Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
T-3 T-4
T-1 T-2
T-6 T-5
stopwatch.
5. Menggunakan gelas ukur dan stopwatch untuk mengukur laju alir uap air,
dengan mengukur kondensat yang terjadi.
6. Melakukan percobaan untuk 5 macam bukaan kran.
stopwatch.
5. Menggunakan gelas ukur dan stopwatch untuk mengukur laju alir uap air,
dengan mengukur kondensat yang terjadi.
6. Melakukan percobaan untuk 5 macam bukaan kran.
I.3. INSTRUMENTASI
Suatu gambar skematik dari alat penukar kalor atau double pipe heat exchanger dapat
dilihat pada Gambar 2. Alat penukar kalor pipa ganda terdiri dari pipa-pipa tembaga
konsentris dengan panjang yang sama. Suhu masuk dan keluar fluida panas dan dingin
diukur dengan menggunakan termokopel. Untuk meminimalisasi panas atau energi yang
hilang (heat loss) dan efek radiasi, fluida panas selalu dialirkan melalui pipa bagian
dalam (inner tube).
Laju alir diatur dengan kran pada ujung di setiap garis (kran 13 dan 14). Seluruh kran
lain arus berada dalam keadaan tertutup sempurna atau terbuka sempurna tergantung
pada kondisi eksperimen yang diinginkan.
Instrumen alat penukar kalor ini terdiri dari dua pipa ganda, di mana yang satu
terletak di atas yang lain dan saling berhubungan dengan adanya instrumentasi lain.
Diameter pipa bagian dalam sebesar 1,4 cm, diameter pipa bagian luar 2,5 cm dan
panjang masing-masing pipa sebesar 81 cm.
Pada masing-masing alat penukar kalor fluida panas dialirkan melalui pipa ke annulus
dan fluida dingin dialirkan melalui pipa ke pipa bagian dalam (inner tube). Uap panas
diarahkan ke bagian atas alat penukar kalor sedangkan air yang dipanaskan (dari inner
pipe) diarahkan ke bagian bawah alat penukar kalor. Laju alir uap panas, air panas
atau air dingin dapat ditentukan dengan flowmeter yang sudah diinstal pada alat
penukar kalor.
Suhu fluida masuk dan keluar, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, diukur
dengan menggunakan termokopel. Kondisi termodinamika uap panas dapat diatur
dengan menggunakan throttle sehingga uap dapat masuk pada kondisi jenuh
(saturated) atau sedikit superheated dan dengan mengukur suhu serta tekanan.
Tekanan pada annulus dapat di bawah tekanan masuk uap.
Alat penukar kalor pipa ganda memiliki dua macam konstruksi yaitu hairpin
construction dan straightconstruction. Konstruksi pipa ganda berupa hairpin
contstruction adalah sebagai berikut.
1.
Hair pin
Konstruksi penggabungan dua kaki hairpin lebih dipilih karena hanya
membutuhkan tempat yang lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa alat
penukar kalor sebaiknya berada dalam ukuran sekecil mungkin sehingga heat
loss-nya semakin kecil.
2.
3.
Return bend
Bagian ujung yang berlawanan dengan pipa U yang dilas bersamaan sehingga
meminimalisasi kemungkinan terjadinya kebocoran fluida akibat kesalahan pada
bagian lengkungan.
4.
Support lugs
Support lugs diletakkan tepat pada bagian ujung pipa datar sebelum pipa U untuk
menjaga posisi pipa bagian dalam.
5.
Flange
Bagian pipa bagian luar disatukan dengan flanges pada bagian ujung sehingga
tetap dapat dibongkar dan dipasang untuk pembersihan dan pemeliharaan.
6.
Union joint
Union joint berfungsi untuk menyatukan pipa bagian dalam dengan pipa U
7.
Nozzles
Sebagian kecil dari pipa dilas ke bagian annulus atau ke saluran yang bertindak
sebagai tempat masuk atau keluar fluida yang disebut sebagai nozzle.
8.
Gasket
Gasket adalah tempat di antara dua flange untuk memastikan agar titik
penggabungan (joint) bebas bocor. Terdapat beberapa tipe gasket yang umum
digunakan pada alat penukar kalor, yaitu:
a.
Karet nitrile
Digunakan pada suhu di atas 110oC untuk minyak mineral, asam mineral
encer, dan hidrokarbon alifatik.
b.
c.
Viton
Viton merupakan kopolimer dari vinylidina fluorida dan hexafluoropropilena). Digunakan pada suhu di atas 100oC untuk hidrokarbon dan
hidrokarbon terklorinasi.
Sedangkan straight construction merupakan konstruksi alat penukar kalor pipa ganda
yang terdiri dari seksi tunggal pipa bagian luar dan bagian dalam. Namun tipe ini
memiliki kekurangan yaitu memerlukan ruang yang cukup luas mengingat bentuknya
yang kurang efisien. Straight construction heat exchanger adalah seperti pada Gambar
4.
Fungsi
Alat Double pipe Heat exchanger ini didisain untuk mempelajari dan
mengevaluasi pengaruh perbedaan laju alir dan material teknik pada laju transfer
panas melalui dinding tipis.
panel vertikal. Pipa dapat beroperasi dengan baik pada aliran searah maupun
berlawanan. Setiap pipa terdiri dari sebuah pipa tembaga luar dan dalam. Fluida panas
mengalir melalui pipa bagian dalam dengan pertimbangan tertentu yang akan di bahas
nantinya, sedangkan fluida dingin mengalir melalui anulus antara pipa luar dan dalam.
Pengaturan terhadap valve dalam rangkaian ini akan menghasilkan aliran yang sesuai
dengan tujuan percobaan yaitu searah dan berlawanan arah.
Sambungan (Fitting)
Heat exchanger mempunyai sambungan pipa standar yang terletak sepanjang
siku yang paling rendah dari panel. Tiga sambungan masuk dialokasikan di sebelah
kanan panel.
Valves
Valve digunakan untuk mengatur kondisi aliran yang diinginkan dan untuk
mengatur laju alir dari fluida. Unit ini memiliki empat needle type metering valve.
Dua valve pada masukan tangki pencampuran dan dua lainnya pada keluaran. Semua
valve yang lain berjenis global type gate valve.Valve yang menangani fluida panas di
cat berwarna merah sedangkan yang menangani fluida dingin di cat bewarna biru.
