Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Membentuk sumber daya manusia yang profesional dan terampil di
bidangnya adalah salah satu tujuan utama pendidikan di Sekolah Tinggi Teknik
Harapan. Untuk itu mahasiswa diharuskan memiliki pengetahuan yang
memadai sehingga kerja sama antar sektor industri dengan sektor edukatif
sangat diperlukan, karena dunia pendidikan tidak sepenuhnya bisa memberikan
pengalaman yang diperlukan mahasiswa. Sehingga, peran kerja praktek
sangatlah vital untuk mengasah potensi yang dimiliki oleh mahasiswa yang
bersangkutan. Selain itu kerja praktek ini adalah syarat program study akhir
pada Sekolah Tinggi Teknik Harapan program Strata-1 (S1).
Kerja praktek ini merupan ruang gerak mahasiswa untuk dapat
membandingkan dan menerapkan teori dan praktek selama perkuliahandengan
keadaan dan kenyataan pada tempat kerja praktek. Oleh karena itu, kami selaku
mahasiswa Teknik Elektro konsentrasi Energi Listrik Sekolah Tinggi Teknik
Harapan merasa yakin untuk memilih PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk
Namurambe sebagai tempat kerja praktek, serta PEMELIHARAAN DAN
ANALISIS PENGUKURAN TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA
GARDU INDUK NAMURAMBE sebagai pokok bahasan utama dalam
laporan kerja praktek kami.
1.1.1.1.

Latar Belakang Pemilihan Tempat Kerja Praktek

PT. PLN sebagai Perusahaan Listrik Negara berusaha untuk


menyuplai energi listrik yang ada dengan seoptimal mungkin seiring dengan
semakin meningkatnya konsumen energi listrik. Agar dapat memanfaatkan
energi listrik yang ada serta menjaga kualitas sistem penyaluran dan kerusakan
peralatan, maka diperlukan suatu sistem pengaman dan sistem pemeliharaan
instalasi gardu induk. Dalam gardu induk terdapat suatu peralatan yaitu

transformator daya yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari


tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan
tegangan).
Pemeliharaan transformator daya dilakukan untuk menjaga
efektivitas dan daya taham peralatan sistem tenaga listrik, khususnya
transformator daya agar dapat bekerja sebagaimana mestinya. Apabila terjadi
ketidak normalan dari suatu hasil pemeliharaan transformator maka perlu
dilakukan investigasi lebih lanjut agar tidak terjadi gangguan pada saat
transformator beroperasi.
Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang hal hal byang
berkaitan dengan pemeliharaan transformator daya. Batas normal pengukuran
tangen delta, index polaritas tahanan isolasi. Dengan laporan ini para
mahasiswa dapat belajar tata cara yang dilakukan ketika pemeliharaan itu
dilakukan.

1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin didapat dlam pelaksanaan kerja praktek adalah
sebagai berikut ini
:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kerja praktek.
2. Dapat memahami dan mengerti secara garis besar mengenai
pemeliharaan dan analisis trafo daya.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat selama masa
perkuliahan.
4. Mengetahui sejauh mana teori yang didapat selama masa
perkuliahan dengan dunia kerja nyata.
1.3. Manfaat Kerja Praktek
A. Bagi mahasiswa :
1. Mendapatkan pengalaman yang sangat berharga terutama
mengenai pengoprasian dan pemeliharaan peralatan yang ada
di perusahaan.

2. Mengetahui terapan teori dan relevansinya ke dalam dunia


kerja.
3. Dapat merasakan secara langsung atmosfer dunia kerja yang
sesungguhnya
4. Mengasah sikap profesionalisme dan disiplin mahasiswa.
B. Bagi PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Namurambe :
1. Perusahaan mampu memberikan penilaian terhadap mahasiswa
Sekolah Tinggi Teknik Harapan.
2. Sebagai sarana pengenalan PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk
Namurambe kepada masyarakat luas.
C. Bagi Sekolah Tinggi Teknik Harapan :
1. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan pihak atauu
instansi tepat kerja praktek.
2. Sebagai masukan untuk mengetahui kualitas siste pendidikan di
Sekolah Tinggi Teknik Harapan.
3. Sebagai tolak ukur untuk mengetahui kualitas serta kesiapan
mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik Harapan dalam menghadapi
dunia kerja yang sebenarnya.
1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kerja praktek ini dilaksanakan kurang lebih selama satu
bulan, terhitung mulai tanggal 20 Oktober 2014 hingga 14 November 2014
yang bertempat di PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Namurambe yang
beralamat di Jalan Besar Namurambe Pasar III, Deli Serdang, Sumatera Utara.
1.5. Batasan Masalah
Pada laporan kerja praktek lapangan ini masalah yang akan dipelajari
dan dibahas meliputi sebagai berikut
:
1. Pembahasan mengenai tinjauan uum dan sejarah singkat PT.
PLN (PERSERO) Sumatera Utara.
2. Menjelaskan mengenai pemeliharaan dan analisa transformator
daya.
1.6. Metode Pengumpulan Data

Dalam Penulisan laporan kerja praktek ini, data yang kami peroleh
menggunakan beberapa metode antara lain.
a. Metode interview yaitu suatu cara pengumpulan data dengan
cara wawancara langsung kepada narasumber. Wawancara
dilakukan dengan pembimbing lapangan dan operator yang
ada di gardu induk. Langkah langkah dalam wawancara ini
adalah sebagai berikut :
1. Menyusun dan menyiapkan pertanyaan.
2. Melakukan wawancara dengan narasumber.
3. Mencatat jawaban narasumber.
4. Menulis jawaban dalam laporan.
b. Meode observasi yaitu suatu cara pengumpulan data dengan
cara pengamatan langsung pada tempat kerja. Langkahlangkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Melihat dan mengamati transformator daya.
2. Melihat bagian bagian alat secara langsung.
3. Mencatat data-data.
c. Metode literatur yaitu suatu cara pengupulan data dengan cara
mengambil data dari buku-buku untuk mendapatkan data yang
sesuai dengan data yang dikehendaki. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut ini
:
1. Mencari literatur di perpustakaan atau buku pegangan
operator.
2. Mencatat atau mengkopi data yang diperlukan.
1.7. Sistematika Penulisan
Laporan kerja praktek ini dibagikan menjadi beberapa bab dengan
garis besar adalah sebagai berikut :
Bab I

: Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, batasan
masalah dan sistematika susunan laporan kerja praktek.

Bab II

: Sejarah Singkat PT. PLN (PERSERO) dan Sistem kelistrikan


di Sumatera Utara
Bab ini membahas tentang sejarah singkat PT. PLN
(PERSERO) wilayah Sumatera Utara.

Bab III

: Landasan Teori
Bab ini berisikan pembahasan tentang tinjauan umum
landasan

teori

mengenai

bagian

bagian

yang

ada

pada

transformator daya 60 MVA.


Bab IV

: Pemeliharaan dan Analisa Transformator Daya 60 MVA


Bab ini berisikan tentang pemeliharan dan pengumpualan
data data yang diperlukan untuk melakukan analisis transformator
daya 60 MVA .

Bab V

: Kesipumpulan dan Saran


Bab ini berisikan hasil akhir dari data-data analisis dan
pemeliharaan transformator daya tersebut.

