PENDAHULUAN
persalinan
dengan
tindakan-tindakan
untuk
mengatasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian
terendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri).
Pada letak sungsang, berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama
makin besar, dimulai dari lahirnya bokong, bahu, kemudian kepala.6 Dengan
insiden 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan
( 37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering
dijumpai.1
II.
III.
PREVALENSI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh
persalinan tunggal.Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin
memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian
terendahnya.Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan.Kejadian
letak sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang
terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28
minggu, terjadi pada 7% persalinan pada umur kehamilan 32 minggu dan terjadi
pada 1-3% persalinan dengan umur kehamilan aterm.
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada
kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih
tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat
janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi
bokong : hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital.
Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3%
pada presentasi kepala. 1,2
IV.
ETIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa.Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
presentasi bokong/letak lintang.
Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang
kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal
dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umunya terjadi pada
trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm.
Ada berbagai faktor pendukung terjadinya persentase bokong:
Faktor Ibu :
Keadaan rahim
:Rahim Arkuatus
Septum pada rahim
Uterus duplex
Mioma pada kehamilan
Keadaan plasenta
Jalan Lahir
: Panggul sempit
Deformitas tulang panggul
Tumor pada jalan lahir
Faktor anak
V.
PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak
denganleluasa.Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi
kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat
lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat di mengerti mengapa
pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi,
sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.4,5
VI.
MANIFESTASI KLINIK
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu
sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi, perut dan bagian-bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar
dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
VII.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh di bagian atas dan gerakan lebih banyak di bagian bawah. Pada kehamilan
MRI
(Magnetic
Resonance
Imaging ).
Pemeriksaanultrasonografik
rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak
janin serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak.
Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian risiko pada
presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi
letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan
congenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi.
Berat janin dapat diperkirakan berdasarkan ukuran diameter biparietal, lingkar
kepala, lingkar perut, lingkar dan panjang femur. Gambaran ultrasonografi tentang
ekstremitas bawah dapat memberikan informasi tentang jenis presentasi bokong,
kesejahteraan janin dapat dinilai berdasarkan skor profil biofisik janin. 1
VIII.
PENATALAKSANAAN
A. DALAM KEHAMILAN
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital,
kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG,
maka dilakukan Knee Chest Position atau dengan versi luar (jika tidak ada
kontraindikasi). 1
1. Versi Spontan(Knee Chest Position)
Knee chest position (posisi sujud) adalah posisi sujud dengan kaki sejajar
pinggul dan dada sejajar lutut, dimulai pada kehamilan minggu 32-35.Dilakukan
2- 3 kali sehari selama 10-15 menit pada saat perut kosong dan bayi aktif. Tujuan
knee chest position adalah dengan gaya gravitasi mendorong kepala bayi ke
fundus, lalu melipat, dan berubah posisi sehingga kepala berada di segmen bawah
rahim. 4
Presentasi bokong yang dijumpai pada 29-32 minggu, 75% mengalami
versi spontan pada umur kehamilan 38 minggu.Pada umur kehamilan 37 minggu,
versi spontan sebesar 18%. Posisi knee-chest ibu selama 15 menit tiap 2 jam
selama 5hari berturut-turut diharapkan dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya versi spontan pada trimester 3 akhir.
minggu.
Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke-34 belum perlu dilakukan
karena
kemungkinan
besar
janin
masih
dapat
memutar
sendiri,
frank
breech,
letak
lintang.
Skor
Pembukaan serviks
1-2
3-4
5+
Station
-3
-2
-1
+1,+2
Kaku
Sedang
Lunak
Posterior
Mid
Anterior
Konsistensi
Position
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya adalah
narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit
dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis
dihindari pada versi luar. 3
lebihpendek
Tahap rotasi
Tahap fiksasi
1. PERSALINAN BOKONG
Tipe dari presentasi bokong: 5
10
lateral
trokanter
janin
depan
untukpersalinan
,sehingga
seluruh
bokong lahir.
6. Jika bokong tidak mengalami kemajuan
selama kontraksi berikutnya, episiotomi dapat
dilakukan dan bokong dilahirkan dengan traksi ke bawah perut.
7. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah
perut ibu.
9. Jika kaki janin telah keluar, penolong dapat menyusupkan tangan sepanjang
kaki anterior dan melahirkan kaki dengan flexi dan abduksi sehingga bagian
badan lainnya dapat dilahirkan.
10. Bahu janin mencapai pelvic 'gutter' (jalan sempit) dan melakukan putar paksi
dalam sehingga diameter biacromion terdapat pada diameter anteroposterior
diameter pelvic bagian luar.
11. Secara simultan, bokong melakukan rotasi anterior 90o. Kepala janin
kemudian masuk ke tepi pelvik, sutura sagitalis berada pada tepi diameter
transversal.
Penurunan ke dalam pelvic terjadi dengan flexi dari kepala.
2. PERSALINAN BAHU
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis
dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
3. PERSALINAN KEPALA JANIN
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi
12
a.
1.
2.
Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya
mulut.
3.
Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala
lahir.1-3
b.
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan,
misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari
awal sudah direncanakan untuk manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
14
Cara atau teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a.
b.
c.
d.
Klasik (Deventer)
Mueller
Lovset
Bickenbach.
Tehnik :
Tahap pertama : persalinan secara bracht sampai pusat lahir.
Tahap kedua : melahirkan bahu dan lengan oleh penolong, yaitu :
1.
CARA KLASIK
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan
belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum),
kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis. Kedua kaki
janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut
ibu.Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir
dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa
kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan
bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki
janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
15
punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan
dilahirkan.
Keuntungancara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua
persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relatif tinggi didalam
panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat
menimbulkan infeksi.
2.
CARA
MUELLER 1-3
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu
dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu
dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua
ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada
krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik
ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu
depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir.
Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
16
3.
CARA LOVSET1-3
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin
4.
CARA
BICKHENBACH1-3
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan
cara klasik.
Tahap ketiga :melahirkan kepala yang menyusul (after coming head).
1.
CARA MAURICEAU1-3
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam
jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari
keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.
Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala
janin
curam
ke
bawah
sambil
seorang
asisten
melakukan
ekspresi
2.
3.
mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak
tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki,
kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut
janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat
dilahirkan.
4.
dimasukkan
dari
arah
bawah
sejajar
dengan
pelipatan
paha
c.
19
2.
berada di dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan
penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait
dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka
jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
20
INSISI DUHRSEN
Tindakan ini dilakukan pada keadaan darurat, yakni bila kepala anak
tersangkut akibat pembukaan yang belum lengkap.Pada keadaan ini bokong dan
badan sebagai bagian lunak yang sudah lahir dan dapat melewati pembukaan yang
belum lengkap, tetapi kepala sebagai bagian yang keras tidak dapat. Dibuat insisi
pada serviks pada jam 10.00, jam 02.00, dan jam 06.00. kemudian setelah kepala
anak lahir, dijahit kembali.4
Penyulit yang mungkin timbul adalah rupture uteri akibat meluasnya
sayatan pada serviks keatas. Untuk menghindarkan penyulit diatas, upayakan
untuk tidak memecahkan ketuban pada letak sungsang sebelum pembukaan
lengkap.4
2.
PERSALINAN SUNGSANG PERABDOMINAM
Seksio sesarea direkomendasikan pada presentasi kaki ganda dan panggul
sempit.Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang primitua,
riwayat persalinan yang jelek, riwayat kematian perinatal, curiga panggul sempit,
ada indikasi janin untuk mengakhiri persalinan (hipertensi, KPD >12 jam, fetal
distress), kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas SC. Sedangkan
seksio sesarea bias dipertimbangkan pada bayi yang prematuritas >26 minggu
dalam fase aktif atau perlu dilahirkan, IUGR berat, nilai social janin tinggi,
hiperekstensi kepala, presentasi kaki, dan janin >3500 gram (janin besar).
21
22
Nilai
0
Primi
Multi
Tidak
1 kali
2 kali
> 3650 g
3649-3176 g
< 3176 g
> 39 minggu
38 minggu
< 37 minggu
Station
< -
-2
-1 atau >
Pembukaan
2 cm
3 cm
4 cm
Paritas
Pernah
letak
sungsang
TBJ
Usia kehamilan
serviks
Arti nilai:
3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai
tetap dapat dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.
3. Didapatkan distosia
4. Umur kehamilan:
-
IX.
KOMPLIKASI
1.
2.
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadilah pengecilan rahim,
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia
janin. keadaan ini merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah,
mukus, cairan amnion, dan mekonium akan diaspirasi, yang dapat
menimbulkan sufokasi. Badan janin yang sebagian sudah berada di luar
rahim
Asfiksia fetalis.
Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang
menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan bahaya
terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul.
X.
PROGNOSIS
Mordibitas dan mortalitas persalinan letak sungsang lebih berat
dibandingkan letak kepala. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut
-
Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling
belakang
Terdapat tiga komponen persalinan letak sungsang dan masing - masing
dapat menimbulkan komplikasi:
o Persalinan bokong
o Persalinan bahu dengan lengan
o Kelambatan persalinan kepala bayi akan menimbulkan asfiksia
karena tali pusat tertekan sehingga aliran darah menuju bayi
mengalami penurunan dan kekurangan nutrisi serta oksigen.
BAB III
KESIMPULAN
25
atau
letak
sungsang,
lebih
dianjurkan
melalui
kelahiran
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu kebidanan obstetric ; Presentasi bokong.