Flowmeter
Aliran dari suatu fluida diregulasikan dengan needle valve. Laju alir untuk
fluida panas dan fluida dingin dengan specific gravity yang sama diukur dengan
menggunakan single-pass-tube-type flowmeter. Flowmeter dilengkapi dengan sebuah
skala logam yang dapat dipindahkan dan sudah dikalibrasi.
BAB II
DASAR TEORI
panas
secara
tidak
langsung
memungkinkan
terjadinya
perpindahan panas dari suatu fluida ke fluida lain melalui dinding pemisah.
Berdasarkan arah aliran fluida, pertukaran panasnya dapat dibedakan :
Pertukaran panas dengan aliran searah (co-current/paralel flow)
Pertukaran panas jenis ini, kedua fluida ( dingin dan panas ) masuk
pada sisi penukar panas yang sama, mengalir dengan arah yang sama, dan
keluar pada sisi yang sama pula. Karakter penukar panas jenis ini, temperatur
fluida dingin yang keluar dari alat penukar panas ( Tcb ) tidak dapat melebihi
temperatur fluida panas yang keluar dari alat penukar panas (Thb), sehingga
diperlukan media pendingin atau media pemanas yang banyak. Neraca panas
yang terjadi :
(
= Thb - Tcb
= Tha - Tca
Pertukaran panas dengan aliran berlawanan arah ( counter flow )
Penukar panas jenis ini, kedua fluida ( panas dan dingin ) masuk
penukar panas dengan arah berlawanan, mengalir dengan arah berlawanan dan
keluar pada sisi yang berlawanan . Temperatur fluida dingin yang keluar
penukar panas (Tcb) lebih tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang
keluar penukar panas Thb), sehingga dianggap lebih baik dari alat penukar
panas aliran searah (Co-Current).
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri
perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana
didalamnya terdapat suatubandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil.
Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir
dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell. Keuntungan Shell and Tube Heat
exchanger yang merupakan Heat exchanger yang paling banyak digunakan di prosesproses industri karena mampu memberikan ratio area perpindahan panas dengan volume
dan massa fluida yang cukup kecil. Selain itu juga dapat mengakomodasi ekspansi termal,
mudah untuk dibersihkan, dan konstruksinya juga paling murah di antara yang lain.
Untuk menjamin bahwa fluida pada shell-side mengalir melintasi tabung dan dengan
demikian menyebabkan perpindahan kalor yang lebih tinggi, maka didalam shell
tersebut dipasangkan sekat/penghalang (baffles)
mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun dalam susunan vertikal.
Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses
konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur
tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah. Keistimewaan jenis ini adalah mampu
beroperasi pada tekanan yang tinggi, dan karena tidak ada sambungan, resiko
tercampurnya kedua fluida sangat kecil, mudah dibersihkanpada bagian fitting,
fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa, dapat dipasang secara seri
ataupun paralel, dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan
LMTD sesuai dengan keperluan, mudah bila kita ingin menambahkan luas
permukaannya dan kalkulasi design mudah dibuat dan akurat
Sedangkan kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya
sangat kecil, mahal, terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor
kecil (<50m2), dan biasanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan
dipanaskan atau dikondensasikan.
c) Koil Pipa
Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan didalam
sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk
mendinginkan fluida panas yang mengalir di dalam pipa. Jenis ini disebut juga sebagai box
cooler jenis ini biasanya digunakan untuk pemindahan kalor yang relative kecil dan fluida
yang didalam shell yang akan diproses lanjut.
Gambar 4. Pipa Coil Heat Exchanger Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)
Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi didalam shell, tetapi
dibiarkan diudara. Prndinginan dilakukan dengan mengalirkan air atau udara pada
bagian pipa. Berkas pipa itu biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan dengan
udara biasanya bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk memperluas permukaan
perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipa, perpindahan panas yang terjadi
cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil dari jenis shell and tube.
d) Jenis spiral
Jenis ini menpunyai bidang perpindahan panas yang melingkar. Karena
alirannya yang melingkar maka system ini dapat Self Cleaning dan mempunyai
efisiensi perpindahan panas yang baik. Akan tetapi konstruksi seperti ini tidak dapat
dioperasikan pada tekanan tinggi.
e) Jenis lamella
Biasanya digunakan untuk memindahkan panas dari gas ke gas pada tekanan rendah.
Jenis ini memiliki koefisien perpindahan panas yang baik/tinggi. Gasketter plate
exchanger mempunyai bidang perpindahan panas yang terbentuk dari lembaran pelat
yang dibuat beralur. Laluan fluida (biasanya untuk cairan) terdapat diantara lembaran
pelat yang dipisahkan gasket yang dirancang khusus sehingga dapat memisahkan
aliran dari keduacairan. Perawatannya mudah dan mempunyai efisiensi perpindahan
panas yang baik.
5. Parameter atau Faktor Heat Exchanger
Kinerja dari suatu Heat Exchanger dapat dilihat dari parameter-parameter berikut:
a) Faktor Pengotor (Fouling Factor)
Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas pada heat
exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir, juga
disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis
fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran
pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau
mempengaruhi
temperatur
fluida
mengalir
juga
dapat
menurunkan
atau
Temperatur fluida
dimana U pipa yang sudah tua tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Jika fouling factor di atas sudah memiliki nilai sedemikian besar, maka HE
tersebut dapat disimpulkan sudah tidah baik kinerjanya.
b) Koefisien perpindahan panas
Semakin baik sistem maka semakin tinggi pula koefisien panas yang
dimilikinya. Koefisien perpindahan kalor, U, terdiri dari dua macam yaitu:
Dimana :
n = Jumlah pass aliran tube
L = Panjang tube
L.n = Panjang total.lintasan dalam ft
Mengingat bahwa fluida itu mengalami belokan pada saat passnya, maka akan
terdapatkerugian tambahan penurunan tekanan.
d) Konduktivitas Termal
Daya hantar kalor yang dimiliki fluida maupun dinding pipa HE sangat
berpengaruhpada kemampuan kalor tersebut berpindah.
e) Aliran Fluida yang Bertukar Kalor
Aliran Kalor Sejajar, kurang efisien dan cepat untuk satu fluida.
Aliran Kalor Berlawanan Arah, kalor yang ditransfer lebih banyak.