BAB II
PROFIL SINGKAT PT. PLN (PERSERO)
DAN SISTEM KELISTRIKAN DI SUMATERA UTARA

2.1.

Sejarah Singkat
Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada

masa Pemerintahan Hindia Belanda. Pada saat itu penyediaan tenaga listrik di
negara kita dikelola oleh beberapa perusahaan salah satunya adalah NV OGEM
( Overzeese Gase dan Electritiest Maathappy ) yang berpusat di negara
Belanda, sedangkan di Indonesia berpusat di Jakarta. Tiga puluh tahun
kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun di
pertapakan kantor PLN cabang Medan yang sekarang di jalan listrik no 12
Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM, yaitu salah satu perusahaan swasta
Belanda. Kemudian menyusul pembangunan listrik di Tanjung Pura dan
Pangkalan Brandan 1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga, Berastagi, dan
Tarutung 1929, Tanjung Balai 1931, Labuhan Bilik 1936, dan Tanjung Tiram
1937.
Masa penjajahan Jepang hanya mengambil alih pengelolaan
perusahaan listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin
dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi perusahaan listrik
Sumtera, perusahaan listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi
pemerintahan tentara Jepang waktu itu. Setelah proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan
Listrik di seluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih perusahaan listrik
bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan listrik yang sudah
diambil alih itu diserahkan kepada pemerintah RI dalam hal ini Departemen
pekerjaan umum.

Untuk mengenang aksi ambil alih itu, dengan penetapan Pemerintah


No. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai hari Listrik. Sejarah
memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana yang makin memburuk
dalam hubungan Indonesia-Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar Surat
Keputusan Presiders No.163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahan
Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan Pasal 33 ayat (2)
1945. Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri
Perusahaan Listrik Negara distribusi cabang Sumatera Utara (Sumatera Timur
dan Tapanuli) yang mula mula dikepalai R.Soekarno (Merangkap Kepala di
Aceh), tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri
dengan SK Menteri PUT No 16/1/20 Mei 1961, maka Organisasi kelistrikan
dirubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumbar dan Riau menjadi PLN Eksploitasi I
tahun 1965, BPU PLN dibubarkan dengan peraturan Menteri PUT
No.9/PRT/64 dan dengan peraturan Menteri No.1/PRT/65 ditetapkan
pembagian daerah kerja PLN menjadi 15 Kesatuan Daerah Eksploitasi 1.
Sumatera Utara tetap menjadi Eksploitasi I. Sebagai tindak lanjut dari
pembentukan PLN eksploitasi 1 Sumatera Utara maka dengan keputusan
direksi PLN no.Kpts 009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi
1 dibagi menjadi empat cabang dan satu sektor yaitu cabang Medan, Binjai,
Sibolga, P.Siantar. PP No 18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai
Perusaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab
membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga Listrik ke seluruh
wilayah Negara RI. Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera
Utara dirubah menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara. Kemudian
menyusul Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang merubah PLN
Eksploitasi menjadi PLN Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II
Sumatera Utara. Sesuai keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No.4564.K/702/M.PE/1993, tanggal 17 Desember 1993 telah dibentuk Tim
Pengalihan Bentuk Perusahaan. Umum Listrik Negara menjadi PT PLN
(Persero) Listrik Negara.

2.2.1

Lokasi Perusahaan
Perusahaan PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengaturan

Beban Unit Pelayanan Transmisi Medan terletak di Jalan Listrik no.12 ,


Medan, Sumatera utara (061) 4579900 fax (061) 4577700 . Lokasi Gardu
Induk Namurambe dan kantor PLN cukup jauh. Gardu induk namurambe
sendiri terletak di Jalan Besar Namurambe Pasar III, Deli Serdang, Sumatera
Utara. Dan letaknya jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak
membahayakan lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya.

2.2.

Struktur Organisasi

Manejer Tragi
Herlon

Supervisor. Har

Supervisor Operasi

Supervisor GI
Elikson Hutasoit

Operator GI
Ari
Rehan
Sulistiyo
Pak Adi

Supervisor
Admin

2.3.

Sistem Kelistrikan di Sumatera Utara


Sistem kelistrikan di Provinsi Sumatera Utara dipasok dengan

menggunakan sistem transmisi 150 kV (tidak termasuk Pulau Nias/Gunung


Sitoli, Teluk Dalam, Pulau Tello dan Pulau Sembilan yang masih beroperasi
secara isolated). Saat ini beban puncak terlayani sekitar 1.270 MW dan dipasok
oleh Sektor Pembangkitan Belawan, Sektor Pembangkitan Medan, Sektor
Pembangkitan Pandan dan Sektor Pembangkitan Labuhan Angin. Pada saat ini
PLN juga melakukan swap energi dengan PT Inalum untuk ikut membantu
memenuhi kebutuhan beban puncak. Berikut ini merupakan tabel (2.3)
pembangkit yang ada di Sumatera Utara.
Tabel 2.9
Kapasitas
Pembangkit di
Sumatera Utara
No
A
1
2
3
B

Pembangkit

Kapasitas
Terpasang
(MW)

Daya Mampu
(MW)

Sektor Pembangkit
Belawan
PLTU Belawan
PLTGU Belawan
PLTGF Belawan
TTF
Sektor Pembangkit
Medan
PLTG Glugur

1.183

1.033

260
818
105

165
733
105

300

213

33
12
90
56
25
20

0
11
49
52
18
18

65

65

139,5

136,3

7,5

6,3

1
PLTG Glugur TFF
2
PLTG Paya Pasir
PLTG Paya Pasir TFF
3
PLTD Titi Kuning
4
PLTD Sewa Paya
Pasir (Arti Duta)
5
PLTD Sewa Belawan
(AKE)
C
Sektor Pembangkit
Pandan
1
PLTMH Batang
Gadis

PLTMH Aek
sibundong
PLTA Sipansihaporas
PLTA Lau Renun
Sektor Pembangkit
Labuhan Angin
PLTU Labuhan
Angin
IPP
PLTP Sibayak
PLTA Asahan 1
PLTMH Parlilitan

3
4
D
1
E
1
2
3
4

0,8

0,7

50,0
82,0
230

50,0
80,0
210

230

210

206
11
180
8

205
10
180
8

PLTMH Silau II
8
8
Tabel 2.3 Pembangkit di Sumatera Utara

Disamping pusat-pusat pembangkit di atas, ada beberapa PLTMH


yang memasok listrik langsung ke sistem distribusi (20 kV) dan IPP PLTP
Sibayak sebesar 10 MW.Sehubungan dengan kurangnya pasokan listrik di
Sumatera Utara sebagai akibat dari tidak seimbangnya penambahan
pembangkit dan pertumbuhan beban, maka pada saat beban puncak
diberlakukan pemadaman bergilir. Untuk menanggulangi pemadaman yang
berkepanjangan, PLN Wilayah Sumatera Utara melakukan demand side
management dengan cara mengurangi laju pertumbuhan beban, yaitu membuat
kuota (pembatasan) jumlah sambungan baru. Jumlah GI di Sumatera Utara
adalah 36 buah dengan kapasitas trafo 2.146 MVA yang dibagi ke 2 UPT yaitu
1. UPT Medan

