Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perubahan sosial merupakan istilah umum yang memiliki berbagai makna dan
cakupan. Ia dapat dimaknai secara luas maupun sempit. Ketika akan digunakan dalam
penelitian, perubahan sosial didefinisikan secara spesifik dengan menggunakan tolok
ukur tertentu (Lihat: McIver and Page, 1957: 523). Ia dapat berarti kemajuan,
kemunduran, pertumbuhan, perkembangan, modernisasi, reformasi, revolusi, evolusi,
transformasi, adaptasi, modifikasi, dan sebagainya.Metode merupakan cara kerja yang
digunakan untuk memudahkan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau
kegiatan, agar tercapai tujuan seperti yang telah kita tentukan dan harapkan. Metode
sekurang-kurangnya memiliki beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut.
1. Ada permasalahan yang akan dikaji atau diteliti.
2. Ada hipotesis, yaitu kesimpulan yang bersifat sementara, yang harus
dibuktikan kebenarannya melalui data. Hipotesis merupakan jawaban
sementara atas permasalahan yang akan dikaji melalui teori yang ada.
3. Ada usulan mengenai cara kerja atau cara penyelesaian permasalahan dari
hipotesis yang ada.
Dalam penelitian sosiologi, kita menggunakan dua metode, yaitu metode
kualitatif dan kuantitatif.

1.2.

Rumusan Masalah
1.
2.

1.3.

Apa saja pendekatan dalam metode perubahan sosial?


Apa saja metode perubahan sosial?

Tujuan
1.
2.

Untuk mengetahui apa saja pendekatan dalam metode perubahan sosial.


Untuk mengetahui apa saja metode perubahan sosial.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Pendekatan dalam Metode Sosial


A. Metode Linear
Siklus linear (linear cycle) terdiri dari rangkaian tahapan yang teratur.
Suatu tahap tidak dapat dilakukan sebelum tahap sebelumnya selesai. Ada enam
tahapan dalam metode siklus linear yaitu:
1. Pendefinisian Masalah
Dalam tahap ini masalah yang akan dipecahkan didefinisikan, meliputi
batasan persediaan dan penjualan .
2. Studi Kelayakan
Studi kelayakan menyediakan satu atau lebih solusi konseptual bagi
permasalahan. Solusi tersebut memberikan gambaran tentang sistem yang
baru, mendefinisikan apa yang akan dilakukan dengan komputer dan apa yang
akan dilakukan dengan secara manual. Dalam tahap ini didefinisikan pula
input yang diperlukan sistem dan output yang akan dihasilkan. Ada tiga hal
yang harus dilakukan untuk menetapkan suatu kelayakan, yaitu: kelayakan
teknik, kelayakan operasional, dan kelayakan ekonomi. Hasil akhir dari tahap
ini adalah solusi konseptual, pembiayaan dan manfaat yang diharapkan.
3. Analisa Sistem
Dalam tahap ini dibuat suatu analisa detail dengan menggunakan
teknik analisis seperti Diagram Alir Data (DAD) dan analisis data, diikuti
dengan spesifikasi proses sistem yang sudah ada. Hasil akhir dari analisis
sistem adalah model detail sistem yang menggambarkan fungsi-fungsi sistem,
data sistem dan aliran informasi. Dari tahap ini akan diketahui rincian
kebutuhan sistem.
4. Perancangan Sistem

Yang dilakukan dalam tahap ini adalah memilih perlengkapan yang


diperlukan untuk mengimplementasikan sistem, spesifikasi program yang baru
atau perubahan terhadap program yang sudah ada, spesifikasi basis data, serta
rincian prosedur pemakai yang menggambarkan bagaimana si pemakai akan
menggunakan sistem. Perancangan sistem dilakukan dalam dua tahap, yakni
desain global dan desain detail. Dalam desain global solusi konseptual yang
didapat dari studi kelayakan dilihat secara lebih detail. Fungsi-fungsi yang
baru dibuat untuk menggantikan fungsi-fungsi yang sudah ada, input dan
output didefinisikan dan digambarkan dengan jelas bagian mana yang bisa
diotomasi atau manual. Dari desain global dihasilkan solusi global.
Tahap kedua adalah desain detail, dalam tahap ini akan dilakukan
perancangan basis data dan modul program, pendokumentasian prosedur, serta
pendefinisian antarmuka (interface) antara pemakai dan komputer. Hasil akhir
perancangan sistem adalah prosedur pemakai, konfigurasi perlengkapan, serta
spesifikasi program dan basis data.
5. Pembangunan Sistem
Tahap

pembangunan

sistem

dilakukan

dalam

dua

tahap,

pengembangan dan implementasi. Selama tahap pengembangan dibentuk


komponen-komponen

sistem,

penulisan

dan

uji-coba

program,

dan

pengembangan antarmuka pemakai (user interface). Dalam implementasi,


komponen-komponen yang dibentuk pada tahap pengembangan diterapkan
dalam operasional. Keluaran dari tahap pembangunan sistem adalah
implementasi sistem dan sistem kerja, yang meliputi kumpulan program kerja
dan basis data yang sudah di inisialisasi.
6. Pemeriksaan ulang dan pemeliharaan
Pemeriksaan ulang dilakukan untuk mengevaluasi apakah sistem yang
dibangun telah memenuhi tujuan dan untuk melihat apakah manfaat yang
diharapkan sudah tercapai. Pemeliharaan diperlukan untuk mengurangi
kesalahan dalam sistem kerja dan untuk menghubungkan sistem dengan
berbagai variasi dalam lingkungan kerjanya.
B. Metode Partisipatif
3

Pembangunan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan


kepentingan rakyat dan dalam prosenya melibatkan rakyat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Metode perencanaan partisipatif adalah
1.

Metode ZOPP, yakni perencanaan yang berorientasi pada tujuan. Melalui


kajian permasalahan, tujuan, alternative dan peran, ZOPP mengembangkan
rencana proyek yang taat azas dalam suatu kerangka logis. Metode ini
mempunyai kegunaan untuk meningkatkan kerjasama semua pihak yang
terkait, mengetahui keadaan yang ingin diperbaiki melalui proyek,
merumuskan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dan sebagai dasar pelaksanaan proyek. Mutu hasil sangat
bergantung pada informasi yang tersedia dan yang diberikan.

2.

Metode PRA (Participatory Rural Appraisal), yakni metode pendekatan


tentang kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat
sendiri.

3.

Stakeholder analysis, metode ini digunakan untuk menentukan apa


masalah dan kebutuhan suatu organisasi, kelompok atau masyarakat
setempat.

4.

Monitoring dan Evaluasi Partisipasi, melibatkan kerjasama dengan


masyarakat untuk mengumpulakna informasi, identifikasi dan analisis
masalah, serta melahirkan rekomendasi.

5.

Beneficiary Assessment, untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan,


merancang inisiatif dan menerima masukan untuk memperbaharui kualitas
pembangunan.

2.2.

Metode-metode Pendekatan Perubahan Sosial


A. Survey Formal
Deskripsi Survey Formal:

Ragam deskripsi survey rumah tangga merupakan survey standar hidup,


seperti pola pengeluaran, pola konsumsi, komposisi, copping mechanism,
pendidikan dan kesehatan, pekerjaan, kelahiran, tabungan, jadwal sehari, dll.

Inti survey mengenai perubahan-perubahan indikator sosial, seperti akses,


penggunaan dan kepuasan terhadap pelayanan sosial dan ekonomi. 30 hari
efektif bagi survey ini.

Survey kepuasan

klien,

digunakan

untuk

mengkaji efektivitas

dan

keberhasilan pelayanan pemerintah berdasarkan pengalaman dan aspirasi


klien.

