Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Las Line

Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan
atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang continue.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi
perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi
misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas
mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk
mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan
harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan
kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya di dalamnya
banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan bermacammacam penngetahuan.
Karena itu di dalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktek,
secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin
dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini
pemeriksaan, bahan las dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagianbagian bangunan atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi
pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari
definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari
beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan
lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan
dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang
disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih lanjut.

http://makalahpelajar.blogspot.com

Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan pengerjaan yang
amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam. Dari pertama
perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh
dikatakan hamper tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada
pada waktu ini.
SMAW merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus listrik
berbentuk busur arus dan elektroda berselaput. Tipe-tipe lain dari pengelasan dengan busur
arus listrik adalahsubmerged arc welding SAW, gas metal arc welding GMAW-MIG, gas
tungsten arc welding G dan plasmaarc. Didalam pengelasan SMAW ini terjadi gas penyelimut
ketika elektroda terselaputitu mencair, sehingga dalam proses ini tidak diperlukan
tekanan/pressure gas inert untuk mengusir oksigen atau udara yang dapat menyebabkan korosi
atau gelembung-gelembungdidalam hasil las-lasan. Prose pengelasan terjadi karena arus listrik
yang mengalir diantaraelektroda dan bahan las membentuk panas sehingga dapat mencapai
3000 oC, sehingga membuatelektroda dan bahan yang akan dilas mencair. Berdasarkan jenis
arus-nya, pengelasan ini dibagiatas arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas Straight
polarity- polaritas langsung danReverse polarity - polaritas terbalik. Sedang mesin lasnya
terbagi atas dua jenis yaitu constantcurrent - arus tetap dan constant voltage - tegangan tetap,
dimanapada setiap pengelasan busur arus listrik jika terjadi busur yang membesar akan
menurunkan arus dan menaikkan teganganserta pada busur yang memendek akan
meningkatkan arus dan menurunkan tegangan.
Untuk mendapatkan pengelasan yang baik harus :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

menggunakan elektroda yang tepat


jenis arus yang tepat
jenis polaritas yang tepat untuk arus DC
hindari gerakan pengelasan kiri kanan selama mengelas
bentuk busur arus yang pendek, lakukan pengelasan secara mantap dan teratur
Laju pengelasan yang sesuai dengan kecepatan elektroda yang mencair.
Masalah-masalah yang sering timbul pada pengelasan busur arus adalah :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

elektrode membeku / pengelasan terhenti


bentuk kampuh las yang jelek
busur arus las yang jelek karena mengembang
Sedang selaput elektrode / fluks umumnya terbuat dariserat kayu/sellulosa
titanium oksida
titanium + senyawa bas
M n + F e + S i
Besi oksida
CaCO3, yang akan membentuk jebnis-jenis elektrode berupa type : E, R,
ER, EC, EW, B,RB, RG dan F.
Pemilihan elektrode ini berdasarkan :

1. sifat dari bahan yang akan dilas


2. posisi pengelasan
http://makalahpelajar.blogspot.com

3.
4.
5.
6.

type sambungan
jumlah pengelasan
kerapatan sambungan pengelasan
jenis arus yang tersedia.

Mesin las AC
Mesin listrik diklasifikasikan mesin las AC dan mesin las DC, mesin las AC biasanya
berupatrafo las, sedangkam mesin las DC selain trafo yang dilengkapi dengan rectifier atau
diode( Perubah arus bolak balik menjadi arus searah ) biasanya menggunakan motor
penggerak baik mesin disel atau motor bensin dan motor listrik. Mesin las AC yang
menggunakan transformator atau trafo las.Saat ini banyak digunakan mesin las DC karena DC
mempunyai beberapa kelebihan dari pada mesin las AC, seperti misalnya busur
stabil, polaritas dapat diatur.
Las DCSP ( Direct Current Straight Polarity ) atau Las Polaritas Lurus.
Apabila material dasar atau material yang akan dilas disambungkan dengan kutup
positip ( + )dan elektrodenya disambungkan dengan kutup negatif ( - ) pada mesin las DC
maka cara inidisebut pengelasan polaritas lurus atau DCSP.Dengan cara ini busur listrik
bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga tumbukanelektron berada di material dasar
yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda.
Cara

