volt.
Self potensial adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang
diakibatkan oleh adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang di
kontrol oleh air tanah. Proses mekanis akan menghasilkan potensial elektrokinetik
sedangkan proses kimia akan menimbulkan potensial elektrokimia (potensial
liquid-junction, potensial nernst) dan potensial mineralisasi.
Komponen rekaman data potensial diri yang diperoleh dari lapangan
merupakan gabungan dari tiga komponen dengan panjang gelombang yang
berbeda, yaitu efek topografi (TE), SP noise (SPN) dan SP sisa (SPR). Metode
potensial diri (SP) merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya
adalah mengukur tegangan statis alam (static natural voltage) yang berada di
kelompok titik titik di permukaan tanah. Potensial diri umumnya berhubungan
dengan perlapisan tubuh mineral sulfida (weathering of sulphide mineral body),
perubahan dalam sifat-sifat batuan (kandungan mineral) pada daerah kontak kontak geologi, aktifitas bioelektrik dari material organik, korosi, perbedaan suhu
dan tekanan dalam fluida di bawah permukaan dan fenomena-fenomena alam
lainnya.
Prinsip dasar dari metode potensial diri adalah pengukuran tegangan statis
alam (static natural voltage) pada permukaan tanah. Orang yang pertama kali
menggunakan metode ini adalah untuk menentukan daerah yang mengandung
mineral logam.
4.4 Kelebihan dan Kekurangan
Adapun kelebihan dari metode geolistrik ialah :
Harga peralatan murah
Biaya survei relatif murah
Peralatan relatif kecil dan ringan
Waktu yang dibutuhkan relatif cepat, bisa mendapatkan 6 - 7 titik dalam
sehari
Sedangkan kekurangan dari metode geolistrik ialah :
Tidak efektif untuk pemakaian di kawasan karst
Untuk mendeteksi air tidak bisa diketahui berapa jumlah volume (debit)
pasti air tersebut
Tidak bisa membedakan air mengalir dan yang statis
Tidak bisa menjangkau wilayah yang dalam karena jankauannya berkisar
1000-1500 kaki dibawah permukaan bumi.
4.5 Instrument
Spesifikasi Alat:
Pemancar (Transmitter) :
A. Catu daya (power supply) 12/24 Volt, minimal 6 AH;
B. Daya (power output), 200 watt untuk catu daya 12 volt dan 300 watt untuk
catu daya 24 volt
C. Tegangan keluar (output voltage), 350 volt maksimal untuk catu daya 12
volt dan 400 volt untuk catu daya 24 volt.
D. Arus keluar (output curent), 200 mA, ketelitian arus 1 mA.
Penerima (Receiver) :
A. Sistem pembacaan digital 9 volt;
B. Fasilitas: current loop indicator;
C. Impedansi masukan (Input impedence) 10 M-ohm;
D. Batas ukur pembacaan (Range) : 0,1 mVolt 500 volt.
E. Accurancy : 0,1 mVolt
F. Kompensator : Kasar 10X putar, Halus 1X putar.
G. System pembacaan : Digital (Auto range).
H. Catu daya digital : 3 volt
I. Fasilitas : Hold / save memory
J. Berat alat : 10 kg
Spesifikasi Alat :
Output
A. Otomatis Injeksi
B. Maksimum aliran
C. Kekuatan
D. Jarak gelombang
E. Arus ketelitian
Input
A. Impedance
B. Voltage
C. Proteksi Voltage
D. Pengukuran Voltage
General
A. Daya tamping
B. Serial RS232
C. Berat
D. Ukuran
E. Kekuatan
elektroda phorouspot agar memperoleh kontak yang baik antara elektroda dan
lapisan tanah.
Metode Mise-a-la-masse merupakan salah satu metode geofisika yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai zona-zona yang potensial bagi
pengembangan lapangan panas bumi Mataloko dengan cara mencitra secara
langsung bagian-bagian yang konduktif dari reservoir.
Metode Gravity dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan
berdasarkan perbedaan rapat masa cebakan mineral dari daerah sekeliling
(r=gram/cm3). Metode ini adalah metode geofisika yang sensitive
terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini disukai untuk
mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi, endapan sungai
purba, lubang di dalam masa batuan, shaff terpendam dan lain-lain.
Eksplorasi biasanya dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan penampang.
Perpisahan anomali akibat rapat masa dari kedalaman berbeda dilakukan
dengan menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di pasaran
sekarang didapat alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi ( mgal ),
dengan demikian anomali kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode
penguluran data, harus dilakukan dengan sangat teliti untuk mendapatkan
hasil yang akurat. Metode gravity merupakan metode geofisika yang
didasarkan pada pengukuran variasi medan gravitasi bumi. Pengukuran ini
dapat dilakukan dipermukaan bumi, dikapal maupun diudara. Dalam
metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi
rapat massa batuan dibawah permukaan, sehingga dalam pelaksanaanya
yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari satu titik observasi
terhadap titik observasi lainnya. Karena perbedaan medan gravitasi ini
relatif kecil maka alat yang digunakan harus mempunyai ketelitian yang
tinggi.