BAB III
Vair (ml)
Vsteam (ml)
t (s)
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
690
1230
1840
2000
2520
25
30
30
29
28
10
10
10
10
10
air
in(oC)
36
36
36
36
36
steam
out (oC)
48
42
39
38
34
in (oC)
92
92
92
92
92
out(oC)
74
65
55
49
42
b. Berlawanan Arah
Bukaan
Vair (ml)
Vsteam (ml)
t (s)
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
580
940
1580
1860
2360
27
25
25
25
25
10
10
10
10
10
air
o
in( C)
28
28
28
28
28
steam
o
out ( C)
38
32
30
28
28
L = 81 cm = 0,81 m
D1 (tube) = 1,4 cm = 0,014 m A1 = .D1.L = 0,0356 m2
D2 (shell) = 2,5 cm = 0,025 m A2 = .D2.L = 0,0636 m2
[
in ( C)
96
96
96
96
96
out(oC)
72
60
53
50
47
Asumsi : tube & shell HE terbuat dari Cu, pada T = 20oC , nilai K Cu = 386 W/m2 oC
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
0,000069
0,000123
0,000184
0,0002
0,000252
0,0000025
0,000003
0,000003
0,0000029
0,0000028
42
39
37,5
37
35
83
78,5
73,5
70,5
67
b. Berlawanan Arah
Bukaan
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
1/5
0,000058
0,0000027
33
84
2/5
3/5
4/5
5/5
0,000094
0,000158
0,000186
0,000236
0,0000025
0,0000025
0,0000025
0,0000025
30
29
28
28
78
74,5
73
71,5
Untuk air:
T
Cp
(x10-4)
Pr
28,0
29,0
30,0
33,0
35,0
37,0
37,5
39,0
42,0
4,178
4,177
4,176
4,174
4,174
4,174
4,174
4,174
4,174
995,584
995,422
995,260
994,633
993,950
993,267
993,096
992,472
991,175
8,372
8,201
8,030
7,534
7,235
6,936
6,862
6,675
6,318
0,616
0,618
0,619
0,624
0,627
0,629
0,630
0,632
0,635
5,675
5,544
5,412
5,037
4,825
4,613
4,560
4,422
4,157
Cp
(x10-4)
Pr
67,0
70,5
71,5
73,0
73,5
74,5
78,0
78,5
83,0
84,0
4,184
4,186
4,186
4,188
4,188
4,189
4,192
4,192
4,196
4,196
979,518
977,629
977,047
976,076
975,753
975,105
972,861
972,546
969,709
969,079
4,224
4,042
3,990
3,911
3,885
3,833
3,660
3,638
3,442
3,406
0,661
0,664
0,665
0,666
0,666
0,667
0,669
0,670
0,673
0,674
2,678
2,552
2,516
2,462
2,444
2,408
2,289
2,274
2,142
2,118
Untuk steam:
a. Searah
a.1. Bukaan keran 1/5 putaran
Bukaan
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
1/5
0,000069
0,0000025
42
83
Cp
(x10-4)
Pr
42,0
4,174
991,175
6,318
0,635
4,157
Cp
(x10-4)
Pr
83,0
4,196
969,709
3,442
0,673
2,142
LMTD
(
)
[
(
(
)
]
)
)
[
(
(
)
)
]
)
]
)
(
[
]
)
]
)
]
)
(
(
Efisiensi HE
)
)
Air
Uap
) ]
Bukaan
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
2/5
0,000123
0,000003
39
78,5
Cp
(x10-4)
Pr
39,0
4,174
992,472
6,675
0,632
4,422
Cp
(x10-4)
Pr
78,5
4,192
972,546
3,638
0,670
2,274
LMTD
(
(
[
(
)
]
)
)
[
(
(
)
)
]
)
]
)
(
[
]
)
(
[
]
)
]
)
Efisiensi HE
Uap
) ]
Bukaan
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
3/5
0,000184
0,000003
37,5
73,5
Cp
(x10-4)
Pr
37,5
4,174
993,096
6,862
0,630
4,560
Cp
(x10-4)
Pr
73,5
4,188
975,753
3,885
0,666
2,444
LMTD
(
)
[
(
(
)
]
)
)
[
(
(
)
)
]
)
]
)
(
[
]
)
(
[
]
)
]
)
)
)
( )
)
(
Efisiensi HE
Uap
) ]
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
4/5
0,0002
0,0000029
37
70,5
Cp
(x10-4)
Pr
37,0
4,174
993,267
6,936
0,629
4,613
Cp
(x10-4)
Pr
70,5
4,186
977,629
4,042
0,664
2,552
LMTD
(
)
[
(
(
)
]
)
)
[
(
(
)
)
]
)
]
)
(
[
]
)
]
)
]
)
(
(
Efisiensi HE
)
)
Air
Uap
) ]
Bukaan
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
5/5
0,000252
0,0000028
35
67
Cp
(x10-4)
Pr
28,0
29,0
30,0
33,0
35,0
37,0
37,5
39,0
42,0
4,178
4,177
4,176
4,174
4,174
4,174
4,174
4,174
4,174
995,584
995,422
995,260
994,633
993,950
993,267
993,096
992,472
991,175
8,372
8,201
8,030
7,534
7,235
6,936
6,862
6,675
6,318
0,616
0,618
0,619
0,624
0,627
0,629
0,630
0,632
0,635
5,675
5,544
5,412
5,037
4,825
4,613
4,560
4,422
4,157
Cp
(x10-4)
Pr
67,0
4,184
979,518
4,224
0,661
2,678
LMTD
(
)
[
(
(
)
)
]
)
)
[
(
(
)
)
]
)
]
)
(
[
]
)
(
[
]
)
]
)
)
(
Efisiensi HE
Uap
) ]
b. Berlawanan arah
b.1. Bukaan keran 1/5 putaran
Bukaan
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
1/5
0,000058
0,0000027
33
84
Cp
(x10-4)
Pr
33,0
4,174
994,633
7,534
0,624
5,037
Cp
(x10-4)
Pr
84,0
4,196
969,079
3,406
0,674
2,118
LMTD
(
)
[
(
(
)
]
)
)
[
(
(
)
)
]
)
]
)
(
[
]
)
(
[
]
)
]
)
(
(
Efisiensi HE
)
)
Uap
) ]
Bukaan
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
2/5
0,000094
0,0000025
30
78
Cp
(x10-4)
Pr
30,0
4,176
995,260
8,030
0,619
5,412
Cp
(x10-4)
Pr
78,0
4,192
972,861
3,660
0,669
2,289
LMTD
(
)
[
(
(
)
]
)
)
[
(
(
)
)
]
)
(
[
]
)
(
]
)
]
)
(
[
]
)
)
(
Efisiensi HE
Untuk menentukan efisiensi, harus diketahui fluida minimum.
