PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang Dasar 1945 telah mengalami empat tahap perubahan yang
dilaksanakan dalam satu rangkaian yakni pada tahun 1999, 2000,2001, dan 2002.
Dimana dari adanya perubahan-perubahan Undang-undang Dasar 1945 tersebut
menimbulkan Implikasi pokok pikiran yang terkandung didalamnya. Salah satu
perubahan itu yakni kelembagaan dan mekanisme hubungan antar lembagalembaga Negara.
Mahkamah Konstitusi dibentuk pada tanggal 17 Agustus 2003, Mahkamah
Konstitusi dibentuk sebagai salah satu lembaga Negara konstitusional yang
tercantum pada Pasal 24 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945. Mahkamah
Konstitusi memiliki wewenang yang telah dicantumkan dalam Pasal 24C ayat 1
Undang_undang Dasar 1945 yakni : Mahkamah Konstitusi berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum.1
undang Dasar tersebut tentunya akan membatasi siapa pihak yang dapat menjadi
pemohon
dan
termohon
didepan
persidangan
Mahkamah
Konstitusi.
BAB II
HASIL KEGIATAN MAGANG
2.1 Uraian Kegiatan
2.1.1 Program Kegiatan Magang Harian
O
1
KEGIATAN
Senin, 05 Nofember
2012
Selasa, 06
Administrasi Kepaniteraan.
Nofember a. Shearing dengan pembimbing lapangan
b. Shearing
dengan
pegawai
di
bagian
2012
3
Rabu, 07
Administrasi Kepaniteraan.
Nofember Mempelajari berkas berkas permohonan yang
2012
4
Kamis, 08
2012
5
diregistrsi,
ke
Para
olahraga,
2012
meresume
berkas
pendataan
Klasifikasi
Senin, 12
melanjutkan
perkara.
Nofember Mengerjakan
Selasa, 13
kemudian
permohonan
Putusan
Undang-Undang
Terhadap
Undang
2012
Rabu, 14
hakim
diajukan
Mahkamah Konstitusi.
Jumat, 09 Nofember Pagi hari melakukan
2012
untuk
2012
Kamis, 15
10
2012
Jumat, 16 Nofember
Cuti bersama (tidak ada kegiatan)
11
2012
Senin, 19
2012
12
Selasa, 20
Mingg
Mingg
Mingg
u1
u2
u3
u4
No Kegiatan
Pengarahan
dari
1
Pembimbing Lapangan
Melakukan
identifikasi
masalah
melalui
dengan
diskusi
Pembimbing
2
Lapangan, Panitera, serta
Hakim
Mahkamah
Konstitusi.
Mengumpulkan
melengkapi
3
menyempurnakan
Data,
dan
data,
KEGIATAN
YANG KEGIATAN
O
1
TERLAKSANA
Berwawancara
TERLAKSANA
dengan -
pembimbing
lapangan
YANG
TAK
terkait
magang.
Berwawancara
dengan
para Tidak
mendapatkan
waktu
yang
Sengketa Sengketa
Antar
Kewenangan
Antar
Negara.
Konstitusi.
Belum bertemu dengan Sekertaris
Jenderal yakni Janedjri M. Gaffar
UUD 1945, ada pula yang dibentuk dan mendapatkan kekuasaannya dari pula
yang dibentuk dan mendapatkan kekuasaanya dari Undang-Undang, dan bahkan
ada pula yang hanya dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden.7
Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang kemudian dijabarkan dalam Pasal 10
ayat (1) huruf b UU 24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi, lembaga negara dapat
dibedakan:8
a. Lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, dan
b. Lembaga negara yang kewenangannya tidak diberikan oleh UUD 1945,
tetapi diberikan oleh undang-undang atau peraturan perundang-undangan
lainnya.
Sederhananya dapat dibedakan menjadi dua kategori Lembaga Negara yakni
Lembaga Negara yang disebut dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Lembaga
Negara Yang tidak disebut dalam Undang-Undang Dasar 1945.
7 Ibid. hml. 42
8 Tesis Lutfi Widagdo
10
merinci secara tegas lembaga negara mana saja yang termasuk lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945.
Menurut Pasal 2 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor
8/PMK/2006
tentang
Pedoman
Beracara
Dalam
Sengketa
Kewenangan
tentang
Pedoman
Beracara
Dalam
Sengketa
Kewenangan
Lembaga Negara yang disebut dalam Undang Undang Dasar 1945 dengan
penyebutan Lembaga Tinggi Negara yakni:11
1. Presiden dan Wakil Presiden;
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
4. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
5. Mahkamah Konstitusi (MK);
6. Mahkamah Agung (MA);
7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Kemudian Lembaga Negara Yang disebut dalam Undang Undang Dasar
dengan penyebutan Lembaga Konstitusional Lainnya yakni:12
1. Menteri dan Kementrian Negara;
2. Dewan Pertimbangan Presiden;
3. Komisi Yudisial;
4. Tentara Nasional Indonesia;
5. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
6. Kejaksaan;
7. Komisi Pemberantasan Korupsi;
8. Komisi pemilihan Umum;
9. Komisi Nasional HAM;
10. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
12. Lembaga Sensor Film, yang dibentuk oleh Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1994 tentang Lembaga Sensor Film.
13. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), yang dibentuk oleh
Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi.
oleh Pemerintahan Daerah Propinsi Papua. Hal ini mendapat reaksi dari berbagai
kalangan tentang ketidakkonsistenan pengaturan pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah yang telah diakui sebagai rezim Pemilu.21
Terlepas dari apa yang menjadi putusan Mahkamah Konstitusi terhadap
pemohonan semacam ini, yang jelas persoalan tersebut dapat dilihat dari kacamata
Sengketa Kewenangan lembaga Negara. Meskipun perkaranya melalui Pintu
Masuk Pengujian Undang-Undang, tetapi pada substansinya menyangkut sengketa
antara lembaga Komisi Pemilihan Umum dan Pemerintah Daerah Propinsi Papua.
Objek sengketa antar lembaga negara dalam kewenangan
Mahkamah Konstitusi adalah persengketaan mengenai kewenangan
konstitusional antar lembaga negara.22Satu-satunya lembaga negara yang
dikecualikan dari kemungkinan menjadi pihak dalam perkara sengketa
kewenangan antar lembaga negara ini adalah Mahkamah Agung
sebagaimana ditentukan oleh pasaal 65 Undang-undang No. 24 Tahun
2003. Pasal ini menentukan Mahkamah Agung tidak dapat menjadi pihak
dalam sengketa kewenangan Lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
pada Mahkamah konstitusi.23
Sengketa kewenangan antar lembaga negara ini terletak pada soal
kewenangan konstitusionalnya yang dalam hal pelaksanaannya, bukan
terletak pada kelembagaan lembaga negara tersebut. Dengan demikian
Mahkamah Konstitusilah yang berwenang untuk memutus sengketa antar
lembaga negara.
saling
mengendalikan,
sehingga
dalam
melaksanakan
dari awal
19
(3) Selain dibuat dalam bentuk tertulis, permohonan dapat pula dibuat dalam
format digital yang tersimpan secara elektronik dalam media penyimpanan
berupa disket, cakram padat (compact disk), atau yang sejenisnya.
(4) Permohonan sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara diajukan
tanpa dibebani biaya perkara.
Pasal 6
(1) Permohonan tertulis dan/atau format digitalnya (soft copy) diajukan kepada
Mahkamah melalui Kepaniteraan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai alat-alat bukti
pendukung, misalnya dasar hukum keberadaan lembaga negara atau
surat/dokumen pendukung.
(3) Alat-alat bukti tertulis yang diajukan, seluruhnya dibuat dalam 12 (duabelas)
rangkap dengan bukti yang asli diberi materai secukupnya.
(4) Apabila pemohon bermaksud mengajukan ahli dan/atau saksi, pemohon harus
menyertakan daftar ahli dan/atau saksi yang akan memberi keterangan yang berisi
identitas, keahlian, kesaksian dan pokok-pokok keterangan yang akan diberikan.
(5) Dalam hal pemohon belum mengajukan ahli dan/atau saksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), pemohon masih dapat mengajukan ahli dan/atau saksi
selama dalam pemeriksaan persidangan.
20
lapangan
sangat
membantu
saya
dalam
21
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Proses Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga Negara sudah secara
jelas diatus dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 8/PMK/2006
tentang Pedoman Beracara Dalam Sengketa Kewenangan Konstitusional
Lembaga Negara.
3.2 Saran
Proses Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga Negara di
Mahkamah Konstitusi sudak cukup baik, namun sebaiknya Mahkamah
Konstitusi lebih memperjelas kembali mana-mana sajakah Lembaga yang
dapat berperkara di Mahkamah Konstitusi, sebagai penegasan ataupun
penafsiran lembaga yang ada di Undang-Undang Dasar 1945.
22
Daftar Pustaka
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemilihan Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125.)
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 8/PMK/2006 tentang Pedoman
Beracara Dalam Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara.
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 3/SKLNX/2012 tentang Sengketa Kewenangan Lembaga Negara.
Referensi
Jimly, Asshidiqie, 2006, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara
Pasca Reformasi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi.
Abdul, Muktie Fadjar, 2006.Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi.
Jakarta: Konstitusi Press.
Jimly, Asshidiqie,2005. Sengketa kewenangan Antar Lembaga Negara.
Jakarta: Konstitusi Press.
Yudi Widagdo Harimurti, 2009, Buku Ajar Panduan Bagi Mahasiswa
Mata kuliah Lembaga Negara, Universitas Trunojoyo Madura.
Tesis Lutfi Widagdo
Jurnal Konstitusi, juni 2007, vol. 4 nomor 2, Hml. 72
Website
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
Edisi
III,
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/,
23
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/pdfMakalah/makalah_makalah_17_
oktober_2009.pdf,
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=kewenangan+mahkamah+konstitusi+dalam+memutus+sengketa+a
ntar+lembaga+negara,
24