26
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. HT
Jenis Kelamin
: Perempuan
27
Umur
: 42 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Mandailing
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
: SMA
Status Perkawinan
: Kawin
Tanggal Masuk
: 12 Oktober2014
Jam masuk
: 18.15 WIB
Nama Suami
: Tn. U.M
Umur
: 45 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
Pekerjaan
: Pekerja swasta
Pendidikan Terakhir
: SMA
II. ANAMNESIS
Ny. Ht , 42 tahun ,G6P5A0, Mandailing, Islam, SD, IRT i/d Tn. S, 47 tahun,
Jawa, Islam, SMP, pekerja swasta, datang ke RS Haji Medan pada tanggal 12
Oktober 2014 pukul 18.15 WIB dengan :
28
b. Telaah :
Hal ini dialami os sejak 3jam SMRS. Mules-mules semakin cepat dan
teratur, riwayat keluar lendir darah (-), riwayat keluar air-air dari kemaluan (-),
BAK (+) Normal, BAB (+) Normal. Os merupakan pasien dari dr. Muslich,
Sp.OG yang akan direncanakan sectio cesaria pada tanggal 13 Oktober 2014 atas
indikasi letak bokong.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
R. Hipertensi
: Disangkal
R. DM
: Disangkal
R. Operasi
: Disangkal
: Disangkal
R. DM
: Disangkal
R. Asma
: Disangkal
f. Riwayat Haid
Menarche
: 13 tahun
Lama Haid
: 5-6 hari
Siklus Haid
: 28-30 hari
: Disangkal
Haid terakhir
: 18 Februari 2014
Tafsiran Persalinan
: 25 November 2014
g. Riwayat Obstetri
29
: Dokter spesialis 1x
: (-)
Tanda Vital
: Sensorium : composmentis
Anemis
: -/-
Tensi
: 130/80 mmHg
Ikterik
: -/-
Nadi
: 80 x/menit
Sianosis
:-
RR
: 20 x/menit
Dypsnoe
:-
Suhu
: 36,0 .
Oedem
: -/-
Status Obstetri :
Abdomen
Leopold I
: Membesar,Asimetris
: TFU 3 jari bpx, TFU = 33 cm
teraba bulat, keras, melenting (kesan kepala)
Leopold II
Leopold III
: Sulit dinilai
Gerak
: (+)
His
: 2 x 30 10
DJJ
: 142 x / i
TBBJ
Inspekulo
:2500-2800 gram
: Tidak dilakukan pemeriksaan
30
VT
ST
Adekuasi Panggul
:
- Promontorium tidak teraba
- Linea inuminata teraba 2/3 anterior
- Spina ischiadica tidak menonjol
- Arcus pubis tumpul
- Os sacrum cekung
- Os coccygeus mobile
Kesan
: panggul adekuat
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 7 oktober2014:
HB : 10,2 gr/dl
(12-16 gr/dl)
HT : 31,3 %
(36-47%)
Eritrosit : 4.,8jt/L
(3,9-5,6jt/L)
Leukosit : 13.000/L
(4000-11000/L)
Trombosit : 307.000/mm3
(150-450rb/L)
LED : 20mm/jam
(0-20mm/jam)
(<200mg/dl)
V. DIAGNOSA
MG + KDR (28-30) minggu + Letak Sungsang + AH
VI. PENATALAKSANAAN
Lapor Supervisor dr. Muslich Sp.Og
SC tanggal 13 Oktober2014 pukul 09.30 wib
31
Dilakukan tindakan aseptik dengan larutan betadin dan alkohol 70% pada
dinding abdomen lalu ditutup dengan duck steril kecuali lapangan operasi.
Dibawah spinal anastesi dilakukan insisi pfannenstiel mulai dari kutis,
konkaf
sampai
menembus
bersih.
Dilakukan penjahitan hemostasis figure of eight pada kedua ujung robekan
uterus dengan chromic catgut no.2.0, dinding uterus dijahit lapis demi lapis
jelujur terkunci overhecting. Evaluasi tidak ada perdarahan. Reperitonealisasi
32
simple / continous
Kedua ujung fascia dijepit dengan kocher, lalu dijahit secara jelujur
hingga bersih.
Keadaan umum ibu post operasi : stabil
Instruksi : Awasi vital sign, kontraksi dan tanda tanda perdarahan
VII. FOLLOW UP
Follow up I (14 Oktober 2014)
S:0 : SP : Sens : composmentis
Anemis
: -/-
TD
: 140/70 mmHg
Ikterik
: -/-
HR
: 92 x/menit
Sianosis
:-
RR
: 22 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp
: 37,4OC
Oedem
: -/-
P/V
: (-)
33
ASI
: (+)
L/O
BAK
BAB
: (-)
Flatus
: (-)
: composmentis
Anemis
: -/-
TD
: 120/80 mmHg
Ikterik
: -/-
HR : 88 x/menit
Sianosis
:-
RR : 24 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp: 36,5OC
Oedem
: -/-
SO : Abdomen
TFU
P/V
: (-)
L/O
34
- IVFD RL 20 gtt/I
Follow up 3, 16 oktober2014
S:O : SP: Sens : composmentis
Anemis
: -/-
TD
: 120/80 mmHg
Ikterik
: -/-
HR
: 92 x/menit
Sianosis
:-
RR
: 20 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp
: 36,5OC
Oedem
: -/-
SO :
: 2 jari dbp
P/V
: (-)
L/O
BAK
BAB
: (-)
Flatus
: (+)
: - Cefadroxil 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Grahabion 2 x 1
- PBJ
36