Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengolahan Bijih
Pengolahan

bijih

akan

menghasilkan

limbah

yang

mempunyai

karakteristik tergantung pada jenis bijih dan metoda pengolahannya. Penanganan


dan penempatan limbah tersebut dalam rangka merehabilitasi atau reklamasi
lingkungan pasca tambang mempertimbangkan karakteristik kimia dan fisika
limbah.
Mekanisme pengolahan bijih tergantung pada jenis tambang. Umumnya
pengolahan bijih terdiri dari proses benefication dimana bijih yang ditambang
diproses menjadi konsentrat bijih untuk diolah lebih lanjut atau dijual langsung,
diikuti dengan pengolahan metalurgi dan refining. Proses benefication umumnya
terdiri dari kegiatan persiapan, penghancuran dan atau penggilingan, peningkatan
konsentrasi dengan gravitasi atau pemisahan secara magnetis atau dengan
menggunakan metode flotasi (pengapungan), yang diikuti dengan dewatering dan
penyaringan. Hasil dari proses ini adalah konsentrat bijih dan limbah dalam
bentuk tailing serta emisi debu. Tailing biasanya mengandung bahan kimia sisa
proses dan logam berat.
Pengolahan metalurgi bertujuan untuk mengisolasi logam dari konsentrat
bijih dengan metode pirometalurgi, hidrometalurgi atau elektrometalurgi baik
dilakukan sebagai proses tunggal maupun kombinasi. Proses pirometalurgi seperti
roasting (pembakaran) dan smelting menyebabkan terjadinya gas buang ke
atmosfir (sebagai contoh: sulfur dioksida, partikulat dan logam berat) dan slag.
Dalam proses pirometalurgi bijih mengalami suatu proses yang dinamakan
proses Pra olahan. Tujuan dari proses ini adalah mengubah senyawa logam
menjadi bentuk senyawa lain yang lebih sesuai untuk proses berikutnya. Proses
Pra olahan dilakukan pada temperatur tinggi sebelum mencapai titik leleh. Pada

proses ini bijih mengalami dua perubahan baik perubahan bentuk ataupun
perubahan sifat.
Ada beberapa macam proses pada Pra Olahan, yaitu:
1.

Drying, proses penghilangan kandungan air atau moisture pada bijih dan
terjadi pada temperatur yang tidak terlalu tinggi.

2.

Kalsinasi, proses penghilangan kandungan air kristal pada suatu bijih,


temperatur yang digunakan dalam proses ini lebih tinggi dari pada proses
drying tapi tidak melebihi temperatur leleh.

3.

Roasting, proses pemanggangan senyawa sulfida menjadi senyawa oksida.

4.

Aglomerasi, proses penggumpalan dari material halus menjadi lebih besar


ukurannya, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Bricket
b. Nodulizing
c. Sintering
d. pelletizing
Tidak semua unsur yang ada di alam terdapat dalam bentuk oksida atau

senyawa murni. Ada juga yang membentuk ikatan dengan air kristal. Proses
pengolahan bijih bertujuan untuk mengatur ukuran partikel bijih, menghilangkan
bagian-bagian yang tidak diinginkan, meningkatkan kualitas, kemurnian atau
kadar bahan yang diproduksi. Proses ini biasanya terdiri dari : penghancuran,
penggilingan,

pencucian,

pelarutan,

kristalisasi,

penyaringan,

pemilahan,

pembuatan ukuran tertentu, sintering (penggunaan tekanan dan panas dibawah


titik lebur untuk mengikat partikel-partikel logam), pellettizing (pembentukan
partikel-partikel logam menjadi butiran-butiran kecil), kalsinasi untuk mengurangi
kadar air dan atau karbondioksida, roasting (pemanggangan), pemanasan,
klorinasi untuk persiapan proses lindian, pengentalan secara gravitasi, pemisahan
secara magnetis, pemisahan secara elektrostatik, flotasi (pengapungan), penukar
ion, ekstraksi pelarut, elektrowining, presipitasi, amalgamasi dan heap leaching.
Proses pengolahan yang paling umum dilakukan adalah pemisahan secara
gravitasi (digunakan untuk cebakan emas letakan), penggilingan dan pengapungan
(digunakan untuk bijih besi yang bersifat basa), pelindian (dengan menggunakan