Gravitimeter La Coste Romberg, metode ini umumnya digunakan dalam
eksplorasi minyak untuk menemukan struktur yang merupakan jebakan
minyak (oil trap), dan dikenal sebagai metode awal saat akan melakukan
eksplorasi daerah yang berpotensi hidrokarbon. Disamping itu metode ini
juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lain-lain. Meskipun
dapat dioperasikan dalam berbagai macam hal tetapi pada prinsipnya
metode ini dipilih karena kemampuannya dalam membedakan rapat massa
suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur
bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah
permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik
itu minyak maupun mineral lainnya. Eksplorasi metode ini dilakukan
dalam bentuk kisi atau lintasan penampang. Dalam metode ini penelitian
dapat digolongkan menjadi 3 tahap, tahap ini umum digunakan juga pada
metode geofisika yang lainnya. Antara lain adalah Akuisisi Data,
Prosesing Data, dan Interpretasi. Dalam hal ini kita akan coba bahas
beberapa point dalam proses akuisisi data. Akuisisi data ini adalah proses
pengambilan data di lapangan. Dalam proses ini dibagi menjadi beberapa
tahap yang harus dilakukan. Mulai dari mengatahui informasi dari daerah
yang akan diukur dan persiapan alatnya.
Gambar 10. Macam Tipe Auxiliary Graph ( Ebert Charts) (Patra, H.P dan Nath, S.K.,
1999).
Gambar 11. Rangkain Teori Master Curves (Patra, H.P dan Nath, S.K., 1999)
IPI2win merupakan sebuah software yang didesain untuk mengolah data vertical
elektric sounding dan atau induced polarization secara otomatis dan semi otomatis
dengan berbagai macam variasi dari konfigurasi rentangan yang umum dikenal
dalam pendugaan geolistrik (Asisten Geofisika, 2006). IPI2win digunakan untuk
memecahkan masalahmasalah geologi sesuai dengan kuva pendugaan yang
dihasilkan. Dengan target mendapatkan hasil yang dapat diinterpretasikan secara
geologi merupakan keunggulan IPI2win daripada program-program inversi
lainnya. Beberapa keuntungan yang utama dari software IPI2win adalah
penafsiran manual dan berubah parameter model pada metode yang berbeda,
seperti gambar 8 (a,b dan c).
merupakan daerah sedimen atau daerah vulkanik ataupun daerah yang telah
mengalami proses metamorfosa. Umumnya akuifer pada daerah vulkanik
mempunyai harga true resistivity yang lebih besar daripada daerah dengan batuan
sedimen. Komparasi Hasil Geolistrik Metode Schlumberger dengan Analisis Log
berdasarkan Sunaryo, dkk, (2003), penentuan lapisan akuifer dengan geolistrik
metode tahanan jenis untuk mengetahui kondisi bawah permukaan selalu
menghasilkan sifat ambigouitas yang besarnya relatif bervariasi antara metode
yang satu dengan lainnya. Akuisisi data geolistrik resistivitas pada penelitian ini
digunakan konfigurasi Wenner - Schlumberger dengan konfigurasi potensial
elektrode dan elektrode arus berjalan untuk mendapatkan variasi kearah
kedalaman (sounding). Namun demikian variasi kearah lateral dapat diperoleh
dengan menghubungkan antara titiktitik sounding dengan proses interpolasi.
Penentuan lapisan akuifer dengan geolistrik metode tahanan jenis dilakukan pada
titik pendugaan di daerah Awang, konfigurasi elektroda dengan metode
Schlumberger, RMS ( Root Mean square) : 0.1669%, deskripsi penyelidikan
penentuan akuifer terdiri dari: tahanan jenis semu lapisan (m), kedalaman
lapisan (m), jarak elektroda (m) : AB/2, tahanan jenis semu (m).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan matching curve model inversi
untuk pendekatan harga resistivitas antara kurva lapangan dan kurva teori yang
paling cocok. Hasil pengolahan untuk ketiga titik ukur adalah seperti pada tabel 1
dan gambar 9.
Terdapat banyak interpretasi yang telah diusulkan, akan tetapi secara garis
besar dapat dibedakan menjadi interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif.
Interpretasi kualitatif meliputi pengenalan tipe-tipe kurva lapangan, pembuatan
penampang menurut tahanan jenisnya, dan pembuatan peta iso-tahanan jenis
semu. Dengan menggunakan metode kualitatif dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran umum perlapisan yang diharapkan untuk membantu interpretasi
kuantitatifnya. Metode interpretasi kuantitatif terbagi menjadi dua, metode
langsung dengan menggunakan komputer, dan metode tak langsung dengan
menggunakan kurva induk (standar) dan kurva kurva bantu yang telah dibuat
sebelumnya.
A. Metode Interpretasi Kualitatif
Model bumi homogen
Apabila bumi merupakan suatu medium homogen isotropis, maka tahanan jenis
semu yang didapatkan dari pengukuran akan merupakan harga tahanan jenis yang
sebenarnya. Tetapi bumi bukan medium yanng homogen isotropis, sehingga kurva
lapangan yang didapatkan akan mempunyai variasi sesuai dengan variasi tahanan
jenis yang ada di bawah titik pendugaan.
Model bumi dua lapis
Untuk model bumi dua lapis, dijuampai adanya dua kasus, yaitu: 2 1> dan 2
< yang masing-masing mempunyai kurva lapangan yang berbeda-beda.
Tahanan jenis semu untuk lapisan pertama ditunjukkan oleh kurva sebelah kiri,
sedangkan tahanan jenis semu untuk lapisan kedua ditunjukkan oleh kurva
sebelah kanan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada spasi elektroda arus yang kecil bila dibandingkan dengan ketebalan
lapisan, jangkauan distribusi arusnya hanya pada lapisan pertama saja,
sehingga seolah-olah yang diukur hanya lapisan pertama saja.