ini

akan

menghasilkan

pencairan

material

dasar

lebih

banyak

dibandingelektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik
digunakan pada pengelasan yang lambat serta manik las yang sempit dan untuk pelat yang
tebal. Las DCRP( Direct Current Reversed Polarity) atau Las Polaritas balik. Dengan proses
pengelasan cara inimaterial dasar disambungkan dengan kutup negatip ( - ) dan elektrodenya
disambungkan dengankutup positif ( + ) dari mesin las DC, dan disebut DCRP sehingga busur
listrik bergerak darimaterial dasar ke elektrode dan tumbukan elektron berada di elektrode
yang berakibat 2/3 panas berada di elektroda dan 1/3 panas berada di material dasar.
Cara ini akan menghasilkan pencairan elektrode lebih banyak sehingga hasil las
mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan pelat tipis dengan manik
las yang lebar.Pengelasan Las AC ( Alternating current ) atau Las Arus bolak balik Las listrik
arus bolak balik tidak ada kutup positip dan negatip ( dua duanya sama ) oleh sebab itu maka
penyambungannyadibolak balik hasilnya tetap sama. Masing masing kutup akan menerima
panas 50 % danakibatnya terjadi penetrasi normal .
Elektrode las
Sebagian besar elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisan flux, yang berfungsi
sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari kontaminasi udara sekelilingnya.
Selain itufluk berguna juga untuk membentuk terak las yang juga berfungsi melindungi cairan

http://makalahpelajar.blogspot.com

las dariudara sekelilingnya. Lapisan elektrode ini merupakan campuran kimia yang
komposisisnyasesuai dengan kebutuhan pengelasan.
Menurut AWS (American Welding Society ) elektrodediklasifikasikan dengan huruf E
dan diikuti empat atau lima digit sebagai berikut E xxxx (x) .
Dua digit yang pertama atau tiga digit menunjukan kuat tarik hasil las tiga digit
menunjukankuat tarik lebih dari 100.000 psi sedangkan dua digit menunjukan kuat tarik hasil
lasan kurangdari 100.000 psi. Sebagai contoh elektrode E 6013 mempunyai kuat tarik 60.000
psi (42Kg/mm2 ). Sedangkan angka digit ketiga atau keempat bagi yang kuat tariknya lebih
besar 100.000 psi ( 70 Kg/mm2 ) digit selanjutnya menujukan posisi pengelasan, apabila angkanya
1 berarti untuk segala posisi.pengelasan, angka 2 berarti las datar atau horizonta l dan angka
3menunjukan untuk pengelasan datar saja. Digit yang terakhir menunjukan jenis dari campurankimia
dari lapisan electrode

Dalam membangun rumah, terkadang ada beberapa komponen rumah dari logam yang
harus dibuat dengan cara pengelasan, misalnya teralis, railing, atau kanopi. Bahkan lebih jauh
lagi dalam pembuatan rangka atap bangunan yang berukuran besar seperti gudang atau
gedung dengan bentang lebih dari 10 meter pada umumnya harus menggunakan struktur
rangka baja (profil siku, kanal atau pipa) maupun struktur gable (profil WF, kanal) yang
dibentuk dengan menggunakan teknik pengelasan sebelum akhirnya dirakit (erection) di
lokasi dengan menggunakan sambungan baut ataupun sambungan las.
Ruang Lingkup dan Definisi Pengelasan
A. Definisi

pengelasan

menurut

American

Welding

Society,

1989

Pengelasan adalah proses penyambungan logam atau non logamyang dilakukan


dengan memanaskan material yang akan disambung hingga temperatur las
yang dilakukan secara : dengan atau tanpa menggunakan tekanan
(pressure),hanya dengan tekanan (pressure), atau dengan atau tanpa
menggunakan logam pengisi (filler)
B. Definisi pengelasan menurut British

Standards

Institution,

1983

Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua atau lebih material dalam
keadaan plastis atau cair dengan menggunakan panas (heat) atau dengan
tekanan (pressure) atau keduanya. Logam pengisi (filler metal) dengan
temperatur lebur yang sama dengan titik lebur dari logam induk dapat atau
tanpa digunakan dalam proses penyambungan tersebut.
Sejarah pengelasan
Para

ahli

sejarah

memperkirakan

bahwa

orang

Mesir

kuno

mulai

menggunakanpengelasan dengan tekanan pada tahun 5500 SM (untuk membuatpipa tembaga


denganmemalu lembaran yang tepinya saling menutup).