Air
Uap
) ]
Bukaan
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
3/5
0,000158
0,0000025
29
74,5
Cp
(x10-4)
Pr
29,0
4,177
995,422
8,201
0,618
5,544
Cp
(x10-4)
Pr
74,5
4,189
975,105
3,833
0,667
2,408
LMTD
(
)
[
(
(
)
)
]
)
)
[
(
(
)
)
]
)
]
)
(
[
]
)
(
[
]
)
]
)
)
(
Efisiensi HE
Uap
) ]
Bukaan
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
4/5
0,000186
0,0000025
28
73
Cp
(x10-4)
Pr
28,0
4,178
995,584
8,372
0,616
5,675
Cp
(x10-4)
Pr
73,0
4,188
976,076
3,911
0,666
2,462
LMTD
(
(
[
(
)
]
)
)
[
(
(
)
)
]
)
]
)
(
[
]
)
]
)
(
[
]
)
)
)
)
(
Efisiensi HE
Uap
) ]
Bukaan
Q air (m3/s)
Q steam (m3/s)
T air,avg (oC)
T steam,avg (oC)
5/5
0,000236
0,0000025
28
71,5
Cp
(x10-4)
Pr
28,0
4,178
995,584
8,372
0,616
5,675
Cp
(x10-4)
Pr
71,5
4,186
977,047
3,990
0,665
2,516
LMTD
(
(
[
(
)
]
)
)
[
(
(
)
)
]
)
(
[
]
)
(
]
)
]
)
(
[
]
)
(
(
Efisiensi HE
)
)
Uap
) ]
Hasil yang didapat dari perhitungan, dijabarkan secara singkar dalam tabel berikut:
Searah
Bukaan
Vair
Vsteam
T0
T1
t0
t1
1/5
690
25
92
74
36
48
2/5
1230
30
92
65
36
42
3/5
1840
30
92
55
36
39
4/5
2000
29
92
49
36
38
5/5
2520
28
92
42
36
34
h0
h1
Uc
Ud
Rd
h0
h1
Uc
Ud
Rd
Berlawanan arah
Bukaan
Vair
Vsteam
T0
T1
t0
t1
1/5
580
27
96
72
28
38
2/5
940
25
96
60
28
32
3/5
1580
25
96
53
28
30
4/5
1860
25
96
50
28
28
5/5
2360
25
96
47
28
28
BAB IV
ANALISA
IV.1. ANALISA PERCOBAAN
Percobaan Heat Exchanger adalah percobaan yang bertujuan untuk mengetahui dan
mempelajari kerja dari alat penukar kalor dengan jenis pipa yang pipa ganda dengan
menghitung koefisien perpindahan panas, faktor kekotoran, efisiensi dan perbandingan
untuk aliran searah. Percobaan juga dilakukan untuk aliran berlawanan arah. Prinsip
kerja untuk melakukan percobaan kali ini adalah mempelajari cara kerja Heat
Exchanger dengan mempelajari perpindahan kalor yang terjadi antara dua fluida, yaitu
air dan steam dengan melewati dua bidang batas. Bidang batas pada alat penukar kalor
ini berupa pipa yang terbuat logam. Pada pipa ganda digunakan dua pipa konsentris
dimana pipa yang di luar sebagai pipa annulus dan yang di dalam disebut sebagai pipa.
Kombinasi fluida dingin dan panas yang digunakan adalah air dan steam karena suhu
air yang digunakan sehari-hari berbeda cukup jauh. Suhu air sehari-sehari keluaran dari
kran bersuhu 28-29C dan suhu steam yang digunakan bersuhu 90-100C sehingga
perpindahan kalor dapat terjadi dengan jarak suhu yang cukup besar dan perbedaan
suhu antara fluida satu dengan lainnya lebih mudah diukur.
Fluida panas menggunakan steam karena steam memiliki energi dalam yang tinggi
sehingga mampu mentrasfer kalor yang cukup besar, oleh karena itu steam sering
digunakan dalam berbagai industri. Selain itu, fluida panas steam lebih mudah
diperoleh yaitu dengan memanaskan air. Fluida dingin yang digunakan adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari. Dalam percobaan ini, membutuhkan banyak
fluida dingin karena akan divariasikan 5 bukaan kran dengan 2 arah aliran yang berbeda
sehingga membutuhkan volume fluida dingin yang cukup banyak.
4.1.1. Percobaan Aliran Berlawanan
Percobaan Heat Exchanger pertama-tama dilakukan dengan percobaan aliran
berlawanan. Untuk mendapatkan aliran air dengan steam yang saling berlawanan arah
maka kran 1, 8 , 10, 12 dan 3 yang dibuka untuk mendapatkan arah aliran steam yang
berlawanan dengan aliran air.
Kran dibuka secara berurutan mengikuti aliran steam. Kelima kran tersebut dibuka
terlebih dahulu sebelum mesin penghasil steam dihidupkan untuk menghindari alat heat
exchanger dari kerusakan karena jika kran tidak dibuka akan mennyebabkan tekanan di
dalam pipa menjadi cukup tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan.
Aliran air didapatkan dengan membuka kran 4, 5 dan 14. Kran 14 pertama-tama dibuka
1/5-nya saja. Hal ini dimaksudkan agar percobaan dilakukan sebanyak lima kali dengan
kenaikan 1/5 kali bukaan sampai bukaan penuh, dan dengan begitu akan didapatkan
variasi pengaruh kecepatan atau debit air yang keluar dari pipa dihubungkan dengan
perpindahan panas yang terjadi setiap bukaannya.
Variasi putaran dilakukan dengan membayangkan bentuk bintang dibayangkan kepada
kran pipa sehingga bisa diperkirakan ukuran 1/5 bukaan yang pas untuk melakukan
variasi bukaan kran sampai bukaan penuh.
Steam mengalir melalui pipa kecil sedangkan air melalui annulus. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi heat loss yang dapat terjadi. Sehingga dapat dikatakan bahwa steam
langsung melakukan perpindahan kalor dengan air jika diletakkan di pipa, ketika
dimasukkan ke dalam annulus kemungkinan yang terjadi akan berbeda yaitu pipa
annulus yang akan melakukan perpindahan kalor dengan udara luar.