Semakin besar elektroda arus, maka semakin besar pula jangkauan
distribusi arusnya. Karena tahanan jenis lapisan kedua lebih besar daripada
tahanan jenis lapisan pertama, maka pada kurva akan menunjukkan pola
monoton naik. Apabila spasi elektroda arusnya lebih besar daripada
ketebalan lapisan pertama, maka kurva yang didapatkan akan mendekati
asimtotik. Harga ini merupakan harga tahanan jenis lapisan kedua.
Gambar 16. Kurva lapangan model bumi tiga lapis tipe-H, tipe-Q, tipe-A, dan tipe-K
Kurva-kurva di atas diperoleh dari hasil pengeplotan harga tahanan jenis semu
terhadap setengah jarak antara kedua elektroda arusnya yang digambarkan pada
kertas grafik logaritma ganda.
BAB V
GAYA BERAT
5.1 Pengertian
Gaya berat adalah salah satu metode dalam geofisika. Metode gaya berat
dipilih dalam penelitian ini karena aplikasi utama metode ini adalah study geologi
regional bawah permukssn (area lebih dari 100 km2), sehingga diharapkan dapat
menggambarkan struktur geologi bawah permukaan yang lebih baik dibandingkan
metode geofisika lainnya. Prinsip metode ini berdasarkan pada anomali gayaberat
yang muncul karena adanya variasi rapatmassa batuan yang menggambarkan
adanya struktur geologi di bawah permukaan bumi. Adanya variasi rapatmassa
batuan di suatu tempat dengan tempat lain, akan menimbulkan medan gaya
gravitasi yang tidak merata, perbedaan inilah yang terukur di permukaan bumi.
Perbedaan medan gayaberat yang relatif kecil maka diperlukan alat ukur yang
mempunyai ketelitian yang cukup tinggi.
5.2 Sejarah
Hukum dasar gayaberat dinyatakan oleh Newton pada tahun 1687 (Roger
Burger, 1992) yang dikenal sebagai hukum Gravitasi Newton. Hukum ini
menyatakan bahwa gaya tarik antara 2 massa adalah sebanding dengan massanya
dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya. Dalam koordinat
Cartesius gaya antara partikel bermassa m terletak pada titik pusat Q = (x,y,z)
dan partikel bermassa mo pada titik P = (x,y,z).
Pada masa ini pula, Newton meletakkan dasar-dasar ilmu yang kini dikenal
sebagai kalkulus. Ia juga menelurkan teori-teori luar biasa lain, namun selalu
membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum mempublikasikan temuannya.
Misalnya teori optic, dimana Newton menemukan bahwa cahaya putih merupakan
spectrum dari berbagai warna. Ia sempat membiarkan saja teori itu terpendam
selama tiga tahun sebelum mengumumkannya. Kebiasaan ini kadang membuat
Newton bertengkar dan saling adu klaim atas sebuah teori dengan akademisi lain.
Salah satu pertengkaranya yang paling tersohor adalah dengan Gottfried Leibniz
terkait siapa yang pertama kali menciptakan kalkulus.
Salah satu eksperimen rahasia Newton, yang baru diketahui setelah
kematianya, adalah mengenai alkimia. Jika anda bukan pembaca novel fantasi,
alkimia adalah kepercayaan akan keberadaannya satu bahan kimia ajaib berupa
batu yang dapat mengubah besi apapun menjadi emas. Selain itu, studi alkimia
juga kerap ditujukan untuk membuat elixir of life atau ramuan kehidupan abadi.
Newton tampil di depan public layaknya akademisi terhormat pada
umumnya. Hanya teori-teori aman yang ia publikasikan, dan salah satu yang
terkenal tentu tiga hukum gerak Newton yang hingga kini menjadi teori mekanika
klasik. Ketiga hukum gerak ini dirangkum dalam buku Philosophiae Naturalis
Principia Mathematica atau yang lebih dikenal dengan Principia Mathematica,
yang pertama kali diterbitkan pada 5 Juli 1687. Edmund Halley sahabatnya,
adalah orang yang membujuk Newton untuk menerbitkan buku tiga volume ini.
Bahkan, Halley turut membiayai penerbitan buku yang lantas menjadi maha karya
dalam sejarah Matematika dan Fisika ini. Selain menjadi ilmuwan terpandang,
Newton juga sempat menjabat di parlemen mewakili Cambridge University.
Namun entah mengapa, selama setahun masa tugasnya, ia konon diam seribu
bahasa. Hanya satu kalimat yang pernah terdengar dari mulutnya selama berdinas
di gedung parlemen, yakni ketika ia menyuruh seorang rekan kerjanya menutup
jendela.
Pada 1702, Newton dipercaya untuk menduduki kursi presiden di The Royal
Society, komunitas bergengsi yang beranggotakan sejumlah ilmuwan dan
cendekia paling terkemuka. Meski kerap mengundang permusuhan di kalangan
akademisi, karier Newton terus melaju hingga dia mendapatkan gelar
kebangsawanan oleh kerajaan Inggris. Walaupun karirnya cermerlang dan
sosoknya dipandang hormat oleh masyarakat, Newton punya banyak musuh yang
jengkel kepadanya, terutama dari sesame ilmuwan. Ia pernah berseloroh bahwa
Plato dan Aristoteles adalah kawanku, tapi sahabat sejatiku hanyalah kebenaran .