Tragi Glugur :
1) GIS Glugur
2) GIS Mabar
3) GIS Listrik
4) GI Titi Kuning

Tragi Paya Pasir


1) GI Paya Pasir
10

2) GI Belawan
3) GI KIM
4) GI Lamhotma
5) GI Labuhan

Tragi Sei Rotan


1) GI Sei Rotan
2) GI Perbaungan
3) GI Tanjung Morawa
4) GI Denai

Tragi Binjai
1) GI Binjai
2) GI Paya Geli
3) GI Pangkalan Brandan
4) GI NAMURAMBE

2. UPT Pematang Siantar

Tragi Kisaran
1) GI Kisaran
2) GI Tebing Tinggi
3) GI Gunung para
4) GI Kuala Tanjung
5) GI Pematang Siantar
6) GI Rantau Parapat
11

7) GI Aek kanopan

Tragi Sidi Kalang


1) GI Sidikalang
2) GI Berastagi
3) GI Tele
4) GIS Renun

Tragi Sibolga
1) GI Sibolga
2) GI Padang Sidempuan
3) GI Porsea
4) GI Tarutung
5) GI Gunung Tua
6) GI Sipan I
7) GI Sipan II
8) GI labuhan Angin

Peta kelistrikan sistem Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar


2.3

12

2.4

Proses Penyaluran Tenaga Listrik


Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik ( power station)
seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTG kemudian disalurkan melalui
saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegannya oleh transformator
penaik tegangan yang berada di pusat listrik.
Saluran transmisi tegangan tinggi kebanyakan mempunyai tegangan
30 kV, 66 kV, 150 kV dan 500 kV. Khusus untuk tegangan 500 kV dalam
prakteknya sering disebut tegangan ekstra tinggi. Setelah melalui saluran
transmisi maka tenaga listrik sampai ke gardu induk ( sub station) untuk
diturunkan menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer yang
bertegangan 6 kV, 12 kV atau20 kV. Yang terakhir di sebutkan adalah yang
cenderung di gunakan di indonesia. Jaringan setelah keluar dari gardu induk
biasa di sebut jaringan distribusi, sedangkan jaringan antara pusat listrik dan
gardu induk biasa disebut jaringan transmisi, baik saluran transmisi atau pun
saluran distribusi ada yang berupa saluran udara dan ada yang berupa kabel
tanah. Setelah melalui jaringan distribusi primer maka kemudian tenaga listrik
diturunkan tegangannya dalam gardu gardu distribusi menjadi tegangan
rendah atau jaringan distribusi sekuder dengan tegangan 380 V atau 220 V.
Melalui jaringan tegangan rendah untuk selanjutnya disalurkan ke rumah
rumah pelanggan (konsumen) melalui sambungan rumah hingga ke alat

13

pengukur dan pembatas di rumah rumah pelanggan atau biasa di sebut kWh
Meter. Gambar 2.4 Proses Penyaluran Tenaga Listrik

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1.

Landasan Teori
Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk

menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau


sebaliknya. Transformator menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan
hukum lorentz dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang
mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi
magnet. Dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada
kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial (gambar 3.1).

14

Gambar 3.1. Arus bolak balik mengelillingi inti besi


Arus yang mengalir pada belitan primer akan menginduksi inti besi
transformator sehingga didalam inti besi akan mengalir flux magnet dan flux
magnet ini akan menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung belitan
sekunder akan terdapat beda potensial (Gambar 3.2) .

Gambar 3.1.a. Prinsip kerja transformator


3.1.1

Keadaan Transformator Tanpa Beban


Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan

dengan sumber tegangan V1 yang sinusoid, akan mengalirlah arus


primer Io yang juga sinusoid dan dengan mengannggap belitan N 1
reaktif murni, Io akan tertinggal 90 o dari V1 (lihat gambar ). Arus
primer Io menimbulkan fluks (f) yang sefasa dan juga berbentuk
sinusoid.
15

f = fmaks sin wt

e1 N1

d
dt

Fluks

yang

sinusoid

ini

akan

menghasilkan tegangan induksi e1 (Hukum Faraday). Fluks yang


berubah-ubah memotong suatu kumparan maka pada kumparan
tersebut akan di induksikan suatu tegangan listrik :

e1 N1

E1

d (maks sin wt )
N1maks cos wt
dt

N1 2fmaks
4,44 N1 fmaks
2

d
e

N
2
e2 N 2 wm cos wt 2
dt

Pada

rangkaian

sekunder, fluks (f) bersama tadi menimbulkan :

E2 4,44 N 2 fmaks
E1
N1

E2
N2

E1 V1 N1

a
E2 V2 N 2
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan fluks
bocor

16

a = perbandingan transformasi

Dalam hai ini tegangan E1 mempunyai kebesaran yang sama


tetapi berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.
Arus penguat
Arus primer Io yang mengalir pada saat kumparan
sekunder tidak dibebani disebut arus penguat. Dalam kenyataannya
arus primer Io bukanlah merupakan arus induktif murni, hingga ia
terdiri atas dua komponen:
(1) Komponen arus pemagnetan IM, yang menghasilkan
fluks (f).
(2) Komponen arus rugi tembaga IC, menyatakan daya
yang hilang akibat adanya rugi histeris dan arus eddy. IC sefasa
dengan V1, dengan demikian hasil perkaliannya (IC x V1) merupakan
daya (watt) yang hilang.
Gambar 3.1.1.a

Gambar 3.1.1.b

Vektor hubungan fasor Io, IM dan IC

Rangkain pengganti Io, IM

dan IC

3.1.2

Keadaan Transformator Ber Beban


Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z L,

I2 mengalir pada kumparan sekunder, di mana I2 = V2/ZL .

17

I1 I o I '2
I o I1 I '2
Arus beban I2 ini akan
menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang cenderung
menentang fluks (f) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan
IM. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan
primer harus mengalir arus I2, yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang
mengalir pada primer menjadi :

Bila rugi besi diabaikan (IC diabaikan) maka Io = IM


I1 = IM + I2
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm
yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM saja, berlaku hubungan :
N1IM = N1I1 N2I2
N1IM = N1(IM + I2) N2I2
Sehingga
N1I2 = N2I2
Karena nilai IM dianggap kecil maka I2 = I1
N1I1 = N2I2 atau I1/I2 = N2/N1
3.1.3

Rangkaian Equivalen Transformator Daya


Tidak semua fluks () yang dihasilkan oleh arus pemagnetan

IMmerupakan fluks bersama (M), sebagian darinya hanya mencakup


kumparan primer (1) atau kumparan primer saja (2). Rangkaian
ekivalen digunakan untuk

menganalisis kerja suatu transformator,

adanya fluks bocor 1dan 2 yang dinyatakan sebagai reaktansi

18

X1dan X2. Sedangkan untuk rugi tahanan dinyatakan dengan R1dan


R2. Rangkaian ekivalen suatu transformator seperti Gambar 3.1.3.a

Dalam rangkaian diatas dapat dibuat vektor diagramnya sebagai terlukis pada
3.1.3 b.

