ABSTRACT
As area upwelling, territorial water of Bali Strait in Banyuwangi Regency region a
lot of develop activities of capture fisheries and its supporting units. Development of
fisheries have exceeded everlasting quota specified by according to SKB Jawa-Timur
Province and Bali Province No. 238 Year 1992//674 Year 1992, so that tend to menace
sustainability of fish resources and environment of territorial water. This research aim
to analyse environmental condition of territorial water, analyse compatibility of capture
fisheries with environmental aspect and socio-economic, and also formulate strategy to
develop compatibility of capture fisheries. Territorial water of Banyuwangi regency has
amonia (1,025 ppm), TSS (26,4 ppm), detergent (1,16 ppm), heavy metal of Cd
(0,0015 ppm) and Cr ( 0,0053 ppm) with exceeded quality standard for growth of fish
resources and other biota of territorial water. The highest fish production in six the last
year (2005-2010) was became of 2007, that is reach 60.393.648 kg, and from this
amount about 54.089.139 kg represent haul of lemuru. Compatibility of development of
capture fisheries with environmental aspect and socio-economic is inclusive of
category "good enough" (quadran V of matrix IE). Increase socialization of JTB and
protection of ruaya of fish become priority strategy to development of capture fisheries
compatible with environmental aspect and socio-conomic in Banyuwangi Regency ( RK
= 0,249, IR = 0,05).
Keywords: enviromental, heavy metal, capture fisheries, priority strategy
PENDAHULUAN
Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010), sekitar 80 % aktivitas
ekonomi masyarakat di Kabupaten
Banyuwangi bergantung pada perikanan
tangkap dengan Muncar sebagai sentra
kegiatannya. Kegiatan perikanan tangkap berkembang dengan baik di Kabupaten Banyuwangi, karena perairan sekitar (Selat Bali) merupakan daerah upwelling yang banyak membawa nutrien,
sehingga cocok untuk perkembangan
sumberdaya ikan terutama dari jenis ikan
lemuru.
Bila mengacu kepada SKB
PEMDA Provinsi Jawa Timur dan
PEMDA Propinsi Bali No. 238 Tahun
1992 tahun 1992, maka pengembangan
usaha perikanan tangkap di Kabupaten
Banyuwangi sudah melebihi kuota lestari.
Untuk purse seine misalnya, pada tahun
2010 mencapai 251 unit, sedangkan
kuota untuk Kabupaten Banyuwangi
sekitar 190 unit. Dari 251 unit tersebut
sebagian besar menggunakan 2 kapal
dalam setiap operasinya (two boat
system). Kondisi ini tentu mengancam
18
MUSTARUDDIN
JIPP
fisika-kimia perairan, data produksi ikan,
data finansial usaha perikanan tangkap,
data sosial budaya, dan lainnya. Sedangkan data sekunder antara lain terdiri
dari data time series produksi perikanan,
data perkembangan alat tangkap, data
lingkungan perairan Kabupaten Banyuwangi. Data primer dikumpulkan melalui
observasi lapang, wawancara dan diskusi dengan stakeholders perikanan
(nelayan, pengusaha perikanan, pengelola pelabuhan, DKP Kabupaten Banyuwangi, dan masyarakat).
Sedangkan
data sekunder dikumpulkan dari laporan
kegiatan di instansi terkait dan hasil
penelitian yang relevan.