http://makalahpelajar.blogspot.com

Winterton menyebutkan bahwa bendaseni orang Mesir yang dibuat pada tahun 3000
SM terdiri dari bahan dasar tembaga dan emas hasil peleburan dan pemukulan. Jenis
pengelasan ini, yang disebut pengelasan tempa {forge welding), merupakan usaha manusia
yang pertama dalam menyambung dua potong logam. Contoh pengelasan tempa kuno yang
terkenal adalah pedang Damascus yang dibuat dengan menempa lapisan-lapisan besi yang
berbeda sifatnya.
Pengelasan tempa telah berkembang dan penting bagi orang Romawi kuno sehingga
mereka menyebut salah satu dewanya sebagai Vulcan (dewa api dan pengerjaan logam) untuk
menyatakan seni tersebut. Sekarang kata Vulkanisir dipakai untuk proses perlakuan karet
dengan sulfur, tetapi dahulu kata ini berarti mengeraskan. Dewasa ini pengelasan tempa
secara praktis telah ditinggalkan dan terakhir dilakukan oleh pandai besi.
Tahun 1901-1903 Fouche dan Picard mengembangkan tangkai las yang dapat
digunakandengan asetilen (gas karbit), sehingga sejak itu dimulailah zaman pengelasan
danpemotongan oksiasetilen (gas karbit oksigen).Periode antara 1903 dan 1918 merupakan
periode pemakaian las yang terutamasebagai cara perbaikan, dan perkembangan yang paling
pesat terjadi selama Perang Dunia I (1914-1918). teknik pengelasan terbukti dapat diterapkan
terutama untuk memperbaiki kapal yang rusak. Winterton melaporkan bahwa pada tahun 1917
terdapat 103 kapal musuh di Amerika yang rusak dan jumlah buruh dalam operasi pengelasan
meningkat dari 8000 sampai 33000 selama periode 1914-1918. Setelah tahun 1919,
pemakaian las sebagai teknik konstruksi dan pabrikasi mulai berkembang dengan pertama
mwnggunakan elektroda paduan (alloy) tembaga-wolfram untuk pengelasan titik pada tahun
1920. Pada periode 1930-1950 terjadi banyak peningkatan dalam perkembangan mesin las.
Proses pengelasan busur nyala terbenam (submerged) yang busur nyalanya tertutup di bawah
bubuk fluks pertama dipakai secara komersial pada tahun 1934 dan dipatenkan pada tahun
1935. Sekarang terdapat lebih dari 50 macam proses pengelasan yang dapat digunakan untuk
menyambung pelbagai logam dan paduan.
Pengelasan yang kita lihat sekarang ini jauh lebih kompleks dan sudah sangat
berkembang. Kemajuan dalam teknologi pengelasan tidak begitu pesat sampai tahun 1877.
Sebelum tahun 1877, proses pengelasan tempa dan peyolderan telah dipakai selama 3000
tahun. Asal mula pengelasan tahanan listrik {resistance welding) dimulai sekitar tahun 1877
ketika Prof. Elihu Thompson memulai percobaan pembalikan polaritas pada gulungan
transformator, dia mendapat hak paten pertamanya pada tahun 1885 dan mesin las tumpul
tahanan listrik {resistance butt welding) pertama diperagakan di American Institute Fair pada
tahun 1887.
Pada tahun 1889, Coffin diberi hak paten untuk pengelasan tumpul nyala partikel
(flash-butt welding) yang menjadi satu proses las tumpul yang penting. Zerner pada tahun