Gambar 3.1.3.b Vektor diagram rangkaian pengganti


Dari model rankaian diatas dapat pula diketahui hubungan
penjumlahan vektor :
V1 = E1 + I1R1 + I1X1
E2 = V2 = I2R2 + I2X2

E1 / E2 = N1 / N2 = a atau E1 = a E2
E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2)

19

Karena I2 / I2 = N2 / N1 = a atau

I2 = aI2

Maka E1 = a2 ( I2ZL + I2R2 + I2X2)


Dan

V1 = E1 = a2 ( I2ZL + I2R2 + I2X2) + I1(R1 + X1 )

Persamaan terakhir mengandung pengertian bahwa apabila


parameter rangkaian sekunder dinyatakan dalam harga primer,
harganya perlu dikalikan dengan faktor a2 .
Sekarang model rangkaian menjadi sebagi terlihat pada
gambar 8.

Gambar 3.1.3.c Rangkaian pengganti dilihat dari isi primer


Untuk memudahkan analisis (perhitungan), model rangkaian
tersebut dapat diubah menjadi seperti dapat dilihat pada gambar 9.

20

Gambar 3.1.3.d Rangkaian pengganti dilihat dari sisi primer


Vektor diagram rangkaian diatas untuk beban dengan faktor
kerja terbelakang (induktif) dapat dilukiskan pada gambar 10.

Gambar 3.1.3.e Vektor diagram rangkaian pengganti

3.2.

Komponen Utama Transformator Daya


3.2.1.

Electromagnetic Circuit (Inti besi)


Inti besi digunakan sebagai media jalannya flux yang timbul

akibat induksi arus bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti
besi sehingga dapat menginduksi kembali ke kumparan yang lain.
Dibentuk dari lempengan lempengan besi tipis berisolasi yang di
susun sedemikian rupa untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi
besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current. Gambar 3.2.1 Inti besi

21

3.2.2

Current carying circuit (Winding)


Belitan

terdiri

dari

batang

tembaga

berisolasi

yang

mengelilingi inti besi, dimana saat arus bolak balik mengalir pada
belitan tembaga tersebut, inti besi akan terinduksi dan menimbulkan
flux magnetik. Fluksi ini akan menginduksikan tegangan, dan bila
pada rangkaian sekunder ditutup bila ada rangkaian beban) maka akan
menghasilkan arus pada kumparan ini. Jadi kumparan / belitan sebagai
alat transformasi tegangan dan arus. Isolasi yang biasa digunakan
untuk inti besi adalah isolasi padat seperti karton, pertinax dan lainlain.

Gambar 3.2.2. Belitan trafo


3.2.3.

Bushing

22

Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan


dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang
diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi sebagai penyekat
antara konduktor bushing dengan body main tank transformator.
Gambar 3.2.3. a Bushing

Gambar 3.2.3.b Bagian bagian dari bushing


Secara garis besar bushing dapat dibagi menjadi empat
bagian utama yaitu isolasi, konduktor, klem koneksi, dan asesoris.
Isolasi pada bushing terdiri dari dua jenis yaitu oil impregnated paper
dan resin impregnated paper. Pada tipe oil impregnated paper isolasi
yang digunakan adalah kertas isolasi dan minyak isolasi sedangkan
pada tipe resin impregnated paper isolasi yang digunakan adalah
kertas isolasi dan resin.

23

Gambar 3.2.3.c kertas isolasi pada bushing (oil impregnated


paper bushing)

Gambar 3.2.3.d konduktor bushing dilapisi kertas isolasi


Terdapat jenis-jenis konduktor pada bushing yaitu hollow
conductor dimana terdapat besi pengikat atau penegang ditengah
lubang konduktor utama, konduktor pejal dan flexible lead.
Klem koneksi merupakan sarana pengikat antara stud bushing
dengan konduktor penghantar diluar bushing.
Asesoris bushing terdiri dari indikasi minyak, seal atau gasket
dan tap pengujian. Seal atau gasket pada bushing terletak dibagian
bawah mounting flange.

24

Gambar 3.2.3.e Gasket / seal antara flange bushing dengan


body trafo

Gambar 3.2.3.f Indikator level minyak bushing


3.2.4

Pendingin
Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan

dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, losses pada trafo itu


sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang tinggi akan
mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada transformator. Oleh
karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan.
Minyak isolasi transformator selain merupakan media isolasi
juga berfungsi sebagai pendingin. Pada saat minyak bersirkulasi,
panas yang berasal dari belitan akan dibawa oleh minyak sesuai jalur

25

sirkulasinya dan akan didinginkan pada sirip sirip radiator. Adapun


proses pendinginan ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan pompa
sirkulasi guna meningkatkan efisiensi pendinginan.
Media yang dipakai pada sistem pendingin dapat berupa
-

Udara / gas

Minyak

Air

dan lain sebagainya

Sedangkan pengalirannya ( sirkulasi) dapat dengan cara :


-

Alamiah ( natural )

Tekanan / paksaan

Tabel 3.2.4 Macam macam pendingin pada transformator

26

Gambar 3.2.4. Radiator


3.2.5.

Oil preservation & expansion (Konservator)

27

Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada transformator,


minyak isolasi akan memuai sehingga volumenya bertambah.
Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi, maka minyak akan
menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator digunakan
untuk menampung minyak pada saat transformator mengalami
kenaikan suhu.

Gambar 3.2.5.a Konservator

28

Seiring dengan naik turunnya volume minyak di konservator


akibat pemuaian dan penyusutan minyak, volume udara didalam
konservator pun akan bertambah dan berkurang. Penambahan atau
pembuangan udara didalam konservator akan berhubungan dengan
udara luar. Agar minyak isolasi transformator tidak terkontaminasi
oleh kelembaban dan oksigen dari luar, maka udara yang akan masuk
kedalam konservator akan difilter melalui silicagel.

Gambar 3.2.5. b silica gel


Untuk menghindari agar minyak trafo tidak berhubungan
langsung dengan udara luar, maka saat ini konservator dirancang
dengan menggunakan brether bag/rubber bag, yaitu sejenis balon karet
yang dipasang didalam tangki konservator.

Gambar 3.2.5.c Konstruksi konservator dengan rubber bag


3.2.6.

Dielectric (Minyak isolasi transformator & Isolasi kertas)

29

Minyak Isolasi trafo


Minyak isolasi pada transformator berfungsi sebagai media
isolasi, pendingin dan pelindung belitan dari oksidasi. Minyak isolasi
trafo merupakan minyak mineral yang secara umum terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu parafinik, napthanik dan aromatik. Antara ketiga jenis
minyak dasar tersebut tidak boleh dilakukan pencampuran karena
memiliki sifat fisik maupun kimia yang berbeda.

Gambar 3.2.6.a Minyak Isolasi Transformator


Didalam standar IEC 60422 telah dicantumkan parameterparameter minyak isolasi dengan batasan-batasan minimum untuk
minyak isolasi yang baru dimasukan kedalam peralatan sebelum
energize.

Kertas isolasi trafo


Isolasi kertas berfungsi sebagai isolasi, pemberi jarak, dan
memiliki kemampuan mekanis.

30

Gambar 3.2.6.b Tembaga yang dilapisi kertas isolasi

3.2.7.