Temperamen dan mental Newton kerap labil. Ia kerap jatuh dan depresi atau
marah tanpa alas an yang jelas. Setelah muncul bukti tentang percobaan kimia
rahasia yang ia lakukan, sejumlah ilmuwan berteori bahwa sifat aneh Newton di
akibatkan oleh keracunan merkuri. Uniknya, keponakan-keponakan Newton justru
memandang sang ilmuwan sebagai paman yang lembut dan baik hati. Newton
sendiri tidak pernah menikah, dan di usia lanjut, ia tinggal bersama sang
keponakannya. Hubungan mereka begitu dekat, sampai-sampai dengan senang
hati keponakanya mengurusi pesta-pesta yang digelar sang paman yang esentrik.
Penting untuk diperhatikan bahwa, walaupun perbedaan massa antara
partikel sangat besar (kasus bumi-apel), tetapi mereka melakukan proses tarik
menarik dengan gaya yang sama besar, walaupun Hukum Newton III tentang
gerak menafsirkan bahwa benda yang memiliki massa paling kecil akan
mengalami percepatan yang lebih besar kearah benda yang massanya lebih besar.
Inilah sebabnya mengapa benda yang lebih ringan (apel) jatuh ke benda yang
massanya lebih besar (bumi). Sebetulnya yang terjadi adalah bumi juga sedang
bergerak jatuh menuju apel tetapi dengan percepatan yang sangat kecil. Newton
menganggap Gaya Inilah yang bekerja mengatur benda-benda alam semesta,
sehingga sering disebut dengan Hukum Gravitasi Universal. Nantikan tulisan
kami selanjutnya, tentang Gravitasi Menurut Albert Einstein yang memandang
gravitasi dengan cara yang berbeda.
5.3 Tinjauan Pustaka
Metode gaya berat adalah suatu metode eksplorasi yang digunakan untuk
mengukur variasi medan gravitasi bumi akibat adanya perbedaan densitas antara
batuan. Dalam prakteknya, metode ini mempelajari perbedaan medan gravitasi
dari satu titik terhadap titik observasi lainnya, sehingga sumber yang merupakan
suatu zona massa dibawah permukaan bumi akan menyebabkan gangguan pada
medan gravitasi. Gangguan medan gravitasi ini disebut sebagai anomaly gravity.
Medan gaya tarik bumi (gravitasi) bersifat konservatif artinya usaha yang
dilakukan sebuah massa dalam suatu medan gravitasi tidak bergantung pada
lintasan yang ditempuhnya, namun hanya bergantung pada titik akhirnya saja. Jika
suatu benda yang pada akhirnya kembali pada posisi awalnya, energi yang
dikeluarkannya adalah nol. Bentuk gaya gravitasi adalah vektor yang mengarah
sepanjang garis yang menghubungkan dua pusat massa. Medan konservatif
kemungkinan berasal dari sebuah fungsi potensial skalar U(x,y,z) disebut dengan
Newtonian atau potensial 3D.
Potensial dan percepatan gravitasi pada sebuah titik yang paling luar dapat
diperoleh dengan membagi massa kedalam elemen kecil (dm) dan
menjumlahkannya untuk mendapatkan pengaruh totalnya. Potensial untuk elemen
massa dm di titik (x, y, z) dengan jarak r dari P (0, 0, 0) adalah dU = G dm/r = G
dx dy dz/r (2.9) dimana (x, y, z) adalah rapat massa, dan r = x + y + z.
Satuan percepatan gravitasi dalam sistem MKS adalah m/s2 dan dalam sistem
CGS adalah cm/s2. Pengukuran percepatan gravitasi pertama dilakukan oleh
Galileo dalam eksperimennya di Pisa Italia, sehingga untuk menghormati Galileo
satuan percepatan gravitasi didefinisikan sebagai berikut : 1 mGal = Gal = cm/s.
Satuan anomali gaya gravitasi dalam kegiatan eksplorasi diberikan dalam orde
mGal dikarenakan perubahan antar titik yang sangat kecil.
Metode gayaberat adalah salah satu metoda dalam geofisika. Prinsip metode
ini berdasarkan kepada anomali gayaberat yang muncul karena adanya variasi
rapat massa batuan yang menggambarkan adanya struktur geologi di bawah
permukaan bumi. Adanya variasi rapat massa batuan di suatu tempat dengan
tempat lain, akan menimbulkan medan gaya gravitasi yang tidak merata,
perbedaan inilah yang terukur di permukaan bumi. Metode ini dipilih karena
kemampuannya dalam membedakan rapat massa suatu material terhadap
lingkungan sekitarnya, sehingga gambaran struktur bawah permukaan dapat
diketahui. Metode gayaberat ini juga merupakan metode utama yang digunakan
dalam study geologi regional bawah permukaan bumi (area lebih dari 100 km2),
sehingga diharapkan gambaran struktur geologi bawah permukaan yang diperoleh
lebih baik dibandingkan metode geofisika lainnya.