http://makalahpelajar.blogspot.com

1885 memperkenalkan proses las busur nayala karbon {carbon arc welding) dengan
menggunakan dua elektroda karbon, dan N.G. Slavinoff pada tahun 1888 di Rusia merupakan
orang pertama yang menggunakan proses busur nyala logam dengan memakai elektroda
telanjang (tanpa lapisan).
Coffin yang bekerja secara terpisah juga menyelidiki proses busur nyala logam dan
mendapat hak paten Amerika dalam tahun 1892. Pada tahun 1889, A.P. Strohmeyer
memperkenalkan konsep elektroda logam yang dilapis untuk menghilangkan banyak masalah
yang timbul pada pemakaian elektroda telanjang.
Thomas Fletcher pada tahun 1887 memakai pipa tiup hidrogen dan oksigen yang
terbakar, serta menunjukkan bahwa ia dapat memotong atau mencairkan logam. Pada saat
sekarang ini teknik las telah dipergunakan secara luas yang dimanfaatkan dalam berbagai
bidang. Luasnya penggunaan teknologi las disebabkan karena bangunan dan mesin yang
dibuat dengan mempergunakan teknik pengelasan ini menjadi lebih murah.
Penggunaan & pengembangan teknologi las
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi
perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran, kendaraan rel dan
sebagainya. Disamping itu untuk pembuatan las, proses las dapat juga dipergunakan untuk
reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang coran, membuat lapisan keras pada perkakas,
mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi tetapi hanya merupakan sarana untuk
mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan dan cara pengelasan
harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan konstruksi
serta keadaan sekitarnya.
Pengembangan Teknologi Las
1) Las Busur Listrik
Selama berabad-abad las tempa dipakai sebagai proses utama untuk menyambung logam
tanpa banyak mengalami perkembangan. Pada awal abad 19, ditemukan cara baru yaitu las
busur nyala listrik (Elekctric Arc Welding) dengan electrode carbon batangan tanpa
pembungkus dengan menggunakan battery sebagai sumber tenaga listrik. Kelemahan utama
proses las listrik carbon adalah oksidasi yang relative tinggi pada lasan (lasan mudah karat)
sehingga las ini banyak dipakai.

http://makalahpelajar.blogspot.com

Pada waktu yang bersamaan, tahun 1877, ditemukan las tahanan (Resistance Welding).
Seorang ahli fisika dari Inggris, James Joule, diakui sebagai penemunya. Pada tahun 1856 dia
memenaskan dua batang kawat dengan aliran listrik. Selama proses pemanasan, kedua kawat
tersebut ditekan satu sama lain. Ternyata kedua kawat tersebut saling terikat setelah selesai
dipanaskan.
Pada perkembangan selanjutnya, resistane welding menghasilkan beberapa jenis proses
pengelasan, missal las flash (Flas Welding) pada tahun 1920.las tahanan listrik mencapai
kejayaannya setelah diciptakan berbagai jenis robot. Untuk memenuhi kebutuhan
dikembangkan berbagai bentuk las tahanan listrik yang meliputi las titik, interval, seam (garis)
dan proyeksi. Las ini dalam prosenya menerapkan panas dan tekan. Electrode berfungsi
sebagai penyalur arus dan penekanan benda kerja berbentuk plat.
Pada decade berikutnya, diperkenalkan last hermit (Thermit Welding) berdasarkan prose
kimiawi sehingga menambah kesanah teknologi pengelasan. Las thermiddiperoleh dengan
menuangkan logam cair diantara dua ujung logam yang akan disambungkan sehingga ikut
mencair. Setelah membeku kedua logam menyatu dan cairan logam yang dituangkan
berfungsi sebagai bahan tambah.
Pada akhir abad 19 ditemukan las oxy acetylene, las ini berhasil menggeser pemakaian
las tempa dan mendominasi proses pengelasan untuk beberapa decade sampai dikembangkan
las listrik..Pada tahun 1925 las oxy acetylene digeser oleh adanya perbaikan las busur listrik
yang mana las busur tersebut memakai electrode terbungkus. Setelah terbakar, pembungkus
electrode menghasilkan gas dan terak. Gas melindungi kawah lasan dari oksidasi pada saat
proses pengelasan sedang berlangsung. Terak melindungi lasan selama proses pembekuan
hingga dingin (sampai terak dibersihkan). Keterbatasan las busur electrode batangan adalah
panjang ektode yang terbatas sehingga setiap periode tertentu pengelasan harus berhenti
mengganti electrode. Efesiensi bahan tanbah jauh dari 100% karena mesti ada puntungnya.
Bertitik tolak dari kelemahan tersebut maka pada akhir tahun 1930an diciptakan las
busur electrode gulungan. Secara prinsip, pengelasan tidak perlu berhenti sebelum sampai
ujung jalur las. Dan pengelasan dapat dilakukan dengan cara semi otomatis atau otomatis.
Sebagai pelindung dipakai flux. Flux dituangkan sesaat dimuka electrode sehingga busur
nyala listrik terpendam oleh flux. Keuntungannya, operator tidak silau oleh busur nyala listrik,
kelemahannya, las terbatas pada posisi dibawah tangan saja pada posisi lain flux akan jatuh
berhamburan sebelum berfungsi.
Pada tahun 1941 di Amerika ditemukan electrode Tungsten. Tungsten tidak mencair oleh
panasnya busur nyala listrik sehingga tidak terumpan dalam lasan. Sebagai pelindung dipakai
gas inti (Inert) yang untuk beberapa saat dapat bertahan pada kondisinya. Gas inti
http://makalahpelajar.blogspot.com