Tap Changer
Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah

satu hal yang dinilai sebagai kualitas tegangan. Transformator dituntut


memiliki nilai tegangan output yang stabil sedangkan besarnya
tegangan input tidak selalu sama. Dengan mengubah banyaknya
belitan pada sisi primer diharapkan dapat merubah ratio antara belitan
primer dan sekunder dan dengan demikian tegangan output/sekunder
pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan sistem berapapun tegangan
input/primernya. Penyesuaian ratio belitan ini disebut Tap changer.
Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya
menggunakan tap changer yang dapat dioperasikan dalam keadaan
trafo berbeban dan dipasang di sisi primer. Sedangkan transformator
penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo kapasitas kecil,
umumnya menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya pada
saat trafo tenaga tanpa beban.
Tap changer terdiri dari :

Selector Switch

31

Diverter Switch

Tahanan transisi
Dikarenakan aktifitas tap changer lebih dinamis dibanding
dengan belitan utama dan inti besi, maka kompartemen antara belitan
utama dengan tap changer dipisah.
Selector switch merupakan rangkaian mekanis yang terdiri
dari terminal terminal untuk menentukan posisi tap atau ratio belitan
primer.
Diverter

switch

merupakan

rangkaian

mekanis

yang

dirancang untuk melakukan kontak atau melepaskan kontak dengan


kecepatan yang tinggi.
Tahanan transisi merupakan tahanan sementara yang akan
dilewati arus primer pada saat perubahan tap.

Gambar 3.2.7. OLTC pada transformator


Keterangan :1. Kompartemen Diverter Switch
2. Selektor Switch

32

Media pendingin atau pemadam proses switching pada


diverter switch yang dikenal sampai saat ini terdiri dari dua jenis,
yaitu media minyak dan media vaccum. Jenis pemadaman dengan
media minyak akan menghasilkan energi arcing yang membuat
minyak terurai menjadi gas C2H2 dan karbon sehingga perlu
dilakukan penggantian minyak pada periode tertentu. Sedangkan
dengan metoda pemadam vaccum proses pemadaman arcing pada
waktu switching akan dilokalisir dan tidak merusak minyak.

3.2.8.

NGR (Neutral Grounding Resistant)


Salah satu metoda pentanahan adalah dengan menggunakan

NGR. NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan


neutral

sekunder

pada

transformator

sebelum

terhubung

ke

ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol


besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi neutral ke tanah.
Ada dua jenis NGR, Liquid dan Solid
1.Liquid
berarti resistornya menggunakan larutan air murni yang
ditampung didalam bejana dan ditambahkan garam (NaCl) untuk
mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan
2.Solid
Sedangkan NGR jenis padat terbuat dari Stainless Steel,
FeCrAl, Cast Iron, Copper Nickel atau Nichrome yang diatur sesuai
nilai tahanannya.

33

Gambar 3.2.8 neutral gerounding resistence (NGR)


3.3.

Peralatan Proteksi Transformator


3.3.1.

Rele Bucholz
Pada saat transformator mengalami gangguan internal yang

berdampak kepada suhu yang sangat tinggi dan pergerakan mekanis


didalam transformator, maka akan timbul tekanan aliran minyak yang
besar dan pembentukan gelembung gas yang mudah terbakar. Tekanan
atau gelembung gas tersebut akan naik ke konservator melalui pipa
penghubung dan rele bucholz.
Tekanan minyak maupun gelembung gas ini akan dideteksi
oleh rele bucholz sebagai indikasi telah terjadinya gangguan internal.
Rele bucholz gambar
Rele Bucholz

34

Rele bucholz
mengindikasikan
Alarm saat gas yang
terbentuk terjebak di
rongga rele bucholz
dengan mengaktifkan
satu pelampung

Rele bucholz
mengindikasikan Trip
saat

gas

yang

terbentuk terjebak di
rongga rele bucholz
dengan mengaktifkan
kedua pelampung

Gambar Rele Bucholz 3.3.1

3.3.2

Rele Jansen
35

Sama halnya seperti rele Bucholz yang memanfaatkan


tekanan minyak dan gas yang terbentuk sebagai indikasi adanya
ketidaknormalan / gangguan, hanya saja rele ini digunakan untuk
memproteksi kompartemen OLTC. Rele ini juga dipasang pada pipa
saluran

yang

menghubungkan

kompartemen

OLTC

dengan

konservator.
3.3.3

Suden Pressure
Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat

tekanan didalam trafo muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan


titik terlemah maka tekanan akan tersalurkan melalui sudden pressure
dan tidak akan merusak bagian lainnya pada maintank.

Gambar 3.3.3. Rele sudden pressure

36

3.3.4.

Rele Thermal
Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan

dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, losses pada trafo itu


sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang tinggi akan
mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada transformator.
Untuk mengetahui suhu operasi dan indikasi ketidaknormalan
suhu operasi pada transformator digunakan rele thermal. Rele thermal
ini terdiri dari sensor suhu berupa thermocouple, pipa kapiler dan
meter penunjukan.

Gambar 3.3.4 Bagian-bagian dari rele thermal

37

BAB IV
PEMELIHARAAN DAN ANALISA
TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA
GARDU INDUK NAMURAMBE

4.1.

Pemeliharaan Peralatan Listrik Tegangan Tinggi


Pemeliharaan bukanlah suatu pekerjaan yang luar biasa, akan tetapi

harus dilakukan secara baik dan tepat serta mengikuti petunjuk yang sesuai,
sehingga peralatan akan menampilkan keandalan yang tinggi dengan biaya
yang wajar. Olehkarena itu masalah pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian
yang sesuai. Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian
tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan
bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan.
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk
menjamin kontinyuitas penyaluran tenaga listrik dan keandalannya, antara
lain :

38

a. Untuk meningkatkan reliability, availability dan effiency.


b. Untuk memperpanjang umur atau masa guna peralatan.
c. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
d. Meningkatkan Safety peralatan.
e. Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan.
f. Aman terhadap petugas dan lingkungan
Peralatan dalam sistem perlu dipelihara secara periodik sesuai dengan
buku petunjuk pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pabrik peralatan yang
bersangkutan. Namun di lain pihak pemeliharaan peralatan yang menyebabkan
peralatan tersebut menjadi tidak siap operasi dalam sistem perlu dikoordinir
agar penyediaan daya dalam sistem selalu memenuhi kebutuhan beban + rugirugi. Sementara itu cadangan daya harus cukup tinggi hal ini untuk menjamin
tersedianya daya pembangkit yang cukup tinggi dalam sistem. Cadangan daya
ini merupakan ukuran keandalan. Faktor yang paling dominan dalam
pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah pada sistem isolasi.
Isolasi disini meliputi isolasi padat dan isolasi cair (minyak). Suatu peralatan
akan sangat mahal bila isolasinya sangat bagus, dari demikian isolasi
merupakan bagian yang terpenting dan sangat menentukan umur dari peralatan.
Untuk itu kita harus memperhatikan/memelihara sistem isolasi sebaik
mungkin, baik terhadap isolasinya maupun penyebab kerusakan isolasi. Dalam
pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi kita membedakan antara
pemeriksaan/monitoring (melihat, mencatat, meraba serta mendengar) dalam
keadaan operasi dan memelihara (kalibrasi/pengujian, koreksi/resetting serta
memperbaiki/ membersihkan) dalam keadaan padam. Pemeriksaan atau
monitoring dapat dilaksanakan oleh operator atau petugas patroli setiap hari
dengan sistem check list atau catatan saja. Sedangkan pemeliharaan harus
dilaksanakan oleh regu pemeliharaan.
4.2.