Analisis Data
Analisis fisika-kimia perairan
Analisis ini dilakukan untuk mengukur beberapa parameter penting yang
mencerminkan kondisi lingkungan perairan Selat Bali wilayah administratif
Kabupaten Banyuwangi. Parameter yang
diukur mencakup pH, dissolved oxygen
/DO, amonia, total suspended solid/TSS,
deterjen, logam berat (Pb, Cd, dan Cr),
bau, warna, kecepatan arus, dan suhu di
lokasi terpilih di perairan Kabupaten
Banyuwangi. Logam berat Pb, Cd, dan
Cr dipilih karena mempunyai dampak
degeneratif pada manusia dan biota
perairan. Analisis DO, pH, TSS, dan
logam berat dilakukan secara laboratory
dari sampel air laut yang diambil,
sedangkan parameter lainnya langsung
diukur di lapang.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perairan Selat Bali yang masuk wilayah
administrasi Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian ini dilaksanakan selama 5
bulan, mulai bulan September 2010
sampai dengan Januari 2011.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan
Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
Data primer meliputi data
Analisis SWOT
Analisis SWOT ini digunakan untuk
menganalisis tingkat sinergi dengan
pengembangan perikanan tangkap dengan aspek lingkungan dan sosial ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Untuk itu,
maka dalam analisis SWOT ini dikembangkan matriks IFAS, matriks EFAS,
dan matriks IE (Rangkuti, 2004). Matriks
IFAS berguna untuk menganalisis faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) yang
berpengaruh
dalam
pengembangan
sinergi pengembangan perikanan tangkap, dan matriks EFAS berguna untuk
19
skala prioritas. Untuk menguji kinerja hasil analisis ini, maka dilakukan pengujian
rasio inconsistency (RI). Hasil uji ini
diharapkan menunjukkan nilai RI di
bawah 0,1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan Perairan
Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi mempunyai
wilayah perairan sekitar 485,12 km2 yang
hampir semuanya berada di Selat Bali.
Selat Bali termasuk lokasi perairan ini
yang padat, baik oleh kegiatan penyeberangan, kegiatan penangkapan ikan,
maupun kegiatan industri yang tersebar
di sepanjang pesisir Kabupaten Banyuwangi maupun Kabupaten Jembrana
Bali. Hal ini sedikit banyak dapat
mengganggu kondisi lingkungan perairan
Selat Bali termasuk di wilayah Administrasi Kabupaten Banyuwangi sedikit
terganggu. Tabel 1 menyajikan data
kondisi lingkungan perairan Selat Bali di
wilayah
adminstrasi
Kabupaten
Banyuwangi.
Tabel 1 Kondisi lingkungan perairan
Selat Bali (di wilayah Kabupaten
Banyuwangi)
Parameter
pH
DO
Amonia
TSS
Deterjen
(surfactan)
Logam Pb
Logam Cd
Logam Cr
Bau
Warna
Arus
Suhu
Satuan
Nilai**
Ppm
Ppm
Ppm
Standa
r*
6-9
>4
<1
25
Ppm
<1
1,16
Ppm
Ppm
Ppm
< 0,008
< 0,001
< 0,05
Alami
< 50
<2
Alami
0,00078
0,0015
0,0053
Alami
45,2
0,002 - 1,6
27,3
CU
m/detik
0
C
6,8
5,7
1,025
26,4
Keterangan :
* Keputusan Meneg KLH No. 02 Tahun
1988 dan Keputusan Meneg LH No. 51
Tahun 2004 untuk perkembangan sumberdaya ikan dan biota perairan lainnya
** Kualitas lingkungan perairan Selat Bali di
Wilayah Administrasi Kabupaten Banyuwangi
20
MUSTARUDDIN
JIPP
2500
60,000,
Produksi (Ton)
2000
1500
1000
50,000
40,000
30,000
20,000
500
10,000
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
0
2005
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Payang
Purse seine
Sero
Gillnet
Bagan Tancap
Total
Lemuru
Tongkol
Layang
Ikan Lainnya
pancing lainnya termasuk unit penangkapan ikan yang paling banyak dioperasikan di lokasi. Mamuaya, et.al (2007)
dalam penelitiannya menyatakan, usaha
perikanan tangkap yang cenderung
21
22
MUSTARUDDIN
JIPP
(rating 3). Terkait dengan ini, maka infrastuktur pelabuhan ini cukup mendukung
terhadap kegiatan perikanan tangkap
termasuk bila Muncar dikembangkan
sebagai kawasan minapolitan (skor =
0,30). Konservasi lingkungan perairan
juga banyak terjadi lokasi, seperti oleh
CO-FISH tahun 2004, Balai Konservasi
Sumberdaya Alam tahun 2003 dan 2007,
dan DKP Kabupaten Banyuwangi melalui
program pelestarian pesisir dan laut
(rating = 2). Masyarakat nelayan Kabupaten Banyuwangi umumnya dapat
menyiapkan alat tangkap yang diperlukan
secara mandiri. Alat tangkap seperti jaring purse seine, jaring gillnet, dan bubu
dapat diperbaiki sendiri (meskipun tidak
semua) dan bila ada waktu senggang,
beberapa
nelayan/pengolah/pedagang
ikan terkadang menyibukkan diri dengan
membuat peralatan sendiri (rating = 2).