Kartu laporan penduduk, mirip dengan survey kepuasan klien, tetapi lebih
difokuskan pada temuan-temuan masyarakat yang dipetakan sesuai tingkat,
wilayah geografis dan kemudian dilaporkan kepada publik.

Laporan statistik, data sekunder, seperti monografi desa, potensi desa, dll.
Laporan statistik mengenai permasalahan sosial, seperti: jumlah orang miskin,
desa tertinggal, status gizi, tingkat buta huruf, sanitasi, air bersih, dll.

B. Rapid Apraisal
RRA adalah aktivitas yang sistematis, tetapi cukup terstruktur, yang dilakukan di
lapangan oleh sebuah tim dan dirancang untuk secara cepat mendapatkan
informasi atau hipotesa tentang kehidupan di suatu desa (wilayah bencana) tanpa
melibatkan masyarakat secara aktif, masyarakat diposisikan sebagai objek, bukan
sebagai subjek. Metode Rapid Apraisal meliputi: interview, fokus grup,
pertemuan, observasi, penelitian kecil, dan analisis data.
a. Wawancara informan kunci (Indepth Interview ), wawancara (mendalam,
kualitatif, semi terstruktur) dengan menggunakan pertanyaan terbuka
terhadap individu-individu tertentu (terseleksi) yang dianggap memiliki
pengetahuan dan pengalaman mengenai topik/kasus tertentu atau keadaan
wilayahnya.

b. Wawancara

terstruktur

yang

difasilitasi

fasilitator

dengan

teknis

melontarkan serangkaian pertanyaan-pertanyaan kepada semua anggota


c.
d.
e.
f.

masyarakat dalam suatu pertemuan.


Diskusi kelompok terarah.
Wawancara kelompok masyarakat.
Pengamatan langsung (Observation).
Survey kecil, menggunakan kuesioner terstruktur terhadap sejumlah kecil
masyarakat (50-75 Orang) secara acak atau sengaja pada lokasi tertentu.

Prinsip Rapid Rural Appraisal:


a. Data yang dikumpulkan harus sangat relevan.
b. Metode yang digunakan mengadaptasi kondisi lingkungan setempat.
c. Anggota

dari

komunitas

dapat

memberikan

masukan

terhadap

pendefinisian kebutuhan dan juga alternatif solusinya.


Contoh langkah RRA
a. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini
terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individuindividu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki
pemahaman terhadap wilayah bencana. Wawancara bersifat kualitatif,
mendalam dan semiterstruktur.
b. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Diskusi kelompok
dapat melibatkan 8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan
latar belakang. Peserta diskusi bisa dari elemen tim penanggulangan
bencana yang ada.
c. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview).
Wawancara difasilitasi oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada
semua anggota masyarakat dalam suatu pertemuan terbuka. Wawancara ini
dapat dilakukan kepada masyarakat yang berada di wilayah bencana.
d. Pengamatan Langsung (Direct Observation). Melakukan kunjungan
lapangan atau pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data
yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai kondisi geografi,
6

kawasan aman, sumber air dan sumber pangan yang ada di lokasi yang
dapat dimanfaatkan dalam keadaaan darurat, dan sebagainya.
e. Survey Kecil (Mini-Survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar
pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75 orang).
Pemilihan responden dapat menggunakan teknik acak (random sampling)
ataupun sampel bertujuan (purposive sampling). Namun untuk teknik
suvey kecil ini cukup sulit diterapkan pada kondisi bencana.

Kelebihan Rapid Rural Appraisal:

Membutuhkan biaiaya yang relatif rendah.

Dapat dilaksanakan dengan cepat.

Dimiliki oleh masyarakat setempat.

Fleksibel.

Dapat mengidentifikasikan pemahaman dari isu yang kompleks.

Multi bidang, dan memberikan dorongan bagi masyarakat setempat.