Pedoman Pemeliharaan Transformator Daya


4.2.1

In Service Inspection
39

In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan


pada saat transformator dalam kondisi bertegangan / operasi. Tujuan
dilakukannya in service inspection adalah untuk mendeteksi secara
dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi didalam trafo tanpa
melakukan pemadaman. Subsistem trafo yang dilakukan in service
inspection adalah sebagai berikut:

Bushing

Pendingin

Pernafasan

Sistem kontrol dan proteksi

OLTC

Struktur mekanik

Meter suhu / temperature

Sistem monitoring thermal

Belitan

NGR Neutral grounding Resistor

Fire Protection
4.2.2

In Service Measurement

In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran /


pengujian yang dilakukan pada saat transformator sedang dalam
keadaan bertegangan / operasi (in service). Tujuan dilakukannya in
service measurement adalah untuk mengetahui kondisi trafo lebih
dalam tanpa melakukan pemadaman.

4.2.3

Shutdown function check

40

Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan


menguji fungsi dari rele rele proteksi maupun indikator yang ada
pada transformator. Item item yang harus di check pada saat inspeksi
dan pengujian fungsi adalah sbb :
1.
2.
3.
4.

4.3

Rele Bucholz
Rele Jansen
Rele Sudden Pressure
Rele Thermal

Analisa Transformator Daya 60 MVA Gardu Induk Namurambe


Ada beberapa analisa yang dilakukan oleh penulis pada Transformator

Daya 60 MVA Gardu Induk Namurambe. Antara lain analisa mengenai


pengukuran tahanan isolasai, pengujian tegangan tembus minyak, pengukaran
rasio tegangan. Dalam pengumpulan data analisa tersebut kami meminta
bantuan kepada Supervisor Gardu Induk Namurambe.

4.3.1

Pengukuran Tahanan Isolasi


Pengukuran tahanan isolasi belitan trafo ialah proses

pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk


memperoleh hasil (nilai/besaran) tahanan isolasi belitan / kumparan
trafo tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan
(Case) maupun antar belitan primer, sekunder dan tertier (bila ada).
Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk
mengetahui besar (nilai) kebocoran arus (leakage current ) yang
terjadi pada isolasi belitan atau kumparan primer, sekunder atau
tertier.

41

Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi


antara belitan dengan ground atau antara dua belitan. Metoda yang
umum dilakukan adalah dengan memberikan tegangan dc dan
merepresentasikan kondisi isolasi dengan satuan megohm. Tahanan
isolasi yang diukur merupakan fungsi dari arus bocor yang menembus
melewati isolasi atau melalui jalur bocor pada permukaan eksternal.
Pengujian tahanan isolasi dapat dipengaruhi suhu, kelembaban dan
jalur bocor pada permukaan eksternal seperti kotoran pada bushing
atau isolator. Megaohm meter biasanya memiliki kapasitas pengujian
500, 1000 atau 2500 V dc. Kebocoran arus yang menembus isolasi
peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, salah
satu cara meyakinkan bahwa trafo cukup aman untuk memenuhi
ketentuan yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi trafo itu
sendiri sehingga terhindar dari kegagalan isolasi

Gambar 4.3.1 pengukuran trafo daya menggunakan megger


Dari data-data yang kita dapat bisa kita olah untuk mengetahi
Polarization Index dengan rumus sebagi berikut :
IP=

R 10
X 100
R1

42

Dimana : R1 = tahanan isolasi pengukuran menit pertama


R10= tahanan isolasi pengukuran menit ke sepuluh
NO

Kumparan/Belitan

Hasil Pengukuran (M(

Trafo
1 menit

10 menit

IP

Primer-tanah

853

1560

1,82

Sekunder-tanah

1760

2630

1,49

Tersier-tanah

1930

5120

2,65

Primer-sekunder

2140

4420

1,94

Primer-tersier

4800

7890

1,64

6
7

Sekunder-tersier
Primer&sekunder-tersier

2140
2400

6330
6800

2,95
2,83

Tabel 4.3.1.a data pengukuran tahanan isolasi


Menurut standar VDE (catalouge 228/4) minimum besarnya
tahanan isolasi kumparan trafo, pada suhu operasi dihitung 1 kilo
Volt = 1 M (Mega Ohm)
Tabel index polarisasi
kondisi
Berbahaya
Jelek
Dipertanyakan
Biak
Sangat baik
Tabel 4.3.1b index polarisasi
Dari

data

hasil

pengujian/pengukuran

Index polarisasi
<1,0
1,0-1,1
1,1-1,25
1,25-2,0
>2,0

di

atas

dapat

disimpulkan bahwa tahanan isolasi belitan trafo cukup aman dan


kebocoran arus masih memenuhi ketentuan sehingga trafo aman untuk
diberi tegangan dan terhindar dari kegagalan isolasi. Hal ini
disebabkan karena nilai index polarisasi (IP) dari tahanan isolasi
belitan trafo masih dalam batas kondisi baik yaitu di atas 1,25.

43

4.3.2 Pengujian

Tegangan

Tembus

dan

Warna

Minyak

Transformator
Pengujian tegangan tembus adalah suatu pengujian dimana
minyak trafo diberi tegangan pada frekuensi sistem pada dua elektroda
yang diletakkan didalam minyak isolasi. Jarak elektroda tergantung
pada standard yang digunakan. Pada banyak standard jarak yang
digunakan adalah 2,5 mm.

No
1

Uraian kegiatan

Tegangan Tembus

Warna minyak

(kV/2,5mm)

trafo

75

75

70,3

2,5

Minyak bagian
atas

Minyak bagian
bawah

Miyak OLTC

Tabel 4.3.2 Data pengujian tegangan tembus minyak isolasi


Standar Pengujian SPLN 49 - 1 : 1982
Tegangan Tembus
0 - 70 kV : > 30 kV/2,5 mm
70 - 170 kV : > 40 kV/2,5 mm
> 170 kV : > 50 kV/2,5 mm
Warna Minyak Trafo
1 - 2 : Baik (kuning pucat)
2,5 - 3 : Cukup Baik (kuning terang)

44

3,5 - 5,5 : Sedang (kuning sawo)


6 - 10 : Tidak Baik(coklat kehitaman)
Dari data hasil pengujian/pengukuran tegangan tembus minyak
di atas maka dapat disimpulkan bahwa minyak isolasi trafo masih
layak digunakan karena masih dalam batas yang diijinkan menurut
standar pengujian SPLN 49 - 1 : 1982. Tidak ada tegangan tembus
minyak isolasi yang berada di bawah 40 kV/2,5 mm.