Pada dasarnya nilai anomali gayaberat adalah selisih antara nilai percepatan
gravitasi bumi pada kondisi bumi yang sebenarnya dengan nilai percepatan
gravitasi bumi pada kondisi teoritik bumi. Pada kondisi bumi yang sebenarnya
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi nilai percepatan gravitasi bumi seperti
efek rotasi bumi, variasi topografi bumi, dan variasi densitas (rapatmassa) secara
lateral maupun vertikal. Sedangkan percepatan gravitasi bumi secara teoritik
mengasumsikan bahwa bumi berbentuk sferoid dan massa bumi homogen. Nilai
percepatan gravitasi bumi di permukaan bumi dipengaruhi oleh lima faktor yaitu:
1. Lintang
2. Ketinggian
3. Topografi di sekitar titik pengukuran
4. Interaksi bumi dengan matahari dan bulan (pasang-surut)
5. Variasi rapat massa batuan di bawah permukaan bumi
Faktor variasi rapatmassa batuan di bawah pemukaan bumi adalah
satusatunya faktor yang signifikan dalam eksplorasi gayaberat dan pada umumnya
memiliki nilai yang sangat kecil dibandingkan keempat faktor lainnya. Nilai
anomali yang dibutuhkan dalam eksplorasi gayaberat adalah anomali akibat
variasi rapatmassa di bawah permukaan sehingga diperoleh gambaran struktur
bawah permukaan seperti halnya patahan. Dilakukan koreksi-koreksi gayaberat
untuk mereduksi anomali akibat faktor-faktor yang lain.
Koreksi pasang surut bumi dimaksudkan untuk menghilangkan perbedaan
pembacaan yang disebabkan oleh pengaruh jarak dari matahari dan bulan pada
setiap saat. Pengaruh jarak matahari dan bulan ini akan berpengaruh terhadap
pembacaan pada alat gravimeter. Bagian bumi padat juga mengalami pasang surut
yang menyebabkan turunnya permukaan bumi secara periodik yang juga
menyebabkan perubahan harga gravitasi pengukuran. Perubahan harga gravitasi
pengukuran ini diakibatkan karena adanya perubahan jarak pengukuran ke pusat
bumi. Koreksi pasang surut bumi dimaksudkan untuk menghilangkan efek
perubahan nilai gaya berat akibat gaya tarik bulan dan matahari. Alat gravimeter
sangat sensitif terhadap perubahan harga gravitasi yang disebabkan oleh pasang
surut bumi yang besarnya tergantung pada posisi lintang dan waktu, perubahan itu
besarnya 0.3 mgal. Dengan TiC = koreksi pasang surut, p = sudut zenith bulan,
q = sudut zenith matahari, M = massa bulan, S = Massa matahari, d = jarak antara
pusat bumi-bulan, D = jarak antara pusat Bumi-matahari. Hasil ini kemudian
Gambar 19. Jarak matahari dan bulan setiap saat (Longman, I.M, 1959)
Pengukuran yang dilakukan diatas mean sea level akan menyebabkan
bertambahnya jarak dari titik pengamat ke pusat bumi, perubahan tersebut
menyebabkan harga g akan semakin kecil sehingga harus dilakukan koreksi
terhadap pembacaan alat.
Pengaruh topografi permukaan yang relatif kasar dengan perbedaan elevasi
yang besar, seperti halnya gunung dan bukit di sekitar titik pengukuran yang dapat
mengurangi besarnya medan gaya berat sebenarnya dapat dihilangkan dengan
koreksi ini. Koreksi medan ini digunakan untuk menghilangkan pengaruh efek
massa di sekitar titik pengamatan. Koreksi medan (topografi) adalah koreksi
pengaruh topografi terhadap gayaberat pada titik amat.
Pemodelan 2D ini dibutuhkan dalam interpretasi kuantitatif. Interpretasi
pemodelan 2D bertujuan untuk menggambarkan distribusi rapatmassa bawah
permukaan dan geometris benda dibawah permukaan berdasarkan kontras
rapatmassa lateral. Pada penelitian ini digunakan pemodelan kedepan (forward
modelling), menggunakan software Gmsys yang berdasarkan pada metode
poligon Talwani 2D karena bentuk geometris polygon menggambarkan kontras
rapatmassa semua benda, sedangkan bentuk geometris lainnya seperti sphere,
horizontal cylinder, dan lain lain digunakan untuk model pendekatan benda
sederhana.
Gambar 20. Efek benda bentuk poligon anomali gravitai menurut Talwani
Gravimeter tipe LaCoste & Romberg termasuk ke dalam tipe zero length spring
Gravimeter tersebut. Mempunyai skala pembacaan dari 0-7000 mGal, dengan
ketelitian 0.01 mGal. Gravimeter ini dalam penggunaanya memerlukan suhu yang
tetap. Pengukuran perbedaan percepatan gravitasi bisa dilakukan dengan
mengukur dua tempat yang berbeda dengan alat yang sama. Prinsip gravimeter ini
terdiri dari suatu beban pada ujung batang, yang ditahan oleh zero length spring
yang berfungsi sebagai pegas utama. Besarnya perubahan gaya tarik bumi akan
menyebabkan kedudukan beban dan pengamatan. Hal tersebut dilakukan dengan
peraturan kembali beban pada kedudukan semula. Perubahan kedudukan yang
dialami ujung batang disebabkan karena adanya goncangan-goncangan, selain
karena adanya variasi gayatarik bumi. Ujung batang yang lain dipasang shock
eliminating spring untuk menghilangkan efek goncangan.
Gradiometer ialah sebuah perangkat atau set perangkat yang mengukur nilai
sebuah lapangan di setidaknya dua titik yang berbeda dalam ruang pada saat yang
sama. gradien adalah perbedaan nilai bidang per satuan jarak antara sensor.