Kekekurangan Rapid Rural Appraisal:

Bias, dan terbatas.

Pengambil keputusan harus menguasai statistik.

Persiapannya membutuhkan waktu dan pelatihan skil yang dibutuhkan


misalnya: Interview, komunikasi, dll.

C. Participatory Apraisal
PRA dapat diartikan sebagai metode pengumpulan data yang dilakukan oleh
perorangan maupun tim untuk mendapatkan informasi mengenai suatu wilayah
atau kawasan yang masyarakat dilibatkan secara aktif dan diposisikan sebagai
subjek. Dalam pelaksanaan proses PRA ini memerlukan waktu yang relatif lama
bila dibandingkan dengan RRA. Orientasi PRA adalah untuk memfasilitasi atau
meningkatkan kesadaran masyarakat dan kemampuan mereka untuk menangkap
isu atau persoalan. Perhatian khusus dilakukan agar masyarakat lokal dapat
7

melakkan analisi secara mandiri serta menyampaikan pengamatannya. Peran


peneliti menjadi katalis, bukan sebagai ahli. Dalam menggali potensi dan
permasalahan yang ada dalam suatu wilayah terdapat tiga langkah penerapan
PRA, yaitu:
1.

Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi pelatihan, membentuk Tim PRA, menetapkan
tujuan PRA, membentuk desain kegiatan PRA, dan melakukan kunjungan
awal.

2.

Pelaksanaan PRA
Setelah semua kegiatan persiapan PRA selesai dilakukan, Tim berkunjung
kelapangan untuk memulai kegiatan PRA yaitu, pembahasan, maksud,
tujuan, dan proses PRA, diskusi penggalian informasi, pencatatan hasil
diskusi, mempresentasikan hasil diskusi, dan menyusun rencana program.

3.

Tindak Lanjut
Rencana program yang telah dibuat bersama masyarakat ditindaklanjuti di
dalam pelaksanaannya.

Metode yang digunakan dalam PRA:


1.

Sumber-sumber sekunder; berupa buku, jurnal, laporan, peta, dokumen,


memorandum, hasil survei, laporan tahunan, dokumen resmi, sensus,
koran dan majalah.

2.

Interview atau wawancara setengah terstruktur. Metode ini dianggap


metode utama PRA. Wawancara dapat dilakukan pada perorangan maupun
kelompok baik kepada masyarakat, pemerintah, maupun elit lokal pada
kawasan bencana. Wawancara dilakukan secara tidak resmi, sebaiknya di
lingkungan mereka sendiri. Kuesioner tertulis tidak digunakan, tetapi
catatan kecil digunakan untuk mencatat gagasan utama yang muncul

selama wawancara. Wawancara dilakukan atas dasar beberapa pertanyaan


kunci yang dianggap penting.
3.

Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Diskusi kelompok


dapat melibatkan 8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan
latar belakang. Bedanya dengan FGD pada RRA adalah pelibatan
masyarakatnya sebagai peserta FGD. Tim penanggulangan bencana hanya
memfasilitasi FGD agar tidak menyimpangdari hasil yang diharapkan.

4.

Observasi langsung; dilakukan untuk mengamati kejadian, proses,


hubungan dan pola secara sistematik. Metode ini mirip dengan participant
observation. Observasi langsung dilakukan untuk mengecek atau
mendapatkan gambaran langsung mengenai kebencanaan tersebut dari
sumber sekunder ataupun wawancara.

5.

Model-model visual; model ini semakin banyak digunakan terutama dalam


kondisi adanya perbedaan budaya, di mana responden memiliki
pendidikan resmi yang terbatas. Model visual memanfaatkan berbagai
bentuk diagaram, sketsa, peta, kalender musim, serta berbagai bentuk
visual lain yang memungkinkan masyarakat dan fasilitator melakukan
diskusi bersama. Beberapa alat bantu yang digunakan dalam metode ini di
antaranya kertas plano, kertas manila/ kertas metaplan, meteran, spidol,
peta wilayah, selotip, double tip, dll.

Prinsip Prinsip PRA:


1.

Mengutamakan Yang Terabaikan


Prinsip ini memiliki makna keberpihakan terhadap masyarakat yang
terabaikan, termarjinalisasikan, mungkin tertindas atau terlindas oleh
struktur. Sekelompok masyarakat seperti ini tidak boleh diabaikan oleh
sekelompok masyarakat yang lain. Dalam masyarakat nelayan misalnya,
bagaimanapun masyarakat nelayan memiliki tipologi seperti nelayan besar
dan kecil atau ada majikan dan anak buah kapal. Dalam sebuah kelompok
bagaimana menseimbangkan kedudukan antarmereka dalam sebuah
kelompok sehingga mereka memiliki akses yang sama dalam hak.
9

Golongan inilah yang paling memerlukan peningkatan dalam taraf hidup


mereka sebab golongan ini biasanya adalah golongan masyarakat yang
miskin secara ekonomi, meski mereka belum tentu miskin dalam
pengalaman dan pengetahuan.
2.

Penguatan Masyarakat
Penguatan masyarakat memiliki makna bahwa masyarakat memiliki
kemampuan tidak hanya ekonomi akan tetapi juga sosial politik. Artinya,
kekuatan ekonomi memungkinkan masyarakat tidak tergantung dengan
orang luar, sedang kemampuan sosial politik memungkinkan masyarakat
mampu membela haknya. Para kelompok nelayan harus kuat secara
kelembagaan yang memberikan kekuatan secara ekonomi maupun politis.
Selain itu mereka juga memiliki kemampuan untuk mengelola
lingkungannya tanpa intervensi orang luar, bahkan mereka mampu
mengadakan tawar menawar dengan orang luar. Dengan kemampuan ini
mereka memiliki peluang, dan kontrol terhadap lingkungan serta mampu
memberikan pertimbangan terhadap orang luar jika mereka mengarah
pada proses perusakan lingkungan dari usaha mereka.

3.

Masyarakat Sebagai Pelaku


Orang luar sebagai fasilitator: Posisi orang luar hanya sebagai
fasilitator artinya mereka mendorong proses perubahan secara partisipatif
yang bersumber dari dalam diri masyarakat itu sendiri. Ada kalanya
seorang fasilitator juga menjadi mediator terhadap kejadian konflik yang
berlangsung dalam masyarakat. Peran fasilitator sebagai motivator adalah
untuk mendorong semangat masyarakat untuk bekerja sama karena ada
pengakuan eksistensi dari orang luar. Masyarakat sebagai pelaku dalam
pembangunan memiliki arti bahwa mulai dari mengidentifikasi masalah
sampai dengan prencanaan kegiatan dan imlementasinya dilakukan oleh
masyarakat. Ada kelemahan dari masyarakat pada umumnya yakni
mereka tidak memiliki jaringan sosial yang luas, terutama jaringan
kerjasama dengan kelompok lain yang lebih luas sebagai kesatuan
komunitas. Kalau hal ini ada hanyalah dilakukan oleh individu individu
tertentu yang bukan menjadi asetnya kelompok. Fasilitaor dapat
10

mengambil peran ini yakni sebagai orang berusaha menghubungankan


antarmasyarakat dengan orang luar yang diperlukan. Misalnya, ketika para
nelayan terjebak oleh tengkulak sehingga terpaksa mereka menjual hasil
tangkapan dengan harga rendah, maka fasilitator bisa menghubungkan
dengan pedagang alternatif untuk mengangkat nasib mereka.
4.

