Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 2

Shari Rahmadisa
Poppy Maizulerisa
Berli Mulia
Ji Alfinandes
Sari Aulia
Sriwahyuni Ritonga
Fitri Ellanda
Nika Permata Dela
Ardian Bistok
Yeri Amrilliya
Elsa Adia Watmi
Ira Tri Fortuna
Rizka Alwafi

KASUS 1
Ana berusia 40 tahun berobat ke puskesmas
dengan keluhan demam tinggi dan kehilangan
nafsu makan dan OS dirawat selama 1 minggu
di puskesmas. Pada pemeriksaan IO terdapat
pseudo membrane dan erythema linear, CI=
75% dan PBI= 80%

DIAGNOSA

PERAWATAN I

PERAWATAN II

PERAWATAN III

GUNA ( GINGIVITIS ULSERATIF


NEKROSIS AKUT)
Karena, Tanda-tanda oral :
Lesi berbentuk kawah, berupa ulkus dengan pinggiran yang
meninggi (sehingga berbentuk seperti kawah) pada krista papila
interdental yang kemudian meluas ke gingiva bebas: lesi ini
merupakan lesi yang khas.
Membran semu (Pseudo membran) berwarna keabu-abuan
menutupi permukaan lesi berbentuk kawah.
Eritema linear (berbentuk garis)
Pendarahan gingiva yang spontan,pendarahan yang banyak
dengan iritasi ringan.
Bau mulut
Hipersalivari

PERAWATAN 1
Pemeriksaan

Terapi penyakit
sistemik

Perawatan local

Suplemen
nutrisi

Terapi antibiotik

instruksi

Pemeriksaan
Subjektif
Pemeriksaan
Intra Oral
Pemeriksaan
Objektif
Ekstraoral

mengisolasi daerah lesi akut dengan gulungan kapas (cotton


roll) lalu dikeringkan. Daerah lesi diberi anestesi topikal, dan
setelah ditunggu 2 - 3 menit lesi diusap dengan bulatan kapas
(cotton pellet) guna menyingkirkan membran semu dan debris
permukaan yang tidak melekat, satu bulatan hanya untuk
sebagian lesi kecil saja kemudia digantikan dengan cotton roll
lain dan ini dilakukan berulang-ulang

Penskeleran supraginggiva, Penskeleran sebaiknya dilakukan


dengan skeler ultrasonik, karena selain untuk kenyamanan bagi
pasien juga semprotan airnya sekalian dapat membilas daerah
yang dirawat

Bila keparahan kasus GUNA adalah sedang sampai parah yang disertai
limfadenopati (pembesaran kelenjar limfe) atau komplikasi sistemik
lainnya, maka terhadap pasien perlu diberi terapi antibiotika.
Antibiotika pilihan adalah penisilin dengan dosis 250 mg atau 500 mg
empat kali sehari. Bagi pasien yang sensitif terhadap penisilin, dapat
diberikan eritromisin (250 mg atau 500 mg empat kali sehari), atau
metronidazol (250 mg atau 500 mg tiga kali sehari.)

Disamping

pemberian

antibiotika

perlu

pula

dilakukan terapi sistemik suportif berupa konsumsi


makanan yang lunak danpemberian analgetika untuk
menghilangkan

rasa

nyeri.

Bagi

pasien

dengan

komplikasi sistemik toksik seperti demam tinggi,


malaise dan anoreksia, dianjurkan untuk istirahat
total (bed rest).

1. Tidak merokok atau minum minuman keras.


2. Berkumur-kumur di rumah dengan campuran air hangat
dan hidrogen peroksida 3 % dengan perbandingan 1 : 1
setiap dua jam, dan/atau dengan larutan klorheksidin 0,12
% dua kali sehari.
3. Melaksanakan aktivitas sehari-hari, namun menghindari
aktivitas fisik yang terlalu berat atau terlalu lama kena
sinar matahari.
4. Penyikatan gigi dilakukan secara hati-hati

Perawatan II
Pada perawatan kedua (satu atau dua hari setelah sesi pertama)
biasanya kondisi pasien sudah membaik, dan nyeri sakit sudah
berkurang bahkan bisa hilang sama sekali. Gingiva bebas pada
sisi yang terlibat lesi akut terlihat eritematous, tetapi tanpa
membran

semu.