Setelah aliran steam dan air diatur mengalir berlawanan, setelah beberapa menit
menunggu hingga suhu konstan maka suhu air keluar dan steam keluar mulai diukur.
Ketika air dan steam pertama kali dikontakkan akan terjadi gradient suhu terhadap
waktu diantara kedua fluida tersebut. Sampai waktu tertentu perpindahan panas sistem
tidak berubah kembali terhadap waktu, suhu inilah yang dihitung dimana sistem telah
berada dalam kondisi setimbang. Suhu yang diukur pada waktu suhunya belum konstan
dapat mengakibatkan kesalahan perhitungan karena suhu pada waktu tersebut bukan
merupakan representasi perpindahan kalor (dilihat perubahan suhu) yang terjadi bila
steam melewati pipa dengan air pada suhu tertentu dan kecepatan tertentu.
Suhu yang dicatat besarnya adalah T3,T4,T2,T1 yaitu suhu air yang masuk, suhu steam
yang masuk, serta suhu keduanya ketika perpindahan kalor antar steam dengan air
terjadi. Suhu yang diukur dimulai ketika kedua fluida tepat akan masuk dan sesaat
setelah terjadi perpindahan kalor agar meminimalkan kesalahan pengukuran data
karena adanya heat loss (karena pipa sistem heat exchanger tidak diisolasi). Dari
pengukuran perbedaan suhu ini dapat diketahui parameter dari heat exchanger yang
digunakan.
Setelah suhu diukur, flow rate kedua fluida juga harus dihitung. Pengukuran keduanya
menggunakan gelas ukur dan stopwatch karena pada heat exchanger tidak ada
flowmeter, sehingga yang diukur adalah debitnya. Pengukuran dilakukan selama 10
detik untuk kondensat dan 5 detik untuk air. Air diukur selama 5 detik saja karena
bukaan kran air yang cukup besar sehingga air yang ditampung cuku banyak untuk
diukur. Pada pengukuran kondensat yang terbentuk perlu digunakan sarung tangan
karena suhu kondensat steam yang cukup tinggi.
Dari debit dapat diketahui laju alirnya. Laju alir setiap bukaan kran harus dikur karena
laju alir juga mempengaruhi nilai koefisien perpindahan panasnya yang berarti juga
mempengaruhi perpindahan kalor sistem. Oleh karena itu, untuk mempelajari
pengaruhnya, kecepatan alir air pada percobaan berada dalam 5 variasi kecepatan
sedangkan steam berada dalam kecepatan tetap. Aliran steam tidak diubah karena dapat
dapat mengakibatkan tekanan yang cukup tinggi di dalam pipa dan steam keluar tidak
dalam bentuk kondensat tapi dalam bentuk steam.
Sedangkan untuk perhitungan laju alir steam, dilakukan dengan mengukur debit
kondensat yang terbentuk. Banyaknya laju steam pada pipa sama dengan kondensat
yang terbentuk, karena banyaknya massa steam yang mengalir akan berubah menjadi
liquid ketika telah mengalami perpindahan kalor dan pada tekanan dan suhu ruang.
Kemudian percobaan ini diulangi kembali untuk 5 macam bukaan kran 14 sebagai
pengatur kecepatan aliran air.
4.1.2. Percobaan Aliran Serarah
Percobaan aliran searah ini dilakukan dengan membuka dua bukaan kran aliran steam
yang berbeda dengan yang sebelumnya yaitu: 1, 8, 11, 9, 3. Hal ini dilakukan agar
terdapat aliran steam yang searah dengan aliran air, dimana dapat ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
Berdasarkan data percobaan semakin besar laju alir air, maka kalor yang
ditukar pun semakin kecil. Karena volume air yang harus dipanaskan semakin
besar, maka suhu air hanya naik sedikit saja bila laju alir airnya diperbesar.
Sedangkan untuk memaksimalkan perpindahan kalor seharusnya laju alir
steam yang diperbesar, karena volume air yang dipanaskan akan lebih sering
mengenai steam panas yang belum tertukar kalornya akibat laju alir yang lambat.
2. Faktor arah air dan steam dalam percobaan
Pada aliran searah, karakter penukar panas jenis ini, temperatur fluida dingin
yang keluar dari alat penukar panas ( Tcb ) tidak dapat melebihi temperatur fluida
panas yang keluar dari alat penukar panas (Thb), sehingga diperlukan media
pendingin atau media pemanas yang banyak. Oleh sebab itu laju alir steam yang
diperlukan haruslah banyak. Bisa dilihat dari data, suhu air pada bukaan valve yang
penuh, menyebabkan suhu menurun. Ini mungkin terjadi akibat kesalahan
pengamatan ataupun faktor lainnya seperti faktor pengotor. Namun data sesuai
dengan teori yang telah disebutkan. Untuk aliran searah bisa disimpulkan tidak
efisien dalam menukar kalor.
Berbeda dengan aliran berlawanan arah, kedua fluida ( panas dan dingin )
masuk penukar panas dengan arah berlawanan, mengalir dengan arah berlawanan
dan keluar pada sisi yang berlawanan. Temperatur fluida dingin yang keluar penukar
panas (Tcb) lebih tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar penukar
panas Thb). Dari data yang diambil suhu fluida dingin pada keluaran tidaklah lebih
besar dari suhu fluida panas yang keluar dari alat penukar kalor. Hal ini mungkin
terjadi karena laju alir belum maksimal.
IV.3. ANALISA HASIL DAN PERHITUNGAN
Aliran Searah
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui hasil
yang didapatdarikinerja dari suatu alat penukar kalor yang memiliki aliran cocurrentataualiran searah. Pengolahan data dilakukansetalahmenentukan data geometri
pipa,yaitupanjang (L),diameter (D) dan luas (A) sertadiameterekuivalen (De), dan data
sifat air dan steam. Hal tersebut didapatkandari Tabel A.9 Heat Transfer karya J.P
Holman. Sifat yang diperoleh untuk air dan steam antara lain:
viskositas (),
Untuk mempermudah mencari data dari peroperti air dan steam maka digunakan suhu
rata-rata dari steam dan air dengan melakukan perhitungan sebagai berikut,
Tavg air =
(1)
Tavg steam =
(2)
Setelah T rata-rata didapatkan maka sifat-sifat dapat dicari dengan menggunakan table A9. Namun, data yang ada tidak dapat mewakilkan semua suhu yang ada oleh karena itu
perlu dilakukan adanya interpolasi agar didapatkan nilai yang lebihakurat. Nilai laju alir
dikonversi terlebih dahulu untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan. Dalam
melakukan perhitungan diperlukan suatu acuan suhu. Namun suhu yang ada bervariasi
terhadap permukaan kalor. Oleh karena itu, metode LMTD digunakan untuk menentukan
perbedaan temperature rata-rata untuk menentukan suhu untuk menghitung nilai UD
(Koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor sudah kotor). Bila
kita tinjau lebih jauh penggunaan metode LMTD ini dikarenakan adanya pengotoran
dalam heat exchanger sehingga terjadi perbedaan temperatur sepanjang pipa. Adapaun
persamaan metode LMTD dan UD adalah sebagai berikut,
LMTD
(T1 t1 ) (T2 t 2 )
(T1 t1 )
ln
(
T
t
)
2 2
(3)
Koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor sudah kotor (U D),
UD
q
A LMTD
(4)
Pencarian nilai UD ini nantinya digunakan untuk mencari nilai fouling factor. Sedangkan
untuk mencari nilai q digunakan persamaan berikut,
q W .Cp.(T1 T2 ) W
(6)
Re = De Ge/ = De Ge/ =
4W
De
2
2
( D 2 D1 )
(7)
Setelah diketahui hasilnya maka pola aliran dapat diketahui dengan mengikuti aturan
sebagai berikut :
Kemudian setelah didapatkan profil kecepatan maka koefisien perpindahan kalor secara
konveksi dapat ditentukan dengan rumusan sebagai berikut:
Untuk Turbulen
h0 = 0,023.Re0,8.Pr0,3.
k
De
(8)
Untuk Laminar
1
D 3 k
hi 1,86 Re . Pr . 1
L D1
(9)
Perhitungan nilai koefisien konveksi ini nantinya akan digunakan dalam mencari nilai
fouling factor.Setelah mendapatkan nilai koefisien konveksi maka kita dapat menentukan
koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor masih baru
(UC).Pada perhitungan dapat terlihat bahwa nila UD dan UC bervariasi antara putaran kran
yang satu dengan yang lainnya. Namun dari data tersebut dapat kita lihat bahwa Qfluida
meningkat Re meningkat ho, hi meningkat Uc meningkat. Qsteam meningkat W
1
1
Ud Uc
(10)
Jika sebuah pipa baru saja digunakan, maka keadaannya masih normal dan bersih sehingga
tidak mengganggu proses perpindahan kalor. Namun lain halnya bila pipa tersebut
digunakan secara terus menerus maka akan terjadi penimbunan partikel dan terjadi
pengotoran dalam pipa. Penimbunan inilah yang disebut faktor pengotor.Dengan kata lain,
faktor utama yang mempengaruhi faktor kekotoran secara langsung adalah nilai koefisien
transfer panasnya, Uc dan Ud. Secara teoritis, nilai Uc > Ud. Sehingga nilai dari Rd tidak
bernilai negatif.
Pada perhitungan didapatkan nilai Rd yang besar dan bervariasi. Nilai Rd yang besar ini
menunjukkan bahwa pipa telah memiliki banyak penimbunan di dalamnya sehingga faktor
pengotor bernilai besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan permbersihan guna memperbaiki
kinerja pipa Heat Exchanger.
A. Aliran Counter-Current
Sebelummelakukanpengolahan terhadap data hasil percobaan, terlebih dahuluditentukan
data geometripipa,yaitupanjang (L),diameter (D), dan luas (A) serta De, dan data properti
dari air dan steam. Properti air dan steam tersebut diperoleh dari Tabel A.9. buku Heat
Transfer karya J.P.Holman mengenai sifat-sifat air, dan dihitung berdasarkan suhu rata-rata
yang diperoleh dari percobaan. Properti yang diperoleh untuk air dan antara lain: massa
jenis (), viskositas (), konduktivitas thermal (k), bilangan Prandtl (Pr), dan kapasitas
panas (Cp). Data yang telah didapat kemudian diolah agar didapat:
1. Koefisien Perpindahan Panas
Koefisien perpindahan kalor yang dihitung adalah koefisien perpindahan kalor
keseluruhan pada saat alat penukar kalor masih baru (UC) dan koefisien
perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor sudah kotor (UD).
Persamaan, untuk Uc dan Ud adalah sebagai berikut:
Uc
1
1 A1 ln( r0 / r1 ) 1 A1
hi
2 K L
ho A0
(11)
q
A LMTD
(12)
UD
a) Uc
Jika dilihat dari persamaan di atas, nilai Uc berbanding lurus dengan nilai
dari hi dan ho. Dan berdasarkan data hasil perhitungan, semakin tinggi nilai
koefisien panas dari steam (hi) dan koefisien panas yang diterima oleh
fluida dingin (ho), maka nilai Uc juga akan semakin besar. Pada
perhitungan percobaan bukaan pertama, diperoleh nilai hi sebesar 270,5584
W/m2.0C, nilai ho sebesar 1583,1195W/m2.0C dan nilai Uc sebesar
227,4726 W/m2 oC pada perhitungan percobaan kedua, diperoleh nilai hi
sebesar 248,0128 W/m2 oC, ho sebesar 286,3918W/m2 oC, dan nilai Uc
sebesar 176,6455 W/m2 oC. Begitu juga untuk perhitungan percobaan
dengan bukaan lainnya dimana terbukti bahwa percobaan dengan teori
dasar memiliki kesamaan atau terbukti kebenarannya.