Secara sosial, kemandirian ini mendukung sinergi pengembangan usaha
perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi.
Faktor kelemahan
Pengetahuan tentang Jumlah Tangkap Yang Diperbolehkan/JTB rendah
menjadi salah satu kelemahan penting
bagi pengembangan perikanan tangkap
di Kabupaten Banyuwangi. Rendahnya
pengetahuan dan kepedulian nelayan/
Bobot
Rating
Skor
0,16
0,11
0,08
0,10
0,07
0,05
2
3
3
3
2
3
0,32
0,33
0,24
0,30
0,14
0,15
0,15
0,30
0,05
0,09
0,04
0,11
2
3
2
2
0,10
0,27
0,08
0,20
2,43
23
24
MUSTARUDDIN
JIPP
wangi Muncar dan sekitarnya, namun
masih rendah penggunaan pada usaha
perikanan tangkap (rating = 2, cukup).
Hamdan et. al (2006), keramahan operasi
dengan lingkungan sekitar merupakan
kunci utama kerberlanjutan perikanan
tangkap di suatu kawasan pesisir.
Bobot
Rating
Skor
0,22
0,11
0,03
0,10
0,08
4
2
3
3
2
0,88
0,22
0,09
0,30
0,16
0,09
0,27
0,12
0,24
0.06
0.12
0.02
0.04
0.17
0.17
2.49
Faktor ancaman
Kegiatan monopoli/pengaturan harga
dan penggunaan teknologi destruktif
pada kegiatan penangkapan ikan merupakan dua faktor eksternal penting yang
bersifat ancaman di lokasi. Pada tahun
1990-an, monopoli/pengaturan harga sangat kentara terjadi dalam pemasaran
ikan hasil tangkapan nelayan (DKP
Kabupaten Banyuwangi, 2010). Namun
saat ini, hal tersebut tidak banyak terjadi
karena kesadaran dan saling percaya
antara nelayan dengan indutri/pengusaha
perikanan. Kalaupun terpaksa ada pengaturan harga ulang, biasanya sudah ada
kesepakatan sebelumnya dengan nelayan.
Misalnya antara nelayan dengan
industri perikanan langganan, dimana
hasil tangkapan nelayan sudah disepakati harga untuk setiap kualitas/grade
hasilnya, dan bila tiba-tiba kualitas ikan
berubah menjadi lebih jelek pada saat
diserahterimakan, harga diiturunkan sesuai kesepakatan sebelumnya (rating = 3,
cukup, skor = 0,27). Penggunaan teknologi destruktif pada kegiatan penangkapan
ikan cukup banyak terjadi di
25
Tinggi
Total Skor
Faktor
Eksternal
VI
Penciutan
V
Pertumbuhan/
Stabilitas
2,43
Menengah
I
Pertumbuhan
2,49
3
Keterangan :
II
Pertumbuhan
Rendah
Menengah
IV
Stabilitas
4
Tinggi
26
MUSTARUDDIN
JIPP
masyarakat di Kabupaten Banyuwangi,
yaitu :
1) Penggiatan sosialisasi JTB dan
perlindungan ruaya ikan
2) Penggunaan kelebihan modal untuk
pengembangan pasar potensial
3) Pengembangan teknologi produksi
bersih untuk minimalisir pencemaran
4) Sentralisasi lelang hasil tangkapan
di Pelabuhan untuk mencegah
monopoli
5) Pemanfaatan kondisi sosial politik
yang baik untuk penyelesaian konflik perikanan
6) Penggiatan program konservasi
pada zona pemanfaatan yang terdestruksi
Secara umum, strategi tersebut
dapat dilakukan semuanya di Kabupaten
Banyuwangi karena bersesuaian dengan
kondisi yang terjadi dalam pengembangan perikanan tangkap saat ini.
Namun penerapan semua strategi tidak
akan efektif karena tidak fokus dan
membutuhkan biaya implementasi yang
sangat besar.
Mustaruddin, et. al
(2011b) menyatakan bahwa perbaikan
pengelolaan perikanan perlu difokuskan
pada hal-hal penting dan berpengaruh
besar bagi peningkatan kinerja usaha
perikanan dan kelestarian sumberdaya
dan lingkungan sekitar. Terkait dengan
ini, maka dari kelima strategi tersebut
dianalisis prioritas kepentingannya dan
hasilnya disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa strategi penggiatan sosialisasi JTB dan
perlindungan ruaya ikan mempunyai
rasio kepentingan (RK) paling tinggi
dibandingkan lima strategi lainnya, yaitu
mencapai 0,249 pada inconsistency
terpercaya 0,05. Sedangkan batas inconsistency yang diperbolehkan adalah
tidak lebih dari 0,1 (Saaty, 1993). Terkait
dengan ini, maka strategi penggiatan
sosialiasi JTB dan perlindungan ruaya
ikan merupakan strategi yang paling
tepat untuk pengembangan sinergi pengembangan perikanan tangkap dengan
aspek lingkungan dan sosial ekonomi
masyarakat di Kabupaten Banyuwangi
(prioritas pertama).
JBRUAYA
PEMODPSR
PROBERCE
SENTRALL
KONSZONA
SPKONF
27
28
MUSTARUDDIN
JIPP
Fauzi, S., Iskandar, B.H., Murdiyanto, B.,
dan Wiyono, S.R. 2010. Strategi
Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Lestari Berbasis Otonomi
Daerah di Kawasan Selat Bali.
Buletin PSP Vol. XVIII (2) : 11 hal.
Hamdan, Monintja, D. R., Purwanto, J.,
Budiharsono, S., dan Purbayanto, A.
2006. Analisis Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Buletin PSP Vol.
XV. 3 : 86-101.
Hyndman, R. J., M. L. King, I. Pitrun and
B. Billah. 2008. Local Linear Forecast using Scubic Smoothing Spline.
Australian and New Zealand Journal
of Statistics, 47(1), 8799.
Lestari dan Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat Terhadap
Kualitas Air Laut dan Sumberdaya
Perikanan (Studi Kasus Kematian
Massal Ikan-Ikan di Teluk Jakarta).
Makara Sains 8(2):52-58
Mamuaya, G. E., J. Haluan, S. H.
Wisudo, dan I. W. Astika. 2007.
Status
Keberlanjutan
Perikanan
Tangkap di Daerah Kota Pantai:
Penelaahan Kasus di Kota Manado.
Buletin PSP 16(1):146-160.
Mangkusubroto K, dan C.L Trisnadi 1985.
Analisis Keputusan Pendekatan Sistem dan Manajemen Usaha dan
Proyek. Ganesa Exacta. Bandung.
Mustaruddin, Nasruddin, Sadarun, F.
Kurniawan, dan M.S. Baskoro.
2011a. Karakteristik Perairan Dalam
Kaitannya Dengan Pengembangan
Usaha Perikanan Pelagis Besar Di
Kabupaten Aceh Jaya. Buletin PSP.
Vol XIX (1) : 69-80
Mustaruddin, S. B. Lubis, M. Gandhi, dan
M. S. Baskoro. 2011b. Karakteristik
Fisiko-Kimia
Perairan
Dalam
Kaitannya dengan Pengembangan
Usaha Perikanan Gillnet di Perairan
Kabupaten Pontianak.
Jurnal
Ichthyos. 10 (1) : 13 Hal.
Parizek, J., J. Kolouskova, A. Balicky, J.
Benes, and L. Pavlik.
1974.
Interaction of Se with Hg, Cd, and
Others Metals.
Trace Element
Metabolism in Animal J, Universty
Park Press Vol 2 : 119 - 131.
29
Saaty,
T.L.
1993.
Pengambilan
Keputusan. Bagi Para Pemimpin. PT
Pusaka Binaman Pressindi, Jakarta.
270 hal.
Tinungki G.M. 2005. Evaluasi Model
Produksi Surplus Dalam Menduga
Hasil Tangkapan Maksimum Lestari
Untuk
Menunjang
Kebijakan
Pengelolaan Perikanan Lemuru di
Selat Bali, Sekolah Pasca Sarjana,
IPB