Pada saat sekarang ini, banyak peritel yang menggunakan dua strategi harga yang
saling bertentangan :
1. Everyday Low Pricing (EDLP)
Strategi ini menekankan pada harga yang ada di antara harga ‘non sale’ dan harga
penjualan setelah diskon. Istilah EDLP ini sebenarnya kurang cocok, karena harga
yang rendah, tidah berarti harga terendah (harga paling rendah). Meskipun peritel
menggunakan strategi EDLP, harga produk yang dijual oleh peritel tersebut tidak
selalu merupakan harga terendah yang ada di pasar.
Yang dimaksud dengan EDLP adalah bahwa harga yang ditawarkan adalah harga
yang stabil, karena harga tersebut tidak berfluktuasi.
Beberapa peritel yang mengadopsi strategi ini adalah Home Depot, Wal Mart,
Staples, dan Amazon.com. Karena peritel ini tidak menawarkan harga yang selalu
rendah, mereka mengadopsi kebijakan jaminan harga rendah (low price guarantee
policy), dimana mereka menjamin bahwa mereka akan memiliki harga yang
mungkin saja terendah untuk produk atau sekelompok produk tertentu. Jaminan
ini selalu menjanjikan untuk menyesuaikan harga terendah yang ditemukan atau
ada di pasar lokal manapun. Jaminan ini biasanya juga termasuk provisi untuk
mengembalikan sejumlah uang sebanyak selisih perbedaan antara harag yang
dibeli oleh konsumen di ritel yang bersangkutan, dengan harga terendah yang ada
di pasar.
2. Mengurangi iklan
Harga stabil yang disebabkan oleh EDLP membatasi kebutuhan untuk membuat
iklan setiap minggu. Sebagai tambahan, bahkan peritel bisa fokus pada pesan
iklan berupa gambar. Dengan EDLP, catalog yang ada pun tidak akan cepat
usang, karena perubahan harga cenderung tidak sering terjadi.
2. Menciptakan ketertarikan
Atmosfir ‘dapatkan produk-produk tersebut selagi ada’ selalu muncul ketika toko
melakukan diskon dan menurunkan harga. Keramaian yang muncul saat itu akan
menimbulkan ketertarikan dari konsumen lain untuk mengunjungi toko yang
bersangkutan. Beberapa peritel juga akan melakukan beberapa aktivitas seperti,
demonstrasi produk, undian, penampilan artis, bahkan penawaran harga khusus
meskipun hanya berlangsung beberapa menit saja.
Sekarang ini, sudah banyak konsumen yang membeli secara online. Pada waktu
yang bersamaan, batas antara peritel internet dan tradisional, menjadi tidak jelas.
Semakin banyak peritel tradisional yang juga menjual lewat internet. Dan bahkan
beberapa pabrik telah memotong jalur distibusi dengan melewati dostibutor, dan
menjual langsung pada konsumen.
Coupons / kupon
Kupon adalah dokumen yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
mendapatkan pengurangan harga sejumlah tertentu dari harga actual pembelian.
Kupon ini dikeluarkan oleh pabrik dan peritel lewat iklan di koran, rak di mesin
kasir, bahkan lewat surat.
Kupon dianggap sebagai alat promosi yang penting, karena bisa mempengaruhi
konsumen untuk mencoba produk yang baru untuk pertama kalinya,
meningkatkan penggunaan, dan melindungi pangsa pasar dari persaingan.
Kupon memiliki efek positif karena bisa mendorong pembelian dalam jumlah
banyak, daripada apabila tidak memakai kupon, di samping itu, promosi kupon ini
bisa saja mengambil kesempatan dari penjualan di masa yang akan datang tanpa
adanya peningkatan dalam penjualan. Contohnya, jika supermarket membagikan
kupon untuk promosi produk seperti gula, maka konsumen akan cenderung
membeli dalam jumlah banyak dan menimbunnya untuk digunakan di masa yang
akan datang. Itulah sebabnya, meskipun kupon banyak digunakan oleh konsumen
baru, efek dari penjualannya menjadi kacau, dan berpengaruh buruk pada profit
karena jumlah kupon yang ditukarkan menjadi banyak, dan ada biaya dari
pertukaran kupon tersebut. Dan yang paling sulit adalah mengisolasi pasar dari
komsumen baru dengan tidak mengijinkan mereka menikmati keuntungan dari
kupon tersebut.
Ada beberapa pihak yang beranggapan bahwa kupon juga menganggu, dan
membingungkan konsumen, karena biasanya banyak syarat-syarat tertentu dan
prosedur yang harus dijalani dalam menukar kupon, dan hal ini bisa menurunkan
loyalitas konsumen terhadap ritel.