disemburkan kedaerah lasan sehingga lasan terhindar dari oksidasi. Karena menggunakan las
inti sebagai bahan pelindung las ini sering disebut las TIG ( Tungsten Inert Gas).
Keberhasilan pemakaian gas inti pad alas tungsten dicoba pula pad alas elektroda
gulungan pada awal tahun 1950an. Proses ini selanjutnya disebut Gas Metal Arc Welding
(GMAW) atau las MIG (Metal Inert Gas). Kaena gas argo sangat mahal maka dipakai gas
campuran argon dan oksigen atau gas CO yang cukup aktif. Las ini biasa disebut dengan
Metal Aktif Gas (MAG). Dapat pula dipakai pelindung campuran argon dengan CO selama
tidak lebih dari 20% hasilnya cukup baik karena tidak meninggalkan terak. Perlu diketahui
bahwa gas gas pelindung lebih mahal, maka cara tersebut hanya dipakai untuk keperluan
khusus.
Berikutnya ditemukan las busur electrode gulungan dengan pelindung lasan berupa
serbuk. Supaya dapat dipakai pada segala posisi, elektroda dibuat berlubang seperti pipa untuk
menempatkan flux. Proses ini relative lebih murah dari pada las busur gas, dapat untuk segala
posisi dan teknis pengelasan dapat dikembangkan secara semi otomatis atau otomatis penuh
las ini disebut las busur elektroda berinti flux (Flux Core Arc Welding) Selanjutnya ada
elektroda sebagai komponen yang akan dipasang pada bagian lain. Las ini disebut las stud.
Stud terpasang pada benda utama melalui tiga tahap yaitu seting posisi, pencarian ujung stud
dan benda utama dan penekanan stud pada benda utama sesaat setelah busur nyala dimatikan.
Setelah itu dikembangkan las listrik frekuensi inggi yaitu 10000 sampai 500000 Hz. Las listrik
frekuensi tinggi sering disebut las induksi. Ditinjau dari proses penyatuan benda kerja, las ini
termasuk las padat yang dibantu dengan panas untuk memecah lapisan oksidasi atau kotoran
pada permukaan benda kerja. Panas yang dihasilakan sangat tipis dipermukaan benda kerja
sehingga las ini sangat cocok untuk plat tipis.
Pada tahun 1950an , diubahnya energi listrik menjadi seberkas electron yang
ditembakkan benda kerja. Panas yang dihasilkan lebih besar dan dimensi bekas electron jauh
lebih kecil dari busur nyala listrik, pengelasannya sangat cepat maka sangat cocok untuk
produksi masal. Daerah panas menjadi lebih sempit sehingga sangat cocok untuk bahan yang
sensitive terhadap perubahan panas. Kualitas lasan sangat baik dan akurasi , hanya saja
peralatannya sangat mahal. Cara ini biasa disebut las electron ( Electron Beam Welding).
2) Las Gesek
Pada tahun 1950, AL Chudikov, seorang ahli mesin dari Uni Sovyet, mengemukakan
hasil pengamatannya tentang teori tenaga mekanik dapat diubah menjadi energi panas.
Gesekan yang terjadi pada bagian-bagian mesin yang bergerak menimbulkan banyak kerugian
karena sebagian tenaga mekanik yang dihasilkan berubah menjadi panas. Chudikov
berpendapat, proses demikian mestinya bias dipakai pada proses pengelasan. Setelah melalui
http://makalahpelajar.blogspot.com