Dengan mengukur gradien medan's (yaitu, turunan pertama atau tingkat
perubahan dengan jarak), total bidang itu sendiri dapat dihitung dengan berbagai
tingkat akurasi. Untuk bidang potensial, arah pengukuran relatif terhadap bumi
adalah penting. Apakah gradien yang sedang diukur horizontal, vertikal, dan
dalam kasus magnet, apa orientasi relatif terhadap medan magnet bumi? Bahkan
dengan kesulitan-kesulitan ini mungkin, hanya mengukur gradien memiliki
keuntungan dari menghilangkan sinyal non-geologi lapangan, seperti ketika
mengukur gravitasi, yang diperkenalkan oleh percepatan normal pesawat survei.
5.6 Metode Pengambilan Data
Proses pengambilan data dimulai dengan pencatatan nilai skala pembacaan
gaya berat pada titik base station yang mana letaknya di Bandung, tepatnya di titik
DG0. Titik tersebut sebagai titik ikat tingkat I dari titik pengamatan selanjutnya.
Sedangkan untuk letak titik ikat tingkat II adalah di UNS. Titik ikat tingkat II
inilah yang digunakan untuk looping harian. Looping harian adalah pengmbilan
data dengan cara dimulai dari titik ikat dan diakhiri di titik tersebut pada hari itu
juga. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan pengaruh drift dari gravitymeter.
Nilai yang digunakan pada titik ikat tingkat II merupakan nilai yang sudah
diikatkan terlebih dulu ke titik ikat tingkat I. Setelah pencatatan nilai skala
pembacaan gaya berat di titik base station, pencatatan di titik UNS sebagai titik
ikat tingkat II. Pada titik tersebut dimulai looping harian. Selanjutnya pencatatan
nilai skala pembacaan gaya berat tiap titik pada 24 titik daerah penelitian.
Variabel yang di catat adalah skala pembacaan gaya berat pada gavitymeter,
waktu pembacaan, koordinat lokasi pembacaan, serta ketinggian lokasinya.
Setelah pengambilan data pada semua titik penelitian kemudian kembali ke titik
UNS untuk akhir dari looping harian. Setelah semua data pada titik penelitian
dicatat, baik pada titik stasiun n maupun pada titik ikat tingkat II, maka dilakukan
pencatatan akhir pada titik DG0.
Hasil ekstrapolasi nilai gravitasi dari beberapa daerah sampel tersebut
berupa profil sebagai berikut: Harga densitas yang diambil adalah harga densitas
untuk gafik gravitasi yang terkorelasi mnimum dengan profil topografi, baik
korelasi positif maupun korelasi negatif. Dapat dilihat pada grafik dari Wirun
sampai Bakalan Nampak bahwa ada pola naik atau positif dan turun atau negatif.
Pada grafik dari Bakalan ke Kayuapak, Kayuapak ke Lalung, serta dari
Pundungrejo ke Keragilan tampak bahwa untuk semua harga densitas batuan
membentuk pola yang sama. Hal ini dikarenakan data ketinggian yang diperoleh
dari hasil pengukuran kurang sesuai dengan data ketinggian di peta topografi.
Faktor ketinggian lokasi pengukuran sangat penting dalam reduksi data gravitasi.
Sehingga hasil ekstrapolasi dari nilai gravitasi yang diperoleh menunjukkan pola
yang sama.
Gambar 22. Profil gravitasi untuk berbagai harga densitas pada metode Gravitasi
Untuk beberapa harga densitas mengikuti pola naik atau pun turun. Namun untuk
grafik nilai gravitasi dengan harga densitas 2,5 gr/cm3 diperkirakan mempunyai
korelasi paling minimum terhadap pola naik maupun turun. Oleh karena itu
densitas 2,5 gr/cm3 dipakai sebagai harga densitas rata-rata batuan di daerah
penelitian ini. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung koreksi Bouguer.
5.7 Metode Pengolahan Data
Setelah diperoleh data penelitian, selanjutnya data tersebut diolah sesuai
dengan urutan pada gambar 3.1. Pengolahan data awal yang dilakukan adalah
konversi nilai skala gravitymeter ke miligal. Hal ini dilakukan karena data yang
diperoleh dari penelitian masih berupa nilai skala gravitymeter. Nilai gravitasi
yang telah dikonversi merupakan hasil pengukuran variasi gaya berat dari titik
pengukuran satu ke titik pengukuran lain dan tidak mengukur gaya berat mutlak
pada suatu titik ukur. Selanjutnya adalah mereduksi nilai gravitasi terukur. Hal ini
dilakukan karena hasil pengukuran di lapangan masih terpengaruh kondisi
geologis daerah penelititan. Reduksi yang dilakukan adalah koreksi pasang surut,
koreksi tinggi alat, koreksi drift, koreksi gravitasi normal, koreksi udara bebas,
koreksi bouguer, koreksi medan.
1. Koreksi pasang surut. Koreksi ini dikarenakan adanya pengaruh gaya tarik
bumi oleh massa bulan dan matahari pada saat pengukuran.
2. Koreksi tinggi alat. Koreksi ini dilakukan karena nilai gravitasi yang
didapat dari pengukuran merupakan nilai di atas permukaan, seharusnya
nilai tersebut merupakan nilai tepat di permukaan tanah.