Rebates/rabat
Rabat adalah uang yang dikembalikan kepada pembeli berdasarkan porsi dari
harga pembelian. Umumnya, konsumen akan melampirkan bukti pembelian
kepada pabrik, kemudian pabrik akan memberikan rabat kepada konsumen. Rabat
akan berguna apabila jumlah uangnya besar. sebaliknya, rabat akan menjadi tidak
berguna apabila waktu yang dibutuhkan oleh konsumen untuk mendapatkan rabat
lebih besar daripada jumlah rabat yang didapat.
Pabrik menyukai sistem rabat ini karena biasanya konsumen jarang ada yang
menuntut rabat. Selain itu, rabat bisa saja dikeluarkan dan dihentikan secara tiba-
tiba. Karena pembeli yang ingin mendapatkan rabat, diharuskan untuk mengisi
formulir dengan nama, alamat, dan data lainnya, maka rabat ini menjadi salah satu
cara untuk mendapatkan data-data konsumen.
Leader Pricing
Pada leader pricing, beberapa produk dihargai lebih rendah daripada harga
normalnya, hal ini bertujuan untuk meningkatkan arus penjualan dari produk-
produk pelengkap. Alasan penggunaan leader pricing ini serupa dengan kupon.
Perbedaannya adalah bahwa dengan leader pricing, peritel dan pemasok tidak
perlu mengurusi kupon. Beberapa peritel menyebut ini sevagai loss leader. Pada
kasus yang ekstrim, loss leader dijual pada harga di bawah biaya. Namun, peritel
tidak harus menjual produk pada harga di bawah biaya apabila menggunakan
strategi leader pricing. Produk-produk yang cocok untuk diterapkan dengan leader
pricing adalah produk-produk yang sering dibeli, dan konsumennya sensitive
terhadap harga. Konsumen jenis ini akan memperhatikan iklan atas produk-
produk ini, karena sering membeli. Para peritel berharap bahwa konsumen juga
akan membeli produk lainnya ketika membeli produk loss leader.
Contohnya Toys “R” Us, menggunakan strategi leader pricing untuk produk
popok bayi. Para orang tua mulai memilki kebiasaan berbelanja di Toys ketika
anak-anak mereka masih bayi, dan akan terus berlanjut sepanjang periode selama
mereka menjadi orang tua.
Price Bundling
Price bundling adalah praktek penawaran dua atau lebih produk atau jasa yang
berbeda, yang dijual pada satu harga. Contohnya, agen travel akan menjual tiket
perjalanan bersamaan dengan makanan, seharga $1.500. Jika dibeli secara
terpisah, maka total harganya akan menjadi $2.600. Price Bundling ini digunakan
untuk meningkatkan penjualan, baik per unit, maupun dalam jumlah uang.
Strategi ini juga cocok diterapkan untuk memindahkan produk-produk yang tidak
terlalu laku, dengan memasukkannya dalam paket penjualan dengan produk yang
permintaanya tinggi.
Multiple-Unit Pricing
Multiple-Unit Pricing ini serupa dengan price bundling, perbedaannya adalah
bahwa produk yang ditawarkan adalah serupa. Contohnya, ritel menjual 3 liter
soda seharga $2.39, sementara harga 1 liter nya adalah 99 sen – hemat 58 sen.
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan.
Price Lining
Pada price lining, peritel menawarkan produk pada harga tertentu yang ada dalam
klasifikasi. Contohnya toko Values, semua produknya ditawarkan mulai dari
harga $1 = Rp. 9.000, $2 = Rp. 18.000, dst.
Odd Pricing
Odd pricing mengacu pada harga yang angka akhirnya adlaah ganjil. Pada zaman
dahulu, strategi odd pricing ini diterapkan untuk mengurangi kecurangan yang
dilakukan oleh karyawa. Karena produk dijual pada harga yang ganjil , maka
karyawan toko harus memberikan uang kembalian dan mencatat adanya
penjualan. Odd pricing ini juga digunakan untuk mencatat sudah berapa kali peitel
menurunkan harga. Misalnya, harga awalnya $20, penurunan harga pertama
menjadi $17.99, penurunan kedua menjadi $15398, dst.
Price Discriminationϖ
Price discrimination muncul ketika pemasok menjual produk yang sama kepada
dua atau lebih konsumen pada harga yang berbeda. Price discrimination bisa
terjadi antara pemasok dengan peritel, atau antara peritel dengan konsumen.
Pertama, kita akan mempelajari tentang diskriminasi harga antara pemasok
dengan peritel, baru kemudian antara peritel dengan konsumen.
Meskipun secara umum diskriminasi antara pemasok dan peritel adalah sesuatu
yang illegal, ada tiga situasi dimana hal ini menjadi sesuatu yang dapat diterima.
Pertama, peritel yang berbeda bisa dikenakan harga yang berbeda karena adanya
perbedaan dalam biaya pembuatan/pabrikan, penjualan, atau pengiriman yang
disebabkan oleh adanya perbedaan metode atau kuantitas dimana komoditi
tersebut dijual atau dikirimkan. Pada kondisi apa saja perbedaan ini mungkin saja
terjadi?
