Anda di halaman 1dari 3

1

Workshop Musikalisasi Puisi di USU

Menyingkap Sepinya Apresiasi


Oleh: Yosi Abdian Tindaon
Ungkapkan dengan kata, pertegas dengan bunyi. Demikian yang dapat disarikan pada
Workshop/ Pelatihan Musikalisasi Puisi Guru SMP/ SMA dan Mahasiswa Se-kota Medan
dan Sekitarnya yang berlangsung pada Jumat dan Sabtu 18-19 Maret 2011 mulai pukul
09.00 s/d 17.00 WIB di ruang serbaguna Fakultas Sastra USU.
Pelatihan ini dilaksanakan atas kerjasama: Komunitas Musikalisasi Puisi (KOMPI)
Medan, Departemen Etnomusikologi, Fakutas Sastra USU, dan Program Studi Magister
Penciptaan dan Pengkajian Seni USU.
Pelatihan terbilang komplit dari segi materi. H. Fredie Asri memaparkan pengalaman
menggeluti musikalisasi puisi bersama sanggarnya, Sanggar Matahari. Hasan Al Banna
membahas ide dalam puisi. Drs. Irwinsyah Harahap, M.A berbagi pandangan akan seni dan
kebudayaan dan pengalaman beliau dalam musikalisasi puisi. Tahan Perjuangan Manurung,
S.Sn cenderung menjelaskan komposisi musik dalam musikalisasi puisi. Dan Ahmad Arief
Tarigan, S.sn yang turut menjelaskan musikalisasi puisi ditinjau dari istilah dan metodenya.
Seni rupa-rupanya telah kehilangan identitasnya. Demikian kalimat Drs. Irwansyah
Harahap, M.A. Ya, perubahan besar-besaran telah terjadi pada seni belakangan ini. Zaman
membawa kita pada suasana yang penuh kebaruan. Apresiasi terhadap seni berubah-ubah
karena adanya revolusi pasar. Seni menjelma produk atau komoditi. Industrialisasi seni
mengikis habis ide seni yang lebih dalam dan membuatnya menjadi pasaran. Esensi seni
hilang ditelan zaman yang sempit dan membunuh kreatifitas orang-orang.
Memang, terdapat paradigma yang mengucilkan bidang kesenian belakangan ini.
Memandang bidang kesenian sebagai suatu hal perlu dikesampingkan dan tidak dapat
disejajarkan dengan disiplin ilmu lainnya. Sayangnya pandangan itu tumbuh subur di negara
berkembang seperti Indonesia ketika negara-negara di Eropa justru melakukan hal
sebaliknya.
Seperti halnya tema yang diangkat pihak penyelenggara pada pelatihan kali ini
Membangun Karakter dan Kepribadian Lewat Berkesenian, bila ditilik lebih jauh, seni
adalah satu sarana untuk menemukan keseimbangan dalam hidup. Manusia dapat
menyampaikan segala sesuatu lewat toreh estetika. Seni diharapkan akan membentuk para

2
generasi yang berkarakter dan berkepribadian dalam menjalani hidup. Memahami nilai-nilai
keindahan dan melakukan perenungan makna setiap mosaik kehidupan.
Seni maupun sastra juga telah membuktikan eksistensinya sebagai perekam sejarah.
Sebab tak jarang bahkan sebuah peradaban diabadikan dalam berbagai bentuk karya seni dan
sastra yang masih dapat kita temukan hingga saat ini.
Maka dari itu, perlunya diadakan sebuah pengenalan yang lebih mendalam pada
bidang kesenian yang terbilang sunyi. Guna menghadirkan sebuah inovasi baru yang lebih
berkarakter sebagai sarana penyampaian pesan yang sarat nilai estetika. Yaitu musikalisasi
puisi.
Relatif. Banyak pendapat yang timbul perihal istilah dan pengertian musikalisasi puisi
pada termin diskusi. Selain karena bayaknya perbedaan persepsi, juga karena adanya
anggapan bahwa musikalisasi puisi sebenarnya sudah ada sejak beberapa waktu lalu. Terlihat
dari berbagai tradisi kedaerahan pada beberapa suku di Indonesia yang menyerupai
musikalisasi puisi.
Tak perlulah kiranya memperdebatkan istilah yang tak ada habisnya. Yang terpenting
adalah berkarya. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa musikalisasi puisi adalah suatu
bentuk penyajian puisi dengan dibacakan, dilagukan/ dinyanyikan, diiringi musik, dan
disertai bunyi (baik bunyi yang konvensional maupun inkonvensional).
Musikalisasi puisi sendiri dimaksudkan untuk memasyarakatkan puisi sebagai karya
sastra, meningkatkan mutu pengajaran apresiasi sastra dan juga sebagai sarana penunjang ide
berkesenian. Peserta pelatihan yang terdiri dari para mahasiswa dan guru diharapkan akan
dapat membentuk pemahaman dan diskusi lanjutan perihal musikalisasi puisi setelah
mengikuti pelatihan.
Selanjutnya pelatihan dititikberatkan pada penciptaan musikalisasi puisi. Termin
diskusi berlangsung akrab dan santai. Berbekal penjelasan oleh pemateri, para peserta
pelatihan diminta untuk menciptakan suatu karya musikalisasi puisi bersama kelompok yang
ditentukan. Dalam hitungan jam, terciptalah beberapa karya musikalisasi puisi dari para
peserta.
Satu hal yang menjadi catatan dalam musikalisasi puisi bahwa yang terpenting adalah
bagaimana kita memahami makna dan maksud sebuah puisi sehingga kita dapat
menyandingkan musik atau bunyi yang sinkron dengan isi puisi. Niat yang baik saja tidaklah
cukup. Diperlukan sebuah usaha yang lebih lagi karena musikalisasi puisi sejatinya
dihadirkan untuk menguatkan pemahaman terhadap suatu puisi sehingga harus dihindarkan
kesembronoan dalam memilih bunyi. Perlu adanya alasan yang kuat dalam pemilihan musik.

3
Boleh jadi para peserta akan meragukan pemateri dan penyelenggara yang berpanjang
lebar menjelaskan musikalisasi puisi tanpa mempertunjukkan kebolehan mereka. Untuk itu,
pada akhir acara KOMPI Medan dan beberapa pemateri menunjukkan kepiawaian mereka
dalam musikalisasi puisi. Meski sebenarnya beberapa orang pemateri juga telah lebih dulu
memusikalisasikan beberapa puisi di sela-sela penyampaian materi. Dengan iringan alat-alat
musik tradisional, musikalisasi puisi yang ditampilkan KOMPI Medan memang terdengar
semarak dan berbeda.
Dengan harapan akan berkembangnya musikalisasi puisi di ranah yang lebih luas,
juga ranah pendidikan, Workshop Musikalisasi Puisi di USU terbilang sukses mengenalkan
lebih dalam perihal musikalisasi puisi yang sepi peminat. Besar harapan kiranya salah satu
bidang kesenian ini tidak ikut-ikutan latah terkikis esensinya oleh industrialisasi seni yang
kian menjadi. Semoga!
Penulis adalah mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
di FBS Unimed

Keterangan foto:
Para pemateri: Hasan Al Banna (Kiri), Tahan Perjuangan Manurung, S.Sn, H. Fredie Asri,
dan Ahmad Arief Tarigan, S.sn dalam Workshop Musikalisasi Puisi di USU, Jumat Sabtu
(18-19/ 12)
- Harian Waspada, 26 Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai