Anda di halaman 1dari 126

SUCCESS STORY

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN 2005 2009
DAN PEMANTAPAN PROGRAM 2010 2014

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
KEMENTERIAN PERTANIAN
2010

KATA PENGANTAR
Pengangkatan Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor: 339/Kpts/KP.330/11/2005 tanggal 15 Nopember 2005,
dan dilantik pada tanggal 17 Nopember 2005. Amanah tersebut telah
berakhir pada tanggal 6 September 2010.
Mengucap syukur ke hadirat Allah SWT, memori serah terima
jabatan Kepala BBSDLP ini telah diselesaikan. Dalam memori serah
terima ini disajikan hasil kegiatan yang telah dicapai maupun yang sedang
berjalan dalam periode Nopember 2005 hingga Agustus 2010 dalam
bentuk success story penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan
pertanian periode 2005-2009 dan program 2010-2014.
BBSDLP
mempunyai
tugas
melaksanakan
dan
mengkoordinasikan penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan
pertanian yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tanah (Balittanah),
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) Balai Penelitian
Pertanian Lahan Rawa (Balitra), dan Balai Penelitian Lingkungan
Pertanian (Balingtan) sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.
300/kpts/OT. 140/7/2005 tanggal 25 Juli 2005.
Program dan kegiatan yang tertuang dalam Rencana Strategis
(Renstra) BBSDLP 2005-2009 telah berakhir dan telah memasuki tahun
pertama Renstra 2010-2014. Untuk itu disusun Laporan Success Story
2005-2009 dan Program 2010-2014. Penyusunan Success Story dan
Lesson Learn 2005-2009 didasarkan pada kinerja Renstra 2005-2009,
sedangkan program 2010-2014 didasarkan pada penyesuaian lingkungan
strategis terkini yang tercantum dalam Renstra BBSDLP 2010 2014.
Hasil-hasil yang telah dicapai merupakan partisipasi aktif dari para
pejabat struktural, kelompok peneliti, laboratorium, administrasi, unit kerja
pendukung lainnya, dan kerjasama penelitian dengan organisasi nasional

maupun internasional, baik yang berada di BBSDLP, maupun di


Balittanah, Balitklimat, Balitra, dan Balingtan.
Terima kasih disampaikan kepada Bapak Menteri Pertanian dan
Kepala Badan Litbang Pertanian yang telah memberikan kepercayaan
kepada saya sebagai Kepala BBSDLP. Terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya juga disampaikan kepada seluruh staf BBSDLP,
Balittanah, Balitklimat, Balitra, dan Balingtan yang telah mendukung dan
membantu pelaksanaan tugas selama saya menjabat sebagai Kepala
BBSDLP. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan yang
mungkin saya perbuat selama periode tersebut. Segala saran dan
masukan yang berkaitan dengan isi memori jabatan ini sangat
diharapkan. Semoga bermanfaat.

Bogor, 3 September 2010


Kepala Balai Besar,

Prof. Dr. Ir. Irsal Las, MS


NIP 19500806 197902 1 002

ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................

iii

DAFTAR TABEL .........................................................................

DAFTAR GAMBAR .....................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................

ix

I.

PENDAHULUAN.....................................................................
1.1. Latar Belakang ...............................................................
1.2. Tujuan ............................................................................
1.3. Ruang Lingkup ..............................................................

1
1
3
4

II. ISU STRATEGIS LITBANG SDP 2005-2009 ........................


2.1. Substansial.....................................................................
2.2. Kerjasama dan Diseminasi Penelitian ............................
2.3. Sumberdaya Penelitian ..................................................
2.3.1. Sumberdaya manusia.........................................
2.3.2. Sarana/Fasilitas/Aset..........................................
2.3.3. Anggaran ............................................................

5
5
9
10
10
11
12

III. SUCCESS STORY DAN LESSON LEARN 2005-2009 .........


3.1. Penelitian dan Pengembangan ......................................
3.1.1. Program Utama Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian ............................
3.1.2. Hasil Unggulan ...................................................
3.2. Kerjasama, Diseminasi dan Percepatan Pemanfaatan
Inovasi Teknologi ...........................................................
3.2.1. Program Kerjasama............................................
3.2.2. Program Diseminasi dan Teknologi Transfer .....
3.3. Produk Kebijakan ...........................................................
3.3.1. Policy Brief..........................................................
3.3.2. Penerbitan Produk Kebijakan dan Hukum (UU,
Permentan, Kepmentan) (13 a.l.) .......................
3.3.3. Dukungan Program 100 Hari Menteri Pertanian
dalam Kabinet Indonesia Bersatu Ke 2 ..............
3.4. Sumberdaya Penelitian ..................................................

13
13

iii

13
14
49
49
51
57
57
58
59
59

Halaman
3.4.1. Pengelolaan dan Pengembangan SDM .............
3.4.2. Pengelolaan Sarana/Fasilitas/Aset ....................
3.4.3. Perkembangan dan Pengelolaan Anggaran/
Keuangan, PNBP ...............................................
3.5. Manfaat dan Dampak Hasil Litbang SDLP.....................
3.5.1. Initial Impact .......................................................
3.6. Terbengkalai .................................................................

59
62

IV. RENCANA PROGRAM KEGIATAN 2010-2014 ....................


4.1. Isu Strategis Substantif ..................................................
4.2. Visi dan Misi ...................................................................
4.3. Program Penelitian dan Expected Output Penelitian
dan Pengembangan.......................................................
4.3.1. Program Penelitian.............................................
4.3.2. Expected Output Penelitian dan
Pengembangan ..................................................
4.4. Potensi Kerjasama, Diseminasi dan Percepatan
Pemanfaatan Inovasi Teknologi.....................................
4.4.1. Program Kerjasama ...........................................
4.4.2. Program Diseminasi dan Alih Teknologi ............
4.5. Sumberdaya Penelitian ..................................................
4.5.1. Pengelolaan dan Pengembangan SDM .............
4.5.2. Pengelolaan Sarana/Fasilitas/Aset ....................
4.5.3. Managemen Keuangan ......................................
4.5.4. Kegiatan dan Strategi Pendanaan .....................

73
73
75

79
79
83
86
86
87
89
90

V. PROGRAM PENGEMBANGAN KAMPUS CIMANGGU DAN


PEMANFAATAN KOMPLEK JUANDA .................................
5.1. Latar Belakang ...............................................................
5.2. Justifikasi........................................................................
5.3. Kronologis dan Perkembangan Perencanaan ...............
5.4. Penutup..........................................................................
5.4.1. Dasar Pertimbangan Museum & Diorama..........
5.4.2. Grand Design .....................................................
5.4.3. Rencana Pembangunan.....................................

92
92
93
95
102
102
102
103

VI. PENUTUP...............................................................................

104

iv

65
69
69
71

75
75
79

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.

Produk unggulan yang dihaslikan periode 2005-2009

41

Tabel 2.

Teknologi pengelolaan lahan unggulan yang


dihasilkan periode 2005-2009 .....................................

44

Prospektif Teknologi dan Produk yang dihasilkan


periode 2005-2009 ......................................................

45

Jumlah kerjasama penelitian dalam periode 20052009.............................................................................

50

Tabel 5.

Kontribusi Dana Kerja sama........................................

51

Tabel 6.

Penjualan Produk pada Tahun 2008 dan 2009 ...........

53

Tabel 7.

Perkembangan Pegawai BBSDLP Menurut


Pendidikan, Tahun 2005 - 2009 .................................

60

Perkembangan Pegawai BBSDLP Menurut Usia


Tahun 2005 - 2009 .....................................................

60

Perkembangan Pegawai BBSDLP Menurut Golongan


Tahun 2005 - 2009 ......................................................

61

Tabel 10. Perkembangan Tenaga Peneliti BBSDLP Tahun


2005 - 2009 .................................................................

61

Tabel 11. Perkembangan Tenaga Teknisi Litkayasa BBSDLP


Tahun 2005 - 2009 .....................................................

62

Tabel 12. Nilai aset Balai Besar Penelitian dan Pengembangan


Sumberdaya Lahan Pertanian selama periode 2005
s/d 2009.......................................................................

63

Tabel 13. Profil Laboratorium Lingkup BBSDLP .........................

63

Tabel 14. Profil KP Lingkup BBSDLP..........................................

65

Tabel 15. Pagu anggaran 2005-2009 lingkup BBSDLP ..............

66

Tabel 16. Realisasi anggaran 2005 -2009 lingkup BBSDLP .......

67

Tabel 17. Target PNBP BBSDLP selama periode 2005-2009 ....

67

Tabel 3.
Tabel 4.

Tabel 8.
Tabel 9.

Halaman
Tabel 18. Realisasi anggaran lingkup BBSDLP selama periode
2005-2009 ...................................................................

68

Tabel 19. Rencana dan realisasi biaya pembangunan gedung


kantor Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian (BBSDLP) dan Balai Penelitian Tanah
(BALITTANAH) di Cimanggu Bogor............................

100

vi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.

Peta eksplorasi kesesuaian lahan untuk jarak


pagar .......................................................................

16

Gambar 2.

Peta eksplorasi kesesuaian lahan untuk tebu .........

17

Gambar 3.

Contoh peta tanah tinjau lembar Ketapang .............

18

Gambar 4.

Contoh naskah penjelasan hasil evaluasi lahan


beberapa komoditas ................................................

19

Peta pewilayahan komoditas tingkat tinjau lembar


Lubuk Sikaping, Sumatera Barat.............................

20

Buku penjelasan arahan tata ruang pertanian


tingkat tinjau ............................................................

21

Peta ketersediaan lahan untuk pengembangan


pertanian tingkat tinjau Provinsi Kalimantan Barat. .

222

Peta arahan komoditas perkebunan Provinsi


Papua ......................................................................

23

Peta lahan sawah potensial untuk model


pengembangan IP-400 di Propinsi Banten dan
Jawa Barat...............................................................

24

Gambar 10. Peta lahan sawah utama di Banten dan Jawa


Barat ........................................................................

25

Gambar 11. Peta usulan lahan pangan berkelanjutan Provinsi


Jawa Timur...............................................................

26

Gambar 12. Peta lahan erosi dan rawan longsor di Provinsi


Jawa Barat...............................................................

27

Gambar 13. Peta kesesuaian lahan semi detail untuk tanaman


kedelai di Lampung Timur dan Aceh Jaya ..............

29

Gambar 14. Peta kesesuaian lahan semi detail untuk tanaman


kedelai di Lampung Tengah ....................................

30

Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.

vii

Halaman
Gambar 15. Peta kesesuaian lahan tingkat semi detail untuk
jarak pagar (atas) dan asparagus (bawah) di
Kabupaten Blora .....................................................

31

Gambar 16. Contoh peta arahan pengembangan komoditas


tingkat semi detail spesifik lokasi PRIMA TANI.......

32

Gambar 17. Kemasan CD Interaktif Sistem Informasi


Sumberdaya Lahan Prov. Kalbar dan Jabar ...........

33

Gambar 18. Salah satu halaman software untuk evaluasi lahan

35

Gambar 19. Halaman Site Information pada software Site &


Horizon....................................................................

36

Gambar 20. Halaman penelusuran peta secara tabular dan


spasial .....................................................................

37

Gambar 21. Aktivitas penelitian pengukuran GRK di kebun


kelapa sawit ............................................................

39

Gambar 22. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dalam


keadaan tertutup (kiri) dan bagian dalamnya
(Kanan) ...................................................................

41

Gambar 23. Strategi Pendanaan Litbang Sumberdaya Lahan


Pertanian.................................................................

90

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Teknologi dan Hasil Unggulan...............................

105

Lampiran 2.

Daftar Judul Artikel yang Dipublikasikan Nasional


dan Internasional ...................................................

112

Evaluasi kinerja 2005-2009 dan pemantapan


program 2010-2014 ..............................................

115

Lampiran 3.

ix

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Evaluasi kinerja dalam bentuk Success Story setiap periode
tertentu tentu diperlukan dalam rangka menilai hasil kegiatan atau
program kerja (Renstra) yang sekaligus sebagai pertanggungjawaban
setiap pejabat dan tim manajemennya yang dikemas dalam bentuk
memori serah terima jabatan. Evaluasi kinerja dan pertanggungjawaban
ini juga diperlukan sebagai referensi dalam penyusunan dan pelaksanaan
Program Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
(Litbang SDLP) dan upaya perbaikan terhadap berbagai aspek
manajemen sumberdaya dan fasilitas penelitian di masa yang akan
datang.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian (BBSDLP) yang sebelumnya bernama Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak), selain
melaksanakan penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan
pertanian berdasarkan Permentan No. 300/Kpts/OT.140/7/2005, pada
tahun 2005 dan Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian No.
157/kpts/OT.160/ J/7/2006, juga mengkoordinasikan kegiatan dan
pelaksanaan tupoksi Balai Penelitian Tanah (Bilittanah), Balai Penelitian
Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
(Balitklimat) dan Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan).
Program yang paling menojol pada era 2005-2009 dicirikan oleh
program peningkatan produksi dan pencapaian swesembada pangan
yang antara lain dikemas dalam Program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN), dengan lima komoditas unggulan. Selain itu, program
pengembangan bioenergi dan pengembangan kawasan hortikultura, dan
antisipasi perubahan iklim juga sangat menonjol. Berbagai kegiatan dan
hasil penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan pertanian

berperan sangat strategis dan dituntut untuk berkontribusi secara


siginifikan dalam mendukung program tersebut.
Ke depan, terutama pada periode 2010-2014, peran hasil
penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan pertanian semakin
strategis dalam mendukung berbagai program pembangunan pertanian,
terutama dalam mencapai empat sukses pertanian, yaitu; (a) peningkatan
produksi dan swasembada pangan berkelanjutan, (b) diversifikasi dan
peningkatan gizi, (c) peningkatan nilai tambah dan daya saing pertanian,
dan (d) peningkatan kesejahteraan petani. Pencapaian empat sukses
atau program strategis pembangunan pertanian yang menuntut upaya
peningkatan produktivitas, efisiensi, mutu, dan nilai tambah produk
pertanian memerlukan ketersediaan dan optimalisasi sumberdaya lahan,
dalam hal ini tanah, pupuk, iklim, air, dan lingkungan pertanian.
Menteri Pertanian, pada Rapim Pertama Kementerian Pertanian
bulan Oktober 2009, mengemukakan beberapa persoalan mendasar dan
tantangan yang akan dihadapi sektor pertanian di masa yang akan
datang. Persoalan tersebut sangat erat kaitannya dengan sumberdaya
lahan dalam upaya: (a) peningkatan kebutuhan pangan dan
keseimbangan gizi keluarga; (b) pengembangan infrastruktur lahan dan
air serta perbenihan dan perbibitan; (c) peningkatan produktivitas dan nilai
tambah produk pertanian; (d) penggunaan pupuk anorganik dan organik
secara berimbang, dan (e) adaptasi terhadap perubahan iklim dan
pelestarian lingkungan.
Presentasi Kepala Badan Litbang Pertanian di hadapan Menteri
Pertanian pada tanggal 15 Januari 2010 mengungkapkan bahwa pada
RPJMP 2010-2014, tantangan Badan Litbang Pertanian dalam
menghasilkan dan menyiapkan informasi dan inovasi pertanian semakin
besar. Khusus dari aspek sumberdaya lahan pertanian, diproyeksikan
untuk menghasilkan minimal 15 paket teknologi pengelolaan lahan kering,
lahan sawah, dan lahan rawa; tujuh formula pupuk dan pembenah tanah;

dan perangkat uji tanah lahan rawa dan tanaman perkebunan. Selain itu,
pemanfaatan sumberdaya lahan dan pengembangan areal pertanian, isu
dan fenomena variabilitas dan perubahan iklim serta kerusakan
lingkungan menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan pertanian di
masa yang akan datang.
1.2. Tujuan
Memori jabatan dalam bentuk success story ini adalah dalam
rangka serah terima jabatan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
Prof. Dr. Ir Irsal Las, MS sebagai Kepala BBSDLP, dari tanggal 15
November 2005 hingga 6 September 2010. Tujuan utama penyusunan
success story ini adalah:
(a) mengevaluasi kinerja penelitian dan pengembangan sumberdaya
lahan pertanian, termasuk seluruh kegiatan pendukung yang terkait
dengan sumberdaya penelitian periode 2005-2009;
(b) mengevaluasi dan mengkompilasi hasil penelitian dan pengembangan
sumberdaya lahan pertanian, baik melalui program in-house (DIPA)
maupun kerjasama dan kemitraan penelitian periode 2005-2009;
(c) mengevaluasi dampak dan potensi hasil utama penelitian dan
pengembangan sumberdaya lahan pertanian periode 2005-2009;
(d) menginformasikan
program
penelitian
dan
sumberdaya lahan pertanian periode 2010-2014.

pengembangan

(e) Menginformasikan
kemajuan
dan
perkembangan
program
pembangunan kantor baru BBSDLP dan Balittanah di Kampus Litbang
Pertanian Cimanggu, Bogor.

1.3. Ruang Lingkup


Succes story ini memuat berbagai informasi tentang kegiatan dan
hasil utama penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan, baik
melalui program in-house (DIPA) maupun program kerjasama dan
kemitraan penelitian, diseminasi, percepatan pemanfaatan inovasi
teknologi sumberdaya lahan, dan kegiatan pendukung, terutama dalam
pengelolaan sumberdaya peneliti, sarana, fasilitas, dan keuangan.
Materi yang dimuat dalam Success story ini merupakan kegiatan
dan hasil penelitian dan pengembangan yang terkait dengan identifikasi
sumberdaya lahan, perakitan teknologi, tool/kits dan perangkat lunak,
panduan, rekomendasi, dan sintesis kebijakan sumberdaya lahan. Semua
materi terkait dengan aspek sumberdaya lahan, tanah, pemupukan,
iklim/agroklimat, air/hidrologi, dan lingkungan pertanian, termasuk sintesis
kebijakan sumberdayalahan, baik pada lahan sawah, lahan kering
maupun lahan rawa dan gambut. Materi tersebut tentu merupakan kinerja
dari BBSDLP beserta Balai Balittanah, Balitklimat, Balitra, dan Balingtan,
baik yang dilakukan oleh masing-masing balai maupun terintergasi
dengan balai lain melalui koordinasi BBSDLP.

II. ISU STRATEGIS LITBANG SDP 2005-2009


2.1. Substansial
Selama periode 2005-2009, muncul beberapa isu strategis yang
sangat menonjol dan mengemuka, baik isu yang bersifat fundamental dan
berjangka panjang, maupun isu krusial yang muncul secara tempori
namun membutuhkan respon, reaksi cepat dan taktis.
Isu Nasional
a. Tingkat Akurasi dan Ketersediaan Data dan Peta Sumberdaya
Lahan Pertanian. Laju pembangunan pertanian, seperti perluasan
areal pertanian baru, kasus degradasi sumberdaya lahan, dll. yang
memerlukan dan menuntut data dan informasi tabular dan spasial
(peta) karateristik, potensi dan ketersedian sumberdaya lahan
pertanian yang akurat, lebih detil dan lengkap. Pada saat ini masih
cukup luas wilayah Indonesia (>40%) yang belum diinventarisasi dan
diidentifiaski secara lebih detil.
b. Peningkatan Produksi dan Swasembada Pangan, P2BN & P2SDS.
Dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional merupakan
program utama Pembangunan Pertanian, pada periode 2005-2009
ditetapkan 5 komoditas utama pangan yang harus dipacu
produksinya, yaitu padi, jagung, kedelai, tebu dan daging sapi. Salah
satu core program nya adalah Program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN) yang dimulai sejka tahun 2007, Program
Swasembada Kedelai dan Swasembada Jagung. Ketiga program
tersebut membutuhkan informasi karakteristik sumberdaya lahan, baik
dalam rangka peningkatan produktivitas maupun peningkatan indeks
pertanaman (IP), perluasan areal baru, serta inovasi teknologi
pemupukan dan pengelolaan lahan dan air.

c. Pengembangan Kawasan Horti dan Gernas Kakao. Salah satu


upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan komoditas
hortikultura adalah melalui penumbuhan sentra-sentra produksi
komoditas yaitu melalui perluasan areal tanam. Dalam kaitannya
dengan hal ini sangat diperlukan koordinasi penentuan lokasi
perluasan areal hortikultura yang mengacu sepenuhnya pada
pengembangan sentra di masing-masing kawasan.
Kegiatan
perluasan areal kawasan hortikultura pada prinsipnya adalah
merupakan Pengembangkan Kawasan Hortikultura yang
Berwawasan Agribisnis yang pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap, konsisten dan berkesinambungan, sehingga pada gilirannya
akan terwujud sentra-sentra pengembangan agribisnis hortikultura
yang berskala ekonomis dan dikelola secara efisien serta ditunjang
oleh infrastruktur yang memadai. Kakao merupakan salah satu
komoditi ekspor utama sub sektor perkebunan. Lumbung Utama
Kakao di Indonesia berada di Sulawesi,
Nusa Tenggara dan
beberapa Pulau lainnya.
Dalam perkembangannya produktivitas
Kakao saat ini semakin menurun. Pemerintah sedang mengupayakan
peningkatan produksi kakao dengan program Gernas Kakao (Gerakan
Nasional Kakao), salah satu upaya adalah menanam tanaman kakao
dengan bibit yang terpilih dan berkualitas serta pengelolaan lahannya.
Dengan kedua upaya tersebut diharapkan produksi kakao akan
semakin pesat.
d. Penggunaan Pupuk NPK yang tidak Rasional dan Pengembangan
Pupuk Organik. Penggunaan pupuk an-organik (pupuk buatan) yang
cenderung berlebihan (tidak efisien) dan tidak rasional mendorong: (i)
perlunya pengembangan sistem pemupukan berimbang spesifik
lokasi, (ii) pengembangan dan penggunaan pupuk majemuk dan
pupuk organik/hayati, dan (iii) pengembangan sistem pertanian
terpadu seperti PTT, SRI, pertanian organik, ekofarming, dll, atau
sistem pertanian terintegrasi tanaman-ternak (SITT/SIPT, dll.).

Spesifik lokasi dimaksud terkait dengan karekteristik lahan/tanah,


seperti bahan induk, jenis tanah, status hara dan tingkat kesuburan
lahan, agroekosistem, serta sistem usahatani dan komoditas.
e. Keragaan dan Keragaman Mutu dan Jenis/Merk Pupuk dan
Pemalsuan Pupuk. Dampak dari adanya program pengembangan
pupuk majemuk dan organik, mendorong munculnya berbagai jenis
dan merk pupuk, baik pupuk an-organik, maupun pupuk
organik/hayati, pupuk alternatif dan pembenah tanah. Beragamnya
alternatif bahan baku dan bahan pembawa pupuk organik/hayati,
mendorong keragaman mutu dan efektivitas. Oleh sebab itu, regulasi
sistem produksi, pendaftaran, dan pengawasan sangat dibutuhkan,
termasuk sistem uji mutu dan uji efektivitas yang lebih ketat.
f.