3. Koreksi drift. Gravitymeter yang sangat peka terhadap goncangan
menyebabkan pergeseran pembacaan pada alat. Oleh karena itu perlu
adanya koreksi terhadap pergeseran tersebut dan besarnya sebagai fungsi
waktu.
4. Koreksi gravitasi normal. Jari- jari bumi di tiap tempat memiliki nilai yang
berbeda-beda karena bentuk bumi yang tidak bulat sempurna. Hal ini
menyebabkan nilai gravitasi yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu
memungkinkan untuk menghitung nilai gravitasi secara teoritis
berdasarkan letak lintangnya.
5. Koreksi udara bebas. Bumi dianggap bulat sempurna yang dibatasi oleh
bidang speroida acuan, hanya memperhitungkan perbedaan ketinggian
terhadap speroida acuan dengan mengabaikan massa di antara speroida
acuan dan titik ukur koreksi bouguer.
6. Koreksi bouguer. Koreksi ini tergantung pada ketinggian dan massa jenis
batuannya. Untuk mencari massa jenis batuan dengan menggunakan
metode penentuan massa jenis rata-rata.
7. Koreksi medan. Pengukuran di daerah berbukit akan berbeda dengan
pengukuran di daerah datar, maka perlu adanya koreksi medan di sekitar
titik pengamatan. Yaitu dengan memperhatikan topografi di sekitar titik
pengamatan.
Anomali Bouguer dapat diperoleh dari selisih medan gravitasi hasil
pengukuran dengan nilai gravitasi normal yang telah dikoreksi. Namun anomaly
ini bukan merupakan anomali yang sebenarnya. Hal ini karena anomali tersebut
berada di topografi. Oleh karena itu perlu adanya proyeksi ke bidang datar dengan
metode Dampney. (Dampney dalam Setyawan, 2005). Setelah diproyeksikan
kemudian anomali Bouguer dipisahkan anomali regional dan residualnya.
Pemisahan anomali menggunakan metode polinomial. (Thruston dan Brown,
1992). Proses dalam metode Dampney adalah menetukan sumber ekivalen titk
massa diskrit pada kedalaman tertentu di bawah permukaan dengan
memanfaatkan data anomali Bouguer di permukaan. Kemudian dihitung medan
gravitasi teoritis tersebut pada suatu bidang datar dengan ketinggian tertentu. Dari
metode ini diperoleh anomali bouguer di atas topografi. Oleh karena itu tidak
perlu lagi adanya pengangkatan ke atas dari data anomali Bouguer.
Setelah nilai anomali Bouguer sudah berada di bidang datar, maka perlu
adanya pemisahan anomali menggunakan metode polinomial. Metode ini
berasumsi bahwa data anomali Bouguer didefinisikan F(xi,yi), yang diambil
sampel pada sebuah grid dengan spasi dimensi (n-1) x dan (m-1) y, dimana x
dan y merupakan interval grid dalam sumbu x dan sumbu y.( Thruston dan
Brown, 1992). Jika F(xi,yi) merupakan representasi polinomial, maka dengan
perhitungan sesuai persamaan (2.28) diperoleh besarnya anomali regional. Dari
anomali regional yang telah diperoleh kita dapat menentukan besarnya anomaly
residual dengan mengurangi anomali Bouguer dengan anomali regional.
dengan adanya struktur kelurusan pola dan arah anomali, dapat juga ditunjukkan
dengan anomali rendah pada kedua peta kontur tersebut.
Interpretasi kuantitatif
Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk memahami lebih dalam hasil dari
interpretasi kualitatif, caranya dengan membuat model 2D berupa penampang
bawah permukaan yang garis lintasannya diambil dari peta kontur anomaly
Bouger lengkap. Selanjutnya kita akan mendapatkan bentukan penampang model
2D struktur geologi bawah permukaan pada daerah penelitian dan jenis lapisan
batuan penyusun di daerah penelitian, yang dibantu dengan data geologi dari peta
geologi daerah penelitian. . Langkah awal pemodelan adalah dengan mencoba
berbagai kemungkinan model geologi bawah permukaan, penggunaan rapat massa
penyusun daerah penelitian pada setiap lapisan dari model geologi yang
dihasilkan ditentukan berdasarkan perkiraan model geologi (hasil interpretasi),
ditunjang dengan rapatmassa Telford dan rapatmassa dari literature lain serta jenis
lapisan batuan penyusun bawah permukaan ditentukan dari lapisan batuan
penyusun bawah permukaan pada strukur lapisan dan stratigrafi daerah penelitian
dari peta geologi. Hasil bentukan model 2D struktur bawah permukaan harus
menyerupai bentukan struktur geologi daerah penelitian.
BAB VI
GEOMAGNET
6.1 Pengertian
Metode Geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.
Metode ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan
bumi yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di
bawah permukaan bumi. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur
kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik dibawah
permukaan, kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang
mungkin teramati. Pengukuran intensitas medan magnetik dapat dilakukan di
darat, laut maupun udara.
6.2 Sejarah
Sejarah perkembangan Metode Magnetik telah dikenal sekitar 400 tahun
yang lalu. Orang yang pertama kali melakukan penelitian magnetisasi bumi secara
ilmiah adalah Sir William Gilbert(1540 1603). Gilbert adalah orang yang
pertama kali melihat bahwa medan magnet bumi ekivalen dengan arah utara
selatan sumbu rotasi bumi. Penemuan Gilbert kemudian diperdalam oleh Van
Wrede (1843) untuk melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi
adalah benda yang bersifat magnetik, dapat berupa gejala struktur bawah
permukaan ataupun batuan tertentu. Metode ini dapat ,dipakai sebagai preliminary
survey untuk menentukan bentuk geometri dari bentuk basement, intrusi dan
patahan.
