Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur
perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhanpelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi
dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama
Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
1.

Periode Awal (Abad V-XI M)

Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang
unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patungpatung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara
dan Mataram Kuno.
2.

Periode Tengah (Abad XI-XVI M)

Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan
karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga
keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini
terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit.
Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme
antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan
hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3.

Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)

Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya,
sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di
Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh
nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai
manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra
lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud akultrasi?
2. Mengapa akultrasi dapat terjadi?

C. Tujuan makalah
1.
Mengetahui apa arti akultrasi
2.
Mengetahui Mengapa akultrasi dapat terjadi?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Indonesia
Salah satu materi sejarah yang juga harus dipahami dan terkadang menjadi tugas adalah
mengenai akulturasi kebudayaan Hindu Budha, untuk memberikan pemahaman tentang materi
akulturasi yang terjadi di Indonesia tersebut berikut ini akan kita rangkum secara singkat
mengenai materi akulturasi Budaya Hindu Budha.
Pengertian Akulturasi Budaya
Sperti kita ketahui akulturasi merupakan suatu perpaduan dua kebudayaan yang berbeda
yang langsung bertemu secara damai dan serasi. Unsur kebudayaan yang bertemu tersebut hidup
berdampingan dan saling mengisi satu sama lain tetapi tidak sedikitpun menghilangkan unsurunsur kebudayaan asli yang telah lebih dahulu ada.
Sebelum masuknya kebidayaan Hindu Budha di Indonesia, kebudayaan asli Indonesia
telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Masuknya pengaruh Hindu Budha tersebut
kemudian memberikan dampak dan pengaruh tersendiri terhadap perkembangan budaya yang
ada. Unsur-unsur kebudayaan Hindu Buhda tersebut kemudian diserap dan disesuaikan dengan
kebudayaan asli yang sebelumnya sudah ada sehingga terciptalah kebudayaan akulturasi.
Beberapa hal yang menjadi alasan diterimanya kebudayaan lain dari Hindu Budha ini
adalah sebagai berikut:

Masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga


masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan
Indonesia.
Bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah Local Genius, yaitu
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan
mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Akulturasi dari kebudayaan lama dengan Hindu-Budha dapat dilihat dari :


1.

Segi Sosial

Sebelum masuknya Hindu-Budha ke Nusantara masyarakat belum mengenal dengan apa


yang namanya sistem pembagian masyarakat atau kasta. Semua masyarakat pada masa itu
memiliki kedudukan yang sama dan masih hidup dalam suatu kelompok-kelompok tertentu.
Namun setelah masuknya unsur baru yang berupa Hindu-Budha ini kemudian masyarakat pada
masa itu kehidupan sosialnya berubahdan dibedakan atas sistem kasta.

2.

Sistem Pemerintahan

Pada masa sebelum masuknya Hindu-Budha masyarakat Nusantara mengenal sistem


pemerintahan yang dipimpin oleh kepala suku dan juga keturunannya. Kepala suku dipilih
masyarakat atas kemampuannya dalam berbagai hal misalnya kemampuan untuk mengalahkan
musuh ataupun juga dalam berburu hewan.Namun setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha
kemudian sistem pemerintahan berubah namun masih juga memiliki unsur budaya lokal,
perubahan ini menjadi seorang raja yang memimpin sebuah wilayah atau negara. Perkembangan
itu menyesuaikan dengan yang ada di India karena India merupakan daerah awal dimana HinduBudha tumbuh.Contohnya ialah nama Raja Kutai yang pertama pada saat itu adalah Kudungga
yang merupakan nama orang asli penduduk pribumi pada masa itu, Kudungga merupakan
seorang kepala suku. Namun setelah itu nama anak dari Kudungga yaitu Aswawarman
merupakan nama yang sudah mendapat pengaruh India. Selain pemerintahan juga mendapat
pengaruh dari India yang dari kesukuan menjadi sebuah kerajaan.
3.

Kesenian

Di dalam kesenian ini akulturasi sangat terlihat jelas seperti contohnya pada seni rupa
atapun patung dan juga relief yang ada di Nusantara dulu sepeti pada relief di Candi Borobudur
yang menceritakan tentang bagaimana perjalanan Sang Budha Gautama. Bentuk akulturasi dari
kebudayaan ini dapat dilihat dari relief yang menggambarkan tentang keadaan alam dan
geografis dari wilayah Nusantara sendiri di masa lalu seperti adanya hiasan burung merpati
ataupun juga hiasan tentang gambar dari perahu bercadik yang tidak kita temukan di India.

Dalam seni sastra akulturasi nampak jelas seperti pada Sastra Jawa yang mengalami
proses akulturasi dengan kebudayaan India. Proses ini terjadi dengan penyerapan unsur-unsur
kebudayaan India terlihat dari prasasti yang menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta.
Namun seiring dengan bentuk akulturasinya dengan budaya lokal kemudian dari huruf Pallawa
dan Bahasa Sansekerta ini dikembangkan ke dalam Bahasa Jawa Kuna ataupun bahasa yang
lainnya yang masih dalam satu konteks bahasa.
4.