Bila

pasien

tidak

sensitif

dilakukan

penskeleran terutama untuk menyingkirkan kalkulus yang


sekarang menjadi terpapar setelah terjadinya

penyusutan

gingiva. Instruksi yang sama dengan instruksi pada sesi


pertama diulangi kembali.

Perawatan III

Satu atau dua hari kemudian pasien pada dasarnya sudah bebas
simtom. Beberapa daerah eritematous masih bisa dijumpai dan
gingiva bisa sedikit nyeri apabila diraba. Pada sesi ini dilakukan
kembali penskeleran dan dimulai penyerutan akar. Kepada
pasien diinstruksikan untuk mulai melaksanakan program
kontrol plak secara tuntas. Kumur-kumur dengan larutan
hidrogen peroksida dihentikan, tetapi obat kumur klorheksidin
untuk sementara dapat digunakan.

Kasus II
Seorang pasien perempuan usia 42 tahun datang ke praktek dokter gigi
dengan keluhan giginya mulai terasa goyang dan bau mulut. Anamnesis
pasien mempunyai riwayat gula darah dan selalu rutin melakukan
pemeriksaan gula darah. Pemeriksaan intaoral terlihat region 46 inflamasi,
kedalaman saku 4 mm pada daerah vestibular dengan pemeriksaan lesi
furkasi kelas 2, OH sedang, gigi 36 dan 35 missing, 16 dan 17 karies
media. Pemeriksaan radiografis terlihat radiolusen di daerah bifurkasi,
sedangkan tinggi tulang alveolar bagian interdental masih normal.

DIAGNOSA

RENCANA PERAWATAN

PERAWATAN KURATIF

PROSEDUR TINDAKAN

Diagnosa
Periodontitis kronis
Dimana periodontitis kronis yang terjadi taraf
sedang dengan disertai lesi furkasi kelas 2

Rencana perawatan
Scalling
Root planning
Control diet
Restorasi untuk gigi 16, 17

Perawatan kuratif
Beradasarkan jaringan yang terlibat maka dilakukan flep ketebalan penuh. Tipe
flep ini digunakan apabila diperlukan akses ke permukaan tulang seperti pada
bedah tulang.
Berdasarkan penempatan flep sebelum dijahit yaitu flep tidak diposisikan
Desain flep
Flep preservasi papilla, dimana flep preservasi papilla (papilla preservation flap)
papilla interdental tidak terpotong karena tercakup ke salah satu flep. Desain flep
ini memberikan estetis pasca bedah yang lebih baik dan memberikan perlindungan
yang lebih baik terhadap tulang interdental, hal mana penting sekali dalam tehnik
bedah yang mengharapkan terjadinya regenarasi jaringan periodontium.

Insisi untuk flep preservasi papilla


Insisi untuk flep preservasi papilla dilakukan dalam tiga tahapan sebagai berikut:
Membuat insisi krevikular sekeliling tiap gigi yag tercakup dalam flep, tanpa
megenai papilla interdental.
Membuat insisi setengah lingkaran melintasi papilla interdental disebelah
vestibular atau oralnya, mulai dari bagian tengah satu gigi ke bagian tengah gigi
tetangga. Insisi dibuat 5,0 mm apical dari papilla interdental. Papilla yang
dipertahankan bias tercakup pada flep sebelah vestibular maupun pada flep sebelah
oral, namun biasanya tercakup pada flep vestibular.
Dengan pisau orban setengah sampai dua pertiga dasar dari papilla interdental
dilepaskan dari tulang alveolar dari sebelah vestibular atau oral. Flep kemudian
dibuka dengan papilla interdental secara utuh tercakup pada salah satu sisi flep.

Pembukaan flep yang dilakukan pada kasus yaitu disesksi tumpul(blunt


dissection) dengan elevator ( raspatorium) mukoperiosteum dipisahkan
dari tulang alveolar, dengan cara menggerakannya ke mesial, distal dan
apical sampai flep dapat disingkapkan
Teknik penjahitan
Jahitan interdental yang digunakan adalah jahitan angka delapan (figureeight suture), dimana kedua bagian papilla interdental tidak bertaut rapat
karena terhalang oleh benang yang bersilang. Tipe jahitan ini diindikasikan
pada flep posisi apical atau flep dengan insisi yang tidak mengikuti pola
scalloped. Jahitan ini lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan jahitan
tumpul

Anda mungkin juga menyukai