Degradasi Lahan dan Lingkungan Pertanian. Selama tahun 20052009, terjadi puluhah kasus bencana alam berupa longsor dan/atau
banjir yang disebabkan degradasi lahan pertanian dan kawasan
hutan/DAS. Selain sebagai akibat salah urus dalam pengelolaannya
(yang tidak bijaksana), hal tersebut juga disebabkan minimnya
tindakan atau upaya konservasi dalam sistem usaha tani, terutama
pada lahan pegunungan.

g. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. Fenomena dan isu


pemanasan global dan perubahan iklim yang mencuat sejak lebih dari
15 tahun yang lalu. Di tingkat nasional, isu tersebut semakin sangat
mengemuka sejak tahun 2006. Hal tersebut, selain disebabkan karena
dirasakan dan semakin nyatanya gejala dan dampak fenomena
tersebut terhadap berbagai aspek/aktivitas kehidupan, terutama sektor
pertanian, hal tersebut juga dipicu oleh persiapan pelaksanaan COP
XIII di Bali. Dibutuhkan suatu strategi, kebijakan dan program/rencana
aksi yang antisipatif untuk menghadapi perubahan iklim tersebut, baik
mitigasi maupun adaptasi yang didasarkan pada hasil penelitian,
pengkajian dan analisis.

h. Derivasi Dampak Isu Fenomena Perubahan Iklim. Selain


pengaruhnya secara teknis terhadap sumberdaya pertanian,
kerusakan infrastruktur, dan penurunan produksi pertanian, isu
perubahan iklim juga membawa derivasi dampak (tidak langsung)
namun sangat strategis terhadap arah dan kebijakan pemanfaatan
dan pengelolaan sumberdaya lahan pertanian. Hal tersebut terkait
dengan aspek LULUCF (land use landu use change and forestasi)
dengan salah satu derivasinya adalah pembatasan dan bahkan
moratorium pembukaan/pemanfaatan hutan alam dan lahan gambut
dan pelaksanaan REDD+ (reduction emission form deforestation and
degradation). Implikasinya adalah reorientasi arah dan kebijakan
pengembangan lahan pertanian (baru) di masa yang akan datang.
Isu Khusus Spesifik Lokasi/Wilayah dan Tanggap Darurat
i.

Penyuksesan Program 100 hari Menteri Pertanian. Selaras dengan


arah dan strategi Pembangunan Pertanian 2010-2014 dan sesuai
dengan topik dan input Program 100 hari Menteri Pertanian.
Sumberdaya Lahan sangat menonjol sehingga mendorong BBSDLP
untuk berkontribusi.

j.

Letusan Gunung Merapi dan Lumpur Lapindo, Gempa, Longsor


NTT dll. Paruh waktu pertama periode 2005-2009, terjadi letusan
Gunung Merapi dan beberapa gunung berapi lainnya yang bersifat
ekplosif, kemudian juga tragedi lumpur Lapindo, Gempa Ciamis, dll.
Bencana tersebut juga menuntut perlunya kajian cepat terhadap
akibat dan dampak masing-masing kasus/bencana terhadap aspek
biofisik sumberdaya lahan, air dll.

k. Percepatan Pembanguan Daerah Tertinggal dan Wilayah Rawan.


Pembangunan daerah tertinggal, terutama Papua dan Papua Barat,
serta wilayah rawan terutama wilayah perbatasan, lahan gambut
sejuta hektar, dll, menuntut program, upaya dan penanganan khusus

yang berbasis sumberdaya lahan. Informasi dan identifikasi


sumberdaya lahan merupakan salah satu basis utama dalam
perencanaan dan perancangan program pembangunannya.
l.

Kasus-Kasus Spesifik Lokasi. Beberapa isu terkait dengan isu atau


kasus yang bersifat spesifik/lokasi antara lain: (i) reklamasi dan
pemanfaatan lahan bekas tambang timah dan batu bara, (ii) degradasi
dan pendangkalan Danau Tempe, (iii)

2.2. Kerjasama dan Diseminasi Hasil Penelitian


Dalam strategi dan kebijakan program Badan Litbang Pertanian,
dana APBN diprioritaskan untuk membiayai penelitian up-stream 50-60%,
penelitian strategis 20- 30%, diseminasi dan penelitian adapted 10-20%.
Kegiatan non-APBN dikelompokkan sebagai sumber eksternal budget,
yang pendanaannya terbalik dengan program APBN sebagaimana dapat
dilihat dalam Gambar terlampir.
BBSDLP dan Balai Penelitian yang bernaung di bawahnya telah
menghasilkan berbagai teknologi, formula, model, metode, dan lain lain.
Kekayaan intelektual ini penting artinya dalam mendukung pembangunan
pertanian. Sejalan dengan fungsi pelayanan publik, Badan Litbang
Pertanian ke depan harus terus mengupayakan pemanfaatan kekayaan
intelektual tersebut, sebagai cost recovery dan sumber pendanaan
eksternal.
Pengembangan eksternal budget pada dasarnya bertujuan untuk:
(a) mempercepat pematangan teknologi seperti uji verifikasi, uji
multilokasi, uji adaptasi, dan uji kelayakan; (b) mempercepat diseminasi
dan adopsi teknologi; (c) mempercepat pencapaian tujuan pembangunan
pertanian; (d) meningkatkan capacity building Unit Kerja/Unit Pelaksana
Teknis (UK/UPT) lingkup BBSDLP; dan (e) mendapatkan umpan balik dari
pengguna hasil penelitian untuk menyempurnakan inovasi teknologi yang
akan dihasilkan di masa mendatang.

Prinsip dasar yang harus selalu melandasi pengembangan


eksternal budget tersebut antara lain adalah: (a) saling membutuhkan,
saling mengisi, saling melengkapi, dan saling memperkuat; (b)
menghindari tumpang tindih kegiatan dan pendanaan; (c) azas
kesetaraan, keadilan, dan kebersamaan; dan (d) memperhatikan etika
profesionalisme, azas saling membantu dan mendukung antar pihak
terkait.
Pengembangan eksternal budget antara lain diimplementasikan
melalui kerja sama dalam negeri, di antaranya dengan Pemerintah
Daerah, kerja sama luar negeri, kerja sama lisensi, kerja sama
operasional dan pendayagunaan aset, termasuk kebun percobaan.
2.3. Sumberdaya Penelitian
2.3.1. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia (SDM) sangat menentukan kompetensi
suatu organisasi. Oleh karena itu, pengembangan SDM menjadi sangat
penting. Selama ini perencanaan pengembangan SDM dilakukan tanpa
penelaahan yang seksama dan terinci, sehingga komposisi pegawai
BBSDLP menjadi timpang, lebih buruk lagi kondisinya dengan diterimanya
semua pegawai honorer menjadi Calon Pegawai Negri Sipil (CPNS). Hal
ini terkait dengan kebijakan pemerintah melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2005 yang akan mengangkat semua tenaga honorer
yang sudah tercatat dalam Database Badan Kepegawaian Negara.
Pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan secara
bertahap hingga tahun 2009. Selajutnya, pengangkatan/rekruitmen
pegawai baru dipusatkan pada Kementerian Negara/Lembaga,
sedangkan Satuan Kerja hanya mengusulkan kebutuhan tenaga dengan
kualifikasinya.
Komposisi tenaga peneliti dibanding non-peneliti adalah 1:4,35.
Angka ini tidak sesuai bagi lembaga penelitian yang seharusnya tenaga

10

peneliti yang melaksanakan tugas penelitian lebih banyak dibanding


tenaga non-peneliti yang melaksanakan tugas penunjang.
Di lain pihak, kelompok peneliti yang menjadi motor penggerak
lembaga penelitian, dalam 5-10 tahun ke depan akan mengalami
degradasi dalam hal keahlian maupun kualitas dan kuantitas karena
banyaknya peneliti ahli yang memasuki usia pensiun atau promosi bekerja
di tempat lain. Meskipun tenaga penunjang lebih banyak dibanding
peneliti, namun masih diperlukan penambahan tenaga penunjang dengan
disiplin ilmu tertentu, untuk menggantikan tenaga yang sudah pensiun.
Apabila hal ini tidak diantisipasi dengan baik, maka kompetensi BBSDLP
dikhawatirkan akan merosot dan kualitas hasil penelitian menurun. Dalam
rangka meningkatkan kualitas SDM lingkup BBSDLP diperlukan
perencanaan yang tepat dan mengacu pada kebutuhan pegawai yang
optimal untuk mencapai visi dan misi yang telah dibuat.
2.3.2. Sarana/Fasilitas/Aset
Pengelolaan aset periode 2005-2009 yang menjadi isu strategis
adalah rendahnya kekayaan pemerintah. Penyebabnya antara lain adalah
rendahnya nilai aset Kementerian Negara/Lembaga. Hal ini terkait dengan
pencatatan atas nilai aset yang didasarkan atas nilai perolehan pada saat
pembelian. Oleh karena itu, aset Kementerian Negara/Lembaga perlu
dinilai ulang (re-evaluasi) oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang, Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Hasil re-evaluasi
dijadikan dasar sebagai saldo awal dalam pencatatan neraca dan nilai
aset.
Hal lain yang menjadi isu penting pengelolaan aset adalah Kebun
Percobaan belum dimanfaatkan secara optimal. Sementara itu,
laboratorium juga menjadi sangat penting fungsinya, selain sebagai
pendukung pelaksanaan kegiatan penelitian juga sebagai unit pelayanan
publik.

11

2.3.3. Anggaran
Reformasi di bidang keuangan juga terjadi pada periode 20052009. Tahun Anggaran 2005 adalah awal diberlakukannya pengelolaan
keuangan negara berbasis kinerja, yang tidak lagi membedakan antara
Anggaran Pembangunan dan Anggaran Rutin. Pelaksanaan pengelolaan
keuangan negara berbasis kinerja menyatukan program anggaran
menjadi unified budget yang ditangani langsung oleh Kuasa Penguna
Anggaran, dan dijabat oleh Kepala Satuan Kerja.
Pengelolaan anggaraan secara unified budget menciptakan
efisiensi dan efektivitas karena dilaksanakan dengan metode satu pintu
sehinga peluang terjadinya duplikasi anggaran dapat dihindari.

12

III. SUCCESS STORY DAN LESSON LEARN 2005-2009


3.1. Penelitian dan Pengembangan
3.1.1. Program Utama Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian
Program Pembangunan Pertanian dalam periode 2005-2009
adalah: (1) peningkatan ketahanan pangan; (2) pengembangan agribisnis;
dan (3) peningkatan kesejahteraan petani. Untuk mendukung ketiga
program tersebut BBSDLP dalam Renstra 2005-2009 telah menetapkan
tema penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan yang
dikelompokkan kedalam lima program dan 12 sub-program sebagai
berikut:
I.

Program Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan


Pertanian
i.

Sub Program Inventarisasi dan Evaluasi Sumberdaya Lahan


Pertanian.

ii. Sub Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi


Pemanfaatan dan Peningkatan Produktivitas Lahan.
iii. Sub Program Identifikasi dan Evaluasi Lingkungan Pertanian serta
Teknologi Penanggulangannya.
iv. Sub Program Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan
dan Keperluan Pembangunan Pertanian Berdasarkan Permintaan.
II. Program Penelitian dan Pengembangan Sosial-Ekonomi dan
Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Lahan Pertanian
i.

Sub Program Penelitian Sosial-Ekonomi Pemanfaatan


Sumberdaya Lahan Pertanian.

ii. Sub Program Sintesis Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Lahan


Pertanian.

13

III. Program Pengembangan Model Agribisnis Berbasis Inovasi


Pertanian
i.

Sub Program Pengembangan Model Agribisnis Terintegrasi


secara Vertikal dan Horisontal Berbasis Ekosistem.

IV. Program Pengembangan Sumberdaya Informasi, Komunikasi,


Diseminasi, dan Penjaringan Umpan Balik Iptek
i.

Sub Program Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi,


Diseminasi, dan Umpan Balik Inovasi Pertanian.

ii. Sub Program Peningkatan Kapasitas Penerbitan Publikasi Hasil


Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
V. Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Litbang
Pertanian
i.

Sub Program Pengembangan Sumberdaya Litbang yang meliputi


SDM, Sarana, dan Prasarana.

ii. Sub Program Penyempurnaan Sistem Perencanaan, Pendanaan,


Monitoring dan Evaluasi.
iii. Sub Program Pemantapan Jaringan Kerjasama Penelitian dan
Pengkajian.
3.1.2. Hasil Unggulan
Hasil kegiatan Program Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian secara garis besar dapat dikelompokkan
kedalam dua jenis yaitu: (1) Data dan Informasi sumberdaya lahan
pertanian, dan (2) Inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya lahan
(tanah, air, iklim, pupuk dan lingkungan pertanian).
A. Data dan Informasi Sumberdaya Lahan Pertanian
Data dan informasi sumberdaya lahan sangat penting dalam
perencanaan pembangunan pertanian, yang tersedia dalam bentuk

14

tabular maupun spasial. Penyajian data spasial sumberdaya lahan


umumnya dalam bentuk peta sumberdaya lahan pertanian, yang
menunjukkan
penyebaran
jenis
satuan
tanah/lahan,
kelas
kesesuaian/potensi lahan, rekomendasi penggunaan, dan teknologi
pengelolaan lahan. Jenis peta tanah yang dihasilkan dari suatu survei dan
pemetaan tanah bergantung pada intensitas pengamatan tanah di
lapangan dan skala peta. Di Indonesia, khususnya yang dikembangkan di
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian,
dikenal tujuh jenis peta tanah, yaitu ultra detail (skala 1: 5.000), detail
(skala 1:5.000-10.000), semi detail (skala 1:25.000-50.000), tinjau
mendalam (skala 1:50.000-100.000), tinjau (skala 1:100.000-500.000),
eksplorasi (skala 1:1.000.000-2.500.000), dan bagan (skala
1:2.500.000).
Mengingat skala peta dan tingkat kerincian informasi tanah
berbeda-beda, maka setiap jenis peta sumberdaya lahan mempunyai
kegunaan yang berbeda pula. Peta tingkat detail biasanya digunakan
untuk tujuan praktis, misalnya perencanaan detail dari usaha tani, pola
tanam, rekomendasi pemupukan, rencana sarana, irigasi, konservasi
tanah, kebun percobaan, dan sebagai dasar alih teknologi. Peta tingkat
semi detail digunakan untuk studi kelayakan, perencanaan fisik, rencana
irigasi dan transmigrasi. Peta tingkat tinjau mendalam umumnya
digunakan untuk keperluan perencanaan kota/kabupaten atau
pengembangan daerah secara lebih mendalam, mencari hubungan antara
tanah dan penggunaannya, pengelolaan usaha tani, serta pengelolaan
daerah aliran sungai (DAS). Peta tingkat tinjau digunakan untuk
perencanaan makro di tingkat provinsi atau regional dalam rangka
penyusunan tata ruang wilayah dan arahan tata ruang pertanian dan
sebagainya. Untuk perencanaan di tingkat nasional dalam kaitannya
dengan program atau kebijakan pusat digunakan peta tingkat eksplorasi.
Peta bagan dibuat untuk memberikan gambaran tentang tanah pada tingkat
nasional dan internasional. Peta jenis ini juga dapat digunakan untuk

15

tujuan studi geografi dan perencanaan global.


Dalam periode 2005-2009, peta sumberdaya lahan yang telah
dihasilkan BBSDLP ditujukan untuk kepentingan perencanaan di tingkat
nasional, regional/ provinsi dan untuk keperluan lokal/spesifik lokasi.
Peta Sumberdaya Lahan Cakupan Nasional
Peta Kesesuaian Lahan untuk Jarak Pagar, Kelapa Sawit, Tebu, dan
Kakao Tingkat Nasional
Deskripsi : Berdasarkan basis data tanah dan iklim skala 1:1.000.000
dapat disusun berbagai peta tematik turunannya, di
antaranya peta kesesuaian lahan untuk jarak pagar, kelapa
sawit, tebu, dan kakao. Peta ini menyajikan penyebaran dan
luas lahan yang sesuai untuk komoditas tersebut di seluruh
Indonesia.
Manfaat

: Peta ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam


perencanaan pengembangan komoditas jarak pagar, kelapa
sawit, tebu, dan kakao pada tingkat nasional. Peta ini tidak
dapat digunakan untuk operasional di lapangan.

Gambar 1. Peta eksplorasi kesesuaian lahan untuk jarak pagar

16

Gambar 2. Peta eksplorasi kesesuaian lahan untuk tebu

Peta Sumberdaya Lahan Cakupan Regional/Provinsi


Peta Sumberdaya Lahan Wilayah Kalimantan (Kalbar, Kalsel, dan
Kaltim)
Deskripsi : Peta sumberdaya lahan/tanah wilayah Kalimantan disajikan
dalam bentuk atlas untuk setiap provinsi. Atlas ini berisi peta
sumberdaya lahan/tanah yang disajikan dalam bentuk
lembaran pada skala 1: 250.000. Atlas juga dilengkapi
dengan informasi kondisi biofisik wilayah provinsi dan
legenda seperti informasi jenis tanah, landform, bentuk
wilayah, bahan induk, elevasi, dan luasan.
Manfaat

: Peta ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam


penyusunan peta tematik, seperti peta bentuk wilayah,
kesesuaian lahan, erosi, arahan penggunaan lahan, arahan
tata ruang pertanian, dan peta single value (peta pH, peta P,
peta K, peta lereng, dsb). Di samping itu, informasi yang
terkandung dalam legenda peta dapat dipakai sebagai
sumber informasi dalam perencanaan sektor non-pertanian,
seperti sektor kehutanan dan pertambangan.

17

Gambar 3. Contoh peta tanah tinjau lembar Ketapang

Peta Kesesuaian Lahan Berbagai Komoditas


Deskripsi : Data dan informasi kesesuaian lahan untuk beberapa
komoditas dikemas dalam bentuk peta dan naskah
penjelasannya, yaitu untuk pengembangan kelapa sawit,
karet, kakao, jeruk, dan tebu. Peta yang tersedia adalah
untuk Provinsi Kalimantan Barat (karet), Provinsi Jambi,
Bengkulu, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur
(kelapa sawit), Provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa
Tenggara Timur (kakao), Provinsi Kalimantan Selatan dan
Sulawesi Selatan (jeruk), Kabupaten Manokwari (kelapa
sawit) dan Kabupaten Merauke (tebu). Peta kesesuaian
lahan tersebut dibuat dengan skala 1:250.000 untuk tingkat
provinsi dan skala 1:50.000 untuk tingkat kabupaten.

18

Gambar 4.
Manfaat

Contoh naskah penjelasan hasil evaluasi lahan beberapa


komoditas
: Dapat digunakan sebagai pedoman dalam penetapan lokasi,
teknologi dan strategi pengembangan kelapa sawit, karet,
kakao, jeruk, dan tebu di wilayah yang dievaluasi.

Pewilayahan Komoditas
Deskripsi : Peta ini disajikan dalam bentuk lembaran yang dilengkapi
dengan naskah yang berisi informasi mengenai kesesuaian
lahan untuk komoditas pertanian, arahan pewilayahan
komoditas secara spasial (terdiri atas tanaman pangan lahan
basah, tanaman pangan lahan kering, tanaman sayuran,
tanaman perkebunan dan tanaman buah-buahan tahunan),
sebaran dan luasannya.
Peta
pewilayahan
komoditas
pertanian
disusun
berdasarkan kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan
daerah dan komoditas strategis pada lahan di kawasan
budidaya pertanian (APL) dan kawasan hutan yang dapat

19

dikonversi
(hutan
produksi
konversi),
dengan
mempertimbangkan keadaan penggunaan lahan pada saat
peta disusun. Peta ini disajikan dalam skala 1:250.000,
tersedia untuk tiga provinsi, yaitu Sumatera Barat, Jambi,
dan Riau.

Gambar 5.

Manfaat

Peta pewilayahan komoditas tingkat tinjau (lembaran)


untuk Kabupaten Lubuk Sikaping, Sumatera Barat

Sebagai data spasial untuk perencanaan pengembangan


komoditas unggulan dan strategis yang potensial serta
sebagai masukan dalam mempertajam peta tata ruang
wilayah di tingkat provinsi.

20

Peta Arahan Tata Ruang Pertanian


Deskripsi : Peta arahan tata ruang pertanian dikemas dalam bentuk
buku dan peta skala 1:250.000. Peta menyajikan informasi
arahan penggunaan lahan pertanian secara spasial, disusun
dengan mempertimbangkan tingkat kesesuaian lahan dan
skala prioritas penggunaan lahan, yaitu untuk tanaman
pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering,
perkebunan dan hortikultura buah-buahan, peternakan, dan
perikanan. Peta yang tersedia meliputi 19 provinsi, yaitu
Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan,
Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan
Tengah.

Gambar 6.
Manfaat

Buku penjelasan arahan tata ruang pertanian tingkat tinjau

: Sebagai bahan informasi guna memberikan arah


pemanfaatan lahan untuk pertanian berdasarkan karakteristik
dan potensinya. Peta ini dapat digunakan sebagai dasar
dalam menentukan arah dan kebijakan pengembangan
pertanian di masing-masing daerah atau provinsi.
21

Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian


Deskripsi : Lahan tersedia untuk pertanian adalah lahan yang potensial
(sesuai) secara biofisik tetapi belum dimanfaatkan, baik
untuk pertanian maupun non-pertanian. Lahan tersedia belum
mempertimbangkan status kepemilikan, baik secara adat
maupun
undang-undang
agraria,
namun
sudah
mempertimbangkan penetapan kawasan konservasi dan
hutan
lindung.
Peta
ketersediaan
lahan
untuk
pengembangan pertanian disusun pada tahun 2007
berdasarkan (1) peta arahan tata ruang pertanian tingkat
provinsi pada skala 1:250.000, (2) peta arahan tata ruang
pertanian tingkat nasional pada skala 1: 1.000.000, dan (3)
peta penggunaan lahan skala 1 : 250.000.
Peta ketersediaan lahan untuk pengembangan pertanian
disajikan per provinsi untuk seluruh Indonesia pada skala
1:250.000, berisi informasi potensi lahan tersedia untuk
pengembangan tanaman pangan lahan basah dan lahan
kering, tanaman tahunan, sebaran, dan luasannya.

Gambar 7.

Peta ketersediaan lahan untuk pengembangan


pertanian tingkat tinjau Provinsi Kalimantan Barat.
22

Manfaat

: Sebagai data/informasi spasial yang dapat digunakan dalam


penyusunan perencanaan pengembangan atau perluasan
areal pertanian pada tingkat regional/provinsi.

Arahan Percepatan Pembangunan Pertanian Berbasis Sumberdaya


Provinsi Papua dan Papua Barat
Deskripsi : Menyajikan data spasial dan informasi tentang arahan umum
penggunaan lahan dan pembangunan pertanian di Papua
dan Papua Barat. Arahan ini berupa alternatif percepatan
pembangunan pertanian di kedua provinsi berdasarkan
analisis: (i) sumberdaya lahan dan teknologi pertanian, dan
(ii) sosekbud dan kelembagaan. Arahan percepatan
pembangunan pertanian mencakup sektor: 1) sumberdaya
lahan, 2) infrastruktur, 3) diversifikasi, 4) bio-energi, 5)
sumberdaya Manusia, 6) agro-industri, 7) kelembagaan, 8)
pemasaran dan investasi.

Gambar 8. Peta arahan komoditas perkebunan Provinsi


Papua

23

Manfaat

: Sebagai
dasar
perencanaan
alternatif
percepatan
pembangunan pertanian di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Peta Lahan Sawah Potensial untuk Model Pengembangan Padi IP400 di Jawa
Deskripsi :

Informasi ini disajikan dalam bentuk naskah dan peta skala


1:250.000. Peta menyajikan informasi secara spasial
tentang penyebaran lahan sawah irigasi yang potensial
untuk pengembangan padi IP-400, IP-300 dan IP-200 di
seluruh provinsi di Jawa.

Gambar 9. Peta lahan sawah potensial untuk model


pengembangan IP-400 di Propinsi Banten dan
Jawa Barat
Manfaat

Informasi ini dapat dimanfaatkan untuk perencanaan


penetapan lahan sawah yang dapat digunakan untuk
pengembangan model IP-400, IP-300 dan IP-200 di
seluruh kawasanJawa berdasarkan data biofisik.

24

Peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Peta Lahan Sawah Utama (Jawa, Bali, Lombok, Sulsel, Lampung,


Kalsel, Sumut)

Deskripsi : Peta lahan sawah utama adalah peta lahan sawah yang
menggambarkan kualitas lahan sawah berdasarkan status
irigasi, indeks pertanaman (IP) dan produktivitas padi sawah
sebagai kriteria biofisik. Peta ini disusun per provinsi pada
skala 1:250.000, berisi informasi mengenai kelas lahan
sawah utama (status irigasi, IP, dan produktivitas), sebaran,
dan luasannya.
Manfaat

: Sebagai arahan untuk penetapan lahan sawah yang harus


dilindungi dari alih fungsi (konversi) sesuai Undang-Undang
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan No. 41 Tahun 2009.

Gambar 10. Peta lahan sawah utama di Provinsi Banten dan


Jawa Barat

25

Peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Jabar, Jateng, DIY,


Jatim)

Deskripsi

: Peta lahan pertanian pangan berkelanjutan tanaman


semusim lahan kering yang dilengkapi dengan naskah
disajikan per provinsi, berisi kriteria secara biofisik untuk
penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan, informasi
sebaran dan luas lahan pertanian yang perlu dilindungi dari
alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian.

Gambar 11. Peta usulan lahan pangan berkelanjutan


Provinsi Jawa Timur
Manfaat

: - Kriteria secara biofisik dapat digunakan ke provinsi lainnya


untuk penetapan lahan kering bagi pengembangan
tanaman pangan semusim yang harus dilindungi dari alih
fungsi (konversi) sesuai dengan Undang-Undang Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan No. 41 Tahun 2009.
- Sebagai data spasial untuk menetapkan lahan kering untuk
tanaman pangan semusim yang harus dilindungi dari alih
fungsi (konversi) sesuai dengan Undang-Undang Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan No. 41 Tahun 2009 di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
26

Peta Lahan Rawan Erosi dan Rawan Longsor


Deskripsi

: Merupakan gambaran penyebaran lahan yang berpotensi


longsor (dibedakan menjadi tiga kelas: tinggi, sedang, dan
rendah). Longsor terjadi akibat terganggunya kestabilan
massa tanah/batuan yang jenuh air pada lereng di atas
bidang luncur yang kedap air (impermeable). Parameter
yang digunakan untuk menyusun peta lahan rawan longsor
adalah lereng, sifat tanah/bahan induk, intensitas hujan, jenis
penggunaan lahan, penutupan vegetasi, dan kawasan
geologi aktif. Daerah yang telah dipetakan adalah Kabupaten
Banjarnegara, Wonosobo, dan Provinsi Jawa Timur.

Manfaat

: Dapat digunakan untuk perencanaan pencegahan longsor,


perencanaan arahan penggunaan lahan, dan arahan
pengembangan wilayah.

Gambar 12. Peta lahan erosi dan rawan longsor di Provinsi


Jawa Barat

27

Peta Sumberdaya Lahan Cakupan Lokal/Spesifik Lokasi


Peta Sumberdaya Lahan Semi Detail dan Detail
Deskripsi : Peta sumberdaya lahan tingkat semi detail dan detail
dikemas dalam bentuk peta dan naskah penjelasannya, yang
berisi data biofisik wilayah, keadaan tanah, hasil penilaian
kesesuaian lahan, dan rekomendasi/arahan penggunaan
lahan. Peta sumberdaya lahan pada tingkat ini terdiri atas
peta tanah semi detail atau detail, peta kesesuaian lahan dan
peta rekomendasi/arahan penggunaan lahan skala 1 :
50.000 atau lebih besar. Daerah yang sudah dipetakan
tersebar di seluruh Indonesia.
Manfaat

: Data atau informasi sumberdaya lahan ini dapat digunakan


untuk perencanaan pertanian pada tingkat kabupaten atau
spesifik lokasi.

Peta Kesesuaian Lahan

Potensi Lahan untuk Pengembangan Tanaman Kedelai di Provinsi


Lampung dan Nanggroe Aceh Darussalam

Deskripsi : Informasi potensi lahan tingkat semi detail (skala 1 : 50.000)


yang tersedia untuk Provinsi Lampung, mencakup
Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur,
Kecamatan Wonosobo (Kabupaten Tanggamus), Kecamatan
Gedung Meneng (Kabupaten Tulang Bawang). Di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, informasi potensi lahan tingkat
semi detail tersedia untuk Kecamatan Indrapuri (Kabupaten
Aceh Besar) dan Pidie Jaya (Kabupaten Aceh Jaya).
Informasi tentang potensi lahan untuk pengembangan
kedelai dikemas dalam bentuk naskah laporan dan peta.
Laporan penelitian berisi uraian tentang kondisi biofisik

28

wilayah, penilaian kesesuaian lahan, dan arahan


pengembangan
tanaman
kedelai
serta
teknologi
pengelolaannya, antara lain dosis pemupukan, pengapuran,
tindakan konservasi tanah dan air serta pola dan waktu
tanam. Peta-peta utama yang disajikan adalah peta tanah
tingkat semi detail (skala 1 : 50.000), peta kesesuaian lahan
untuk tanaman kedelai (skala 1 : 50.000), dan peta arahan
untuk pengembangan tanaman kedelai (skala 1 : 50.000).
Peta-peta tersebut dapat diperoleh dalam bentuk hard copy
atau file.

Gambar 13. Peta kesesuaian lahan semi detail untuk tanaman kedelai di
Lampung Timur dan Aceh Jaya
Manfaat

: Informasi ini dapat diaplikasikan untuk pengembangan


kedelai pada tingkat kabupaten, baik untuk membuat zonasi
pengembangan maupun perencanaan pengelolaan lahan.

29

Gambar 14. Peta kesesuaian lahan semi detail untuk tanaman kedelai di
Lampung Tengah

Kesesuaian Lahan Komoditas di Kabupaten Blora, Lombok Timur,


Ende, dan Donggala

Deskripsi : Berdasarkan basis data sumberdaya lahan yang telah


disusun pada kegiatan P4MI (Proyek Peningkatan
Pendapatan Petani Melalui Inovasi) di Kabupaten Blora,
Temanggung, Lombok Timur, Ende, dan Donggala dapat
disusun peta turunannya (peta tematik) seperti peta arahan
pewilayahan komoditas dan peta kesesuaian lahan untuk
berbagai komoditas unggulan di masing-masing kabupaten,
antara lain padi, kedelai, jagung, bawang merah, asparagus,
tembakau, mente, kakao, dan jarak pagar.
Manfaat

: Peta ini berisi penyebaran dan luas lahan yang sesuai dan
dapat digunakan untuk pengembangan komoditas tertentu di
tingkat kabupaten.
30

Gambar 15. Peta kesesuaian lahan tingkat semi detail untuk jarak pagar
(atas) dan asparagus (bawah) di Kabupaten Blora
Arahan Pengembangan Komoditas Spesifik Lokasi
Deskripsi : Untuk mendukung pelaksanaan program Prima Tani, telah
dilakukan identifikasi potensi sumberdaya lahan pada skala
1:25.000-1:50.000 di 192 lokasi (tahun 2005-2007) yang
menyajikan peta potensi sumberdaya lahan dan peta arahan
pengembangan komoditas spesifik lokasi, termasuk
rekomendasi pengelolaan lahan (rekomendasi pemupukan dan
konservasi).

31

Manfaat

: Peta ini bermanfaat untuk mendukung penyusunan rancang


bangun laboratorium agribisnis, terutama dari aspek biofisik,
berupa rekomendasi pemupukan dan teknologi pengelolaan
lahan, termasuk konservasi tanah.

Gambar 16. Contoh peta arahan pengembangan komoditas


tingkat semi detail spesifik lokasi Prima Tani

32

Teknologi Informasi Sumberdaya Lahan


CD Interaktif Informasi SDL Prov. Kalbar dan Jabar
Deskripsi : Hasil pemetaan dan penelitian sumberdaya lahan wilayah
Provinsi Kalimantan Barat dan Jawa Barat yang dikemas
dalam bentuk CD Interaktif (CDI) berformat website. CDI ini
berisi informasi ketersediaan peta atau data lainnya hasil
penelitian BBSDLP yang dapat dijalankan secara interaktif
oleh pengguna dan bersifat user friendly.
CD Interaktif ini terdiri dari menu yang dapat menavigasi pengguna untuk
menelusuri informasi yang ingin diperoleh. Menu-menu
tersebut berisi daftar peta dan laporan hasil kegiatan
BBSDLP, contoh peta-peta, galeri foto, dan kamus istilahistilah tanah.

Gambar 17. Kemasan CD Interaktif Sistem Informasi


Sumberdaya Lahan Prov. Kalbar dan Jabar
Manfaat

: Informasi yang terdapat di dalam CDI ini dapat digunakan


oleh masyarakat umum, khususnya pemerintah daerah untuk
membantu mendapatkan informasi sumberdaya lahan
daerah tersebut.
33

Software sistem informasi evaluasi sumberdaya lahan pertanian


(Sieslap) versi 1
Deskripsi : Software ini dikemas dalam bentuk CD Interaktif (CDI)
berbasis web (offline). CDI berisi layanan informasi tentang
evaluasi lahan secara interaktif dan user friendly. Layanan
yang disediakan berupa penilaian kesesuaian lahan untuk
komoditas tertentu secara langsung, dengan cara mengisi
kolom sesuai dengan karakteristik lahan yang tersedia.
Selain itu, juga disediakan informasi untuk konsultasi dengan
peneliti atau lembaga terkait, jika pengguna ingin mendalami
lebih lanjut tentang cara menilai atau hasil penilaian yang
diperoleh.
Software ini disusun berdasarkan cara kerja website, dimana
setiap halaman tersedia menu dengan bahasa umum untuk
menjalankan perintah yang diinginkan pengguna. Software
ini juga dilengkapi dengan petunjuk teknis evaluasi lahan
yang digunakan dengan bahasa yang mudah dimengerti
masyarakat umum. Cara kerjanya user friendly, dengan cara
mengisi kolom yang tersedia bagi sifat tanah yang diperlukan
untuk evaluasi lahan beberapa komoditas pertanian yang
diinginkan. Secara otomatis software ini akan memberikan
hasil penilaian evaluasi lahan.
Manfaat

: Sistem ini merupakan prototipe expert system yang dapat


melayani pertanyaan yang berhubungan dengan evaluasi
lahan, khususnya lahan pertanian.

34

Gambar 18. Salah satu halaman software CDI untuk evaluasi lahan
Software Site and Horizon versi 1 Windows (Beta)
Deskripsi : Software sistem pengelolaan database tanah secara digital
yang dikenal sebagai Soil Database Management (SDBM)
dapat dijalankan dalam lingkungan Windows, mendukung
trend sistem jaringan, user friendly, dan dapat digunakan
oleh masyarakat yang lebih luas. Software ini merupakan
alat bantu yang diperlukan dalam pengelolaan database agar
lebih efektif dan efisien, memiliki kompatibiltas yang tinggi
dengan sistem yang digunakan masyarakat saat ini, dan
dapat mendukung sistem yang berkembang secara jaringan.
Software terdiri atas dua sistem user, yaitu Admin dan
Operator. Sistem juga akan berinteraksi dengan tiga aplikasi
yang berbeda, yaitu aplikasi Sistem Informasi Geografi (GIS),
Aplikasi Mapping Unit (RSS), dan Aplikasi Soil Data
Preparation for Land Evaluation (SDLPE).
35

Gambar 19. Halaman Site Information pada software Site & Horizon
Manfaat

: Software ini digunakan untuk pengolahan data tanah dan


sistem informasi SDL client-server berbasis Windows yang
lebih kompatibel dengan program yang banyak digunakan
saat ini. Sistem informasi sumberdaya lahan pertanian
interaktif
diperlukan
untuk
mendukung
percepatan
pemanfaatan informasi sumberdaya lahan berbasis windows
dan mendukung sistem jaringan. Kegunaannya adalah untuk
menyimpan dan memanggil ulang (retrieval) kelompok data
deskripsi site dan horizons, deskripsi seri tanah acuan,
deskripsi unit peta, record data iklim bulanan, kamus data,
dan file atribut poligon.

36

Katalog Interaktif Sumberdaya Lahan (versi 2,0)


Deskripsi : Software katalog peta yang menyajikan peta indeks lokasi
peta hasil pemetaan BBSDLP yang dikemas dalam bentuk
CD Interaktif (CDI) berformat website. CDI ini berisi program
yang berfungsi menelusuri data peta hasil penelitian
BBSDLP.
Penelusuran dilakukan secara interaktif dengan dua cara,
yakni: (1) pencarian peta secara spasial melalui peta indeks,
dan (2) pencarian secara tabular. Pada setiap halaman CDI
tersedia menu dengan bahasa yang mudah untuk
menjalankan perintah yang diinginkan pengguna.
Manfaat

: Katalog menginformasikan ketersediaan data serta daftar


tema peta dan lokasi yang telah dipetakan oleh BBSDLP di
seluruh Indonesia, baik peta analog maupun peta digital.
Katalog yang bersifat interaktif ini dapat membantu
mempercepat dan mempermudah menemukan data dan
informasi peta yang diinginkan, baik secara tabular maupun
spasial.

Gambar 20. Halaman penelusuran peta secara tabular dan spasial

37

Teknologi Model Estimasi Hasil Padi Sawah Melalui Analisis Citra


Satelit
Deskripsi : Model estimasi hasil padi sawah melalui analisis citra satelit
merupakan model untuk estimasi produktivitas padi dalam
satu musim tanam. Model ini merupakan persamaan regresi
estimasi produktivitas tanaman padi yang disusun
berdasarkan: (1) nilai indeks vegetasi tanaman padi (tingkat
kehijauan tanaman) pada fase vegetatif optimum, umur 1113 minggu setelah tanam, hasil analisis citra satelit dengan
produktivitas tanaman padi yang dipanen secara ubinan.
Manfaat

: Dapat digunakan untuk membantu mengestimasi hasil padi


padi sawah sehingga diperoleh data yang lebih cepat dan
akurat,

Teknologi Identifikasi dan Inventarisasi Lahan Sawah Irigasi Melalui


Analisis Citra Satelit
Deskripsi : Teknologi identifikasi dan inventarisasi lahan sawah (irigasi)
melalui analisis citra satelit. Teknik ini bertujuan untuk
memberikan arahan/petunjuk tentang analisis citra satelit
guna mengidentifikasi lahan sawah dan penyebarannya.
Diperlukan minimal tiga seri data citra satelit yang direkam
secara berurutan yang dapat menggambarkan satu musim
tanam, mulai dari saat pengelolahan tanah sampai tanaman
siap dipanen.
Manfaat

: Dapat membantu dalam menginventarisasi lahan sawah


irigasi sehingga diperoleh data dalam waktu cepat, akurat,
dan meliput areal yang luas.

38

Hasil Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim


Global Terhadap Sektor Pertanian
Deskripsi : Konsorsium penelitian dan pengembangan terdiri atas
delapan kegiatan di antaranya: (1) forum grup diskusi; (2)
update dan penajaman data emisi dan penyerapan gas
rumah kaca sub-sektor tanaman pangan; (3) neraca karbon
pada lahan perkebunan; (4) verifikasi laju emisi gas rumah
kaca pada peternakan; (5) pengembangan model prediksi
musiman untuk mendukung kegiatan pertanian yang adaptif
terhadap perubahan iklim; (6) pengembangan sistem prediksi
perubahan iklim untuk ketahanan pangan; (7) penelitian
kesesuaian ekologis dan teknologi pada lahan gambut untuk
pembangunan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan;
(8) identifikasi dan pengujian varietas padi rendah emisi gas
metan.

Gambar 21. Aktivitas penelitian pengukuran GRK di kebun kelapa sawit

39

Hasil

1. Road Map Strategi MAPI Sektor Pertanian 2010-2014


dapat digunakan sebagai dasar penyusunan Road Map
Pembangunan Sektor Pertanian yang mengacu pada
perubahan
iklim
(RPJM
2010-2014/BAPPENAS,
RENSTRA Kementerian Pertanian 2010-2014).
2. Vurnerability Sektor Pertanian dan dampak perubahan iklim
terhadap sumberdaya, produksi, dan ketahanan pangan.
3. Policy Brief Lahan Gambut, bahan untuk menetapkan arah
dan strategi pengelolaan lahan gambut secara
berkelanjutan untuk perkebunan kelapa sawit (termasuk
persyaratan/rambu-rambu, kriteria kelayakan/ kesesuian,
dan potensi), sebagai materi utama Permentan
No.14/2009.
4. Revisi Data Emisi GRK:
Emisi GRK lahan sawah sebesar 1,7 juta ton CH4/tahun,
lebih rendah 22-72% dibanding perkiraan IPCC (2,2-6,2
juta ton CH4/tahun).
Emisi GRK gambut sebesar 176 ribu-1,2 juta ton/tahun, dari
sebelumnya hanya 2,7 juta ton/tahun.
Emisi dari sektor peternakan (enteric, ruminan & limbah)
757,6 Gg/tahun, lebih rendah dibanding perhitungan
IPCC sebesar 927,2 Gg/tahun.
5. Di konsesi perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut di
Provinsi Riau, Jambi, Kalteng, Kaltim dan Kalbar, daerah
yang layak hanya 41,4%.
6. Dapat diidentifikasi 13 varietas unggul baru padi yang
rendah mengemisi GRK. Emisi GRK yang rendah juga
dipengaruhi oleh sistem irigasi (intermitten) dan jenis tanah
sawah.

Manfaat : Hasil konsorsium penelitian dan pengembangan ini adalah


sebagai dasar untuk melakukan antisipasi, mitigasi, dan
adaptasi perubahan iklim global di sektor pertanian.
40

B. Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan


1. Teknologi Pengelolaan Tanah dan Pupuk
Selama periode 2005-2009 telah banyak dihasilkan teknologi
pengelolaan tanah, namun yang disajikan berupa hasil penelitian yang
dimanfaatkan pengguna, yakni lima produk, 17 teknologi pengelolaan
lahan, dan lima teknologi dan produk. Produk unggulan yang dihasilkan
dalam periode 2005-2009 disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3.
Tabel 1. Produk unggulan yang dihasilkan dalam periode 2005-2009
No

Produk

Nama

1.

Tool/Perangkat Uji

PUTS, PUTK, PUHT, PUP

2.

Software

SPLaSH

3.

Pupuk Anorganik

Pupuk Majemuk Jerandi Super

3.

Pupuk Organik

Tithoganik

4.

Pembenah Tanah

Beta

5.

Pupuk Hayati

Nodulin, BioNutrient, M-Dec, SMARt,


SMESh, DSA

Perangkat Uji Lahan Sawah (PUTS)

Gambar 22. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dalam keadaan tertutup
(kiri) dan bagian dalamnya (Kanan)

41

Perangkat Uji Tanah Sawah ini telah diproduksi secara massal dan sudah
tersebar di seluruh Indonesia. Alat ini disebarkan oleh Pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air untuk mendukung
Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Sebagian besar
Dinas Pertanian sudah menggunakan perangkat ini.
Deskripsi : Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat bantu
analisis hara tanah di lapangan, terdiri atas: (a) satu set
larutan ekstraksi untuk penetapan N, P, K dan pH, (b)
peralatan pendukung, (c) bagan warna N, P, K, dan pH, (d)
bagan warna daun (BWD), dan (e) buku petunjuk
penggunaan. PUTS dapat digunakan untuk analisis contoh
tanah sebanyak 50 sampel.
Manfaat

: PUTS dapat digunakan untuk: (1) penilaian status kesuburan


tanah sawah secara cepat, (2) memberikan rekomendasi
pemupukan N, P, dan K untuk padi sawah sehingga lebih
tepat dan efisien karena didasarkan pada status hara tanah
dan kebutuhan tanaman. Penerapan pemupukan berimbang
berdasar uji tanah dengan PUTS menghemat pemakaian
pupuk dan menghindari pencemaran lingkungan dari badan
air (nitrat) dan dalam tanah (logam berat). Jumlah pupuk
yang diberikan untuk masing-masing kelas status hara tanah
berbeda menurut kebutuhan tanaman.

Beta
Deskripsi : Beta merupakan formula pembenah tanah
berbahan dasar organik dan mineral yang telah terbukti
mampu mempercepat proses rehabilitasi (pemulihan)
tanah terdegradasi.
Manfaat : Memperbaiki sifat tanah, terutama struktur
tanah, kemampuan tanah memegang atau menjerap
air, status bahan organik tanah, KTK (kapasitas tukar
42

kation) dan pH tanah. Perbaikan sifat-sifat tanah


tersebut akan berdampak terhadap peningkatan
produktivitas tanah.
Nodulin
Deskripsi : Inokulan bintil akar plus untuk tanaman
kacang-kacangan (legum), mengandung Rhizobium
sp., Azospirillum, dan Bacillus sp.
Manfaat : Mengandung bakteri bintil akar tanaman
kacang-kacangan, bakteri pelarut fosfat yang berfungsi
ganda menyediakan P dan K bagi tanaman, dan
rizobakteria pemacu tumbuh tanaman, sehingga dapat
menghemat penggunaan pupuk N hingga 100% dan
menghemat pemakaian pupuk P dan K hingga 50%.
BioNutrient
Deskripsi : BioNutrient (biological nitrogen-phosphoruspotassium fertilizer) adalah pupuk hayati penyubur dan
penyedia hara bagi tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan
Manfaat :
Meningkatkan
aktivitas
mikroba,
kesuburan, kesehatan, dan produktivitas tanah secara
berkelanjutan.

43

Tabel 2. Teknologi pengelolaan lahan unggulan yang dihasilkan periode


2005-2009
No.

Teknologi pengelolaan lahan

1.

Pengolahan Tanah untuk Memperbaiki Sifat Fisik Tanah Sawah


Bukaan Baru

2.

Teknologi Pengelolaan Lahan Sawah untuk Padi Berpotensi


Hasil Tinggi

3.

Teknologi Pengelolaan Lahan pada Budidaya Sayuran Organik

4.

Turi Mini (Sesbania rostrata) dan Azolla Mensubstitusi Sebagian


Pupuk Nitrogen

5.

Teknologi Pengukuran Laju Erosi Skala DAS Mikro

6.

Teknologi Penggunaan Tanaman Penutup Tanah

7.

Konservasi Tanah pada Lahan Usahatani Berbasis Kopi

8.

Sistem Pertanaman Lorong

9.

Penggunaan Pagar Hidup

10.

Penggunaan Strip Rumput

11.

Teknologi Konservasi Tanah Secara Partisipatif

12.

Teknologi Konservasi Tanah Secara Mekanik

13.

Teknologi Olah Tanah Konservasi

14.

Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Sayuran Berlereng

15.

Teknologi Reklamasi Lahan Bekas Tambang Batubara

16.

Teknologi Reklamasi Lahan Bekas Lahar Gunung Berapi

17.

Teknologi Panen Hujan dan Konservasi Air

44

Tabel 3. Prospektif Teknologi dan Produk yang dihasilkan periode 20052009


No.

Uraian

1.

Percepatan Pengomposan Jerami in situ

2.

Rekomendasi Pemupukan untuk Sawah Bukaan Baru yang


Berasal dari Lahan Kering

3.

Rekomendasi Pemupukan untuk Sistem Sawah Berteras

4.

PUPO (Perangkat Uji Pupuk Organik)

5.

Penggunaan Mikroba Pengendali Stres Tanaman pada TanahTanah Bermasalah

2. Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa


Informasi dalam bentuk konsep atau arahan pemanfaatan atau
pengelolaan lahan rawa

a. Model pengembangan lahan rawa untuk tanaman pangan pada lokasi


pengembangan berbasis kemitraan.

b. Model pengembangan rawa berbasis ketahanan pangan mandiri


(KPM): Dalam referensi wilayah Kabupate Barito Kuala, Kalsel.

c. Kearifan lokal dalam perspektif pemanfaatan lahan gambut


Komponen tekonologi budidaya atau sistem pengelolaan hara dan
air di lahan rawa

a. Paket teknologi budidaya dan sistem pengelolaan hara dan air untuk
tanaman padi di lahan gambut

b. Peket teknologi konservasi air dalam budadiaya sayuran (tomat dan


cabai) di lahan gambut

c. Paket pengelolaan hara dan air untuk padi, palawija, dan jeruk di
lahan rawa pasang surut eks PLG sejuta hektar di Kalteng

45

d. Paket pengelolaan hara dan air untuk padi, palawija, dan jeruk di
lahan rawa lebak berbasis pola tanam campuran (mix farming)

e. Paket pengelolaan hara dan air untuk tanaman sayuran di lahan rawa
pasang surut sulfat masam
Produk formula dalam bentuk pupuk organik, pupuk hayati,
insektisida nabati, biofilter dan perangkat lunak (softwere)

a. Pupuk organik hayati (BIOTARA, BIOSURE)


b. Pupuk kompos lahan rawa (ORGANOWA PLUS)
c. Insektisida nabati (TARACIDA)
d. Pengendali tikus (RATEL)
e. Purun tikus sebagai biofilter
Software

a. Prototype Sistem Informasi Lahan Rawa


b. Sistem Pakar Pengelolaan Lahan Rawa
Varietas adaftif lahan rawa (8 galur)
Beberapa calon varietas yang adaptif pada eksoistem lahan rawa antara
lain toleran rendaman (satu galur) dan kekeringan (tujuh galur) sedang
dalam uji multilokasi bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian Padi
(Sukamandi).

46

3. Teknologi Pengelolaan Iklim dan Air


Atlas Kalender Tanam (Katam)
Deskrispsi : Atlas Katam adalah peta
yang menggambarkan potensi pola dan
waktu tanam untuk tanaman padi dan
palawija
Manfaat : Sebagai pedoman penetapan
pola dan waktu tanam padi dan
palawija di suatu daerah.

Sistem Informasi Serangan OPT


a. Perangkat lunak untuk memprediksi serangan hama wereng coklat
(WBC) pada tanaman padi.
b. Model untuk mempertimbangkan parameter cuaca.
c. Dapat digunakan untuk memprediksi potensi serangan hama WBC
pada tanaman padi di lahan sawah.
d. Dapat berfungsi sebagai sistem peringatan dini serangan OPT di
lahan Model Prediksi Iklim dan Hidrologi.
Model Prediksi Iklim dan Hidrologi

a. Model Filter Kalman: model prakiraan statistik autoregresive


menggunakan teknik recursive (umpan balik)

b. Model Prediksi Debit: Model Debit Sesaat (MAPDAS) dan Model Debit
Harian (MODDAS)

47

Water and Agroclimate Resources Management (WARM) untuk


Modifikasi Iklim Mikro
a. Modifikasi iklim mikro di rumah plastik
b. WARM: Perangkat Lunak Penentuan Volume dan Interval Irigasi
4. Teknologi Pengelolaan dan Penanggulangan Lingkungan
Pertanian
Teknologi Penanggulangan Pencemaran Agrokimia
a. Teknologi Pengendalian Pembentukan NO3 Pada Pemupukan N-urea.
b. Peta cemaran residu pestisida di sentra produksi padi Jabar dan
Banten.
c. Peta sebaran logam berat Pb, Cd dan Cu skala 1:25.000 di DAS Solo
Hilir Kabupetan Bojonegoro.
d. Peta Sebaran Residu Agrokimia Pada Petani Sentra Produksi
Sayuran di Jawa Tengah dan Rekomendasi Penanggulangannya.
e. Peta Sebaran Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa
Tengah dan Rekomendasi Penanggulangannya.
f.

Teknologi penanggulangan pencemaran untuk menurunkan residu


insektisida (organoklorin dan organofosfat) hingga 50% pada tanaman
padi dan kubis.

Teknologi Penanggulangan Pencemaran Limbah Industri dan


Pertambangan
a. Teknologi Penanggulangan Lahan Sawah Tercemar Limbah MSG.
b. Teknologi Pemanfaatan Lumpur Panas di Sidoarjo untuk Budidaya
Padi.
c. Peta Sebaran Logam Berat Pb, Cd dan Cu skala 1 : 25.000 pada subDAS Solo hulu atas Wonogiri dan sub-DAS Solo hulu tengah
Karanganyar.

48

d. Teknologi penanggulangan lahan tercemar untuk menurunkan


kelarutan logam berat (Pb, Cd dan Cr) dan residu karbofuran >20%.
Teknologi Pengendalian Emisi dan Potensi Absorpsi Gas Rumah
Kaca
a. Varietas Padi Rendah Emisi Gas Rumah Kaca di Lahan Sawah
Pasang Surut Salin.
b. Varietas Padi (Batanghari dan Air Tenggulang) mengemisi GRK
rendah di lahan gambut.
c. Teknologi Mitigasi Emisi GRK Tanaman Padi di Lahan Gambut.
d. Teknologi Rendah Emisi GRK pada Berbagai Pengelolaan Tanaman
Padi Sawah.
3.2. Kerjasama, Diseminasi, dan Percepatan Pemanfaatan Inovasi
Teknologi
3.2.1. Program Kerjasama
Pengembangan kerjasama pada dasarnya bertujuan untuk: (a)
mempercepat pematangan teknologi antara lain setelah melalui uji
verifikasi, uji multilokasi, uji adaptasi, dan uji kelayakan; (b) mempercepat
diseminasi dan adopsi teknologi; (c) mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan pertanian; (d) meningkatkan capacity building Unit
Kerja/Unit Pelaksana Teknis (UK/UPT) lingkup BBSDLP, dan (e)
mendapatkan umpan balik untuk penyempurnaan teknologi.
Beberapa prinsip dasar yang harus selalu melandasi kegiatan
pengembangan kerjasama antara lain: (a) saling membutuhkan, saling
mengisi, saling melengkapi, dan saling memperkuat; (b) menghindari
tumpang tindih kegiatan dan pendanaan; (c) azas kesetaraan, keadilan,
dan kebersamaan; (d) memperhatikan etika profesionalisme, dan saling
membantu dan mendukung antara berbagai pihak terkait.
Ruang lingkup kegiatan yang dikerjasamakan dengan mitra
49

meliputi inventarisasi dan identifikasi sumberdaya lahan, pengelolaan


lahan, uji efektivitas dan pengembangan teknologi pemupukan, identifikasi
dan pemanfaatan/pengelolaan
sumberdaya air dan agroklimat,
pemanfaatan dan interpretasi data citra penginderaan jauh, karakterisasi
wilayah dan pengembangan lahan rawa, identifikasi dan pengendalian
pencemaran lingkungan. Pihak ketiga yang menjadi mitra kerjasama
penelitian antara lain instansi pemerintah, pihak swasta, dan
perseorangan. Rekapitulasi kerjasama dalam periode 2005-2009 dapat
dilihat pada Tabel 4.
Kerjasama penelitian berdampak positif terhadap pemenuhan
kebutuhan finansial yang berasal dari mitra kerja sama. Dalam periode
2005-2009, kontribusi dana kerjasama mencapai rata-rata 8,8% per tahun
terhadap kebutuhan seluruh pembiayaan penelitian sumberdaya lahan
pertanian (Tabel 5).
Tabel 4. Jumlah kerjasama penelitian dalam periode 2005-2009
Mitra (jumlah judul)
UPT
BBSDLP
Balittanah
Balitklimat
Balittra
Balingtan
Jumlah

Dalam negeri
Pemerintah

Swasta

11
7
13
5
8
44

8
52
22
6
88

Luar negeri
4
15
5
1
25

Jumlah
23
74
40
5
15
157

Kontribusi pembiayaan mitra kerjasama dalam percepatan


menghasilkan invensi yang berdampak dari eksistensi lembaga dalam
pengembangan potensi sumberdaya lahan pertanian.

50

Tabel 5. Kontribusi Dana Kerja sama


Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Jumlah

Sumber DIPA
APBN (Rp)

Sumber
kerjasama (Rp)

33.335.977.000
33.632.233.000
46.821.205.000
43.151.696.000
51.660.777.000
208.602.888.000

2.589.651.176
4.130.350.276
2.779.497.290
5.331.342.292
5.323.054.467
20.153.895.501

Jumlah (Rp)
35.929.628.176
37.762.583.276
49.600.702.290
48.483.038.292
56.983.831.467
228.759.783.501

Kontribusi
kerjasama
(%)
7,21
10,94
5,60
11,00
9.34
8.81

Ket : Di antaranya bersumber dari Euro 89.541 dan USD 48.936

3.2.2. Program Diseminasi dan Teknologi Transfer


Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, BBSDLP dan Balai
Penelitian di bawah naungannya telah menghasilkan 108 teknologi dan
produk unggulan dengan pengelompokan sebagai berikut:
1. Masukan kebijakan sebagai dasar dalam menyusun Permentan (6)
2. Masukan untuk penerbitan Undang-Undang dan Keppres (2)
3. Program 100 hari Menteri Pertanian KIB ke dua (3)
4. Atlas dan Peta Sumberdaya Lahan (10)
5. Teknologi mendukung program utama dan strategis Kementerian
Pertanian (77)
6. Rekomendasi kebijakan dan policy brief (10)
Teknologi dan informasi tersebut secara rinci disajikan pada
Lampiran 1.
Keberhasilan diseminasi teknologi ditentukan oleh sejauh mana
diseminasi tersebut mampu menghasilkan inovasi teknologi. Inovasi
teknologi dicirikan oleh dua hal yaitu invensi (temuan baru) dan adopsi
(difusi) dari invensi tersebut. Inovasi teknologi tersebut selanjutnya
diharapkan berkembang menjadi inovasi bisnis.
51

Berdasarkan kriteria tersebut, dari pengalaman selama lima tahun


terakhir, beberapa proses diseminasi dan percepatan inovasi teknologi
disusun sebagai berikut:
1. Diseminasi melalui Pengembangan Kerjasama Lisensi
Dalam periode 2005- 2009 telah dikembangkan kerjasama lisensi
sebanyak lima produk teknologi, yaitu :
a.

M-Dec

b.

Bio-Nutrient

c.

Nodulin

d.

Biobus

e.

DSA

Produk M-Dec, Bio-Nutrient, dan Nodulin dilisensikan kepada PT


Nusa Palapa Gemilang yang dituangkan dalam Kontrak No. 108/NPGDIR/IV/07 dan No. 936/LB.110/J.6.2.06/2007 pada tanggal 6 Juni 2007.
Lisensi produk Biobus diberikan kepada PT Bio Nusantara dengan
Kontrak No. 1240/SR.130/ I.6.2/06/2010 dan No. 26/SP/BIN/VI/2010 pada
tanggal 17 Juni 2010. Untuk produk DSA, lisensi dipegang oleh PT
Bintang Timur Pasifik dengan Kontrak No. BTP-DIR/I/10 dan No.
1463/SR.130/I.6.2/07/2010 pada tanggal 7 Juli 2010.
Kelebihan Diseminasi Teknologi melalui kerjasama lisensi adalah:
a. Diseminasi terutama dilakukan oleh mitra dengan pendekatan bisnis,
sehingga proses adopsi lebih jelas dan konkrit dimanfaatkan oleh
pengguna.
b. Jumlah dan penyebaran teknologi terukur berdasarkan lokasi
penjualan.
c. Menghasilkan royalty untuk institusi dan inventor.

52

Teknologi hasil penelitian yang dapat dilisensikan memenuhi


persyaratan sebagai berikut:
a. Teknologi harus berwujud produk, baik berupa pupuk, perangkat (kit)
atau software.
b. Teknologi harus mempunyai sasaran konsumen yang jelas dan
memiliki nilai tambah komersial.

Produk yang terjual pada tahun 2008 adalah Rp 1.401.173.764


dan pada tahun 2009 mencapai Rp 2.482.878.250. Penyebaran adopsi
produk tersebut adalah pada daerah yang memanfaatkan bantuan
langsung pupuk (BLP).
Tabel 6. Penjualan Produk pada Tahun 2008 dan 2009
Penualan Jun 2007 Des
Penjualan Jan 2009 Mar
No.
Jenis
2008
2010
Volume
Nilai (Rp)
Volume
Nilai (Rp)
1. M-Dec (500 3.703 pack @
33.302 pack
284.452.750
gr/pack)
Rp. 25.000,2. Bio-Nutrient 1.400 pack @
8.257 pack
45.044.300
(40 gr/pack) Rp. 40.000,3. Nodulin (40 25.544 pack @
6.190 pack
22.835.500
gr/pack)
Rp. 35.000,Jumlah
34.347 pack
1.401.173.764
2.482.878.250

53

2. Diseminasi melalui Penerbitan Permentan


Penerbitan Peraturan Menteri Pertanian menjadi suatu cara dalam
proses diseminasi teknologi. Dalam periode 2005-2009 telah disusun dua
draft Permentan yang merupakan pendekatan dalam diseminasi inovasi
teknologi sumberdaya lahan pertanian dan telah ditandatangani oleh
Menteri Pertanian, yaitu:
1. Permentan No. 1/2006 yang disempurnakan dengan No. 40/2007,
tentang rekomendasi pemupukan N, P, K pada padi sawah spesifik
lokasi
2. Permentan No. 47/2006, tentang pedoman umum budidaya pertanian
pada lahan pegunungan
Diseminasi teknologi melalui penerbitan Permentan memiliki
beberapa keuntungan antara lain merupakan instruksi dari Menteri
Pertanian terhadap institusi/stakeholders, sehingga diseminasi berjalan
relatif efektif. Namun ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Perlu sosialisasi intensif atas Permentan tersebut.
2. Harus menjadi pedoman dalam penanganan masalah yang urgen dan
terjadi dalam skala luas.

3. Diseminasi melalui Pameran dan Ekspose


Pameran merupakan salah satu cara dalam diseminasi inovasi
teknologi. Selama lima tahun terakhir BBSDLP telah mengikuti 35 kali
pameran dan ekspose yang dikaitkan dengan isu dan topik tertentu (daftar
terlampir). Mempertimbangkan kehadiran dan keterwakilan audiens,
beberapa pameran berdampak positif sebagaimana ditunjukkan oleh
jumlah dan keterwakilan audiens dari berbagai propinsi, terutama
petani/kontak tani dan penyuluh, yaitu:

54

1. Pameran pada PENAS XII di Sembawa - Sumatera Selatan, tanggal


5-12 Juli 2007
2. Pameran pada acara SLPTT di Boyolali, 6-11 Juni 2009
3. Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Second Kalbar Expo di
Pontianak, 2-7 September 2006
4. Pameran Hari Pangan Sedunia XXVIII di Bandung, 2-6 Desember
2008
5. Pameran Hari Pangan Sedunia XXIX di Yogyakarta, 11-15 Oktober
2009
6. Soropadan Agro Expo III di Jawa Tengah, 13-18 Juni 2007
4. Diseminasi melalui media Televisi dan Radio
Dalam kurun waktu 2006-2009, berbagai inovasi teknologi
sumberdaya lahan telah ditayangkan televisi swasta dan televisi
pemerintah antara lain melalui rubrik:
1. Public Corner di Metro TV, 29 Mei 2007: Potensi Lahan Rawa
Mendukung Ketahanan Pangan Nasional (Sebagai nara sumber:
Kepala Badan Litbang Pertanian dan Ketua KTNA Kalimantan
Selatan).
2. Kampung Agro di TVRI, 10 Juni 2007 : Pupuk Berimbang dan
Pemanfaatan Pupuk Organik Aman Lingkungan (Kepala BBSDLP dan
Kepala Balittanah).
3. Kampung Agro di TVRI, tayang tanggal 24 Juni 2007: Rekomendasi
Pemupukan NPK Spesifik Lokasi (Sebagai nara sumber: Kepala
BBSDLP, Prof. Dr. Irsal Las, MS, peneliti Dr. Diah Setyorini, MS, dan
Pak Oo Sutisna/ KTNA Jawa Barat).
4. Public Corner di Metro TV, 31 Juli 2007: Antisipasi Pertanian
Terhadap Perubahan Iklim Global (Nara sumber Menteri Pertanian).

55

Diseminasi berupa dialog interaktif juga dilaksanakan melalui


Radio Pertanian Ciawi (RPC). Dalam periode 2005-2009, BBSDLP telah
mengisi acara Karedok di RPC sebanyak 23 kali siaran langsung.
5. Diseminasi melalui Workshop dan Temu Lapang
1. Temu lapang pupuk di Gianyar Bali, 27-30 Oktober 2009.
2. Workshop sawah bukaan baru di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, 1516 Mei 2009 dan di Bulungan. Kalimantan Timur, 19-24 Desember
2009.
6. Publikasi
Dalam kurun waktu 2005-2009 BBSDLP telah menerbitkan 96
publikasi hasil penelitian dan pengembangan, 48 di antaranya diterbitkan
oleh BBSDLP, delapan dari Balittanah, 11 dari Balitklimat, 13 dari Balittra,
15 dari Balingtan, dan satu dari PUSTAKA. Artikel yang terbit dalam jurnal
dan prosiding internasional selama periode 2005-2009 disajikan pada
Lampiran 2.
7. Sosialisasi dan Pelatihan
Sosialisasi dan pelatihan penerapan dan pengembangan teknologi
merupakan salah satu bentuk diseminasi. Dalam lima tahun terakhir telah
dilakukan beberapa kali sosialisasi dan pelatihan, antara lain:
1. Sosialisasi rekomendasi pemupukan padi sprsifik lokasi oleh
Departemen Pertanian, di Medan, Banjarbaru, Lembang dan daerah
lainnya.
2. Pelatihan pupuk di Subang Jawa Barat, 18-19 Mei 2009.
3. Sosialisasi kalender tanam di Lembang, Jawa Barat.
4. Sosialisasi AWS telemetri di Banten, 30 Juli 2010.

56

8. Tebar (upload) di Website


Beberapa teknologi dan informasi hasil penelitian didiseminasikan
melalui website BBSDLP (http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id) dan website
Badan Litbang Pertanian (http://litbang.deptan.go.id) dalam kolom EProduk. Teknologi yang telah ditebar dalam E-Produk adalah Perangkat
Uji Pupuk (PUP), Perangkat Uji Tanah kering (PUTK), Perangkat Uji
Tanah Sawah (PUTS), Mikroflora Tanah Multiguna (MTM), dan Kalender
Tanam.
3.3. Produk Kebijakan
3.3.1. Policy Brief
1.

Rekomendasi Percepetan Pembangunan dan Potensi Lahan


Cadangan Pangan di Papua
2. Kriteria Ketersediaan Lahan Pertanian Berkelanjutan
3. Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan
4. Ketesediaan Lahan untuk Perluasan Areal Pertanian pada Bbrp Prov.
5. Alternatif Kebijakan Pengawasan Penggunaan Pupuk Hayati di
Indonesia
6. Pemanfaatan Mikroba dalam Pengelolaan Bahan Organik
Mendukung Pertanian Organik
7. Strategi Penanggulangan Pencemaran Lahan Pertanian dan
Kerusakan Lingkungan
8. Strategi Pembangunan Pertanian di Kawasan Perbatasan
9. Penetapan Lahan Sawah Abadi Mendukung Revitalisasi Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan
10. Strategi dan Upaya Penaggulangan Dampak Erupsi Gunung Merapi
2007
11. Strategi Pengelolaan Hara pada Lahan Kering untuk Meningkatkan
Produksi Tanaman Pangan

57

12. Policy brief Strategi Optimalisasi dan Ketersediaan SD Lahan


Pertanian
13. Policy brief Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pupuk Organik
dan Hayati
14. Policy brief Strategi Pengembangan Sistem Pemupukan Berimbang
Terpadu Spesifik Lokasi
15. Policy brief Strategi dan Teknologi Antisipasi Sektor Pertanbian
Menghadapi Perubahan Iklim
16. Policy brief Partsipasi Sektor Pertanian dan Tindak Lanjut COP 13
17. Policy brief Tindak Lanjut COP 15 Copenhagen pada Sektor
Pertanian
18. Policy Brief LoI Moratorium Hutan Alam dan Lahan Gambut: Dalam
perspektif sektor pertanian.
19. Materi-materi khusus Rapat Kerja Menteri (Perubahan iklim, lahan, &
pupuk)
3.3.2. Penerbitan Produk Kebijakan dan Hukum (UU, Permentan,
Kepmentan) (13 a.l.)
1. Kepmentan No. 01/2006 tentang Rekomendasi pemupukan N, P, dan
K pada sawah spesifik lokasi (bersama BB-Padi, Puslitbangtan dll).
2. Permentan No. 02/2006 tentang Pupuk Organik dan Pembenah Tanah
(bersama bersama PSE-KP, dll).
3. Permentan No. 47/2006, tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian
pada Lahan Pegunungan (lintas Puslit/BB).
4. Permentan No. 40/2007 : Rekomendasi Pemupukan N, P & K pada
Padi Sawah Spesifik Lokasi (Penyempurnaan)
5. Kepmentan No. 20/2008, tentang Pedoman Evaluasi Matriks dan
Proposal Penelitian dan Pengembangan Pertanian (lbersama
Sekretariat & lintas Puslit/BB)
6. Permentan No. 14/2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan
Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit (bersama Ditjenbun dan PPKS)

58

7. Berperan serta menyiapkan dan memberi masukan materi UU No.


41/2009,
tentang
Perlindungan
Lahan
Pertanian
Pangan
Berkelanjutan (PLPPB).
8. Naskah akademik untuk Rancangan Permentan No. 28/2009 tentang
Pedoman Umum Baku Mutu dan Pengawasan Pupuk Hayati (bersama
Ditsarana TP, IPB, dll)
3.3.3. Dukungan Program 100 Hari Menteri Pertanian dalam Kabinet
Indonesia Bersatu Ke 2
1. Buku Road Map Strategi Sektor Pertanian Menghadapi Perubahan
Iklim
2. Peta Kerentanan dan Dampak Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian
3. Peta Potensi Penghematan Pupuk An-Organik dan Pengembangan
Pupuk Organik
3.4. Sumberdaya Penelitian
3.4.1. Pengelolaan dan Pengembangan SDM
BBSDLP hingga tahun 2009 didukung oleh sumber daya manusia
dalam jumlah relatif besar yaitu 612 orang. Dari jumlah tersebut,
sepertiganya atau 266 orang (43,5%) adalah tenaga fungsional khusus
yang terdiri dari peneliti, pustakawan, pranata komputer, arsiparis, dan
teknisi litkayasa, sisanya adalah tenaga administrasi.
Berdasarkan tingkat pendidikan, pegawai BBSDLP yang
berkualifikasi <S1 adalah 371 orang (60,6%), S1 129 orang (21,1%), S2
73 orang (11,9%), dan S3 39 orang (6,37%). Perkembangan SDM
BBSDLP menurut tingkat pendidikan selama lima tahun terakhir disajikan
pada Tabel 7. Program pengembangan SDM melalui program pendidikan
jangka panjang masih terus dilakukan, sehingga jumlah pegawai
berpendidikan S2 dan S3 yang merupakan penggerak penelitian
diharapkan meningkat dan mendekati jumlah ideal kebutuhan lembaga
penelitian.

59

Tabel 7. Perkembangan Pegawai BBSDLP Menurut Pendidikan, Tahun


2005 - 2009
Pendidikan

2005

2006

2007

2008

2009

<S1
S1
S2
S3

361
159
84
32

358
150
83
37

397
135
81
37

394
124
81
38

371
129
73
39

Berdasarkan usia, pada tahun 2009 SDM BBSDLP terbanyak


berada pada usia 46-50 tahun mencapai 194 orang (31,7%), berusia 5155 tahun 167 orang (27,3%), dan tidak ada SDM yang berusia <26 tahun
(Tabel 8).
Tabel 8. Perkembangan Pegawai BBSDLP Menurut Usia Tahun 2005 2009
Usia

2005

2006

2007

2008

2009

<26

10

26-35

37

42

48

48

54

36-40

73

63

77

69

75

41-45

159

139

131

111

95

46-50

227

214

201

201

194

51-55

116

140

161

165

167

56-60

17

20

20

20

17

61-65

13

10

Berdasarkan tingkat golongan, pada saat ini jumlah SDM BBSDLP


yang telah mencapai Golongan IV adalah 82 orang (13,4%), Golongan III
339 orang (55,4%), Golongan II 156 orang (25,5%), dan Golongan I
tercatat 35 orang (5,7%). Perkembangan SDM BBSDLP menurut
golongan dalam lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 9.

60

Tabel 9. Perkembangan Pegawai BBSDLP Menurut Golongan Tahun


2005 - 2009
Golongan

2005

2006

2007

2008

2009

Golongan IV

77

81

84

86

82

Golongan III

383

372

355

354

339

Golongan II

143

144

181

164

156

Golongan I

33

31

30

33

35

Tenaga peneliti merupakan tenaga penggerak utama dalam


menghasilkan inovasi teknologi. Saat BBSDLP oleh 144 orang peneliti.
Komposis peneliti menurut jenjangnya adalah peneliti pertama 26 orang
(18,06%), peneliti muda 43 orang (29,86%), peneliti madya 53 orang
(36,81%), dan peneliti utama 22 orang (15,28%). Jumlah peneliti yang
ada di BBSDLP dirasakan masih kurang bagi suatu instansi penelitian.
Untuk meningkatkan kemampuan para peneliti sampai dengan tahun
2009 telah dilakukan melalui training jangka panjang S2 dan S3 maupun
training jangka pendek. Perkembangan tenaga peneliti (tidak termasuk
peneliti non klas) selama 5 tahun terakhir disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Perkembangan Tenaga Peneliti BBSDLP Tahun 2005 - 2009
Peneliti
Peneliti Utama
Peneliti Madya
Peneliti Muda
Peneliti Pertama

2005

2006

2007

2008

2009

17
59
55
25

13
63
58
25

20
56
50
25

20
55
50
23

22
53
43
26

Sedangkan teknisi litkayasa di BBSDLP berjmlah 114 orang.


Komposisi Teknisi Litkayasa menurut jenjangnya adalah Teknisi Litkayasa
Penyelia 73 orang (64,04%), Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 36
61

orang (31,58%), Teknisi Litkayasa Pelaksana 5 orang (4,39%). Jumlah


Teknisi Litkayasa semakin berkurang dari tahun ketahun baik karena
pensiun maupun berhenti karena tidak bisa mengumpulkan angka kredit.
Perkembangan tenaga Teknisi Litkayasa selama 5 tahuin terakhir disajikan
pada Tabel 11.
Tabel 11. Perkembangan Tenaga Teknisi Litkayasa BBSDLP Tahun
2005 - 2009
Litkayasa

2005

2006

2007

2008

2009

Penyelia

11

58

66

66

73

Pelaksana Lanjutan

37

87

70

52

36

Pelaksana

46

Pertama

23

3.4.2. Pengelolaan Sarana/Fasilitas/Aset


Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian mengelola sejumlah Aset, baik berupa Gedung Kantor,
Laboratorium, Kebun Percobaan, dan Peralatan Pendukung lainnya.
Selama periode 2005 s/d 2009, total nilai Asetnya mencapai Rp
141.691.932.697,- nilai tersebut meningkat secara signifikan dari tahun ke
tahun. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Hal ini terjadi karena
adanya Reevaluasi nilai Aset yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang. Selain itu, kenaikan Nilai Aset disebabkan
adanya Pembangunan Gedung dan Pengadaan Alat-Alat: Pengolah Data,
Alat Laboratorium, dan peralatan-peralatan lainnya.

62

Tabel 12. Nilai aset Balai Besar Penelitian dan Pengembangan


Sumberdaya Lahan Pertanian selama periode 2005 s/d 2009
No.

Tahun

1
2
3
4
5

2005
2006
2007
2008
2009

Nilai Aset
Total

Tidak Bergerak

15.050.147.633
31.334.724.385
42.160.895.082
102.310.476.678
141.691.932.697

Bergerak

4.249.951.767
9.339.597.216
13.967.888.516
74.547.254.267
113.627.558.632

12.359.549.666
24.942.805.369
33.289.821.766
34.424.923.211
28.064.374.065

Untuk melaksanakan tugas penelitian dan pelayanan, Balai


Penelitian telah didukung dengan laboratorium dan Kebun Percobaan.
Jenis Laboratorium, jenis pelayanan dan status akreditasi Laboratorium
lingkup BBSDLP seperti pada Tabel 13. Sesuai dengan Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 09/Kpts/TP.360/1/2003, tanggal 13 Januari
2003 lab Tanah ditetapkan sebagai salah satu dari 8 laboratorium yang
ditunjuk untuk melaksanakan uji mutu pupuk organic. Disamping lab-lab
tersebut di Balitklimat juga terdapat Lab INSISAH yang merupakan lab
pengolah data Agoklimat dan Hidrologi.
Tabel 13. Profil Laboratorium Lingkup BBSDLP
No.
Jenis Laboratorium
Jenis Pelayanan
Balai Penelitian Tanah (BALITTANAH)
1. Laboratorium Tanah (Kimia Analisis Tanah,
Tanah)
Tanaman, Air dan
Pupuk
2. Laboratorium Tanah (Fisika Analisis Fisika Tanah
Tanah)
3. Laboratorium Mikrobiologi Tes Lab. Mikrobio
(Biologi Tanah)
Tanah, Lab. Biokimia,
dan Lab. Bioproses,
Lab. Makro Fauna
4. Laboratorium Penelitian dan Analisis Tanah
Uji Tanah

63

Status Akreditasi
Terakreditasi
Belum Terakreditasi
Belum Terakreditasi

Terakreditasi

No.
Jenis Laboratorium
Jenis Pelayanan
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (BALINGTAN)
1 Laboratorium GRK (Gas
Analisis Gas CHA dan
Rumah Kaca)
N2O
2 Laboratorium Terpadu
Analisa Residu
Pestisida
3 Laboratorium Pestisida
Pestisida Bahan
Agrokimia
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA)
1 Laboratorium Teknologi
Identifikasi Pasca
Hasil
Panen
2 Laboratorium Pemuliaan/ Identifikasi Perbenihan,
Benih
Karakteristik Plasma
Nutfah Padi Lokal
3 Laboratorium Tanah
Analisis Tanah,
Tanaman dan Air
4 Laboratorium Biologi
Identifikasi Hama dan
Penyakit

Status Akreditasi
Belum Terakreditasi
Dalam Proses
Akreditasi
Belum Terakreditasi
Belum Terakreditasi
Belum Terakreditasi
Belum Terakreditasi
Belum Terakreditasi

Sebagai salah satu aset, Kebun Percobaan berfungsi sebagai


show window informasi teknologi mendukung pelaksanaan penelitian
teknologi budidaya pertanian, sebagai lokasi koleksi plasma nutfah,
penelitian dan pengujian teknologi, unit produksi, dan pengembangan
agrowidyawisata, dan terdapat embung. Beberapa embung yang ada di
Kebun Percobaan dimanfaatkan untuk kelangsungan kegiatan penelitian
dan memenuhi kebutuhan pemeliharaan tanaman di lahan sawah tadah
hujan. Agroekosistem dan fasilitas yang tersedia di KP lingkup BBSDLP
seperti pada Tabel 14.

64

Tabel 14. Profil KP Lingkup BBSDLP


Luas
Tanah
Agro-Ekosistem
Fasilitas yang tersedia
(Ha)
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA)
1 Banjarbaru
52,85
Tadah hujan, lahan kering, Gedung kantor, jalan,
dan lahan rawa
dan lahan
penelitian/percobaan
2 Binuang
22,44
Tadah hujan, lahan kering, Gedung kantor, jalan,
dan lahan rawa
dan lahan
penelitian/percobaan
3 Tanggul
49,00
Lahan rawa
Gedung kantor, jalan,
dan lahan
penelitian/percobaan
4 Balandean
24,04
Lahan pasang surut
Gedung kantor, jalan,
dan lahan
penelitian/percobaan
5 Handil Manarap
21,61
Lahan pasang surut
Gedung kantor, jalan,
dan lahan
penelitian/percobaan
Balai Penelitian Tanah (BALITTANAH)
6 Taman Bogo
20,14
Sawah irigasi dan lahan
Gedung kantor, jalan,
kering
dan lahan
penelitian/percobaan
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (BALINGTAN)
7 Jakenan
30,87
Tadah hujan
Gedung kantor, jalan,
dan lahan
penelitian/percobaan
No.

Satuan Kerja dan


Nama KP

3.4.3. Perkembangan dan Pengelolaan Anggaran/Keuangan, PNBP


Pada periode tahun 2005-2009, anggaran lingkup BBSDLP terjadi
peningkatan dari tahun ketahun. Anggaran tersebut terdiri dari 2 program
yaitu: Program Kepemerintahan yang baik, dan Program Peningkatan
Ketahanan Pangan. Pagu anggaran lingkup BBSDLP tahun 2005 2009
pada Tabel 15.

65

Tabel 15. Pagu anggaran 2005-2009 lingkup BBSDLP


No.
1
2
3
4
5
6

Jenis Pengeluaran
Jumlah
Belanja Pegawai Belanja Barang
Modal
2005
20.106.071.000 13.179.901.000
5.408.228.000 38.694.200.000
2006
23.367.085.000 10.811.807.000
4.808.432.000 38.987.324.000
2007
27.902.182.000 12.183.205.721
7.566.753.000 47.652.140.721
2008
30.317.600.000 11.327.159.000
3.200.472.000 44.845.231.000
2009
30.854.727.000 16.795.657.000
8.827.042.000 56.477.426.000
Jumlah
132.547.665.000 64.297.729.721 29.830.927.000 226.656.321.721
Tahun

Selama periode 2005 s/d 2009 Balai Besar Penelitian dan


Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian mengelola anggaran
sebesar Rp 226.656.321.721,- terdiri dari Rupiah Murni (RM) Rp
208.983.138.221,- Rupiah Murni Pendamping (RMP) sebesar Rp
5.022.929.000,- dan Loan (RK) sebesar Rp 12.670.254.500,- Secara
umum terjadi peningkatan setiap tahunnya.
Pemanfaatan dan Pengelolaan Anggaran dalam mendukung
program dan kegiatan di lingkup Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian dapat diklasifikasikan ke
dalam 3 (tiga) jenis belanja, yaitu Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan
Belanja Modal. Belanja Pegawai sebesar Rp 132.547.665.000,- (58,47 %)
dipergunakan untuk membiayai kebutuhan gaji, tunjangan, honor, dan upah
tenaga kontrak. Belanja Barang sebesar Rp 64.297.729,- (28,37 %)
difokuskan untuk membiayai kegiatan utama. Belanja Modal sebesar Rp
29.830.927.000,- (13.16 %) dipergunakan untuk pemupukan modal,
seperti pembangunan gedung, Laboratorium, Pengadaan Sarana dan
modal fisik lainnya.

66

Tabel 16. Realisasi anggaran 2005 -2009 lingkup BBSDLP


no.
1
2
3
4
5

Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Jumlah

Jumlah
Pagu
38.694.200.000
38.987.324.000
47.652.150.721
44.845.231.000
56.477.426.000
226.656.321.721

Realisasi
32.132.586.850
33.311.509.567
41.131.097.601
42.720.365.409
55.284.887.317
204.580.445.744

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan


Pertanian juga telah menetapkan target Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) selama periode 2005 s/d 2009 sebesar Rp 3.345.828.000,dengan realisasi mencapai Rp 4.903.930.292,- (146,57 %) disajikan pada
Tabel 17. Kecenderungannya meningkat secara signifikan dari tahun ke
tahun. Peningkatan terjadi baik dari Penerimaan Umum maupun
Penerimaan Fungsional. Penerimaan Fungsional terbesar diperoleh dari
Pelaksanaan Pelayanan Jasa Analisis. Sedangkan realisasi anggaran per
jenis pengeluaran terlihat pada Tabel 18.
Tabel 17. Target PNBP BBSDLP selama periode 2005-2009
PNBP

No.

Tahun

2005

366,000,000

553,400,629

2006

420,850,000

455,101,262

Target

Realisasi

2007

384,822,000

823,428,471

2008

927,502,000

1,433,265,197

2009

1,246,654,000

1,638,734,733

67

Tabel 18. Realisasi anggaran lingkup BBSDLP selama periode 20052009


No. Tahun
1
2
3
4
5
6

2005
2006
2007
2008
2009
2010

Jenis Pengeluaran
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Mengikat
Tidak Mengikat
Mengikat
Tidak Mengikat
13.335.668.904
4.170.425.296 1.161.184.917
9.954.853.487
12.945.743.057
6.167.865.849 2.465.085.217
7.676.086.532
20.156.913.952
3.302.440.200 1.580.115.500
8.678.978.449
25.132.384.699
3.536.991.900 1.791.973.898
9.030.223.897
30.864.197.000
- 3.414.722.571
12.917.851.646
102.614.907.612 17.177.723.245 10.413.082.103
48.257.994.011

Lanjutan Tabel 18.


No. Tahun
1

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Jenis Pengeluaran
Modal
Mengikat
Tidak Mengikat
1.814.623.710
1.814.623.710

Jumlah

3.510.454.246

32.132.586.850

2.242.105.202

33.311.509.567

7.412.648.500

41.131.096.601

3.048.791.015

42.540.365.409

8.088.116.100

55.284.887.317

24.302.115.063 204.580.445.744

68

3.5. Manfaat dan Dampak Hasil Litbang SDLP


3.5.1. Initial Impact
Sebagai dampak awal (initial impact) dari eksistensi peran Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian dan Balai dalam lingkupnya,
sebagai berikut :
1. Terjadi Inovasi Teknologi menjadi Inovasi Bisnis
Pergeseran inovasi teknologi menjadi inovasi bisnis ditunjukkan
oleh minat industri terhadap teknologi yang dihasilkan Balai dalam lingkup
BBSDLP melalui kerjasama lisensi.
Kerjasama lisensi produk teknologi (M-Dec, Bio-Nutrient dan
Nodulin) dengan P.T Nusa Palapa Gemilang, produk Biobus dengan P.T
Bio Nusantara dan produk DSA dengan P.T Bintang Timur Pasifik
merupakan salah satu indicator dari pengakuan dunia industry terhadap
hasil teknologi sumberdaya lahan pertanian.
2. Pemanfaatan Produk Teknologi oleh Pengguna
Dalam periode Juni 2007 Maret 2010 sekitar 80.000 pack MDec, Bio-Nutrient dan Nodulin (lihat Tabel 1) telah digunakan oleh para
petani yang terintegrasi ke dalam program BLP, produk
teknologintersebut telah dimanfaatak oleh para petani terutama di sentra
produksi di Pulau Jawa. Sehingga produk teknologi diatas berkontribusi
dalam peningkatan produktivitas pangan secara nasional.
3. PUTS sebagai Perangkat Penting di Balai Penyuluhan Pertanian
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) yang diproduksi melalui
program Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan sebanyak sekitar 6.000
unit (pada tahun 2007) telah tersebar di Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP), dan menurut informasi dari beberapa penyuluh, alat tersebut
sangat efektif digunakan para penyuluh dalam mengindentifikasi status
hara tanah sebelum melakukan pemupukan pada padi sawah. PUTS
tersebut berkontribusi terhadap efisiensi pemupukan padi sawah.
69

4. Kerja sama dan Kontribusi Sumberdaya


Sebagai pengakuan terhadap kiprah BBSDLP, dalam 5 tahun
terakhir, cukup banyak mitra (sekitar 157 kegiatan) yang melakukan
kerjasama dengan BBSDLP, antara lain : Pemerintah Daerah dalam hal
survey potensi sumberdaya lahan, swasta dalam hal pengembangan
teknologi (termasuk uji efektivitas pupuk), Lembaga Internasional dalam
hal percepatan inovasi Iptek.
Kerjasama tersebut berdampak terhadap kontribusi pembiayaan
untuk kegiatan penelitian dan pengembangan, selama periode 2005
2009 mencapai lebih dari Rp. 24 milyar, dan sekitar 5 11 %
pembiayaan lingkup BBSDLP bersumber dari dana kerjasama.
5. Berkembang Permintaan terhadap Pelayanan, Teknologi dan
Informasi Sumberdaya Lahan Pertanian
Dampak dari kegiatan diseminasi hasil penelitian, apakah melalui
pengembangan krjasama lisensi, penerbitan permentan, pameran dan
ekspose, TV dan radio, workshop dan temu lapang, publikasi dan website
telah banyak permintaan pelayanan, teknologi dan informasi kepada
BBSDLP dan Balai dalam lingkupnya, meliputi :
a. Meningkatnya permintaan pelayanan laboratorium uji tanah. Saat ini
laboratorium uji tanah di Balai Penelitian Tanah sudah bekerja pada
kapasitas optimal untuk pelayanan analisis tanah.
b. Permintaan yang cukup banyak terhadap data dan peta sumberdaya
lahan pertanian. Pelayanan peta berdampak terhadap PNBP di Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
c. Pelayanan data dan informasi dalam aspek pengembangan lahan
rawa, agroklimat dan hidrologi serta pencemaran lingkungan.
d. Meningkatnya permintaan kit (PUTS, PUTK, PUP) yang dijual melalui
Unit Pelayanan Jasa dan Koperasi Puspita, yang berdampak terhadap
meningkatnya penggunaan kits oleh stakeholders dan secara internal
berdampak terhadap peningkatan PNBP.

70

3.6. Terbengkalai
Selama periode 2005-2009, tidak semua kegiatan, program dan
harapan dapat dilaksanakan dengan sukses. Hal tersebut terjadi karena
berbagai kendala, baik yang bersifat teknis, ketersediaan dana maupun
manajemen. Tolok ukur terbengkalainya kegiatan, program dan harapan
BBSDLP umumnya berupa tidak tercapaiannya volume pekerjaan yang
sudah direncanakan/diprogramkan.
Hal ini sangat nampak ketika
output/keluaran setiap kegiatan dinyatakan secara kuantifikasi.
Salah tugas BBSDLP adalah melaksanakan kegiatan inventarisasi
potensi sumberdaya lahan pada tingkat tinjau (skala 1 : 250.000). Adalah
suatu hal yang sangat ironis, ketika lembaga ini (sebelumnya bernama
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat) berumur
lebih dari 107 tahun, pemetaan tanah tinjau di Indonesia belum selesai
terutama di Kawasan Timur Indonesia yang mencapai sekitar 25% dari
seluruh daratan Indonesia. Daerah-daerah yang belum dipetakan
umumnya adalah daerah yang sulit dijangkau karena kondisi topografi,
dan keterbatasan aksesebilitasnya. Pada periode 2010-2014, pemetaan
tanah tingkat tinjau harus dapat diselesaikan, yaitu dengan memanfaatkan
teknologi remote sensing dari citra dan pemanfaatan Model Elevasi Digital
(Digital Elevation Models).
Peta-peta (data spasial) sumberdaya tanah di BBSDLP sebagian
besar sudah dibuat dalam bentuk digital yang berbasis GIS (Geographical
Information System). Pemanfaatan teknologi GIS untuk pemetaan tanah
dimulai sejak adanya LREPP I (Land Resources Evaluation Planning
Project Part I) pada sekitar tahun 1985an. Salah satu tujuan dari
digunakannnya teknologi GIS dalam program ini adalah: bahwa data
hasil pemetaan tanah tinjau di Sumatera dengan mudah dapat diakses
oleh stakeholder secara tekomputerisasi, bahkan melalui internet.
Namun demikian semua data yang sudah terkomputerisasi, karena sistem
penyimpanan yang tidak baik, menyebabkan data yang sudah terkumpul
tidak dengan mudah diakses oleh stakeholder, termasuk oleh para peneliti

71

di lingkup BBSDLP. Beberapa alasannya adalah : Pengelola kesulitan


mengelola data, karena sebagian besar data masih tersebar di berbagai
komputer.
Perkembangan teknologi komputer yang sangat cepat
menyebabkan sistem data base yang lama tidak dapat diolah secara
langsung dengan program sistem yang lebih baru.
Salah satu program Kementerian Pertanian saat ini yang berkaitan
dengan sumberdaya lahan adalah penyediaan pupuk. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian beserta Balit-balitnya diharapkan
dapat menyediaan berbagai formula pupuk, baik pupuk anorganik, organik
dan pupuk hayati. Namun demikian dari sisi jumlah, formula pupuk yang
dihasilkan oleh Balai-balai di lingkup BBSDLP belum begitu banyak.
Demikian juga yang dilisensikan dengan pihak swasta masih relatif
sedikit. Produk-produk di pasaranpun belum ada yang terlihat menonjol
atau populer di mata para pengguna/petani, sehingga belum bisa
menyaingi produk-produk sejenis yang diproduksi oleh pihak swasta
lainnya. Sesungguhnya masih banyak produk-produk hasil penelitian
yang dapat dilisensikan dengan pihak swasta.
Berbagai inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya lahan (tanah,
air, iklim, lingkungan pertanian) sudah sangat banyak dihasilkan oleh para
peneliti di BBSDLP, tetapi teknologi yang dikenal dan dimanfaatkan oleh
para stakeholder termasuk petani, masih relatif terbatas.
Diperlukan
berbagai upaya untuk mempercepat laju adopsi teknologi oleh petani.
Salah satu ujung tombak kegiatan di BBSDLP adalah para peneliti.
Para peneliti diminta untuk lebih kreatif dalam merencanakan kegiatan
agar menghasilkan produk penelitian yang lebih baik.
Dalam
melaksanakan kebijakannya, Kementerian Pertanian dan Badan Litbang
Pertanian di Bidang Sumberdaya Lahan Pertanian perlu didukung oleh
hasil-hasil penelitian dari peneliti BBSDLP. Namun, seringkali para peneliti
tidak dapat menginterpretasikan dan menangkap secara tepat berbagai
kebijakan Kementerian Pertanian atau Badan Litbang Pertanian dalam
kegiatan penelitiannya.

72

IV. RENCANA PROGRAM KEGIATAN 2010-2014


4.1. Isu Strategis Substantif
Degradasi Sumberdaya Lahan dan Pencemaran
Pembangunan pertanian selain menghasilkan manfaat juga
membawa risiko atau dampak negatif terhadap lingkungan. Manfaat dan
risiko tersebut harus diperhitungkan secara seimbang. Dampak negatif
diupayakan untuk ditekan seminimal mungkin atau bahkan ditiadakan
sama sekali, sedangkan manfaat diupayakan untuk ditingkatkan agar
memberikan dampak positif terhadap lingkungan biofisik dan sosialekonomi. Pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
degradasi lahan antara lain adalah deforestasi, industri, pertambangan,
perumahan, dan pertanian. Apabila kegiatan tersebut tidak dikelola
dengan baik akan mengakibatkan degradasi lahan yang mengancam
keberlanjutan usaha tani dan ketahanan pangan. Oleh karena itu,
implementasi program pembangunan juga mengacu kepada aspek
keberlanjutan.
Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan pertanian pada dasarnya dapat dipandang
sebagai konsekuensi logis dari pertumbuhan dan transformasi struktur
sosial-ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan
yang dimaksud tercermin dari adanya: (1) pertumbuhan aktivitas
pemanfaatan SDA termasuk SDL sebagai dampak peningkatan jumlah
penduduk dan kebutuhan hidup per kapita, (2) pergeseran kontribusi
sektor pembangunan dari sektor-sektor primer (pertanian dan
pertambangan) ke sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa).

73

Land Rent dan Fragmentasi Lahan


Fragmentasi lahan dapat terjadi akibat banyaknya petani miskin
yang semula memiliki lahan walaupun sempit, tetapi karena tekanan
ekonomi mereka harus melepas hak kepemilikan lahannya, baik dengan
cara menjual maupun menyewakan kepada petani lain yang umumnya
lebih kaya. Selain itu, sistem pewarisan lahan juga menyebabkan skala
kepemilikan lahan menjadi semakin sempit dan terfragmentasi. Lahan
yang semula cukup luas (masih skala ekonomi) harus dibagi-bagi sesuai
dengan jumlah hak dari ahli waris, sehingga luas kepemilihan lahan
menjadi tambah sempit, tidak ekonomis, dan tidak dapat diandalkan
sebagai sumber mata pencaharian, yang pada akhirnya lahan tersebut
terpaksa dijual.
Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Dampak pemanasan global (global warming) akibat perubahan
iklim adalah terjadinya gangguan terhadap siklus hidrologi dalam bentuk
perubahan pola dan intensitas curah hujan, kenaikan permukaan laut,
peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam yang dapat
menyebabkan terjadinya banjir dan kekeringan. Sejak tahun 1998 telah
terjadi kenaikan suhu yang luar biasa, mencapai 1 derajat celsius,
sehingga ke depan diprediksi akan terjadi lebih banyak hujan dengan
perubahan 2-3% per tahun. Dalam lima tahun terakhir luas lahan sawah
yang terkena banjir rata-rata 29.743 ha.
Perluasan Lahan Terlantar
Menurut Departemen Kehutanan (2007), terdapat 77,8 juta ha
lahan terlantar dalam berbagai kategori kritis (agak kritis hingga sangat
kritis). Seluas 26,8 juta ha dari lahan tersebut berada di luar kawasan
hutan, 13,6 juta ha di kawasan hutan konservasi dan hutan lindung, dan
37,3 juta ha di kawasan hutan produksi dan hutan konversi yang pada
umumnya adalah kawasan HPH atau bekas kawasan HPH yang
diterlantarkan.
74

4.2. Visi dan Misi


Visi dan Misi Balai Besar Penelitian dan Pegembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian adalah sebagai berikut: Pada tahun 2014
menjadi lembaga litbang penyedia informasi dan teknologi
pengelolaan sumberdaya lahan pertanian berkelas dunia untuk
mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan
Dalam rangka mendukung terealisasinya visi, maka misi Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian meliputi hal-hal sebagai
berikut:
Menghasilkan,
mengembangkan
dan
mendisemi-nasikan
data/informasi, inovasi teknologi serta rekomendasi kebijakan di bidang
sumberdaya lahan pertanian yang berwawasan lingkungan dan
berbasis sumberdaya lokal guna mendukung terwujudnya pertanian
industrial
unggul
berkelanjutan,
serta
berkontribusi
pada
pengembangan Iptek.
Meningkatkan kualitas sumberdaya penelitian sumberdaya lahan serta
efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya.
Mengembangkan jejaring kerjasama nasional dan internasional dalam
rangka penguasaan Iptek dan peningkatan peran litbang sumberdaya
lahan dalam pembangunan pertanian.
4.3.

Program Penelitian dan Expected Output Penelitian dan


Pengembangan

4.3.1. Program Penelitian


Pada periode 2010-2014 Badan Litbang Pertanian menetapkan
kebijakan alokasi sumberdaya Litbang menurut komoditas prioritas
ditetapkan oleh Kementerian Pertanian terdiri dari Padi, Jagung, Kedelai,
Sapi, dan Tebu. Sementara yang termasuk dalam 35 fokus komoditas
yaitu: Pangan (padi, kedele, jagung, ubi kayu dan kacang tanah),
75

hortikultura (kentang, cabe merah, bawang merah, mangga, manggis,


pisang, anggrek, durian, rimpang dan jeruk), Perkebunan (kelapa sawit,
karet, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, tanaman serat, tebu,
tembakau, dan cengkeh), serta Peternakan (sapi potong, kambing,
domba, babi, ayam buras dan itik).
Berdasarkan orientasi outputnya, program penelitian dan
pengembangan di masing-masing unit kerja penelitian diarahkan pada 2
kategori, sebagai berikut:
a. menghasilkan inovasi teknologi, diseminasi dan kelembagaan
pendukung untuk peningkatan produksi 5 komoditas prioritas, dan 30
fokus komoditas pertanian.
b. Program Bertujuan Impact Recognition adalah kegiatan Litbang untuk
mendukung program strategis Kementerian Pertanian.
Prioritas penelitian yang akan dikerjakan oleh Balai Besar Litbang
SDLP dan keempat balai koordinasinya adalah identifikasi, karakterisasi,
evaluasi, dan pengelolaan sumberdaya lahan pertanian (tanah, iklim,
rawa, dan lingkungan pertanian), serta teknologi dan pengelolaan pupuk,
untuk mendukung Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan,
Peternakan.
Dalam lima tahun mendatang Balai Besar Litbang SDLP,
berinisiatif untuk juga mengambil peran di depan dalam merespons
berbagai isu sumberdaya lahan dan lingkungan hidup. Antsipasi, adaptasi
dan mitigasi Perubahan Lingkungan Pertanian ditujukan mengantisipasi
perubahan lingkungan pertanian karena pencemaran lingkungan
pertanian, perubahan iklim global dan lahan terdegradasi. Seluruh
kegiatan penelitian tersebut dilaksanakan oleh UPT di lingkup Balai Besar
Litbang SDLP.

76

I.

Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

a. Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Sumberdaya Lahan Pertanian


meliputi pemetaan tanah sistematis dan pemetaan tematik di lokasi
terpilih, yang dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit, digital
elevation model (DEM) berbasis GIS.
b. Penelitian Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Lahan, berupa
pengembangan inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya lahan
pertanian (sawah, lahan kering, lahan rawa, iklim dan air), formulasi
pupuk (anorganik, organik dan hayati) dan formulasi pembenah tanah,
mendukung P2BN, tanaman pangan lainnya.
c. Program Mitigasi dan Adapatasi Perubahan Lingkungan Pertanian
terdiri dari perakitan teknologi mengantasipasi pencemaran
lingkungan pertanian, perubahan iklim global dan degradasi lahan,
mendukung program strategis dan hortikultura.
II. Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian
Akan menghasilkan hasil analisis kebijakan pemanfaatan
sumberdaya lahan pertanian untuk menentukan kebijakan pengelolaan
sumberdaya lahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah. Isu dan
permasalah yang diperkirakan akan mengemuka berkaitan dengan
sumberdaya lahan pertanian di masa akan datang adalah: perubahan
iklim global, emisi gas rumah kaca, perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan, degradasi lahan dan lahan terlantar, masalah pencemaran
lingkungan pertanian, kekeringan dan banjir. Kegiatannya adalah :
a. Analisis dan Sintesis Kebijakan Peruntukkan, pemanfaatan dan
pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian
b. Analisis dan Sintesis Kebijakan Pupuk dan Pemupukan
c. Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Sumberdaya Lahan

77

III. Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian


Program pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertaian
diharapkan dapat menjembatani apa yang dilaksanakan Puslit/BB/LRPI
dengan apa yang dibutuhkan pengguna di berbagai tingkatan di daerah.
Upaya memadukan apa yang dihasilkan berbagai UK/UPT litbang dengan
lokal genius yang dikembangkan masyarakat merupakan inti dari program
pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertanian.
a. Peningkatan Diseminasi Hasil-hasil Penelitian Sumberdaya Lahan
(Tanah, Air, Pupuk, Iklim, Lingkungan Pertanian)
IV. Pengembangan Manajemen, Fasilitas dan Instrumen Teknis
Kegiatan pengembangan manajemen, fasilitas dan instrumen
teknis diarahkan untuk reformasi birokrasi, pengembangan sumber daya
Litbang (SDM, sarana dan prasarana) diikuti pengembangan
standardisasi dan akreditasi lembaga dan pranata Litbang. Guna memicu
output optimal, maka diperlukan pengembangan manajemen teknologi
informasi dan sistem informasi serta koordinasi jaringan kerjasama
penelitian dan pengkajian. Reformasi perencanaan dan penganggaran,
penyempurnaan sistem monitoring dan evaluasi.
a. Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian
b. Pengembangan Sarana dan Prasarana Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian.
c. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi dan Umpan Balik
Inovasi Penelitian Sumberdaya Lahan (Tanah, Air, Pupuk, Iklim,
Lingkungan Pertanian).
d. Peningkatan Kapasitas Penerbitan Publikasi dan Dokumentasi Hasilhasil Penelitian Sumberdaya Lahan (Tanah, Air, Pupuk, Iklim,
Lingkungan Pertanian).

78

e. Kegiatan Pengembangan Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi


Pertanian
f.

Peningkatan kerjasama penelitian dan pengembangan dengan


lembaga internasional/ nasional

4.3.2. Expected Output Penelitian dan Pengembangan


Dalam lima tahun ke depan (2010 2014), Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian mempunyai beberapa target utama di
berbagai bidang yaitu :
a. Penyediaan formula pupuk hayati/organik
b. Penyediaan formula dekomposer
c. Penyediaan prototipe kits/tool
d. Data dan informasi potensi sumberdaya lahan pertanian
e. Berbagai inovasi Iptek Sumber Daya Lahan
f.

Antisipasi perubahan iklim

g. Sintesis Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian

4.4.

Potensi Kerjasama, Diseminasi dan Percepatan Pemanfaatan


Inovasi Teknologi

4.4.1. Program Kerjasama


Dalam Strategi dan kebijakan Program Badan Litbang Pertanian,
diprogramkan bahwa dana APBN diprioritaskan untuk membiayai
penelitian up-stream (50 60 %), penelitian strategis (20 30 %), dan
diseminasi dan penelitian adapted (10 20 %). Sedangkan kegiatan non
APBN dikelompokkan sebagai sumber eksternal budget, yang prioritas
sumber pendanaannya terbalik dengan program APBN, seperti gambar
terlampir.

79

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) dan


Balai dalam lingkupnya telah menghasilkan berbagai teknologi, formula,
model, metode dan lain lain, yang merupakan kekayaan intelektual
sebagai aset penting bagi pembangunan pertanian. Sejalan dengan
fungsi pelayanan publik, BBSDLP ke depan harus terus mengembangkan
kerjasama dan mengupayakan pemanfaatan kekayaan intelektual,
sebagai sumber cost recovery dan pendanaan eksternal.
Pengembangan kerjasama pada dasarnya bertujuan untuk : (a)
mempercepat pematangan teknologi seperti uji verifikasi, uji multilokasi,
uji adaptasi, uji kelayakan, dll; (b) mempercepat diseminasi dan adopsi
teknologi; (c) mempercepat pencapaian tujuan pembangunan pertanian;
(d) meningkatkan capacity building Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis
(UK/UPT) Lingkup BBSDLP, (e) mendapatkan umpan balik untuk
penyempurnaan teknologi.
Beberapa prinsip dasar yang harus selalu melandasi kegiatan
pengembangan kerjasama, antara lain : (a) saling membutuhkan, saling
mengisi, saling melengkapi, dan saling memperkuat; (b) menghindari
tumpang tindih kegiatan dan pendanaan; (c) azas kesetaraan, keadilan,
dan kebersamaan; (d) memperhatikan etika profesionalisme, dan azas
saling membantu dan mendukung antara berbagai pihak terkait.
Dalam implementasinya proses kerjasama tersebut, melalui kerja
sama dalam negeri antara lain dengan Pemerintah Daerah, kerja sama
luar negeri, kerja sama lisensi, kerja sama operasional dan
pendayagunaan aset termasuk kebun percobaan.
Langkah-langkah yang harus segera ditetapkan dalam rangka
peningkatan dan efisiensi pelaksanaan kerjasama adalah : a)
Mensosialisasikan mekanisme kerjasama penelitian (pajak PPN 10% dan
PPh ps 23 (2 %) UU perpajakan); b) Mekanisme pendistribusian Royalti
dari hasil kerjasama lisensi kepada inventor dan UK/UPT dengan
memperhatikan aturan yang berlaku; c) Pemberian insentif kepada
inisiator kerjasama penelitian.
80

Beberapa acuan dalam proses kerjasama, meliputi :


1. Undang-Undang nomor 18 tahun 2002 tentang sistem nasional
penelitian, pengembangan dan penerapan IPTEK (Lembaran Negara
tahun 2002 nomor 84, tambahan Lembaran Negara nomor 4219).
2. Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2005 tentang alih teknologi
kekayaan intelektual serta hasil penelitian dan pengembangan oleh
Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan.
3.

Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 97/Kpts/OT.210/2/1998


tentang pedoman kerjasama Departemen Pertanian dengan Pihak
Ketiga.

4.

Peraturan Menteri Pertanian nomor 299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian.

5.

Peraturan Menteri Pertanian nomor 53/Permentan/OT.140/10/2006


tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.

6.

Peraturan Pemerintah tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran


PNBP, yaitu penerimaan dan pelayanan teknologi, penelitian dan
pengembangan.

7.

Peraturan Menteri Keuangan nomor 40/PMK.05/2009 tentang


Sistem Akutansi Hibah.

8.

Keputusan Menteri Keuangan nomor 69/KMK.02/2009 tentang


Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana PNBP yang Berasal dari
PNBP pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

9.

Prosiding Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian : Dukungan Inovasi


Teknologi terhadap Program Strategis Departemen Pertanian, Solo 4
7 Mei 2009.
10. Surat Edaran Kerjasama Operasional dan Jasa Pelayanan, Badan
Litbang Pertanian, Januari 2008

81

Isu strategis sumberdaya lahan pertanian dalam pengembangan


kerjasama, sesuai hasil Rapat Kerja BBSDLP di Semarang, 30 Maret 3
April 2010, meliputi :
1. Optimalisasi lahan rawa :
a. Rawa, infrastruktur dan kelembagaan
b. Pemanfaatan lahan rawa
c. Pemanfaatan gambut belum sama antar sektor
d. Peningkatan produkivitas lahan rawa
2. Pemanasan global dan perubahan iklim :
a. Trade off antara masalah lingkungan dan ekonomi
b. Rencana aksi nasional penurunan GRK di lahan pertanian
c. Ekspansi perkebunan di rawa
d. Lokasi REDD+
e. Daya adaptasi terhadap perubahan iklim
3. Daya saing dan nilai tambah lahan pertanian
a. Daya tarik pertanian rendah
b. Reevaluasi pemanfaatan lahan pertanian
c. Tenaga kerja pertanian
d. Industrialisasi pertanian
4. Teknologi peningkatan produktivitas lahan sub optimal
a. Terbatasnya ketersediaan teknologi remediasi, reklamasi, dan
rehabilitasi
b. Soil & water polution
c. Land allocation pincang
d. Eksploitasi lahan tinggi
e. Lahan terdegradasi belum dioptimalkan

82

f.

Percepatan kerusakan lahan tinggi

g. Water sharing
h. POPs, data belum ada
5. Keterbatasan dan aksesibilitas data
a. Data sumberdaya lahan, air, dan iklim belum lengkap
b. Pemetaan peta tanah belum lengkap
c. Akses data iklim
d. Disparitas data lahan tersedia
6. Pupuk dan pembenah tanah
a. Efisiensi rendah
b. Rekomendasi pemupukan komoditas di luar tanaman pangan
4.4.2. Program Diseminasi dan Alih Teknologi
Dalam periode 2010 2014, orientasi diseminasi terfokus kepada
dua hal, yang berdampak terhadap impact recognition dan scientific
recognition. Dalam kaitan impact recognition, diseminasi lebih difokuskan
pada teknologi dan hasil terapan yang dapat diaplikasikan langsung oleh
stakeholders, antara lain: (1) Teknologi dalam bentuk produk (formula, kit,
software) yang dapat mendukung program utama dan strategis
Kementerian Pertanian, (2) Rekomendasi teknologi sumberdaya lahan
pertanian dan (3) Rekomendasi kebijakan dan policy brief.
Diseminasi yang berdampak terhadap scientific recognition,
difokuskan pada diseminasi dalam bentuk publikasi ilmiah (pada jurnal
nasional dan internasional), scientific exchange, dan tebar teknologi dan
hasil penelitian pada website.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian dan BalitBalitnya telah menghasilkan banyak teknologi unggulan dan bahan
kebijakan, namun adopsinya belum optimal sehingga diseminasinya perlu

83

ditingkatkan. Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan jumlah


adopsi dan mempercepat transfer ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
meningkatkan mutu penelitian, menumbuhkembangkan jejaring penelitian
dan diseminasi dengan BPTP serta stakeholders lainnya, inventarisasi
dan identifikasi hasil penelitian unggulan. Jejaring penelitian dan
diseminasi teknologi dengan institusi lain yang terkait, perlu dibangun atas
dasar komitmen bersama antara UPT lingkup BBSDLP dan UPT lingkup
Badan Litbang Pertanian terutama BPTP. Kerjasama penelitian dan
diseminasi dilakukan dengan memposisikan BPTP sebagai mitra kerja,
dengan kontribusi yang nyata dari kedua belah pihak, melalui 4 alternatif,
yaitu : (a) Penelitian yang bersifat teknologi Generation (perakitan
teknologi) dan BPTP berperan sebagai
pendukung dengan biaya
sepenuhnya dari BBSDLP;( b) Penelitian yang bersifat teknologi verifikasi
dilakukan dan dibiayai bersama oleh kedua belah pihak dengan porsi
dana BBSDLP lebih besar; (c) Kegiatan diseminasi teknologi yang siap
transfer dilakukan dan dibiayai bersama dengan porsi dana yang setara;
(d)
Kegiatan
pengembangan
teknologi
unggulan
(scaling-up/
pendampingan) dilakukan dan dibiayai bersama dengan porsi dana BPTP
lebih besar.
Dalam rangka mewujudkan Lembaga Penelitian berkelas dunia,
perlu upaya antara lain meningkatkan kuantitas dan kualitas artikel ilmiah
yang dipublikasikan di Jurnal Internasional, dengan program jangka
pendek sebagai berikut: (a) melakukan pelatihan metode penelitian dan
teknik penulisan artikel ilmiah; (b) membentuk Tim Advokasi Artikel Jurnal
Internasional (tingkat BBSDLP) yang proaktif, yang bertugas antara lain:
melakukan pembinaan kepada peneliti dalam penulisan publikasi ilmiah
internasional, melakukan kontak ke Publisher Internasional, menentukan
Jurnal yang akan dituju; dan (c) mengembangkan sistem riset kompetitif
internal dan menyempurnakan sistem evaluasi proposal penelitian, (d)
memfasilitasi dan memberikan insentif kepada Peneliti untuk
menghasilkan publikasi bertaraf internasional.

84

Dalam rangka memenuhi bahan artikel pada Publikasi Ilmiah


nasional (Jurnal Tanah dan Iklim dan Jurnal Sumberdaya Lahan) perlu
ditetapkan beberapa hal yaitu : (a) Setiap RPTP (dana APBN dan sumber
lainnya) wajib menghasilkan artikel di jurnal nasional,( b) dana RPTP
akan diprioritaskan bagi Peneliti yang menghasilkan artikel Jurnal
BBSDLP; (c) perlu penyusunan SOP Penerbitan Publikasi Jurnal (Jurnal
Tanah dan Iklim dan Jurnal Sumberdaya Lahan).
Peningkatan pendayagunaan kebun percobaan sebagai upaya
cost recovery, kesejahteraan pegawai dan peningkatan PNBP, harus
segera dilakukan, dengan beberapa upaya sbb: (a) mengevaluasi kinerja
Kepala K.P dan Staf, (b) memaksimalkan pemanfaatan untuk penelitian,
perbanyakan benih atau penanaman komoditas yang bernilai jual tinggi,
dan agrowidyawisata; dan( c) penetapan tarif sewa lahan dan bagi hasil
yang proporsional.
Upaya yang harus segera dilakukan dalam meningkatkan
efektivitas dan efisiensi laboratorium adalah: (a) mengusulkan tarif baru
jasa analisis laboratorium lingkup BBSDLP yang sesuai dengan
peningkatan biaya operasional; (b) meningkatkan kapasitas SDM dan
Sarana dengan memanfaatkan PNBP; dan (c) Penertiban daftar inventaris
peralatan laboratorium.
Untuk melaksanakan pengawasan mutu pupuk secara nasional
seperti program bantuan langsung pupuk (BLP), kerjasama antara
BBSDLP dengan P.T Sang Hyang Seri, P.T Pertani dan P.T Berdikari ,
harus segera mensinergikan Laboratorium tanah dan pupuk yang sudah
terakreditasi lingkup Badan Litbang Pertanian.

85

4.5. Sumberdaya Penelitian


4.5.1. Pengelolaan dan Pengembangan SDM
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BBSDLP dihadapkan
pada masalah dan isu strategis dalam aspek sumberdaya manusia yaitu
kekurangan tenaga teknisi/analisis yang sebagian besar memasuki usia
pensiun, belum optimalnya komposisi peneliti dan staf penunjang, Pada
periode 2010-2014, peneliti yang memasuki usia pensiun sekitar 31,25%18,18%-33,33% masing-masing untuk tingkat pendidikan S3-S2-S1, dan
sekitar 71,4% tenaga litkayasa akan memasuki usia pensiun. Bila tidak
ada peningkatan pendidikan dan rekruitmen tenaga teknisi/analisis, maka
akan berpengaruh pada kinerja BBSDLP ke depan.
Kondisi peneliti yang ada saat ini akan dipengaruhi peneliti yang
pensiun, pelatihan jangka panjang dan rekruitmen. Sampai dengan tahun
2014, sejumlah 16 peneliti yang terdiri dari 11 S3, 4 S2, dan 1 S1 akan
pensiun. Meskipun pada masing-masing Balai masih dapat meningkatkan
kemampuan peneliti dengan menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi,
namun sebagian peneliti S1 dan S2 sudah tidak dapat disekolahkan
karena umur yang sudah tidak memenuhi syarat. Dengan demikian masih
diperlukan rekruitment untuk memenuhi kebutuhan peneliti dalam
melaksanakan tugasnya.
Rencana peneliti yang akan diusulkan mengikuti pelatihan jangka
panjang sebanyak 36 orang yang terdiri dari 16 S2 dan 20 S3. Sedangkan
rencana rekruitment dari tahun 2010 sampai tahun 2014, sejumlah 48
orang terdiri dari 34 S1 dan 14 S2.
Disiplin ilmu yang diperlukan adalah Hidrologi, Pedologi, Ekonomi
Pertanian, Biologi, Kesuburan Tanah/Ilmu Tanah, Inderaja/Remote
Sensing, Teknik Sipil/Elektro, Agroklimatologi, Teknik Lingkungan, dan
Toksikologi.

86

Tenaga teknisi litkayasa diharapkan dapat ditingkatkan jumlahnya


dengan cara rekruitmen maupun mendorong tenaga teknisi lapang yang
belum fungsional untuk mengajukan menjadi teknisi litkayasa. Sedangkan
untuk tenaga analis akan ditingkatkan jumlahnya dengan pelatihan jangka
panjang dan jangka pendek, maupun rekruitmen
Kelebihan pegawai administrasi akan berkurang secara alamiah
melalui pensiun. Hal ini karena kelebihan pegawai tersebut dengan
pendidikan SD, sehingga tidak bisa dipindahkan ke tempat lain. Sampai
dengan tahun 2014, pegawai administrasi yang akan pensiun sebanyak
73 orang. Untuk 5 tahun kedepan penambahan pegawai dilakukan untuk
menggantikan yang pensiun dengan pendidikan SLTA keatas.
Dengan demikian untuk staf penunjang perlu ditambah dengan
melakukan rekruitmen untuk menggantikan tenaga yang pensiun, yang
akan ditempatkan di bagian kepegawaian, keuangan, kerjasama/PHP,
program dan evaluasi, Disiplin ilmu yang diperlukan yaitu akuntansi,
komputer/teknik informatika, komunikasi, sarjana pertanian, dan sarjana
hukum.
Pengembangan untuk pustakawan hanya dapat dilakukan dengan
rekruitment 5 S1 dan 5 D3, untuk masing-masing Balai 1 S1 dan 1 D3.
4.5.2. Pengelolaan Sarana/Fasilitas/Aset
Laboratorium
Sesuai dengan kebijakan Badan Litbang kedepan laboratorium
akan dikembangkan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang
dimiliki, yaitu menjadi lab utama, lab lanjutan, dan lab dasar. Untuk
mewujudkan hal tersebut yang perlu diperhatikan adalah manajemen lab,
Sumberdaya lab, pelaksanaan pengujian, dan operasionalisasi/kalibrasi.
Laboratorium tanah diharapkan akan menjadi laboratorium utama.
87

Oleh karena itu, akan ditingkatkan kualitasnya dan fungsinya menjadi


Laboratorium Tanah Terpadu yang bertujuan untuk 1) melayani
permintaan jasa analisis tanah, tanaman, air dan pupuk, 2) mendukung
penelitian pertanian, 3) berperan sebagai pembina dan acuan
laboratorium lain, 4) mempertahanan akreditasi (peningkatan volume dan
mutu layanan, jaminan mutu data hasil analisis yang memenuhu standar
Internasional sebagai Laboratorium Penguji) dan 5) mengantisipasi
meningkatnya permintaan layanan jasa laboratorium dan antisipasi
terhadap kemajuan teknologi.
Peningkatan status laboratorium tanah menjadi laboratorium
terpadu akan meningkatkan kapasitas analisis sehingga mampu
meningkatkan pelayanan kepada seluruh stakeholder. Kapasitas saat ini
sekitar 25440 contoh/tahun dan akan ditingkatkan menjadi 34800
contoh/tahun atau meningkat sekitar 123%.
Sedangkan Laboratorium yang akan dikembangkan menjadi lab
lanjutan yaitu: Laboratorium GRK dan Laboratorium RBA sebagai
Laboratorium Rujukan dan Laboratorium Pelatihan. Untuk mencapai hal
tersebut akan dilakukan Akreditasi ISO 17025 dan penambahan ruang
lingkup.
Kebun Percobaan
Optimalisasi kebun percobaan Tamanbogo dilakukan melalui 1)
Penataan kebun sebagai lokasi field laboratory, 2) peningkatan fungsi
sebagai lokasi percobaan/penelitian/kerjasama, show windows dan visitor
plot, 3) memproduksi benih sumber dan pelestarian sumberdaya (genetik
tanaman) 4) kebun produksi (padi, jagung, kedelai dan ubi kayu), ikan air
tawar, ternak (sapi) dan produksi pukan, 4) sebagai lokasi
agrowidyawisata (penataan tanaman buah-buahan, pembimbingan SMK
Pert./Mhsw Unlam dan partisipasi daerah/lomba Desa), 5) perbaikan
sarana. Selain itu, akan dilakukan perbaikan sarana rumah kaca agar
dapat dimanfaatkan kembali.
88

Untuk kebun percobaan yang ada di Baliitra akan dioptimalkan


sebagai lahan penelitian, visitor plot/diseminasi, konservasi plasma
nutfah, disewakan ke petani, tempat perbanyakan benih padi/jagung/
kedele, plasma kebun kelapa sawit, dan kebun karet.
4.5.3. Managemen Keuangan
Pengelolaan Anggaran 2010 2014
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian mentargetkan pendanaan pelaksanaan kegiatan bukan hanya
dari sumber APBN, melainkan berupaya menarik mitra untuk kerjasama,
baik Pemda, Instansi Pemerintah Lain, Swasta, dan Kerjasama Luar
Negeri. Selain itu diupayakan juga Peningkatan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP).
Pengelolaan Aset 2010 2014
Perlu diupayakan peningkatan status Laboratorium di lingkup Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Saat
ini Laboratorium Tanah yang sudah terakreditasi, diupayakan menjadi
Laboratorium Utama yang menjadi Rujukan LaboratoriumLaboratorium
Lain yang sejenis dibawah Badan Litbang Pertanian. Sedangkan untuk
laboratorium lain, akan diusulkan menjadi Laboratorium Lanjutan, yang
menjadi pembina untuk wilayah regional.
Peningkatan pemanfaatan Aset juga ditujukan untuk Kebun
Percobaan. Kebun Percobaan selain untuk membantu dalam
pelaksanaan penelitian juga diharapkan menjadi Show Window, Koleksi
Plasma Nutfah, Kerjasama Penelitian, Kebun Produksi, dan Sarana untuk
meningkatkan PNBP.

89

4.5.4. Kegiatan dan Strategi Pendanaan


Berdasarkan orientasi output dan outcome yang ingin dicapai
2010-2014, kegiatan penelitian dan pengembangan di masing-masing
Unit Kerja Lingkup Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
diarahkan pada 2 kategori, sebagai berikut (Gambar 23):
a. Kategori I: Scientific Recognition, yaitu kegiatan penelitian upstream
untuk menghasilkan inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya lahan
Pertanian dan kelembagaan pendukung yang mempunyai muatan
ilmiah, fenomenal, dan futuristik untuk mendukung peningkatan
produksi 5 komoditas prioritas, dan 30 fokus komoditas pertanian.

(Diseminasi dan penelitian adaptif)


10-20%
Penelitian strategis : konsorsium dan
kerjasama
(PUSAT/ PUSLITBANG/ BB/ BALIT/ BPTP)
(Penelitian upstream dan adaptif)
20-30%

Penelitian Upstream (PSEKP/ BB/ BALIT)

50-60%

Impact recoqnition

Penelitian mendukung langsung program


utama KEMTAN
(PUSAT/ PUSLITBANG/ BB/ BALIT/ BPTP)

Scientific recoqnition

Alokasi Pendanaan APBN Litbang

INTERNAL BUDGET

EKSTERNALBUDGET
KERJASAMADN DAN LN

b. Kategori II: Impact Recognition, yaitu kegiatan litbang sumberdaya


lahan pertanian yang lebih bersifat penelitian adaptif untuk
mendukung pencapaian program utama Kementerian Pertanian dalam
pembangunan pertanian.

Gambar 23. Strategi Pendanaan Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

90

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kegiatan penelitian dan


pengembangan pertanian yang bersumber dari pendanaan internal
(APBN Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian)
dikelompokkan menjadi:
a. Penelitian upstream dengan alokasi porsi pendanaan 50-60%.
b. Penelitian strategis (konsorsium dan kerja sama) berupa penelitian
upstream dan adaptif, dengan alokasi porsi pendanaan 20-30%.
c. Penelitian yang mendukung langsung pencapaian program utama
Kementerian Pertanian berupa kegiatan penelitian adaptif dan
diseminasi, dengan alokasi porsi pendanaan 10-20%.
Upaya peningkatan pendanaan di luar APBN akan dilakukan
melalui peningkatan kerja sama penelitian dan pemanfaatan hasil
penelitian baik dalam dan luar negeri. Khusus kerjasama dalam negeri
akan ditingkatkan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah dan
swasta dengan mengacu pada PP 35/2008.

91

V. PROGRAM PENGEMBANGAN KAMPUS CIMANGGU DAN


PEMANFAATAN KOMPLEK JUANDA
5.1. Latar Belakang
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertaian (BBLitbang SDLP) dan Balai Penelitian Tanah (Balittanah) yang
dibentuk berdasarkan SK Mentri Pertanian Nomor 300/kpts/OT.140/
7/2005, tanggal 25 juli 2005, dan SK Menteri Pertanian Nomor :
68/kpts/OT.210/I/2002 jo Peraturan Menteri Pertanian Nomor
:08/Permentan/OT.140/3/2006, tanggal 1 Maret 2006. Semulanya adalah
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat dan jauh
sebelumnya adalah Lembaga Penelitian Tanah sebagai jelmaan dari
Bodemkundig Instituut yang dibentuk pada tahun 1905
Kantor Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian (BBSDLP) dan Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Jl, Ir.
H. Juanda No. 98 Bogor, pertama kali dibangun pada tahun 1905 dan
kemudian secara bertahap dibangun 3 bangunan, yaitu Gedung B pada
tahun 1974 seluas 1.800 m2, gedung C dibangun pada tahu 1961 seluas
1.968 m2 dan gedung D pada tahun 1979 seluas 600 m2, dan pada tahun
2006 bangunan tambahan pada gedung C seluas 150 m2, serta koridorkoridor yang dijadikan ruang lagi, sehingga bangunan keseluruhan 6.154
meter persegi. Sejak dibangun hingga saat ini bangunan tersebut hampir
tidak pernah mengalami renovasi dan perbaikan yang mendasar, kecuali
terbatas pada pemeliharaan rutin.
Jumlah karyawan dari BBSDLP 144 orang yang terdiri dari 28
peneliti 116 teknisi litkayasa dan staf lainya, sedangkan Balittanah
berjumlah 207 orang yang terdiri dari 42 peneliti165 teknisi litkayasa dan
staf lainya. Hampir seluruh karyawan BB Litbang SDLP dan Balittanah
berkantor di Jl. Ir. H Juanda No. 98 yang berada di tengah-tengah
keramaian kota, yaitu kawasan niaga (pasar) dan parawisata Kebun Raya
Bogor.
92

5.2. Justifikasi
Rencana pemindahan lokasi BB Litbang SDLP dan Balittanah
telah mulai digagas dan dipersiapkan sejak tahun 1993/1994, yaitu
melalui Pembangunan Tukar Guling dengan pihak ketiga, namun karena
berbagai kendala administrasi dan kebijakan tentang pengalihah asset
serta memprtimbangkan nilai sejarah gedung tersebut, maka rencana
tersebut tidak dilanjutkan.
Namun karena beban tugas BB Litbang SDLP dan Balittanah
semakin meningkat selaras dengan perkembangan lingkungan startegis
masalah sumberdaya lahan, dan di sisi lain kondisi bangunan dan lokasi
yang makin tidak layak dan kondusif relokasi kantor makin diperlukan.
Apalagi untuk mendukung Visi BBSDLP terkait dengan Visi Badan
Litbang, yaitu untuk menjadi lembaga penelitian yang handal di
bidang sumberdaya lahan yang brekelas dunia.
Beberapa justifikasi lain yang melatarbelakangi usulan dan
rencana pemindahan kantor tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Lokasi kantor di Jl. Ir. H. Juanda sudah tidak layak lagi dipergunakan
sebagai kantor suatu lembaga penelitian, mengingat bahwa lokasi
tersebut berada ditengah-tengah kawasan niaga, yaitu pasar
tradisional dan pusat perbelanjaan serta kawasan Wisata Kebun Raya
Bogor, yang sangat tidak kondusif bagi kegiatan penelitian, seperti:
kemacetan, masalah keamanan, kebersihan, ketenangan dan
kenyamanan kerja, mendorong penuruan etos kerja dan kedisiplinan
pegawai, dll.
2. Luas bangunan dan ruang kerja BBSDLP dan Balittanah sekitar 6.154
M2 dengan luas tanah 4.326 M2 yang digunakan oleh sebanyak 395
orang, dengan luas rata-rata ruang kerja 5-6 M2 per pegawai termasuk
untuk fasilitas pendukung (laboratorium, perpusatakaan, ruang rapat,
mushalla, Museum Tanah, dll), suatu luasan yang sangat tidak

93

memadai dan sempit untuk melaksanakan tugas secara baik dan


optimal.
3. Kondisi Bangunan yang sudah sangat tua (yang berdiri sejak tahun
1905), tidak mungkin untuk dikembangkan karena strukturnya tidak
mendukung. Selama ini hampir tidak pernah dilakukan renovasi,
kecuali penggantian atap dan pemeliharaan rutin. Selain itu, di
kompleks BB Litbang SDLP dan Balittanah memiliki fasilitas
pendukung kegiatan yang serba terbatas, seperti : ruang rapat dan
diskusi yang sangat kecil, perpustakaan, tempat parkir yang terbatas,
dll.
4. Di Komplek Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor, terdapat dua satker (BB
Litbang SDLP dan Balitgtanah) yang seyogianya mempunyai alokasi
ruangan kerja dan fasilitas pendukung yang dikelola masing-masing.
Namun hal tersebut tidak memungkinkan karena keterbatasan dan
posisi bangunan yang tidak dirancang untiuk dua satker.
5. Berdasaarkan rencana tata ruang kota, kawasan di sekitar lokasi
kantor saat ini telah diperuntukan sebagai kawasan niaga (pasar
tradsional dan pusat perbelanjaan) dan kawasan wisata mendukung
Kebun Raya Bogor. Selain pasar dan Kebun Raya Bogor, sebagian
besar bangunan yang ada disekitar BB Litbang SDLP dan Balittanah
adalah museum, seperti museum zoologi, musem kehutanan, dll.
6. Di kompleks BB Litbang SDLP dan Balittanah di Jl. Juanda No.98,
terdapat laboratoroium tanah, pupuk dan mineralogi untuk penelitian
dan pelayanan umum dengan kapasitas dan kegiatan analisis yang
cukup besar. Limbah laboratorium tersebut belum dikelola dan tertata
secara baik berdasarkan prinsip analisisi dampak dan keamanan
lingkungan.
7. Di Kampus Penelitian dan Pengembangan Pertanian Cimanggu
yang sekaligus berfungsi sebagai Kawasan Agro-Widyawisata, masih
tersedianya lahan mencukupi untuk pembangunan gedung baru
sesuai dengan kebutuhan BB Litbang SDLP dan Balittanah. Oleh
94

sebab itu Pembangunan dan Pemindahan Kantor BB Litbang SDLP


dan Balittanah juga sangat relevan dan mendukung program
pengembangan kampus tersebut.
8. Kecuali Museum Tanah yang sangat sederhana dan kecil,
Departemen Pertanian pada umumnya dan Badan Litbang Pertanian
pada khususnya belum memiliki suatu Museum dan Diorama
Pertanian yang memadai, monumental dan terstruktur/konseptual
untuk mendukung pembangunan dan pengembangan IPTEK
Pertanian. Sesuai dengan gagasan Bapak Menteri Pertanian untuk
membangun dan menjadikan Kantor BB SDLP dan Balittanah yang
sekarang sangat tepat dan potensial, baik dari segi lokasi maupun
luas dan tipe (bentuk) bangunan utama yang sangat memadai.
Oleh sebab itu, diharapkan dengan realokasi dan pembangunan
kantor BB Litbang SDLP dan Balittanah di Cimanggu, maka selain kinerja
kedua BB Litbang SDLP dan Balittanah dapat ditingkatkan, tetapi juga
dapat mendukung berbagai program umum Badan Litbang atau
Kementerian Pertanian dalam bidang pengembangan IPTEK dan Agrowidyawisata.
5.3. Kronologis dan Perkembangan Perencanaan
1. Sesuai dengan berbagai masukan dan hasil dialog intenal BB Litbang
SDLP dan Balittanah, pada tanggal 4 Juli 2006 Kepala BB Litbang
SDLP mengajukan usulan pemindahan kantor BB SDLP dan Balai
Penenlitian Tanah dari Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor ke Kampus
Pertanian di Cimanggu. Suara usulan tersebut merupakan tidak lanjut
usulan informal secara lisan sebelumnya kepada Bapak Kepala Badan
Litbang Pertanian.
2. Pada berbagai kesempatan Kepala Badan Litbang Pertanian
menyatakan dukungan dan persetujuannya dan selanjutnya pada
beberapa kesempatan secara informal menyampaikannya kepada
Bapak Menteri Pertanian, antara lain pada acara Jalan Santai Menteri

95

Pertanian di Kampus Litbang Cimanggu pada tahun 2007. Pada


prinsipnya Bapak Menteri Pertanian setuju, tetapi sangat tidak setuju
jika pembangunan dilakukan melalui tukar guling, karena Gedung
BBSDLP merupakan asset Kemtan yang sangat berharga dengan nilai
historis yang tinggi.
3. Selanjutnya pada Rapim tanggal 27 Desember 2007 Bapak Menteri
Pertanian menyatakan persetujuannya atas usulan pembanguan
Gudung BB Litbang SDLP dan Balittanah di Cimanggu, dan sekaligus
mengarahkan agar kantor yang sekarang jadikan Museum Tanah dan
IPTEK Pertanian serta agar perencanaan rancangan bangun dan
anggarannya dilaksanakan tahun 2008.
4. Informas tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian
melalui SMS kepada Kepala BBSDLP dan Sekretaris Badan Litbang
Pertanian dengan teks asli sebagai berikut Ass. WW. Ka BBSDL
dan Sesbadan, Alhamdullilaah Bp Mentan menyetujui
pembangunan BBSDLP di Camanggu TA 2009. Tolong disiapkan
desaiannya di TA 2008, termasuk lokasi dan rancangan awal
gambar bangunan BBSDL dan Balittanah. Lokasi sekarang untuk
museum padi/pertanian dan tanah (juga tolong disainnya). Tks.
Selanjutnya SMS terusan dari Kepala Badan Litbang Pertanian : Ass
WW. Ka BBSDLP, persetujuuan Bp Mentan atas pembangunan
Gedung BBSDLP di Camanggu merupakan apresiasi beliau atas
kinerja dan prestasi BBSDLP,. Wass.
5. Pengukuran alternatif dan penetapan lokasi pembangunan (lampirkan
peta situasi/denah lokasi Kampus)
6. Persetujuan lokasi oleh Kepala Badan Litbang Pertanian (SK Ka
Badan Desember 2008)
7. Menindak lanjuti arahan Bapak Menteri tentang Realokasi dan
Pembangunan Gedung Kantor BB Litbang SDLP dan Balittanah serta
Rencana Pembangunan Museum Tanah dan IPTEK Pertanian, pada
tanggal 27 Juli 2008, Kepala Badan Litbang Pertanian menyampaikan
96

memorandum kepada Menteri Pertanian. Tentang Konsep awal


rancangan dan denah pembangunan gedung BBSDLP dan Balitanah
serta Museum Pertanian tersebut (terlampir).
8. Pada tahun 2008 telah diselesaikan Pekerjaan Perencanaan Gedung
di Cimanggu dan dilanjutkan bangun museum/diorama planologi
pertanian tahun 2010 yang akan memuat dan memamerkan diorama
pertanian serta berbagai situs, preparat, contoh natura yang berkaitan
dengan tanah dan sumberdaya lahan di Indonesia, tanaman (padi,
tanaman pangan lain, hortikultura, perkebunan) dan ternak, teknologi
dan alat-alat pertanian tradisional/indigenous dari seluruh nusantara,
9. Direncanakan gedung yang akan dibangun sebanyak 14 unit seluas
8.630 m2 termasuk ruang rapat/aula, mushala dan rumah kaca, serta
mesjid yang selama ini tidak tersedia di kompleks Jln. Juanda 98.
10. Pembangunan gedung kantor baru BBSDLP dan Balittanah beserta
fasilitas pendukungnya di Kampus Penelitian Cimanggu Bogor dimulai
sejak tahun 2008 dan direncanakan selesai pada tahun 2011.
Tahapan pembangunan tersebut, sebagai berikut:
1. Pada tahun 2008 dilakukan pembuatan Master Plan dan
Rencana Detail (DED) beserta prakiraan rencana biaya yang
diperlukan. Dari perencanaan ini gedung baru BBSDLP dan
Balittanah beserta fasilitasnya akan terdiri dari 14 unit dengan luas
total bangunan 8.630 m2, tidak termasuk lapangan parkir, jalan
dan lapangan olah raga. Gedung akan terdiri dari: gedung kantor,
laboratorium, rumah kaca, bengkel, kantin, musholla dan aula.
Perencana adalah PT. Gubah Reka Consultant, Jakarta dengan
biaya total sampai DED adalah Rp. 543.796.000,- Pagu dana Rp.
700.000.000,-.
2. Pembangunan fisik direncanakan dalam 3 tahap:
a. Tahap I pada tahun 2009, telah dibangun sebanyak 2 unit gedung
dalam kondisi belum siap pakai. Biaya yang disediakan sebanyak

97

Rp. 5,- Milyar, dan yang terpakai Rp. 4.448.647.000,-. Gedung


yang dibangun adalah Sekretariat BBSDLP (+ 70%) dan gedung
kelti BBSDLP hanya struktur dan atapnya. Pelaksana fisik gedung
adalah PT. Tirta Dhea Addonnics Pratama, Jakarta dengan
konsultan pengawas PT. Wastu Graha Kencana Bogor.
b. Tahap II tahun 2010 dengan pagu dana Rp. 10,- Milyar, dalam
proses pembangunan. Pelakasana pembangunan fisik adalah PT.
Himindo Citra Mandiri, Jakarta dan konsultan pengawas PT.
Wastu Graha Kencana Bogor. Gedung yang dibangun adalah:
Penyelesaian Gedung Sekretariat (1 unit, luas 1.070 m2) dan Kelti
BBSDLP (1 unit, luas 1.450 m2), siap digunakan jika lisrik PLN
sudah masuk. Gedung kelti BBSDLP selain untuk ruang kerja
kelompok peneliti, juga termasuk ruang untuk perpustakaan,
dokumentasi dan data base SDLP.
Pembangunan Gedung Sekretariat BBSDLP ( 1 unit, luas 880 m2),
siap digunakan jika listrik PLN sudah masuk.
Pondasi tapak Gedung Kelti Balittanah (1 unit, luas 1.336 m2).
Penyelesaian gedung ini akan dilakukan pada tahun 2011.
Gedung Laboratorium Kimia 1 unit seluas 800 m2, direncanakan
untuk laboratorium rutin/pelayanan dan laboratorium penelitian (uji
tanah). Gedung ini belum dilengkapi dengan meja lab dan ruang
asam yang akan diadakan pada tahun 2011 agar siap pakai.
c. Tahap III tahun 2011 dengan pagu dana Rp. 18,75 Milyar untuk
bangunan gedung, infrastruktur jalan dan saluran, jaringan listrik,
pemadam kebakaran, dll. Sedangkan dana sebesar Rp. 1,25 M
dialokasikan untuk pengadaan meubelair BBSDLP dan gedung
Aula. Bangunan/gedung yang akan dibangun dan diselesaikan
pada tahun 2011 adalah:
Gedung kelti Balittanah seluas 1.336 m2,

98

Gedung Laboratorium Biologi Tanah, Fisika Tanah dan Mineralogi


seluas total + 948 m2,
Meja, ruang asam dan mesin tumbuk tanah untuk semua
laboratorium,
Gedung bengkel/garasi 2 unit (+ 470 m2),
Rumah kaca 3 unit + 390 m2,
Musholla + 285 m2,
Kantin& koperasi + 117 m2,
Aula + 885 m2,
Jaringan instalasi listrik, genset,
Pemadam kebakaran diluar gedung (hydrant),
Jalan, saluran drainase, deepwell, menara air, ground water tank,
Pengolah limbah cair,
Pagar belakang, lantai jemur/lapangan olah raga, dll.
3.

Perencanaan Museum/diorama teknologi pertanian di gedung


BBSDLP dan Balittanah Jl. Ir. H Juanda.98 Bogor, dalam proses
pelelangan konsultan perencana. Hasil perencana tersebut
selesai pada bulan Desember 2010, sebagai dasar (Detil/design
dengan
biaya
yang
diperlukan)
dalam
pelaksanaan
pembangunan/renovasi gedung tersebut menjadi Museum/
Diorama teknologi pertanian.

Secara rinci biaya dan tahapan pembangunan gedung kantor baru


BBSDLP dan Balittanah disjikan pada tabel berikut.

99

Tabel 19. Rencana dan realisasi biaya pembangunan gedung kantor Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian (BBSDLP) dan Balai Penelitian Tanah (BALITTANAH) di Cimanggu Bogor
No.
1.

2.

3.
4.

Gedung/Fasilitas
Fisik Gedung Dan
Fasilitas

Perencanaan
- Perencanaan dan desain
- Pengawasan berkala
Pengawasan Konstruksi
Pengelolaan Kegiatan
Total
Pagu
Sisa Dana

2008

2009
x Rp. 1000,4.169.270

543.796
543.796

543.796
700.000
156.204

2010
9.499.509

2 unit gedung (1
2 unit lanjutan, 2 unit
gedung 70%, 1 gedung baru dan 1 unit
struktur dan atap)
pondasi, jaringan listrik
luar gedung 30%.
26.593
50.000
26.593
50.000
112.552
196.700
140.232
211.850
4.448.647
9.958.059
5.000.000
10.000.000
551.353
41.941

100

Lanjutan Tabel 19
No.

Gedung/Fasilitas

1.

Fisik Gedung Dan Fasilitas

2.

Perencanaan
- Perencanaan dan desain
- Pengawasan berkala
Pengawasan Konstruksi
Pengelolaan Kegiatan
Total
Pagu
Sisa Dana

3.
4.

2011
TOTAL
x Rp. 1000,17.924.202 31.592.981
12 unit gedung (+
4.430 m2), Jalan,
saluran, jaringan listrik,
air, limbah, pemadam
kebakaran, genset, dll.
89.424
709.813
543.796
89.424
166.017
432.750
742.002
303.624
655.706
18.750.000 33.700.502
18.750.000 34.450.000
0
749.498

101

5.4. Penutup
5.4.1. Dasar Pertimbangan Museum & Diorama

Sangat Kaya dan beragamnya budaya, teknologi, artifact dan alat- alat
pertanian nasional (Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai
Rote).

Hingga saat ini Badan Litbang (Deptan) belum memiliki suatu Museum
Pertanian (kecuali museum tanah di BBSDP/Balittanah).

Ide dan pemikiran untuk membangun suatu museum sudah lama


dicetuskan.

Pada tahun 2002 (setelah PPN-I) Balitpa (BB Padi) menggagaskan


pembangunan museum padi di Sukamandi tetapi hingga saat ini
belum terwujud karena berbagai kendala (terutama dana).

Sejak tahun 2003, YAPADI juga menggagaskan pendirin museum


budaya padi di beberapa lokasi di Indonesia, tetapi hanya satu yang
terrealisir yaitu museum out door di Solo (saat ini tidak berfungsi lagi).

Sejalan dengan persetujuan rencana pembangunan gedung BBSDLP/


Balittanah di Cimanggu, Bapak Menteri menggagaskan dan bahkan
mensyarakan agar bekas gadung LPT (BBSDLP/Balittanah) dijadikan
museum/diorama teknologi pertanian nasional.

5.4.2. Grand Design

Bersifat historical dan futuristik

Materi berupa :
o

Gambaran budaya (adatistiadat) pertanian

Karagaman sistem dan budidaya/aktivitas pertanian (berocock


tanam) dan model farming nusantara

Gambaran agroekosistem dan biofisik SD Lahan, Jenis Tanah, dll

102

Karagaman alat mesin dan artifact pertanian mulai dari


pengolahan tanah hingga untuk pasca panen (pengolahan dan
pemasaran hasil)

Keragaman sumberdaya genetik/jenis tanaman

Obsesi dan arah pengembangan inovasi pertanian dimasa yang


akan datang

5.4.3. Rencana Pembangunan

2008

: Rencana umum pemanfaatan gedung BBSDLP dan


Balittanah

2010

: Penyusunan Grand Design dan Design Rinci


Diorama dan Museum Pertanian (Konstruksi,
Design interor, materi dan isi, pengumpulan secara
bertaham artifact, dll)

2011-2012 : Pelaksanaan pembangunan

103

VI. PENUTUP
Walaupun banyak informasi dan inovasi teknologi sumberdaya
lahan yang dihasilkan tetapi masih sangat banyak yang harus dilakukan,
baik dalam upaya perbaikan dan penajaman program, peningkatan mutu
hasil penelitian dan menyelesaikan kegiatan yang harus dilaksanakan.
Komunikasi dan Koordinasi secara internal dengan Balit-Balit dan
secara eksternal dengan seluruh Puslit/BB, Balit Komoditas dan BPTP,
Perguruan Tinggi serta stake holder lainnya sangat menentukan
kelancaran dan kinerja litbang SDLP.
Terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Bapak
Menteri Pertanian, dan Kepala Badan Litbang Pertanian, yang telah
memberikan tugas dan kepercayaan kepada BBSDLP untuk dapat ikut
berkontribusi dalam mendukung pembangunan pertanian. Terima kasih
Kepada Sekretaris Badan Litbang Pertanian, para Kepala Puslit/Balai
Besar, Balit, dan BPTP serta seluruh stake holder dan mitra atas
kerjasamanya dalam mendukung pelaksanaan tugas BBSDLP.
Penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya
disampaikan kepada seluruh staf BBSDLP, Kepala dan staf Balittanah,
Balitklimat, Balitra, dan Balingtan yang telah bahu-membahu dalam
melaksanakan tugas serta dalam proses pembuatan laporan ini.
Semoga Laporan dan Success stroy ini ini bermanfaat.

104

Lampiran 1. Teknologi dan hasil unggulan


A. Berdasarkan Jenis Teknologi
Jenis Teknologi/Hasil Unggulan

Jumlah

* Masukan untuk Peraturan Menteri Pertanian (Permentan)

* Masukan untuk Penerbitan Undang-Undang dan Keppres

* Program 100 Hari Menteri Pertanian KIB

* Atlas dan Peta Sumberdaya Lahan Pertanian

10

* Teknologi Mendukung Program Utama dan Strategis


Kementerian Pertanian :

77

- Produksi Masal (7)


- Teknologi Aplikatif (28)
- Sedang Validasi (22)
- Teknologi Prospektif (20)
* Rekomendasi Kebijakan dan Policy Brief
Total

10
108

B. Masukan untuk Peraturan Menteri Pertanian (6) :


1. Permentan No. 1/2006 : Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah
Spesifik Lokasi
2. Permentan No. 2/2006: Sistem Produksi, Pendaftaran dan
Pengawasan Pupuk Organik dan Pembenah Tanah
3. Permentan No. 40/2007: Rekomendasi Pemupukan N, P dan K
pada Padi Sawah Spesifik Lokasi (Penyempurnaan)
4. Permentan No. 53/2006: Pedoman Kerjasama Penelitian dan
Pengembangan Pertanian

105

5. Permentan No. 23/2007: Pedoman Umum Peningkatan


Produktivitas dan Produksi PadiJagung dan Kedelai Melalui
Bantuan Benih
6. Permentan No. 14/2009: Pemanfaatan Lahan Gambut untuk
Pengembangan Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
C. Masukan untuk Penerbitan Undang-Undang Dan Keppres (2) :
1. UU no. 41/2009 : Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan
2. Keppres no. 5/2007 : Rehabilitasi dan Revitalisasi Lahan Rawa
Pasang Surut
D. Program 100 Hari Menteri Pertanian KIB 2 (3) :
1. Buku Road Map Strategi Sektor Pertanian Menghadapi Perubahan
Iklim
2. Peta Kerentanan dan Dampak Perubahan Iklim pada Sektor
Pertanian
3. Peta
Potensi
Penghematan
Pupuk
An-Organik
dan
Pengembangan Pupuk Organik
E. Atlas dan Peta (10) :
1. Atlas dan Peta Sumberdaya Lahan Pertanian (3)
2. Atlas Kalender Tanam (4)
3. Atlas Ketersediaan Lahan di Indonesia
4. Peta Potensi Pemanfaatan Sumberdaya Lahan Transmigrasi
Dalam Penyerapan Tenaga Kerja
5. Peta Terkait Dengan Mobil Pintar (SIKIB 2)

106

F.

Teknologi Mendukung Swasembada/Ketahanan Pangan


Tahap Produksi
Massal/Komersial

Teknologi
Aplikatif

Sedang
Divalidasi

Teknologi
Prospektif

PUTS
(Perangkat Uji Tanah
Sawah)

PUP
(Perangkat Uji
Pupuk) Hara
Sekunder

PUHT
(Perangkat Uji
Hara Tebu)

PUPO
(Perangkat Uji
Pupuk Organik)

PUTK
(Perangkat Uji Tanah
Kering)

TITHOGANIK
(Pupuk Organik)

PUGAM (Pupuk
Gambut)

Betahumat
(Pembenah
Tanah)

PUP
(Perangkat Uji Pupuk)

BETA
(Pembenah
Tanah)

Urea Slow
Realease
Coating Arang
Aktif)

Biocharhumat
(Pembenah
Tanah)

M-Dec (Dekomposer
kompos)

SMART (Bakteri
Penambat N
Graminae)

Formula
Plus

Teknologi
Remediasi

Nodulin (Bakteri
penambat N kedelai)

PKDSS
(Software
Rekomendasi
Pupuk)

PUTS-Lahan
Rawa
(Rekomendasi
pupuk padi)

BioNutrient (Pupuk
hayati)

Teknologi
Informasi
Rekomendasi
Pupuk Berbasis
Website

AWS Telemetri
DSA
(Decomposer
Super Aktif)
Biobus
(Smesh
Bakteri Penambat
Legume)

NPK

=
N

107

Bahan Alami
Penghambat
Nitrifikasi

G. Teknologi Mendukung Swasembada/Ketahanan Pangan Dan


Kawasan Hortikultura
Teknologi Aplikatif
RATEL (Pembasmi Tikus)

Sedang Divalidasi
TARACIDA (Insektisida
Nabati, asal tumbuhan
rawa)

BIOSURE (Mikroba
Pereduksi Sulfat)

Teknologi Prospektif
ORGANAWAPLUS
(Formula Pupuk Organik
untuk padi dan jagung di
pasang surut)
Peta Potensi &
Karakteristik Biofisik
Lahan Pasang Surut dan
Lebak Kalsel

Teknologi Filter Residu


Pestisida di Lahan Sawah

Teknologi Biofilter Sulfat


Masam

Teknologi Fertigasi
Sayuran di Lahan Rawa

Teknologi Pelapisan
Pupuk Urea dengan
Arang Aktif

Peta Pencemaran Logam


Berat Cd, Pb

Teknologi Pembuatan
Arang (Pirolisis) Ramah
Lingkungan.
BIOTARA (Dekomposer
Pupuk Hayati Rawa)

Peta Residu Pestisida


Tingkat Tinjau di Lahan
Sawah Jawa Tengah

108

H. Teknologi dalam Mengantisipasi Terhadap Perubahan Iklim


Teknologi Aplikatif

Sedang Divalidasi

Teknologi Prospektif

Kalender Tanam Pulau


Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi

Kalender Tanam NTB

AWLR (Automatic Water


Level Recorder)

VIdentifikasi VUB Padi


Rendah Emisi GRK &
Berdaya Hasil Tinggi

Jaringan Stasiun Iklim


Telemetri Jawa

Analisis Fungsi Hidrologi


DAS Mikro

Budidaya Padi Sawah


Rendah Emisi

Neraca Air Pulau Jawa

Peta Periode Ulang Banjir


dan Kekeringan pada
Lahan Sawah

Ameliorasi Pengelolaan
Padi di Tanah Gambut
untuk Menekan GRK

Sistem Peringatan Dini


WBC

Dinamika Hidrometeorologi
Lahan Rawa

Road Map Perubahan Iklim

Rekomendasi Dosis
dan Interval Irigasi
Pompa pada Lahan
Kering

Peta Penghematan Pupuk

Informasi Ketersediaan
DAS Ciliwung Cisadane
dan Citarum

Peta Kerentanan dan


dampak perubahan iklim

Sistem Informasi Hidrologi


DAS

AWS Telemetri

Peta Wilayah Pertanian


Rawan Banjir di Bengawan
Solo and

MAPDAS (Software: Model


Aliran Permukaan DAS)
WARM (Software: Watera
and Agroclimate Resources
Management Ver. 1.0)
DSS (Decision Support
System) : panen hujan dan
aliran permukaan;
perubahan tipe tutupan
lahan dan hubungannya
dengan produksi air

109

I.

Teknologi Optimalisasi Sumberdaya Lahan


Teknologi Aplikatif

Sedang Divalidasi

Teknologi Prospektif

Peta ketersediaan
lahan dan pewillayahan
komoditas di Jambi

Peta spasial penyebaran


dan arahan,
pengembangan lahan
gambut untuk pertanian di
P. Sumatera

Peta Wilayah Rawan Banjir


dan Kekeringan

Peta potensi Perluasan


Areal Tanam Kedelai

Wilayah potensial lahan


terlantar dan terdegradasi
di Kalimantan Timur seluas
75.00 Ha

Software : Prototype Sistem


Informasi Lahan Rawa

Teknologi Pencetakan
Sawah di Lahan Bekas
Tambang Timah

Teknologi Pencetakan
Sawah di Lahan Bekas
Tambang Batu Bara

Software: Sistem Pakar


Pengelolaan Lahan Rawa

Wilayah Potensial
Pengembangan IP 400
di Jawa

Peta Potensi
Penghematan Pupuk AnOrganik dan
Pengembangan Pupuk
Organik (Peta SRI dan
PTT)

J. Teknologi Mendukung Pengembangan Kawasan Hortikultura


Teknologi Aplikatif

Sedang Divalidasi

Konservasi Plasma Nutfah


Buah Tropika Eksotik Rawa

TITHOGANIK (Pupuk
Organik)

Pemanfaatan Arang Aktif


untuk Mengendalikan
Residu Pestisida

Software/Tool :
GEOSPLASH,

Formula Pupuk NPK


Majemuk untuk Jeruk

110

Teknologi Prospektif
Identifikasi Lahan Rawan
Longsor

K. Rekomendasi Kebijakan (Policy Brief)


1. Rekomendasi Percepetan Pembangunan dan Potensi Lahan
Cadangan Pangan di Papua
2. Kriteria Ketersediaan Lahan Pertanian Berkelanjutan
3. Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan
4. Ketesediaan Lahan untuk Perluasan Areal Pertanian pada Bbrp Prov.
5. Alternatif Kebijakan Pengawasan Penggunaan Pupuk Hayati di
Indonesia
6. Pemanfaatan Mikroba dalam Pengelolaan Bahan Organik Mendukung
Pertanian Organik
7. Strategi Penanggulangan Pencemaran Lahan Pertanian dan
Kerusakan Lingkungan
8. Strategi Pembangunan Pertanian di Kawasan Perbatasan
9. Penetapan Lahan Sawah Abadi Mendukung Revitalisasi Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan
10. Strategi dan Upaya Penaggulangan Dampak Erupsi Gunung Merapi
2007

111

Lampiran 2. Daftar Judul Artikel yang Dipublikasikan Nasional dan


Internasional
1. Shofiyati, R., R.D. Dimyati, A. Kristijono, and Wahyunto. 2005. Tsunami
Effect In Nanggroe Aceh Darussalam And North Sumatra Provinces,
Indonesia. Asian Journal of Geoinformatics (5)3:100-111
2. Shofiyati, R., N.T.S. Wijesekera and K. Honda. 2005. A Framework to
Identify Droughts using Temporal Satellite Data A Study of Upper
Brantas Watershed in East Java of Indonesia. Asian Journal of
Geoinformatics (5)3:77-86.
3. Shofiyati, R. 2009. Monograph: Remote Sensing and Geographical
Information System Application: Agricultural Drought Monitoring Using
Satellite Data. VDM Verlag Publisher. German.
4. Shofyati,
R., and S. Uchida. 2010. Spatio Temporal Pattern
Recognition of NDVI and TCT Wetness for Determining Cropping Type
and Cropping Pattern of Paddy Fields. Asian Journal of Geoinformatics The reference no of manuscript is "AJG_923" (under process)
5. Rachman, A., S.H. Anderson, and C.J. Gantzer. 2005. CT-measured
Macroporosity as Affected by Stiff-stemmed Grass Hedge Systems. Soil
Sci. Soc. Am. J. 69:1609-1616.
6. Rachman, A., S.H. Anderson, C.J. Gantzer, and A.L Thompson. 2008.
Predicting Runoff and Sediment Yield from a Stiff-stemmed Grass
Hedge System for a Small Watershed. Trans. ASABE 51(2):425-432.
7. Prihasto Setyanto. 2005. Influence of Water Regimes on CH4 Emission
from Rice Field in Central Java, published in Indonesian Journal for
Agricultural Science 2005.

112

8. Prihasto Setyanto. Greenhouse Gas Emission From Different Land


Use System on Peatland, Case Study in West Kalimantan (sedang
diusulkan untuk publikasi internasional).
9. Fahmuddin Agus, Diah Setyorini, Wiwik Hartatik, San-Min Lee, Jwa
Kyung Sung, and Jae-Hooon Shin, 2009. Nutrient Balance and
Vegetable Crop Productionas affected by Different Sources of Organic
Fartilizers. Korean Journal of Soil Science fertilizer
10. Husnaian, Toshiyuki Wakatsuki, Diah Setyorini, Hermansah,
Kuniaki Sato, and Tsugiyuki Masunaga, 2009. Silica Availibility in
Soils and River Water in Two Watersheds on Java Island, Indonesiae.
Soil Science and Plant Nutrition.
11. Husnain, Toshiyuki Wakatsuki, and Tsugiyuki Masunaga, 2009.
Dissolved silica dynamics and Phytoplankton population watershed,
Indonesia. Journal: Food, Agriculture and Environment (JFAE).
12. Markus Anda, A.B.Siswanto, R.E. Subandiono. 2008. Properties of
organic and acid sulfate soils and water of a reclaimed tidal backswamp
in Central Kalimantan, Indonesia. Journal : Geoderma.
13. Markus Anda, et.al. 2009. Dissolution of Ground Basalt and Its Effect
on Oxisol Chemical Properties and Cocoa Growth. Journal : Soil Science
Vol 174 Number 5.
14. Rachman, A., Subikse, D. Erfandi, and P. Slavich. 2008. Dynamics of
tsunami-affected soil properties. F. Agus and G. Tinning (eds.)
Proceedings on Internasional Workshop on Post Tsunami Soil
Management. ACIAR, 2008.

113

15. Slavich, P., T. Iskandar, A. Rachman, P Yufdy, and Hasil Sembiring.


2008. Managing tsunami-affected soils in Aceh and Nias. F. Agus and G.
Tinning (eds.) Proceedings on Internasional Workshop on Post Tsunami
Soil Management. ACIAR, 2008.
16. Rachman, A. 2005. Integrated management for sustainable use of low
fertility and salt-affected soils in rainfed agriculture, including salt-affected
soils in coastal area in Indonesia. FAO Proceedings.
17. Rachman A., F. Agus, McLeod, M., P. Slavich. 2008. Salt leaching
processes in the tsunami-affected areas of Aceh, Indonesia. The 2nd
International Salinity Forum, Adelaide 31 March 3 April 2008.
18. F. Agus, H. Subagjo, A. Rachman, and IGM Subikse. Properties of
tsunami affected soils and the management implication. The 2nd
International Salinity Forum, Adelaide 31 March 3 April 2008.

114

Anda mungkin juga menyukai