4.3.3

Pengukuran Rasio Tegangan


Untuk mengetahui ratio atau perbandingan sebenarnya dari

alat yang berfungsi untuk mentranformasikan besaran listrik, antara


lain Transformator tenaga, Transformator arus dan Potensial
Transformator ( Capasitive Voltage Transformator atau lebih dikenal
dengan sebutan CVT ).
Ratio yang akan mulai dibandingkan adalah mulai dari awal
(mulai desaign nya, factory report atau site test report) dengan nilai
pengujian terakhir. Sehingga dapat diketahui ratio dari alat listrik
tersebut masih sesuai atau tidak.
Persamaan dasar transformator adalah
E2 N 2
=
=K
E1 N 1
Dimana

N2 = Banyaknya belitan sisi sekunder


N1 = Banyaknya belitan sisi primer
E1 = Tegangan sisi primer

45

E2 = Tegangan sisi sekunder


K = Konstanta transformator atau rasio Transformmator
Jika N2 > N1 atau K > 1 maka trafo tersebut berfungsi sebagai
penaik tegangan atau step-up transformer, demikian sebaliknya bila N 2
< N1 atau K< 1 berfungsi sebagai trafo penurun tegangan atau stepdown

transformator

. Idealnya Transformator mempunyai daya input sama

dengan daya output, dalam persamaan :


Input VA = Output VA
V1 I1 = V2 I2
Posisi
Tap
13L
12L
11L
10L
9L
8L
7L
6L
5L
4L
3L
2L
1L
N
13R
12R
11R
10R
9R
8R
7R
6R
5R
4R
3R
2R

Tegangan name plate


Primer
Skunder
(V)
168700
167300
165900
164400
163000
161500
160100
158700
157200
155800
154300
152900
151400
150000
186000
147100
145700
144200
142800
141300
139900
138500
137000
135600
134100
132700

(V)
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000
22000

46

R
7,693
7,627
7,561
7,495
7,429
7,363
7,298
7,231
7,166
7,101
7,038
6,963
6,902
6,836
6,769
6,704
6,637
6,571
6,506
6,440
6,374
6,308
6,234
6,176
6,113
6,046

Hasil Percobaan
Ratio (K)
DIFF %
S
T
R
S
7,692
7,627
7,560
7,494
7,428
7,363
7,297
7,230
7,165
7,099
7,033
6,956
6,900
6,835
6,768
6,702
6,635
6,571
6,504
6,438
6,373
6,306
6,241
6,175
6,111
6,046

7,694
7,627
7,562
7,496
7,429
7,363
7,299
7,232
7,66
7,090
7,035
6,968
6,902
6,836
6,769
6,704
6,673
6,572
6,507
6,440
6,374
6,308
6,243
6,176
6,112
6,047

0,32
O,3
0,27
0,31
0,28
0,31
0,28
0,24
0,29
0,26
0,29
0,26
0,30
0,26
0,21
0,26
0,22
0,25
0,23
0,27
0,23
0,20
0,25
0,21
0,28
0,23

0,31
0,3
0,26
0,29
0,26
0,31
0,27
0,23
0,27
0,24
0,28
0,24
0,27
0,24
0,20
0,23
0,20
0,25
0,21
0,25
0,21
0,18
0,22
0,18
0,26
0,23

T
0,33
0,3
0,28
0,32
0,28
0,31
0,29
0,25
0,29
0,24
0,30
0,26
0,30
0,26
0,21
0,23
0,22
0,26
0,24
0,27
0,23
0,20
0,25
0,21
0,27
0,25

1R

131300

22000
5,982 5,979 5,982
Tabel 4.3.3 data tegangan tembus

0,22

0,18

Sesuai dengan standar SPLN 50 1982 sebagaimana diuraikan


juga dalam IEC 76(1976), toleransi yang diijinkan untuk perbedaan
ratio tegangan hasil pengukuran adalah 0,5 % dari rasio tegangan
name plate. Dari data hasil pengukuran di atas dapat disimpulkan
bahwa rata - rata nilai ratio tegangan pada transformator masih dalam
batas toleransi yang diijinkan menurut standar SPLN 50 - 1982
sehingga transformator layak untuk dioperasikan.
4.4

Kerusakan Transformator Daya Namurambe


Faktor yang mempengaruhi performa kerja transformator terdapat tiga

faktor yang dominan :


1. Masa pakai alat
Semakin tua usia trafo kemungkinan penurunan kualitas kerja
semakin besar.
2. Transportasi
Relokasi trafo memungkinkan terjadinya perubahan structure
dalam trafo akibat goncangan yang terjadi selama transportasi.
3. Gangguan kerja
Gangguan atau fenomena lain yang memungkinkan gangguan trafo
terjadi.
Saat trafo bekerja, terdapat gaya yang menimbulkan tekanan pada
trafo (dynamic force). Semakin besar energi yang diterima trafo, dynamic force
yang timbul semakin besar. Kerusakan yang mungkin timbul pada
transformator antara lain :
1. Inti trafo (core)
Konstruksi inti trafo berupa lembaranlembaran besi yang
direkatkan menjadi sebuah inti besi. Gangguan dapat
menyebabkan pergeseran lembaran-lembaran ini. Jika jarak
antar lembaran berubah, kapasitansi total pada inti juga
berubah. Selain itu, gangguan juga dapat menyebabkan
laminasi antar lembaran terbakar. Gambar 4.4.1

47

0,23

2. Kumparan (winding)
Kerusakan mungkin terjadi bila :
a. Short sirkuit terjadi apabila,

isolasi

konduktor

terkelupas dan konduktor satu dengan lain terhubung.


b. Open sirkuit terjadi apabila kawat terputus.
c. Deformasi radial terjadi apabila kumparan bergeser
keatas atau ke bawah.

.
Gambar 4.4.2 deformasi radial kumparan
3. Penyambungan (clamping)
Banyak sekali komponen trafo yang harusmengalami
penyambungan, misal antar lembaran inti, sambungan
kumparan dengan bushing, sambungan kumparan inti dengan
tap changer.
4. Bushing
Gangguan trafo dapat menyebabkan trafo terbakar atau
melengkung.

48

Gambar 4.4.4a bushing terbakar


melengkung

49

Gambar

4.4.4b

bushing

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
1. Rata nilai ratio tegangan pada transformator masih dalam batas
toleransi yang diijinkan untuk perbedaan ratio tegangan hasil
pengukuran adalah 0,5% dari ratio tegangan name plate.
2. Nilai index polaritas dari tahanan isolasi belitan trafo masih
dalam batas kondisi baik yaitu 1,25.
3. Minyak isolasi trafo masih layak digunakan karena masih
dalam batas yang diijinkan menurut standar pengujian
tegangan

tembus

minyak

isolasi

yang

berada

diatas

40kV/2,5mm.
4. Pemeliharaan peralatan adalah proses kegiatan yang dilakukan
terhadap peralatan instalasi Tenaga Listrik sehingga didalam
operasinya setiap peralatan dapat memenuhi fungsi yang
dikehendaki secara terus menerus sesuai karakteristiknya.
5.2

Saran
1. Sebaiknya pemeliharaan transformator dilakukan secara
berkala sesuai dengan buku panduan dari pabrik sehingga
transformator dapat beroperasi secara terus - menerus sesuai
karakteristiknya.
2. Jika terjadi ketidaknormalan dari suatu hasil pemeliharaan
transformator maka perlu dilakukan investigasi lebih lanjut
secepatnya agar tidak terjadi gangguan pada saat beroperasi.