tangki atau heap leaching; pelindian timbunan (digunakan untuk bijih tembaga
atau emas kadar rendah, Gambar 1) dan pemisahan secara magnetis. Tipikal
langkah-langkah pengolahan meliputi penggilingan, pencucian, penyaringan,
pemilahan, penentuan ukuran, pemisahan secara magnetik, oksidasi bertekanan,
pengapungan, pelindian, pengentalan secara gravitasi, dan penggumpalan
(pelletizing, sintering, briquetting, dan nodulizing).
Proses pengolahan bijih menghasilkan partikel berukuran seragam,
menggunakan alat penghacur dan penggilingan. Tiga tahap penghacuran
umumnya diperlukan untuk memperoleh ukuran yang diinginkan. Hasil olahan
bijih berbentuk lumpur, yang kemudian dipompakan ke proses pengolahan lebih
lanjut.
Pemisahan magnetik digunakan untuk memisahkan bijih besi dari bahan
yang memiliki daya magnetik lebih rendah. Ukuran partikel dan konsentrasi
padatan menentukan jenis proses pemisahan magnetik yang akan digunakan.
Pengapungan (flotasi) menggunakan bahan kimia untuk mengikat
kelompok

senyawa

mineral

tertentu

dengan

gelembung

udara

untuk

pengumpulan. Bahan kimia yang digunakan termasuk collectors, frothers,


antifoams, activators, and depressants; tergantung karakteristik bijih yang diolah.
Bahan kimia ini dapat mengandung sulfur dioksida, asam sufat, senyawa sianida,
cressol, disesuaikan dengan karakteristik bijih yang ditambang.
2.2

Definisi Kalsinasi
Kalsinasi adalah penghilangan air, karbon dioksida, atau gas lain yang

mempunyai ikatan kimia dengan bijih. Kalsinasi dikerjakan pada temperatur


tinggi tanpa terjadi pelelehan dan penambahan reagen, hal ini dimaksudkan untuk
mengubah bentuk senyawa konsentrat. Kalsinasi biasa disebut juga Dekomposisi
Thermal (penguraian dengan temperatur). Contoh: Hidrat, karbonat, FeCO3,
Mg(OH)2, MgCO3, CaCO3. Penghilangan air dalam senyawa karbonat dilakukan
dalam berbagai variasi temperatur tergantung jenis senyawa dan ikatan air pada
senyawa. Kalsinasi adalah proses endotermik artinya memerlukan panas, dan juga
lebih endotermik daripada proses Drying.

Dalam aplikasinya di industri, kalsinasi dilakukan dalam berbagai furnace,


diantaranya yaitu:
1. Untuk kuarsa, CaCO3, digunakan Shaft Furnace
2. Untuk lumps digunakan rotary kiln
3. Untuk material of uniform dengan ukuran kecil digunakan fluidized
bed.
Kalsinasi adalah thermal treatment yang dilakukan terhadap bijih dalam
hal ini batu kapur agar terjadi dekomposisi dan juga untuk mengeleminasi
senyawa yang berikatan secara kimia dengan batu kapur yaitu karbon dioksida
dan air. Proses yang dilakukan adalah pemanggangan dengan temperatur yang
bervariasi bergantung dari jenis senyawa karbonat. Kebanyakan senyawa karbonat
berdekomposisi pada temperatur rendah. Contoh, MgCO3 pada temperatur 417oC,
MnCO3 pada 377oC, dan FeCO3 pada 400oC. Tetapi untuk kalsium karbonat
diperlukan suhu 900oC untuk melakukan dekomposisi hal ini dikarenakan ikatan
kimia yang cukup kuat pada air kristal.
Kalsinasi adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas hal ini
dapat dilihat dari nilai Ho yang postif. Panas diperlukan untuk melepas ikatan
kimia dari air kristal karena dengan panas maka ikatan kimia akan menjadi
renggang dan pada temperatur tertentu atom- atom yang berikatan akan bergerak
sangat bebas menyebabkan terputusnya ikatan kimia. Panas juga diperlukan untuk
mengoksidasi batu kapur menjadi oksidanya.
Reaksinya :
CaCO3 (800oC) = CaO (1000oC) + CO2 (900oC) , Ho = 42,5 Kcal..............(1)
Panas mengalir secara konduksi ke seluruh bagian batu kapur. Laju
kalsinasi batu kapur memiliki persamaan dengan reaksi yang dikendalikan oleh
difusi. Dengan ukuran dan bentuk butiran yang sama, semakin tinggi temperatur

