Anda di halaman 1dari 8

4.

3 Pengolahan Data
Dari data data penelitian yang meliputi data primer dan data sekunder yang
digunakan sebagai pendukung interpretasi dalam mengembangkan suatu sumur
pengembangan dilkukan melalui suatu tahap pengolahan data. Pengolahan tersebut
dilakukan dengan selalu memperhatikan data yang ada serta kualitas data yang
dihasilkan dari data penelitian sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang valid
dan mempunyai tingkat kemungkinan keberhasilan yang tinggi. Pengolahan data
dilakukan secara berurutan dan bertahap dengan dimulai dari proses pengolahan data
geofisika kemudian proses pengolahan data geologi sehingga kedua hal tersebut
dapat diintegrasikan untuk menghasilkan suatu usulan sumur pengembangan.
Langkah langkah pengolahan data ditunjukkan dengan diagram alir (Gambar 4.

Gambar 4.18 Diagram alir penelitian.

61

4.3.1 Analisis Data Sumur


Analisis data sumur pada penelitian ini meliputi karakteristik log yang ada
pada daerah penelitian, sehingga dari data tersebut dapat diketahui bagaimana pola
sikuen serta fasies dan litologi yang ada pada daerah telitian sehingga dapat diketahui
geometri Lapisan Mid Main Carbonate. Disamping itu juga untuk menganalisis data
checkshot yang baik pada sumur yang ada pada daerah telitian agar dapat dilakukan
proses well seismic tie yang dapat membantu dalam penarikan horizon seismik pada
daerah penelitian.
4.3.2 Seismogram Sintetik
Seismogram sintetik atau disebut juga geogram adalah rekaman seismik
buatan yang diperoleh dari log p-wave velocity, log density, checkshot dan ekstrasi
wavelet pada daerah telitian. Seismogram sintetik pada penelitian ini dibuat untuk
mengkorelasikan antara informasi sumur litologi, umur, kedalaman dan sifat sifat
fisis lainnya terhadap penampang seismik lainnya untuk memperoleh informasi lebih
lengkap dan komprehensif. Data sumur penelitian yang masih dalam domain
kedalaman diubah ke dalam domain waktu dengan melakukan checkshot calibration.
Seismogram sintetik adalah data dasar yang digunakan dalam well seismic tie.
4.3.3 Well Seicmic Tie
Well seismic tie pada penelitian ini dimaksudkan untuk meletakkan horizon
seismik skala waktu (ms) pada posisi kedalaman sebenarnya (m) dan agar data
seismik dapat dikorelasikan dengan data geologi lainnya yang umumnya di plot
dalam skala kedalaman. Proses well seismic tie yang dilakukan dengan benar dapat
membantu dalam proses picking horizon di tahapan yang selanjutnya.
Dalam proses well seismic tie maka banyak dipengaruhi oleh proses shifting,
squeezing dan stretching. Proses shifting adalah proses pemindahan seluruh
seismogram ke posisi yang diinginkan karena adaya perbedaan datum antara data
sumur dan seismik, sedangkan squeezing dan stretching adalah pemampatan dan
peregangan antara dua amplitude yang berdekatan pada seismogram, pada penelitian
ini digunakan kedua karena pada penelitian ini terdapat dua sumur yaitu sumur
62

vertikal dan sumur trajectory. Gambar 4.19 merupakan hasil dari proses well seismic
tie pada sumur RVR-10 yang merupakan sumur trajectory sehingga perlu dilakukan
proses shifting, squeezing dan stretching untuk well seismic tie.

Gambar 4.19 Proses well seismic tie pada sumur RVR-10.


Gambar 4.20 merupakan hasil dari ekstraksi wavelet

pada proses well

seismic tie. Wavelet yang digunakan merupakan wavelet jenis Ricker (Gambar 4.20a)
yaitu wavelet yang hanya bergantung pada frekuensi dominannya, frekuensi puncak
dari spectrum amplitudenya terletak pada dominan waktu. Dengan tipe fasenya
adalah zero phase. Gambar 4.20b menunjukkan proses pengaturan spektrum
amplitudo seismogram sintetik terhadap data seismik dengan menggunakan wavelet
jenis Ricker.
63

(a)

(b)

Gambar 4.20 Hasil ekstraksi wavelet pada well seismic tie sumur RVR-10; (a)
wavelet hasil ekstraksi; (b) spektrum amplitudo seismogram sintetik terhadap data
seismik.
4.3.4 Picking Horizon
Horizon pada penelitian ini adalah garis batas yang menunjukkan
kemenerusan reflektor dengan menelusuri jejak seismik yang ada. Hasil dari
penarikan horizon ini akan menginformasikan struktur atau keadaan yang sebenarnya
pada daerah target sepanjang horizon yang telah dilakukan picking. Penarikan
horizon pada penelitian ini dilakukan menggunakan marker dari data sumur setelah
dilakukan well seismic tie sebagai fungsi kontrol dengan berdasarkan kontinuitas dari
reflektor seismik (Gambar 4.21).