DAFTAR PUSTAKA

50

Tim Pelatihan Operator Gardu Induk, 2002, Pengantar Teknik Tenaga


Listrik, PT PLN (Persero).
Tim Program Pendidikan Diploma Satu (D1) Bidang Operasi dan
Pemeliharaan Gardu Induk, 2008, Pemeliharaan Peralatan GI / GITET ,
PT PLN (Persero) Jasa Pendidikan dan Pelatihan.
Tobing, Bonggas L. 2003. Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi,
Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Operasi dan Pemeliharaan Transformator daya , PT PLN (Persero)

LAMPIRAN

Pengertian Umum

51

Gardu induk merupakan sub system dari system penyaluran (transmisi)


tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari system penyaluran (transmisi).
Berarti gardu induk merupakan sub-sub system dari system tenaga listrik, sebagai
sub system dari system penyulang (transmisi) gardu induk mempunyai peran
penting dalam pengoprasiannya, tidak dapat dipisahkan dari system penyaluran
(transmisi) secara keseluruhan.
Fungsi Gardu Induk
1. Mentransformasikan daya listrik :
Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500KV/150 KV)
Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/70

KV)
Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/20 KV, 70

KV/20 KV)
Dengan Frequensi tetap (di Indonesia 50 Hz)
2. Untuk pengukuran, pengawasan oprasi serta pengaman dari system
tenaga listrik.
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain
melalui tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi,
setelah melalui proses penurunan tegangan melalui penyulangpenyulang (feeder-feeder) tegangan menengah yang ada di gardu
induk.
4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN),
yang kita kenal dengan istilah SCADA.

Jenis-Jenis Gardu Induk

1. Berdasarkan besaran tegangannya, terdiri dari :

Gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV.

Gardu induk tegangan tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.

52

2. Berdasarkan pemasangan peralatan :


Gardu induk pasangan luar adalah gardu induk yang sebagian luar
komponennya di tempatkan di luar gedung, kecuali komponen control,
sitem proteksi dan system kendaki serta komponen bantu lainnya ada di
dalam gedung..
Gardu induk pasangan dalam adalah gardu induk yang hampir semua
komponennya (switchgear, busbar, isolator, komponen control, komponen
kendali, cubicle, dan lain-lain) dipasang dalam gedung. Kecuali
transformator daya, pada umumnya dipasang di luar gedung..
Gardu indik kombinasi pasangan luar dan pasangan dalam adalah gardu
induk yang komponennya switch gear-nya ditempatkan di dalam gedung
dan sebagian komponen switchgear ditempatkan di luar gedung.
3. Berdasarkan fungsinya :
1.

Gardu induk penaik teganggan adalah gardu induk yang berfungsi

untuk menaikkan tegangan


2.

Gardu induk penurun tegangan adalah gardu induk yang berfungsi

untuk menurunkan tegangan, dari tegangan ekstre tinggi menjadi tegangan


tinggi, dan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah (menegah) atau
tegangan distribusi.
3. Gardu induk pengatur tegangan
4. Gardu induk pengatur beban
5.

Gardu distribusi gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari

tegangan system ke tegangan distribusi.

4. Berdasarkan isolasi yang digunakan :


Gardu induk yang menggunakan isolasi udara adalah gardu induk yang
menggunakan isolasi udara antara bagian yang bertegangan yang satu
dengan bagian yang bertegangan lainnya.

53

Gardu induk yang menggunakan isolasi gas SF 6 sebagai isolasi antara


bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian lain yang bertegangan,
maupun antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak
bertegangan.
5. Berdasarkan system Rel ( Busbar) :
Rel (Busabar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting)
antara transformator daya, SUTT/SKTT dengan komponen listrik lainnya,
untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik.

Gardu induk system rel busbar

Gardu induk system single busbar

Gardu induk system double busbar

Gardu induk system satu setengah (on half) busbar

KOMPONEN (BAGIAN-BAGIAN) LISTRIK GARDU INDUK


1.

Switch Yard (switchgear) adalah bagian dari gardu induk yang

dijadikan sebagai tempat peralatan komponen utama gardu induk. Jika

54

komponen utama gardu induk terpasang di area terbatas dan di dalam


gedung maka disebut switchgear.
2.

Transformator Daya berfungsi untuk mentranformasikan daya

listrik, dengan merubah besarnya tegangan sedangkan frequensinya tetap.


Transformator daya dilengkapi dengan trafo pentanahan yang berfungsi
untuk mendapatkan titiknetral dari trafo daya. Peralatan ini disebut Neutral
Current Transformator (NCT), perlengkapan lainnya adalah pentanahan
trafo yang disebut, Neutral Grounding Resistance (NGR).
3.

Neutral Grounding Resistance (NGR) adalah komponen yang

dipasang antara titik netral trafo dengan pentanahan. Neutral Grounding


Resistance (NGR) berfungsi untuk memperkecil arus gangguan yang
terjadi.
4.

Circuit breaker (CB/PMT) adalah peralatan pemutus, yang

berfungsi untuk memutus rangkaian listrik dalam keadaan berbeban.


Circuit breaker (CB) dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam kondisi
normal maupun pada saat terjadi gangguan. Kerena pada saat bekerja, CB
mengeluarkan (menyebabkan timbulnya) busur api, maka pada CB
dilengkapi dengan pemadam busur api.
5.

Disconnecting switch (DS/PMS) adalah perlatan pemisah, yang

berfungsi untuk memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak


berbeban. Kerena DS hanya dapat dioperasikan pada saat kondisi tdak
berbeban, maka yang harus dioperasikan terlebih dahulu adalah CB.
Setelah rangkaian diputus oleh CB, baru DS dioperasikan.
6.

Lightning arrester (LA) berfungsi untuk melindungi (pengaman)

peralatan listrik di gardu dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran


petir (lightning surge) pada kawat transmisi, maupun disebabkan oleh
surya hubung (switching surge).
7.

Current transformator (CT) berfungi untuk merubah besaran

arus, dari arus yang besar ke arus yang kecil. Atau memperkecil besaran
arus listrik pada system tenaga listrik, menjadi arus untuk system
pengukuran dan proteksi.

55

8.

Potential transformator (PT) berfungsi untuk merubah besaran

tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau memperkecil


besaran tegangan listrik pada system tenaga listrik, menjadi besaran
tegangan untuk pengukuran dan proteksi.
9.

Transformator pemakaian sendiri (TPS) berfungsi sebagai

sumber tegangan AC 3 Phasa 220/380 Volt.


10.

Rel busbar berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan antara

transformator daya, SUTT, SKTT serta komponen listrik lainnya yang ada
pada switch yaed.
11.

Panel control berfungsi untuk mengetahui kondisi gardu induk

dan merupakan pusat kendali local gardu induk.


12.

Panel proteksi (protection panel/relay panel) berfungsi untuk

memproteksi (melindungi system jaringan gardu induk) pada saat terjadi


gangguan maupun karena kesalahan operasi.
13.

Sumber DC (Baterry) berfungsi untuk menggerakkan peralatan

control, relay pengaman, motor penggerak CB, DS, dan lain-lain.


14.

Sistem proteksi adalah suatu system pengaman terhadap peralatan

listrik, yang diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam,


kesalahan operasional dan penyebab lainnya.

56

Anda mungkin juga menyukai