percobaan dan penelitian dia berhasil mengelas dengan memanfaatkan panas yang terjadi
akibat gesekan. Untuk memperbesar panas yang terjadi, benda kerja tidak hanya diputar tetapi
ditekan satu terhadap yang lain. Tekanan juga berfungsi mempercepat fusi. Cara ini disebut las
gesek (Friktion Welding)
3) Las Plasma
Las plasma busur nyala listrik (Plasma Arc Welding). Proses plasma sebenarnya
merupakan penyempurnaan las tungsren, hanya saja busur nyala listrik tidak muncul diantara
elektroda dengan benda kerja tetapi muncul antara ujung elektroda dengan gas inti yang
mengalir di sekitarnya. Las plasma ternyata lebih baik dari las tungsten karena busur nyala
listrik yang muncul lebih stabil dengan diameter lebih kecil sehingga panasnya lebih terpusat.
Proses pengelasan bias lebih cepat, disamping itu tungsten tidak pernah menyentuh benda
kerja.
4) Las Suara
Awal tahun 1960 ditandai dengan penemuan las yang menggunakan suara frekuensi
tinggi (Ultrasonic Welding). Las ini juga menggunakan listrik dalam proses kerjanya, tidak
ada aliran listrik pada benda kerja, panas yang ditimbulkan semata-mata hasil proses dan
sifatnya hanya membantu dalam proses penyatuan benda kerja.
Suara yang digunakan berkisar antara 10000 sampai 175000 Hz, getaran suara
disalurkan melalui sosotrode yang dipasang pada benda kerja. Kemudian tekanan yang
diterapkan pada benda kerja selama proses. Kelebihan proses ini adalah sesuai untuk benda
tipis dan tidak terpengaruh jenis bahan yang disambungkan. Tidak dipakainya energi panas
sebagai energi utama merupakan kelebihan sendiri pada bahan tertentu dan tipis, hanya saja
kurang berhasil untuk ketebalan benda kerja diatas 2,5mm x 2.
Berbagai bentuk las ultrasonic:

Wedge reed spot.

Leteral drive spot.

Overthung copuler spot.

Line.

Ring.

Continuous seam.
http://makalahpelajar.blogspot.com

5) Las eksplosive (Exsplosive Welding atau EXW)


Las eksplosive (Exsplosive Welding atau EXW) dikembangkan dari
pengamatan seseorang dimasa PD I, ada pecahan-pecahan bom yang melekat kuat pada logam
lain yang tertumbuk. Carl dalam penelitiannya menyimpulakan bahwa pecahan bom tersebut
menempel karena efek jet pada saat terjadi tumbukan. Efek jet mampu membersihkan kotoran
yang melekat pada permukaan kedua benda sehingga terjadi kontak antar atom kedua benda
dan menghasilkan ikata yang cukup kuat.
6) Las Laser.
Pada tahun 1955 para ahli fisika berhasil menemukan sinar laser, secara
sederhana dapat dikatakan sinar yang diproduksi pada panjang gelombang tertentu dan
parallel, kemudian diperbesar, sinar tersebut selanjutnya difokuskan. Panas yang dihasilkan
pada titik focus sangat tinggi. Menjelang tahun 1970, laser mulai diterapkan pad alas, laser
sebagai sinar dapat diatur secara akurat sehingga las laser sangatsesuai untuk peralatanperalatan khusus.
Las laser dapat dipakai untuk mengelas benda-benda dengan ketebalan 0,13mm
sampai 29mm pada kecepatan geser berkisar dari 21 mm/dt sampai 1,2 mm/dt. Persoalan yang
timbul pad alas laser sama halnya dengan las electron, kerenggangan benda kerja sangat kecil
antara 0,03 sampai 0,15.sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang
digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal
tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut pada waktu ini dapat dibagi
dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang
digunakan.
Kotoran-kotoran seperti karat, terak, minyak, air dan lain sebagainya bila tercampur
denganlogam las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang halus dan lain sebagainya
yangdapat mambahayakan kontruksi, karena itu kotoran-kotoran itu harus dibersihkan
sebelumpelaksanaan pengelasan. Pembersihanya yaitu dengan cara mekanik atau cara kimia.
****

http://makalahpelajar.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai