Anda di halaman 1dari 4

I.

Identitas pasien
A. Jenis kelamin
: Pria
B. Usia
: 80 tahun
II. Kasus
Pasien mengunjungi departemen prostodontik untuk menggantikan gigigeligi nya yang hilang. Pada pemeriksaan klinis ditemukan edentulous total
rahang atas dan rahang bawah. Tidak ada riwayat penggunaan gigi tiruan
sebelumnya. Riwayat medis pasien adalah pasien menderita hipertensi sejak 5
tahun terakhir dan tidak diketahui terdapat riwayat alergi terhadap bahan ataupun
pengobatan apapun. Pasien telah diinformasikan tentang prosedur perawatan dan
pasien telah menyetujui prosedur tersebut. Selanjutnya dilakukan pencetakan
rahang atas dan rahang bawah pasen dan langkah-langkah lainnya sesuai dengan
pembuatan gigi tiruan lengkap. Selama prosedur perawatan pembuatan tidak
ditemukan adanya reaksi alergi atau hipersensitivitas pada bahan kedokteran gigi
yang digunakan. Pada kunjungan penetapan akhir, gigi tiruan lengkap
diinsersikan kedalam rongga mulut pasien, dan pasien diberikan instruksi setelah
insersi mengenai penggunaan gigi tiruan lengkap. Pasien kemudian disarankan
untuk melaporkan setelah 3 hari pemakaian untuk pemeriksaan lanjutan.
2 jam setelah insersi gigi tiruan pasien mulai merasakan peningkatan
ukuran pada lidah dan dasar mulut yang membengkak yang selanjutnya
dilaporkan secepatnya ke bagian departemen prostodontik. Pada pemeriksaan
ditemukan edema pada lidah dan pembengkakan pada dasar mulut. Edema yang
terjadi berada pada seluruh bagian anterior lidah yaitu dua pertiga bagian dari
lidah dan pada bagian dasar mulut. Hasil pemeriksaan tidak ditemukan kondisi
obstruksi saluran napas dikarenakan satu pertiga bagian posterior dari lidah tidak
ikut terlibat. Pasien mengalami kesulitan dalam berbicara dan kesulitan dalam
menelan. Acrylic patch testing dengan monomer akrilik telah dilakukan dan
dilaporkan pasien merasakan gatal-gatal ringan dan sensai terbakar pada area
tersebut. Hasil dari pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien mengalami delayed
hypersensitivity (hipersensitivitas tipe IV) yang disebabkan oleh komponen
methyl methacrylate dari resin akrilik.
III. Etiologi
A. Basis resin akrilik yaitu methyl methacrylate menyebabkan reaksi
hipersensitivitas tipe IV pada pasien

Hal ini diketahui dari hasil pemeriksaan berupa acrylic patch testing.
Reaksi alergi pada resin akrilik biasanya terjadi karena paparan jaringan
rongga mulut dengan monomer methyl methacrylate yang bebas. Meskipun
respon alergi terhadap resin akrilik metil metakrilat termasuk kasus yang
jarang ditemukan, kasus yang terjadi biasanya lebih sering disebabkan oleh
resin self cure dibandingkan dengan resin heat cure. Aplikasi langsung dari
bahan relining dirongga mulut dan konsentrasi resin monomer yang tinggi
dari awalan cured resin mungkin akan menyebabkan iritasi mukosa yang
cukup parah. Disarankan pada kasus dimana reaksi hipersensitivitas dengan
manifestasi sistemik yang dicurigai berasal dari gigi tiruan berbasis resin
akrilik, selanjutnya harus dicari tahu mengenai reaksi alergi dari pewarna dan
prosedur patch testing diperlukan untuk menguji bahan lainnya. Prosedur ini
diikuti dengan menilai jumlah monomer sisa dari basis gigi tiruan. Jumlah
sisa monomer yang tinggi pada basis gigi tiruan dapat menyebabkan reaksi
sejenis. Terkadang alergi dapat terjadi pula terhadap polimer resin akrilik
yang dapat dites pula kejadiannya dengan patch testing, dimana pada kasus
ini menunjukkan hasil tes yang negatif.
(Bolla dkk, 2014).
IV. Manifestasi klinis