Biasanya biaya per unit untuk pabrik, penjualan, atau pengiriman akan menjadi
lebih murah bila kuantitasnya banyak, ketimbang yang kuantitasnya sedikit.
Pabrik dapat mencapai skala ekonomi lewat aktivitas produksi yang lebih sering
untuk mencapai kuantitas yang besar. Biaya penjualan kepada konsumen bisa
menurun seiring dengan banyaknya jumlah barang yang dipesan karena biaya
yang dikenakan kepada sales person sama saja, baik itu besar maupun kecil. Biaya
pengiriman transportasi juga akan menurun seiring dengan meningkatnya
pesanan. Pengecualian ini memicu timbulnya praktik diskon terhadap kuantitas
(quantity discounts), yaitu praktik penurunan harga kepada peritel yang membeli
dalam jumlah banyak.
Pengecualian kedua untuk aturan diskriminasi harga adalah ketika perbedaan
harga tersebut bereaksi untuk merubah kondisi yang mempengaruhi pasar atas
kemampuan pemasaran dari produk. Pengecualian ketiga adalah ketika perbedaan
harga tersebut dibuat supaya produk tersebut memiliki kemampuan untuk bersaing
dengan harga kompetitor yang cenderung rendah. Contohnya, es krim Ben & Jerry
diijinkan untuk menurunkan harga di bawah harga pasar yang berlaku di pasar
lain, agar mampu bersaing dnegan competitor lokak. Pada kasus ini, kondisi pasar
telah berubah dan Ben & Jerry beraksi untuk bisa berkompetisi dengan harga
competitor.
Isu-isu legal tentang diskriminasi harga yang terjadi antara peritel dan konsumen,
tidaklah jelas. Konsumen yang berbeda akan menerima harga yang berbeda
setelah melewati proses negosiasi, untuk beberapa produk tertentu seperti mobil,
perhiasaan, atau benda-benda antik.
Predatory Pricingϖ
Menetapkan harga barang untuk mendoriong kompetisi diebut predatory pricing.
Ini adalah illegal. Peritel bisa menjual produk yang sama pada lokasi geografi
yang berbeda pada harga yang berbeda jika biaya produk ataupun pengirimannya
juga berbeda. Contohnya, toko The Limited mungkin saja menetapkan harga gaun
yang lebih mahal untuk toko di California daripada di Ohio, karena biaya
pengiriman dari pusat distribusi di Columbus, Ohio ke California lebih tinggi
daripada biaya pengiriman ke toko di Ohio. Peritel pesaing di Ohio mungkin saja
tidak mampu bersaing karena harga gaun di toko The Limited terlalu rendah.
Namun harga yang rendah ini cenderung disebabkan oleh rendahnya biaya
distribusi bukan suatu usaha untuk mendorong pesaing untuk keluar dari pasar,
maka taktik ini diperbolehkan.
Bait-and-Switch Tacticsϖ
Bait-and-switch adalah praktik yang tidak bertanggung jawab, dimana peritel
mengiming-imingi konsumen untuk masuk ke toko dengan membuat iklan yang
menawarkan produk dengan harga yang lebih rendah dari biasanya (the bait) dan
kemudian mempengaruhi konsumen untuk berganti ke produk yang harganya
lebih mahal (the switch). Bait-and-switch bisa muncul dalam dua cara. Contohnya
seorang konsumen masuk ke dalam toko untuk mencari kulkas baru. Konsumen
tersebut telah mengecek iklan yangada di koran dan menemukan produk yang
baik dengan harga yang cocok. Pada saat sudah ada di dalam toko, konsumen
menemukan bahwa produk tersebut sudah tidak ada (kehabisan stok). Dan penjual
di toko tersebut mulai mendorong konsumen untuk membeli produk (kulkas) pada
harga yang relatif mahal dan memang stoknya banyak di toko.
Pada metode bait-and-switch yang kedua, peritel memilki stok produk seperti
yang ada di iklan, tetapi menjelek-jelekkan kualitasnya, sambil menenkankan
pada kualitas produk lain yang lebih bagus, yang harganya juga tinggi. Tindakan-
tindakan ini bisa membuat konsumen bingung dan salah memilih,
Untuk menhindari adanya konsumen yang kecewa, peritel harus memilki stok
yang cukup dari produk yang diiklankan tersebut. Jika pada saat tertentu peritel
kehabisan stok, maka mereka harus menawarkan rain checks kepada konsumen.
Peritel juga harus mengingatkan salesperson untuk tidak menjelek-jelekkan
produk yang sedang diiklankan dalam rangka upaya untuk mendorong konsumen
membeli produk lain yang harganya lebih tinggi.
Diposkan oleh rodhiah di 23:38
0 komentar:
Poskan Komentar
thaks,telah mampir di blog saya.
http://rodhiah-plasacom.blogspot.com/2009/07/pricing-strategies-and-practices-
pada.html?zx=e9ec21c18fd0559b