Shari Rahmadisa
Poppy Maizulerisa
Berli Mulia
Ji Alfinandes
Sari Aulia
Sriwahyuni Ritonga
Fitri Ellanda
Nika Permata Dela
Ardian Bistok
Yeri Amrilliya
Elsa Adia Watmi
Ira Tri Fortuna
Rizka Alwafi
KASUS 1
Ana berusia 40 tahun berobat ke puskesmas
dengan keluhan demam tinggi dan kehilangan
nafsu makan dan OS dirawat selama 1 minggu
di puskesmas. Pada pemeriksaan IO terdapat
pseudo membrane dan erythema linear, CI=
75% dan PBI= 80%
DIAGNOSA
PERAWATAN I
PERAWATAN II
PERAWATAN III
PERAWATAN 1
Pemeriksaan
Terapi penyakit
sistemik
Perawatan local
Suplemen
nutrisi
Terapi antibiotik
instruksi
Pemeriksaan
Subjektif
Pemeriksaan
Intra Oral
Pemeriksaan
Objektif
Ekstraoral
Bila keparahan kasus GUNA adalah sedang sampai parah yang disertai
limfadenopati (pembesaran kelenjar limfe) atau komplikasi sistemik
lainnya, maka terhadap pasien perlu diberi terapi antibiotika.
Antibiotika pilihan adalah penisilin dengan dosis 250 mg atau 500 mg
empat kali sehari. Bagi pasien yang sensitif terhadap penisilin, dapat
diberikan eritromisin (250 mg atau 500 mg empat kali sehari), atau
metronidazol (250 mg atau 500 mg tiga kali sehari.)
Disamping
pemberian
antibiotika
perlu
pula
rasa
nyeri.
Bagi
pasien
dengan
Perawatan II
Pada perawatan kedua (satu atau dua hari setelah sesi pertama)
biasanya kondisi pasien sudah membaik, dan nyeri sakit sudah
berkurang bahkan bisa hilang sama sekali. Gingiva bebas pada
sisi yang terlibat lesi akut terlihat eritematous, tetapi tanpa
membran
semu.
Bila
pasien
tidak
sensitif
dilakukan
penyusutan
Perawatan III
Satu atau dua hari kemudian pasien pada dasarnya sudah bebas
simtom. Beberapa daerah eritematous masih bisa dijumpai dan
gingiva bisa sedikit nyeri apabila diraba. Pada sesi ini dilakukan
kembali penskeleran dan dimulai penyerutan akar. Kepada
pasien diinstruksikan untuk mulai melaksanakan program
kontrol plak secara tuntas. Kumur-kumur dengan larutan
hidrogen peroksida dihentikan, tetapi obat kumur klorheksidin
untuk sementara dapat digunakan.
Kasus II
Seorang pasien perempuan usia 42 tahun datang ke praktek dokter gigi
dengan keluhan giginya mulai terasa goyang dan bau mulut. Anamnesis
pasien mempunyai riwayat gula darah dan selalu rutin melakukan
pemeriksaan gula darah. Pemeriksaan intaoral terlihat region 46 inflamasi,
kedalaman saku 4 mm pada daerah vestibular dengan pemeriksaan lesi
furkasi kelas 2, OH sedang, gigi 36 dan 35 missing, 16 dan 17 karies
media. Pemeriksaan radiografis terlihat radiolusen di daerah bifurkasi,
sedangkan tinggi tulang alveolar bagian interdental masih normal.
DIAGNOSA
RENCANA PERAWATAN
PERAWATAN KURATIF
PROSEDUR TINDAKAN
Diagnosa
Periodontitis kronis
Dimana periodontitis kronis yang terjadi taraf
sedang dengan disertai lesi furkasi kelas 2
Rencana perawatan
Scalling
Root planning
Control diet
Restorasi untuk gigi 16, 17
Perawatan kuratif
Beradasarkan jaringan yang terlibat maka dilakukan flep ketebalan penuh. Tipe
flep ini digunakan apabila diperlukan akses ke permukaan tulang seperti pada
bedah tulang.
Berdasarkan penempatan flep sebelum dijahit yaitu flep tidak diposisikan
Desain flep
Flep preservasi papilla, dimana flep preservasi papilla (papilla preservation flap)
papilla interdental tidak terpotong karena tercakup ke salah satu flep. Desain flep
ini memberikan estetis pasca bedah yang lebih baik dan memberikan perlindungan
yang lebih baik terhadap tulang interdental, hal mana penting sekali dalam tehnik
bedah yang mengharapkan terjadinya regenarasi jaringan periodontium.