Sesar

Horizon

64

Gambar 4.21 Picking fault dan horizon pada Lapisan Mid Main Carbonate.

4.3.5 Geostatistical Mapping


Geostatistika yang digunakan pada penelitian ini adalah metode statistik yang
digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang diukur pada titik tertentu
dengan variabel yang sama diukur pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama
dan digunakan untuk mengestimasi parameter di tempat yang tidak diketahui
datanya. Geostatistical Mapping yang dimaksudkan adalah pemetaan yang dilakukan
dengan menyebarkan angka angka yang terdapat pada sumur dan mengestimasi
nilai pada tempat yang tidak diketahui datanya dengan kontrol dari peta atribut
seismik.
Analisis geostatistika dilakukan dengan melakukan analisis variogram.
Variogram adalah perilaku data secara spasial untuk menentukan jarak dimana nilai
nilai data pengamatan tidak ada korelasinya. Jenis variogram yang dipakai adalah
eksponensial, ditentukan dari nilai persebaran data (Gambar 4.22)
Kemudian model krigging yang dipakai adalah jenis ordinary krigging
dengan tujuan menghitung nilai harapan data di suatu titik yang tidak ada data
pengukuran berdasarkan nilai nilai data disekitarnya.

65

Gambar 4.22 Analisis variogram.

4.3.6 Analisis Atribut Seismik


Dari hasil analisis petrofisika yang didapatkan dari PT. Pertamina EP Asset 3
maka didapatkan nilai porositas. Dalam pembuatan peta persebaran porositas maka
diperlukan suatu atribut seismik yang sesuai dengan log PHIT. Dari hasil analisis
atribut yang sesuai adalah Second Derivative of Envelope Normalized Amplitude
yang dilihat dari arah trend nya (Gambar 4.23). Kemudian dari atribut tersebut dapat
dibuat peta persebaran porositas.

Gambar 4.23 Pemilihan atribut seismik;(1) Envelope Derivative Normalize


Amplitude;(2) Amplitude Weighted Apparent Polarity;(3) Second Derivative of
Envelope Normalized Amplitude;(4) Signal Envelope.
66

4.3.7 Crossplot Grid Por vs Perm


Setelah diperoleh hasil peta persebaran porositas maka untuk mendapatkan
nilai persebaran permeabilitas untuk itu dilakukan crossplot antara grid porositas
dengan nilai permeabilitas sehingga didapatkan persamaan yang nantinya digunakan
untuk membuat peta persebaran permeabilitas (Gambar 4.24).

Gambar 4.24 Crossplot Grid Por vs Perm.


4.3.8 Crossplot Grid Por vs Saturation Water
Dari hasil peta persebaran porositas maka digunakan juga untuk mendapatkan
nilai persebaran saturasi air dari hasil analisa petrofisik yang dibuat dengan
menggunakan persamaan dari hasil Crossplot Grid Por vs Saturation Water
(Gambar 4.25) sehingga dapat dihasilakan suatu peta persebaran saturasi air yang
nantinya dapat digunakan sebagai referensi untuk menentukan usulan sumur
pengembangan selanjutnya yang dikombinasikan dengan data data yang lainnya.

67

Gambar 4.25 Crossplot Grid Por vs Saturation Water.


4.3.9 Model Fasies Karbonat
Dalam penentuan model fasies karbonat maka dibutuhkan integrasi dari
beberapa data yaitu meliputi hasil analisis log sumur, data biostratigrafi dan beberapa
litelatur karbonat. Dalam penelitian ini maka peneliti mengacu dua model karbonat
yaitu berdasarkan Lucia (2007) dan Marcele K. Boudagher - Fadel (2008).
4.3.10 Korelasi
Korelasi pada penelitian ini adalah dengan Chronocorrelation, dimana
mengekspresikan suatu umur dan posisi kronostratigrafi, bidang atau lapisan penciri
yang dipakai pada peneltian ini adalah flooding surface (FS) dan sequence boundary
(SB).

68

Anda mungkin juga menyukai