Sistem Penanggalan

Kalender atau sistem penanggalan yang ada di Nusantara yaitu yang menggunakan tahun
Saka merupakan sistem penanggalan yang mendapat pengaruh dari budaya yang ada di
India.Tidak diketahui pasti kapan nenek moyang mengenal sistem pertanggalan dengan tahun
saka ini. Namun diduga orang India mengenalkan unsur-unsur kebudayaan tentang pertanggalan
ini sejak menjelang abad ke 5 M yang kemudian di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini
dapat dilihat Prasasti Tugu yang dikeluarkan Raja Purnawarman dari Tarumanegara yang
menyebutkan unsur-unsur pertanggalan yakni tanggal 8 paruh gelap, bulan Phalgina dan 13
paruh terang bulan Caitra. Pertanggalan yang dilakukan oleh Purnawarman adalah untuk
4

menandai pembangunan Sungai Gomati.Sebelum mengenal sistem penanggalan Saka, nenek


moyang dulu menggunakan rasi bintang sebagai penanda misalnya para petani dulu untuk
melihat perubahan musim dalam setahun biasanya menggunakan gugusan bintang Weluku yang
biasanya sekarang ini nampak pada Bulan September sampai Maret. Namun setelah masuknya
Hindu-Budha, sistem penanggalan kemudian mendapat pengaruh yang signifikan yakni dengan
menggunakan tahun Saka sebagai sistem penanggalan yang digunakan oleh masyarakat
setempat.
5.

Arsitektur

Dalam segi arsitektur yang ada semacam penyempurnaan bangunan setelah masuknya
budaya Hindu-Budha. Pada awalnya masyarakat Indonesia sebelum masuknya budaya HinduBudha sudah mengenal tentang sistem arsitektur atau bangunan. Ini dapat dilihat dari adanya
punden berundak yang sering dikaitkan dengan budaya Animisme dan Dinamisme atau
pemujaan terhadap leluhur mereka. Namun seiring dengan adanya budaya Hindu-Budha yang
masuk ke wilayah Nusantara, budaya nenek moyang itu mengalami perkembangan yang
signifikan.
Perkembangan itu dapat dilihat dari Candi Borobudur ataupun juga bangunan di akhir masa
Majapahit (abad 14 candi-candi di lereng Penanggungan, Arjuna, Lawu) dibangun dengan
mengambil bentuk pundek berundak meskipun Majapahit merupakan kerajaan bercorak Budha.
Ini dapat membuktikan adanya suatu bentuk akulturasi antara budaya asli nenek moyang dengan
pengaruh Hindu-Budha.
B. Contoh Wujud Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Indonesia
Ada tiga hal mencolok yang dapat kita lihat sebagai wujud akultusai antara nilai
kebudayaan Hindu Budha dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli yaitu seni bangunan,
kepercayaan dan juga sistem pemerintahan.
Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar pengaruhnya
terhadap seni bangunan, terutama pada bangunan candi. Candi Hindu dan Buddha yang
ditemukan di Indonesia pada dasarnya merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu
merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu dari bangunan
punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Buddha,
sehingga menjadi wujud sebuah candi. Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis
India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha
berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati
ditemukan di Sikadeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudurtampak adanya seni rupa
India, dengan ditemukannya relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi
Borobudur umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan
rumah panggung dan hiasan burung merpati.
5

Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia mengakibatkan


terjadinya percampuran antara kedua kepercayaan itu, namun tidak meninggalkan kepercayaan
asli Indonesia, terutama dilihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan
terhadap dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata
kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem
kasta . Ekonomi Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak
terjadi perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui
pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal
sistem pemerintahan seorang kepala suku.
Sistem pemerintahan seorang kepala suku berlangsung secara demokratis, dimana salah
seorang kepala suku merupakan pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki
kelebihan dari anggota suku lain. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata
pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang di India. Seorang
kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah atas wilayah kerajaannya secara turun
temurun. Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan keturunan.
Demikianlah tadi pembahasan kita dengan tema Mengenal Akulturasi Budaya Hindu
Buddha di Indonesia. Dengan mempelajari dan mengenal lebih dalam mengenai berbagai nilai
budaya hasil akulturasi budaya asli Indonesia dengan nilai budaya Hindu Budha tersebut kita
akan lebih paham lagi tentang sejarah budaya-budaya yang ada di Indonesia khususnya yang
lahir dari proses akultuasi ini.
Akulturasi adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang langsung bertemu
secara damai dan serasi. Kedua unsur kebudayaan yang bertemu hidupberdampingan dan saling
mengisi, namun perpaduan tersebut tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kebudayaan.
Indonesia. Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, masyarakat Indonesia telah memiliki
kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke
Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Unsur-unsur
kebudayaan tersebut diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kehidupan masyarakat
Indonesia. Hal ini disebabkan Pertama, masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar kebudayaan
yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia. Kedua, bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut
dengan istilah Local Genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur
kebudayaan asing dan mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Seni
Bangunan Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar pengaruhnya
terhadap seni bangunan, terutama pada bangunan candi. Candi Hindu dan Buddha yang
ditemukan di Indonesia pada dasarnya merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu
merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu dari bangunan
6

punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Buddha,


sehingga menjadi wujud sebuah candi. Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis
India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha
berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati
ditemukan di Sikadeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudurtampak adanya seni rupa
India, dengan ditemukannya relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi
Borobudur umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan
rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, terdapat hiasan perahu bercadik.
Lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia dan tidak pernah ditemukan pada candi-candi
yang terdapat di India. Juga relief pada candi Prambanan yang memuat cerita Ramayana. Seni
Sastra Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa Saskreta sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra Indonesia. Prsasti-prasasti awal menunjukkan
pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya,
Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dengan bahasa Sanskreta sangat dominan
terutama dalamistilah-istilah pemerintahan. Juga kitab-kitab kuno di Indonesia banyak yang
mempergunakan bahasa Sanskreta. Kalender Wujud akulturasi kebudayaan Hindu ke dalam
kehidupan masyarakat Indonesia adalah dengan diadopsinya sistem kalender atau penanggalan
India. Sistem kalender yang menggunakan tahun saka telah dipakai dalam sistem penanggalan.
Disamping itu, ditemukan Candra Sangkala (kronogram) dalam usaha memperingati peristiwa
sengan tahun atau kalender saka. Kepercayaan Filsafat Sebelum masuknya pengaruh HinduBuddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu
pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme.
Kemudian, mengakibatkan terjadinya akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh HinduBuddha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya percampuran antara kedua kepercayaan itu,
namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia, terutama dilihat dari segi pemujaan
terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang
sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam
masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta . Ekonomi Dalam bidang ekonomi, tidak
begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi perubahan, karena masyarakat
Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh
sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan Sebelum masuknya pengaruh HinduBuddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan seorang kepala
suku. Sistem pemerintahan seorang kepala suku berlangsung secara demokratis, dimana salah
seorang kepala suku merupakan pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki
kelebihan dari anggota suku lain. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata
pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang di India. Seorang
kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah atas wilayah kerajaannya secara turun
temurun. Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan keturunan.

Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat


Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para
pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu
musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan
dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas
3 periode sebagai berikut.
1.

Periode Awal (Abad V-XI M)

Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang
unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patungpatung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara
dan Mataram Kuno.
2.

Periode Tengah (Abad XI-XVI M)

Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan
karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga
keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini
terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit.
Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme
antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan
hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3.

Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)

Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya,
sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di
Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh
nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai
manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra
lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
C. Akulturasi
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi.
Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat
hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua
kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu
saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan
masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
8

3.

4.

Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup


tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius
merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan
asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia.

Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di
Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai
sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai
dengan kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.
1.

Bidang Sosial

Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat
Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.
2.

Ekonomi

Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini
disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum
masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
3.

Sistem Pemerintahan

Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala


suku yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok
lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh
seorang raja yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa
yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk
memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan
kepala suku.
4.

Bidang Pendidikan

Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam


bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun
dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca
dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :

Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian
masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan
9

bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa
Bali Kuno yang merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah
khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian
diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di
berbagai kerajaan di Indonesia.
Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan
interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti
berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih
sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal dan
diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran
mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan
dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal
dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut
maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan
menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan
pada yang lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk
menambah ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka
menyebarkan agama menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh
masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha,
seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa
mendirikan asrama khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala
(India)
5.

Kepercayaan

Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan


memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme).
Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut
agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap
10

arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan
paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari
Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud
dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2
tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.
6.

Seni dan Budaya

Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang
dibawah ini:
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli
bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi
budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum
yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya
candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut
bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah
dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan
abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun
Kutai. Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain
patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan
relief cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.

BAB III
11

PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti kita ketahui akulturasi merupakan suatu perpaduan dua kebudayaan yang berbeda
yang langsung bertemu secara damai dan serasi. Unsur kebudayaan yang bertemu tersebut hidup
berdampingan dan saling mengisi satu sama lain tetapi tidak sedikitpun menghilangkan unsurunsur kebudayaan asli yang telah lebih dahulu ada.
Sebelum masuknya kebidayaan Hindu Budha di Indonesia, kebudayaan asli Indonesia
telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Masuknya pengaruh Hindu Budha tersebut
kemudian memberikan dampak dan pengaruh tersendiri terhadap perkembangan budaya yang
ada. Unsur-unsur kebudayaan Hindu Buhda tersebut kemudian diserap dan disesuaikan dengan
kebudayaan asli yang sebelumnya sudah ada sehingga terciptalah kebudayaan akulturasi.
B. Saran
Dalam laporan ini mungkin banyak kekurangan ataupun keslahan untuk itu kami
menginginkan saran dan masukan dari pembaca.

12

Anda mungkin juga menyukai