semakin cepat proses dekomposisi. Waktu yang diperlukan dalam proses kalsinasi
bergantung pada ukuran dan bentuk dari butiran batu kapur. Dengan temperatur
yang sama semakin kecil ukuran semakin cepat proses kalsinasi, bentuk yang
bulat akan mempercepat proses kalsinasi.

2.3

Aspek Termodinamika dari Kalsinasi


Pada kalsinasi batu kapur, Reaksi kimia yang terjadi adalah :
CaCO3 = CaO + CO2

Dari suatu padatan batu kapur (CaCO3) dihasilkan suatu padatan oksida kapur
bakar (CaO) dan gas karbondioksida. Dalam keadaan kesetimbangan didapatkan
suatu ketetapan kesetimbangan:

K=

..................................................................................(2)

Dapat dimisalkan aktifitas dari padatan adalah satu ( a = 1). Maka persamaan
menjadi,
K=

.............................................................................................(3)

gas dinyatakan dalam bentuk tekanan,


K=

...............................................................................................(4)

jadi tetapan kesetimbangan dari reaksi kalsinasi batu kapur adalah

Untuk menentukan apakah reaksi kalsinasi batu kapur dapat berlangsung


atau tidak dapat dilihat dari nilai Go dari reaksi, jika nilainya adalah negatif
maka reaksi dapat berlangsung. Persamaan energi bebas dari reaksi dekomposisi
batu kapur adalah:
GT0 = 40,250-34,4T kal/mol..........................................................................(5)

2.4

Aspek Kinetika Dari Kalsinasi

Temperatur Pada saat proses kalsinasi, batu kapur dipanaskan hingga


mencapai 900oC. Energi panas yang dihasilkan oleh furnace mngalir secara
konduksi ke seluruh bagian permukaan batu kapur. Panas tersebut cukup untuk
menguraikan batu kapur menjadi oksidanya dan gas karbon dioksida. Proses
penguraian tersebut menyebabkan massa dari batu kapur berkurang.

Gambar 2.1 Zone Kalsinasi dalam Furnace dan Temperature Kalsinasi


Dalam furnace ada tiga zone pemanasan dalam kalsinasi :
1. The preheating zone
Batu kapur dipanaskan sampai 800oC, belum terjadi reaksi kalsinasi.
2. The reaction zone
Batu kapur dipanaskan dengan suhu 900oC, temperatur efektif untuk
proses kalsinasi batu kapur. Dalam zone ini terjadi reaksi kalsinasi.
3. The cooling zone
Batu kapur yang dipanskan, dalam zone ini didinginkan sampai suhu
100oC. Proses kalsinasi banyak digunakan dalam industri, seperti pada
industri semen dan pembuatan serbuk nikel ferit.
Panas tidak hanya bergerak kepermukaan tetapi juga berdifusi kedalam
batu kapur.
Laju dari kalsinasi batu kapur sangat bergantung pada bentuk dan ukuran
dari butiran batu kapur serta temperatur dan lama pemanasan yang digunakan.
Semakin bulat bentuk butiran maka proses pemanasan akan semakin efektif
karena panas dapat berdifusi secara bebas dari segala sudut permukaan butir

10

sehingga distribusi panas merata dan reaksi kalsinasi dapat maksimal. Semakin
tinggi suhu maka waktu yang diperlukan untuk reaksi dekomposisi semakin cepat.

Arah difusi panas

1 cm

Gambar 2.2 Batu Kapur Bentuk Kubus


Laju reaksi berdasarkan fraksi yang bereaksi

............................................(6)

..............................................................................(7)
.........................................................................................(8)
Untuk memplot garis dalam grafik digunakan persamaan:

...............................................................................................(9)

Anda mungkin juga menyukai