Persamaan dasar hi adalah:
hi = NuD . k/D
karena aliran pada steam cenderung laminar, maka persamaannya
yakni:
hi 1,86 Re . Pr . 1
L
1/ 3
k
D1
De Ge
De
4W
2
2
( D0 D1 )
153,3
ml/s,
dan
162
ml/s,
ho J H
De k
1/ 3
0 ,14
Selain dipengaruhi oleh propertinya, nilai q juga dipengaruhi oleh laju alir
dari kondensatnya. Semakin besar laju alir kondensat, maka semakin besar
pula kalor yang dipindahkan. Hal ini dikarenakan semakin banyak laju alir
kondensat menunjukkan banyaknya steam yang terkondensasi akibat
panasnya dari steam berpindah ke fluida dingin. Dengan begitu, suhu dari
steam akan cenderung turun lebih besar. Untuk menghitung suhu rata-rata
log atau Log Mean Temperature Difference (LMTD), maka persamaan
umumnya,
(
)
[
(
(
)
)
]
)
q
A LMTD
Rd
1
1
Ud Uc
Apabila sebuah pipa baru saja digunakan, maka keadaannya masih normal dan
bersih sehingga tidak mengganggu proses perpindahan kalor. Namun pada suatu
saat fluida yang terus menerus mengalir dalam pipa akan membentuk seperti
sebuah lapisan yang akan mengganggu aliran kalor. Hal inilah yang dimaksud
dengan faktor kekotoran.Dengan kata lain, faktor utama yang mempengaruhi
faktor kekotoran secara langsung adalah nilai koefisien transfer panasnya, Uc dan
Ud. Secara teoritis, nilai Uc > Ud. Sehingga nilai dari Rd tidak bernilai negatif.
Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan untuk lima variasi bukaan,
didapatkan nilai dari faktor pengotor yang besar diantaranya yakni 0,5287 m2
o
Dilihat dari hasil perhitungan faktor kekotoran, angka yang dihasilkan sangat
besar. Hal ini bisa disebabkan oleh saluran pipa pada rangkaian sistem HE sudah
mengalami korosi (karatan) sehingga berpengaruh pada fluida yang mengalir
melewati pipa tersebut.
3. Efisiensi
Analisis perhitungan yang akan dibahas adalah analisis perhitungan nilai efisiensi
dari kedua jenis aliran Heat Exchanger yang digunakan yaitu counter current dan
co-current untuk setiap bukaan valve feed air, yaitu 1/5, 2/5, 3/5, 4/5, dan 5/5.
Untuk menghitung nilai efektifitasnya digunakan metode NTU efektifitas.
Mengapa demikian? Metode ini digunakan karena selain caranya yang relatif
mudah, metode ini dapat digunakan untuk tujuan membandingkan penukar kalor
manakah yang harus dipilih untuk melaksanakan suatu tugas perpindahan kalor
tertentu berdasarkan efisiensi yang dihasilkannya.
Efektifitas didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan kalor nyata
dengan perpindahan kalor maksimum yang mungkin Nilai maksimum akan
didapat bila salah satu fluida mengalami perubahan suhu sebesar beda suhu
maksimum yang terdapat pada penukar kalor tersebut, yaitu selisih antara suhu
masuk fluida panas dan fluida dingin. Fluida yang mungkin mengalami beda suhu
dengan V adalah volume fluida dan t adalah waktu. Setelah itu nilai debit ini
dkalikan dengan nilai massa jenis fluida untuk mendapatkan nilai laju alir massa
fluida.
Dengan mengetahui kedua nilai ini, maka kita dapat mencari nilai mc kedua
fluida dan mampu menentukan nilai mc fluida mana yang bernilai minimum.
Pada kedua aliran dalam HE, yang berperan sebagai fluida minimum adalah
steam. Sehingga, dapat digunakan rumus berikut untuk menghitung efisiensi HE
untuk kedua jenis aliran, yaitu sebagai berikut,
Counter current
Co-current
dimana Th1,Th2,Tc1,dan Tc2 berturut-turut adalah suhu steam masuk, suhu steam
keluar, suhu suhu air masuk pada aliran co-current, dan suhu air masuk pada
aliran counter current. Setelah menghitung efektifitas masing-masing bukaan
untuk setiap aliran, maka terlihat hasil sebagai berikut; untuk aliran counter
currentdan co-current feed, semakin besar bukaan valvefeed air, maka
efisiensinya akan semakin besar. Namun untuk co-current, telah terjadi
peningkatan tajam pada bukaan valveke 2, dimana efisiensinya meningkat secara
tajam dari bukaan valve 1. Dan terlihat bahwa, efisiensi HE pada aliran counter
relatif lebih besar di setiap bukaan dibandingkan dengan co-currentsehingga, dari
nilai ini dapat disimpulkan untuk menghasilkan laju perpindahan kalor maksimal
dan merata lebih baik menggunakan counter current, karena menghasilkan
efisiensi yang lebih besar akibatkenaikan suhu air lebih signifikan pada aliran
berlawanan sehingga semakin banyak panas yang berhasil dipindahkan dari satu
fluida ke fluida lainnya, sehingga efektifitas HE semakin besar.
Efisiensi yang semakin besar ini juga dapat terlihat dari nilai NTU (Number of
Transfer Unit) yang semakin besar pula. Besarnya nilai NTU mengindikasikan
jumlah panas yang berhasil dipindahkan semakin besar, sebagai akibatnya maka
efektifitas penukar kalor pun akan semakin tinggi. Dapat terlihat dari hasil
pengolahan data untuk penukar kalor dengan efektifitas lebih besar akan memiliki
nilai NTU yang lebih besar pula, hal ini pun mendukung pernyataan di atas.
Perhitungan nilai NTU untuk kedua aliran adalah sebagai berikut (dalam HE pipa
ganda).
(
Counter current:
Co-current:
) ]
Selain itu nilai efektifitas pun juga dipengaruhi oleh nilai C yang merupakan rasio
antara Cmin/Cmaks, semakin tinggi efektifitasnya maka dapat terlihat bahwa nilai C akan
semakin kecil.
IV.4. ANALISA KESALAHAN
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa terjadi beberapa kali penyimpangan, baik
dalam percobaan penukaran kalor aliran searah maupun aliran berlawanan arah. Pada
aliran searah terjadi penurunan suhu masuk air secara tiba-tiba pada bukaan 3/5 dan
terjadi penurunan volume kondensat steam yang terukur pada bukaan ke 4/5. Sedangkan
pada aliran berlawanan arah terjadi penurunan suhu steam masuk pada bukaan 3/5 dan
pada volume kondensat steam yang terukur pada bukaan ke 5/5 tidak terjadi perubahan
dibandingkan pada bukaan ke 4/5 meskipun terjadi perubahan suhu keluar air dan steam.