Pada pemeriksaan intraoral ditemukan tanda gejala berupa edema pada


lidah dan pembengkakan pada dasar mulut. Edema yang terjadi berada pada
seluruh bagian anterior lidah yaitu dua pertiga bagian dari lidah dan pada bagian
dasar mulut. Akibat dari kondisi ini adalah pasien mengalami kesulitan dalam
berbicara dan kesulitan dalam menelan.
V. Pencegahan
2

A. Pembuatan resin akrilk dengan metode heat cure agar polimerisasi yang
terjadi lebih sempurna
B. Dengan perendaman gigi tiruan resin akrilik didalam 50 derajat celcius air
panas satu jam sebelum insersi kedalam rongga mulut dapat meminimalisir
kemungkinan resiko reaksi alergi terjadi. Prosedur ini penting untuk
diperhatikan pada gigi tiruan berbasis resin akrilik ataupun resin akrilik yang
digunakan untuk proses rebasing gigi tiruan
(Zarb, 2005).
VI. Penanggulangan
A. Pasien diposisikan duduk tegak diatas kursi untuk mencegah terjadinya
obstruksi jalan napas
B. Seluruh faktor yang memungkinkan terjadinya reaksi alergi diperiksa dan
kesimpulannya adalah pasien alergi terhadap resin akrilik dari gigi tiruan
C. Dengan segera pasien diberika pengobatan oral berupa antihistamin
Levocitrizine disertai dengan pemberian 5mg antihistamin Dexametason
secara intramuskular
D. 2 jam setelahnya pasien diberikan pengobatan antibiotik Amoksilin 500mg
dan anti inflamasi berupa enzim proteolitik Serratiopeptidase 10mg
E. Pasien diperhatikam selama 8 jam dan setelah 8 jam, edema pada pasien
berkurang sekitar 70%, kemudian setelah beberapa jam kondisi edema
mereda sepenuhnya
F. Pasien diminta untuk melanjutkan medikasi yang sama dalam 3 hari kedepan
dua kali sehari selain dexametason. Pasien diamati secara umum setiap
harinya.
G. Pengetahuan praktisi dan kesadaran diri pasien yang tinggi diperlukan dalam
penanganan pasien dengan reaksi alergi dan komplikasi yang disebabkan oleh
basis resin akrilik
(Bolla dkk, 2014).
VII. Hipersensitivitas tipe IV
Menurut Shafer (1983) kontak alergi pada kedokteran gigi adalah jenis
dari reaksi delayed hypersensitivity dimana akan terdapat lesi pada bagian kulit
atau mukosa yang terkena dengan bahan alergen. Kemampuan untuk
menyebabkan alergi kontak tampaknya terkait dengan kemampuan alergen kimia
sederhana untuk mengikat protein terutama dari epidermis atau mukosa mulut.
Stomatitis kontak atau stomatitis venenata mungkin muncul sebagai peradangan

dan mukosa yang membengkak, disertai juga dengan sensasi terbakar yang
ringan atau parah, bentukan vesikel yang dapat ruptur menjadi erosi dan ulserasi
juga dapat muncul menyertai. Eritema, papula, dan edema adalah karakteristik
dari gejala alergi yang ada. Pada kondisi yang parah blister yang besar juga
dapat muncul.reaksi biologis ini dapat berupa lokal ataupun secara sistemik.
Patofisologi kondisi ini yaitu antigen pada monomer ini berkombinasi
dengan epitel turunan protein individu yang membentuk hapten yang mengikat
sel Langerhans, migrasi ke limfonodi regional dan menyajikan antigen ke
limfosit T yang menjadi sensitif dan menimbulkan ekspansi. Setelah paparan
antigen, individu mengembangkan reaksi inflamasi terbatas pada tempat
terjadinya kontak (Subowo, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Bolla, S.C., Gantha, N.S., Basha, S.R., 2014, Allergic Reaction to an Acrylic
Denture A Rare Case Report, Journal of Research and Advestment
Dentistry, Vol.3(2): 185-188.
Shafer, W.O., 1983, A Textbook of Oral Pathology, ed 4, W.B Saunders,
Philadelphia.
Subowo, 2010, Imunologi Klink Hipersensitivitas, Sagung Seto, Jakarta.
Zarb, G. A., 2005, Bouchers Prosthodontic Treatment for Edentulous Patient,
Elsevier Mosby, ST. Louis.

Anda mungkin juga menyukai