Susceptibilitas merupakan derajat termagnetisasinya suatu benda karena
pengaruh medan magnetik. k dalam satuan SI dan semu dinyatakan sebagai : k =
4n k' . Dengan : k' adalah susceptibilitas magnetik dalam satuan emu dan k adalah
susceptibilitas magnetik dalam satuan SI. Nilai susceptibilitas ini sangat berperan
penting dalam ekplorasi anomaly, karena sifatnya yang khas untuk setiap jenis
mineral atau mineral logam.
Suatu benda magnetik yang ditempatkan pada suatu medan magnet dengan
kuat medan H. Adanya medan magnetik regional yang berasai dari bumi dapat
menyebabkan terjadinya induksi magnetik pada batuan yang mempunyai
susceptibilitas baik. Total medan magnetik yang dihasilkan pada batuan ini
dinyatakan sebagai induksi magnetik. Medan magnet bumi dapat diasumsikan
sebagai medan magnet akibat adanya batang magnet raksasa yang terletak di
dalam inti bumi, namun tidak berimpit dengan pusat bumi. Medan magnet ini
dinyatakan sebagai vector yang mempunyai besaran dan arah. Arahnya dinyatakan
sebagai deklinasi (besar sudut penyimpangan terhadap arah utara selatan.
Medan magnet bumi dapat diasumsikan sebagai medan magnet akibat
adanya batang magnet raksasa yang terletak di dalam inti bumi, namun tidak
berimpit dengan pusat bumi. Medan magnet ini dinyatakan sebagai vector yang
mempunyai besaran dan arah. Arahnya dinyatakan sebagai deklinasi (besar sudut
penyimpangan terhadap arah utara selatan geografis) dan inklinasi (besar sudut
penyimpangan terhadap arah horisontal). Kuat medan magnet bumi sebagian
besar berasal dari dalam bumi sendiri (94%) atau internal field, sedangkan sisanya
(6%.) ditimbulkan oleh arus listrik di permukaan dan pada atmosfir (external
field).
Setiap jenis batuan yang terdapat di bumi, yang mempunyai suatu medan
magnet, akan mempunyai sifat dan karakteristik yang spesifik. Dan dengan
mempelajari karakter spesifik tersebut, maka kita akan lebih mudah dalam
mencari dan menemukan bahan batuan tersebut. Berikut ini pengelompokan
batuan atau mineral berdasarkan sifat magnetik yang ditunjukan oleh kerentanan
magnetiknya :
Diamagnetik : Mempunyai kerentanan magnetik (k) negatif dan sangat
kecil artinya ialah memiliki sitat magnetik yang lemah Contohnya :
graphite, marble, quarts dan salt.
Paramagnetik : Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dengan
nilai yang kecil. Contoh nya : kapur.
Ferromagnetik : Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dan
besar yaitu sekitar 106 kali dari diamagnetik/ paramagnetik. Sifat
kemagnetan substansi ini dipengaruhi oleh keadaan suhu, yaitu pada suhu
diatas suhu Curie, sifat kemagnetannya hilang.
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
B.
C.
D.
E.
dan efek radiasi matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus
mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di
setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai
variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara
menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu
terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila
variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu
terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi.
Koreksi Topografi. Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi
dalam survei megnetik sangat kuat.Koreksi topografi dalam survei
geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas.Salah satu metode untuk
menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu model
topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto,
1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k)
batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (Htop) sesuai dengan fakta.
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang
terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di
topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan
digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah
permukaan yang mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam
bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur
Reduksi ke Bidang Datar. Untuk mempermudah proses pengolahan dan
interpretasi data magnetik, maka data anomali medan magnetik total yang
masih tersebar di topografi harus direduksi atau dibawa ke bidang datar.
Proses transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses pengolahan data
berikutnya mensyaratkan input anomali medan magnetik yang terdistribusi
pada biang datar. Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali
medan magnetik ke bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen
(equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent layer) dan pendekatan
deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana setiap teknik
mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1995).
Pengangkatan ke Atas. Pengangkatan ke atas atau upward continuation
merupakan proses transformasi data medan potensial dari suatu bidang
datar ke bidang datar lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan data
geomagnetik, proses ini dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu
unutk menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal yang berasal
dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan
topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak
boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal
yang bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang menjadi
target survei magnetik ini.
Koreksi Efek Regional. Dalam banyak kasus, data anomali medan
magnetik yang menjadi target survei selalu bersuperposisi atau bercampur
dengan anomali magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat dalam
dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai
anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi
anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan
koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek anomali
magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali
regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian
tertentu, dimana peta kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung
tetap dan tidak mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan
pengangkatan yang lebih tinggi.
6.8 Hasil dan Interpretasi
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu
interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola
kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda
termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi
geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis.
Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu
dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh,
sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang
biasa digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan pemodelan tiga
dimensi.
BAB VII
GEORADAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Seismik refraksi
Seismik refleksi
Geolistrik
Georadar
Geomagnet
Geogravity
7. Well loging