PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur
perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhanpelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi
dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama
Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
1.
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang
unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patungpatung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara
dan Mataram Kuno.
2.
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan
karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga
keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini
terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit.
Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme
antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan
hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3.
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya,
sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di
Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh
nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai
manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra
lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud akultrasi?
2. Mengapa akultrasi dapat terjadi?
C. Tujuan makalah
1.
Mengetahui apa arti akultrasi
2.
Mengetahui Mengapa akultrasi dapat terjadi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Indonesia
Salah satu materi sejarah yang juga harus dipahami dan terkadang menjadi tugas adalah
mengenai akulturasi kebudayaan Hindu Budha, untuk memberikan pemahaman tentang materi
akulturasi yang terjadi di Indonesia tersebut berikut ini akan kita rangkum secara singkat
mengenai materi akulturasi Budaya Hindu Budha.
Pengertian Akulturasi Budaya
Sperti kita ketahui akulturasi merupakan suatu perpaduan dua kebudayaan yang berbeda
yang langsung bertemu secara damai dan serasi. Unsur kebudayaan yang bertemu tersebut hidup
berdampingan dan saling mengisi satu sama lain tetapi tidak sedikitpun menghilangkan unsurunsur kebudayaan asli yang telah lebih dahulu ada.
Sebelum masuknya kebidayaan Hindu Budha di Indonesia, kebudayaan asli Indonesia
telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Masuknya pengaruh Hindu Budha tersebut
kemudian memberikan dampak dan pengaruh tersendiri terhadap perkembangan budaya yang
ada. Unsur-unsur kebudayaan Hindu Buhda tersebut kemudian diserap dan disesuaikan dengan
kebudayaan asli yang sebelumnya sudah ada sehingga terciptalah kebudayaan akulturasi.
Beberapa hal yang menjadi alasan diterimanya kebudayaan lain dari Hindu Budha ini
adalah sebagai berikut:
Segi Sosial
2.
Sistem Pemerintahan
Kesenian
Di dalam kesenian ini akulturasi sangat terlihat jelas seperti contohnya pada seni rupa
atapun patung dan juga relief yang ada di Nusantara dulu sepeti pada relief di Candi Borobudur
yang menceritakan tentang bagaimana perjalanan Sang Budha Gautama. Bentuk akulturasi dari
kebudayaan ini dapat dilihat dari relief yang menggambarkan tentang keadaan alam dan
geografis dari wilayah Nusantara sendiri di masa lalu seperti adanya hiasan burung merpati
ataupun juga hiasan tentang gambar dari perahu bercadik yang tidak kita temukan di India.
Dalam seni sastra akulturasi nampak jelas seperti pada Sastra Jawa yang mengalami
proses akulturasi dengan kebudayaan India. Proses ini terjadi dengan penyerapan unsur-unsur
kebudayaan India terlihat dari prasasti yang menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta.
Namun seiring dengan bentuk akulturasinya dengan budaya lokal kemudian dari huruf Pallawa
dan Bahasa Sansekerta ini dikembangkan ke dalam Bahasa Jawa Kuna ataupun bahasa yang
lainnya yang masih dalam satu konteks bahasa.
4.
Sistem Penanggalan
Kalender atau sistem penanggalan yang ada di Nusantara yaitu yang menggunakan tahun
Saka merupakan sistem penanggalan yang mendapat pengaruh dari budaya yang ada di
India.Tidak diketahui pasti kapan nenek moyang mengenal sistem pertanggalan dengan tahun
saka ini. Namun diduga orang India mengenalkan unsur-unsur kebudayaan tentang pertanggalan
ini sejak menjelang abad ke 5 M yang kemudian di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini
dapat dilihat Prasasti Tugu yang dikeluarkan Raja Purnawarman dari Tarumanegara yang
menyebutkan unsur-unsur pertanggalan yakni tanggal 8 paruh gelap, bulan Phalgina dan 13
paruh terang bulan Caitra. Pertanggalan yang dilakukan oleh Purnawarman adalah untuk
4
Arsitektur
Dalam segi arsitektur yang ada semacam penyempurnaan bangunan setelah masuknya
budaya Hindu-Budha. Pada awalnya masyarakat Indonesia sebelum masuknya budaya HinduBudha sudah mengenal tentang sistem arsitektur atau bangunan. Ini dapat dilihat dari adanya
punden berundak yang sering dikaitkan dengan budaya Animisme dan Dinamisme atau
pemujaan terhadap leluhur mereka. Namun seiring dengan adanya budaya Hindu-Budha yang
masuk ke wilayah Nusantara, budaya nenek moyang itu mengalami perkembangan yang
signifikan.
Perkembangan itu dapat dilihat dari Candi Borobudur ataupun juga bangunan di akhir masa
Majapahit (abad 14 candi-candi di lereng Penanggungan, Arjuna, Lawu) dibangun dengan
mengambil bentuk pundek berundak meskipun Majapahit merupakan kerajaan bercorak Budha.
Ini dapat membuktikan adanya suatu bentuk akulturasi antara budaya asli nenek moyang dengan
pengaruh Hindu-Budha.
B. Contoh Wujud Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Indonesia
Ada tiga hal mencolok yang dapat kita lihat sebagai wujud akultusai antara nilai
kebudayaan Hindu Budha dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli yaitu seni bangunan,
kepercayaan dan juga sistem pemerintahan.
Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar pengaruhnya
terhadap seni bangunan, terutama pada bangunan candi. Candi Hindu dan Buddha yang
ditemukan di Indonesia pada dasarnya merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu
merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu dari bangunan
punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Buddha,
sehingga menjadi wujud sebuah candi. Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis
India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha
berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati
ditemukan di Sikadeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudurtampak adanya seni rupa
India, dengan ditemukannya relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi
Borobudur umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan
rumah panggung dan hiasan burung merpati.
5
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang
unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patungpatung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara
dan Mataram Kuno.
2.
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan
karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga
keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini
terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit.
Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme
antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan
hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3.
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya,
sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di
Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh
nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai
manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra
lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
C. Akulturasi
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi.
Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat
hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua
kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu
saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan
masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
8
3.
4.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di
Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai
sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai
dengan kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.
1.
Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat
Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.
2.
Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini
disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum
masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
3.
Sistem Pemerintahan
Bidang Pendidikan
Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian
masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan
9
bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa
Bali Kuno yang merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah
khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian
diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di
berbagai kerajaan di Indonesia.
Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan
interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti
berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih
sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal dan
diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran
mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan
dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal
dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut
maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan
menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan
pada yang lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk
menambah ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka
menyebarkan agama menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh
masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha,
seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa
mendirikan asrama khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala
(India)
5.
Kepercayaan
arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan
paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari
Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud
dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2
tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.
6.
Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang
dibawah ini:
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli
bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi
budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum
yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya
candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut
bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah
dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan
abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun
Kutai. Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain
patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan
relief cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.
BAB III
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti kita ketahui akulturasi merupakan suatu perpaduan dua kebudayaan yang berbeda
yang langsung bertemu secara damai dan serasi. Unsur kebudayaan yang bertemu tersebut hidup
berdampingan dan saling mengisi satu sama lain tetapi tidak sedikitpun menghilangkan unsurunsur kebudayaan asli yang telah lebih dahulu ada.
Sebelum masuknya kebidayaan Hindu Budha di Indonesia, kebudayaan asli Indonesia
telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Masuknya pengaruh Hindu Budha tersebut
kemudian memberikan dampak dan pengaruh tersendiri terhadap perkembangan budaya yang
ada. Unsur-unsur kebudayaan Hindu Buhda tersebut kemudian diserap dan disesuaikan dengan
kebudayaan asli yang sebelumnya sudah ada sehingga terciptalah kebudayaan akulturasi.
B. Saran
Dalam laporan ini mungkin banyak kekurangan ataupun keslahan untuk itu kami
menginginkan saran dan masukan dari pembaca.
12