Kemungkinan penyebab kesalahan adalah sebagai berikut.
a. Terdapat heat loss yang diabaikan
b. Terdapat fouling factor yang besar yang menyebabkan ketidakkonsistenan hasil
eksperimen.
c. Terdapat kesalahan pembacaan termokopel dan skala pada gelas ukur dalam
pengukuran kondensat.
d. Terdapat kesalahan pembukaan keran di mana besar perubahan bukaan tidak stabil
sehingga hasil yang didapatkan tidak akurat terhadap perubahan laju alir fluidanya.
Termokopel
yang
digunakan
kemungkinan
mengalami
sedikit
penyimpangan akibat perawatan alat yang kurang sempurna atau sebab-sebab lainnya.
Akibatnya suhu yang ditunjukkan tidak merepresentasikan suhu yang seharusnya.
Selain oleh karena kondisi yang belum tunak dan alat ukur yang tidak beroperasi
dengan baik, kesalahan pembacaan juga dapat disebabkan oleh karena kesalahan
praktikan. Skala pada termokopel relatif rapat sehingga pembacaan relatif sulit.
Sedangkan pengukuran volume air dan kondensat sangat bergantung pada ketepatan
praktikan untuk mulai menampung fluida saat penghitungan waktu dimulai.
Jenis kesalahan yang mungkin timbul terkait dengan data dan nilai perhitungan
efektifitas penggunaan HE untuk kedua jenis aliran adalah suhu keluaran steam pada
aliran co-current tepatnya pada bukaan valve feed sebesar 2/5. Pada kasus ini, suhu
keluar steam mengalami penurunan yang signifikan, sedangkan suhu masuk steam
dan air cenderung konstan sehingga efektifitas HE yang terhitung menjadi sangat
tinggi. Tetapi setelahnya yakni pada bukaan 3/5, suhu keluaran steam pada aliran cocurrent mengalami peningkatan kembali, barulah terjadi penurunan secara bertahap
pada bukaan 4/5 dan 5/5. Nilai efektifitas HE yang terhitung untuk aliran ini bersifat
fluktuatif akibat adanya anomali suhu keluaran steam pada bukaan valve feed sebesar
2/5. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu peningkatan jumlah volume air
yang menjadi dua kali lipat dibandingkan dengan bukaan valve feed sebesar 1/5
sedangkan volume steam tetap akan menyebabkan kalor yang mampu diterima air dan
kalor yang dilepas steam akan menjadi lebih besar, sehingga selisih suhu masuk dan
keluar steam akan menjadi lebih besar pula. Apalagi alat HE yang digunakan sudah
sangat lama berkemungkinan untuk terjadi perbedaan transfer panas antara 1 titik
dengan titik lainnya sepanjang pipa. Pada titik dimana alat pencatat suhu atau sensor
suhu keluaran steam dipasang, transfer panas yang terjadi berada pada titik optimal,
sehingga suhu yang terbaca menjadi jauh lebih kecil yang berakibat pada
dihasilkannnya beda suhu dan efektifitas yang lebih besar pula. Namun, karena
kondisi di dalam alat yang tidak dapat diterka secara pasti, keadaan transfer panas
yang optimal menjadi tidak stabil/konstan. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh nilai
konduktivitas logam HE yang digunakan serta fouling factor yang terbentuk.
Kesalahan berikutnya adalah terdapatnya kejanggalan pada data T1 yang merupakan suhu
steam yang tercatat saat berada di dalam HE. Seharusnya nilai ini mengalami penurunan
bertahap seiring dengan bertambah besarnya bukaan valve feed, namun yang tercatat
pada data adalah memang suhu steam mengalami penurunan, namun nilai ini mengalami
penurunan drastis bahkan ada yang mengalami penurunan hingga suhu T 1 lebih rendah
dari nilai suhu yang terbaca pada keluaran steam. Untuk kasus ini, kemungkinan terbesar
disebabkan oleh sensor suhu atau alat pencatat suhu untuk T1 mengalami kerusakkan,
sehingga suhu yang terbaca cukup jauh dari yang diestimasikan. Hal ini didukung kuat
oleh pengalaman praktikan saat melakukan praktikum, yakni saat pembacaan suhu T1
dalam bukaan valve feed yang sama 2-3 detik pasca pembacaan suhu yang terukur
pertama kali, nilai yang ditampilkan mengalami perubahan hingga puluhan derajat
celcius. Ketidakstabilan tersebut memperkuat pernyataan praktikan bahwa alat tersebut
memang mengalami kerusakan.
BAB V
PENUTUP
V.1.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan analisis yang dilakukan terhadap hasil praktikum modul
asas
black
sebagai
prinsip
kerjanya.
Double
Pipe
Heat
Exchangerberfungsi untuk menukarkan suhu antara dua fluida yang melewati dua
bidang batas. Bidang batas pada alat penukar kalor berupa pipa yang terbuat dari
berbagai jenis logam sesuai dengan penggunaan dari alat tersebut.
2. Beberapa faktor yang menjadi parameter unjuk kerja dari alat Double Pipe Heat
Exchanger adalah faktor pengotor (dirt factor), luas permukaan perpindahan kalor,
koefisien perpindahan kalor, beda temperatur rata-rata, jenis aliran (bilangan reynold)
dan arah aliran (co-current atau counter current).
3. Aliran counter current atau aliran yang berlawanan arah lebih efektif untuk
pertukaran kalor. Perpindahan panas pada aliran ini lebih menyeluruh, fluida panas
dan fluida dingin saling bertukar panas pada titik-titik yang memiliki perbedaan suhu
yang besar. Akibatnya suhu steam dan air yang keluar tidak terpaut jauh.
4. Nilai efisiensi dan NTU akan lebih besar pada aliran countercurrent dan juga akan
lebih besar pada aliran yang laju alir volumenya besar. Secara berurutan Q naik
hodan hi naik LMTD naik naik NTU naik.
5. Parameter faktor kekotoran pada alat sangat mempengaruhi unjuk kerja alat tersebut.
Hal ini terlihat dari koefisien perpindahan panas menyeluruh antara alat pada keadaan
bersih (UC)dan pada keadaan kotor (UD). Hal ini akan berpengaruh pada temperatur
akhir yang diperoleh.
6. Semakin besar laju alir air pendingin, maka semakin besar pula laju alir kondensat
yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Petunjuk Praktikum Proses & Operasi Teknik 1. Depok: DTK-FT-UI.
Holman, J.P. 1988. Perpindahan Kalor Edisi Keenam, Alih Bahasa Ir. E. Jasjfi M. Sc.
Jakarta: Erlangga.