Saling Belajar dan Menghargai Perbedaan


Prinsip ini lebih mengutamakan hubungan antar orang luar yang
berperan

sebagai

fasilitator

dengan

kelompok

masyarakat

yang

difasilitasinya. Orang luar yang memfasilitasi kelompok nelayan perlu


mengerti kebudayaan dan cara berfikir masyarakat setempat. Dengan cara
ini seorang fasilitator atau orang luar berusaha belajar terhadap
lingkungan setempat yang kemungkinan besar ada hal yang tidak
terpikrkan oleh orang luar, akan tetapi hal itu muncul sebagai teknologi
maupun pengetahuan lokal. Pada tingkat ini ada prinsip bahwa kelompok
masyarakat belajar dengan orang luar dan sebaliknya. Kemampuan untuk
memahami perbedaan ini lah menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh
para fasilitator atau orang luar.
5.

Santai dan Informal


Kegiatan yang dilakukan baik orang luar bekerja sama dengan
masyarakat

setempat

maupu

antar

masyarakat

setempat

adalah

memerlukan situsi santai, tidak formal, luwes dan fleksibel. Situasi ini
sangat umum berlangsung dalam kelompok nelayan, petani dan
seterusnya. Beginilah pada umumnya suasana desa nelayan atau
pedalaman itu berlangsung. Melalui suasana infrmal seperti ini semua
persoalan dapat diungkapkan dengan baik meskipun sering kali juga ada
perbedaan pandangan antaranggota masyarakat. Kedatangan orang luar
sering disambut dengan sikap formal masyarakat yang seringkali menjadi
kaku. Fasilitator harus mampu membuat suasana santai informal dan
akrab dengan masyarakat.
6.

Trianggulasi

11

Prinsip ini lebih berhubungan dengan perolehan informasi. Adakalanya


informasi yang dikemukakan oleh individu ada kemungkinan tidak
dibenarkan menurut kelompok. Ada kemungkinan juga informasi yang
diberikan kelompok tidak cocok dengan realitas. Oleh sebab itu prinsip
trianggulasi merupakan tindakan untuk mengontrol sumber informasi.
Dalam masyarakat nelayan misalnya kalau juragan mengemukakan
informasi maka tingkat subyektivitasnya juga tinggi mana kala berkenaan
dengan kepentingan para juragan itu. Demikian juga dengan kelompok
yang lain. Karena sumber informasi itu banyak maka kebenaran informasi
itu perlu dicari melalui berbagai pihak dengan cara cross check.
7.

Optimalisasi Hasi
Optimalisasi

hasil

sangat

berkaitan

dengan

informsi

yang

dikumpulkannya. Karena banyaknya informasi yang dikumpulkan


seringkali informasi itu sulit dianalisis. Oleh sebab itu dalam hal seperti
ini para pemandu atau fasilitator perlu mengajak mereka untuk
mengklasifikasikan

secara

bersama

sama

informasi

yang

telah

diperolehnya. Ada baiknya bahwa informasi yang dikumpulkan adalah


sangat erat kaitanya dengan masalah yang ingin dipecahkan secara
bersama sama sehingga informasi yang dikumpulkan sangat optimal.
Banyaknya informasi bukan berarti buruk akan tetapi banyaknya
informasi jangan sampai mengganggu pencapaian tujuan.
8.

Orientasi Praktis
Artinya bahwa program program yang dikembangkan dengan metode
PRA ini lebih berorientasi pada pemecahan masalah secara praktis.
Misalnya saja apa yang menjadi masalah nelayan, potensi (kemampuan
manusia atau kelompok untuk mengerakkan perubahan )apa yang
dimiliki, tersedianya

potensi pendukung lain atau tidak,

yang

kemungkinan berada pada kelompok lain atau daerah lain, ada tidaknya
sumber yang dimiliki dst dan program program yang dirancang
memecahkan kebutuhan banyak pihak atau tidak.
9.

Keberlanjutan
12

Dalam kehidupan masyarakat masalah ekonomi itu berkembang terus,


artinya selama manusia itu ada maka masalah tidak pernah akan selesai.
Oleh karenannya program yang dirancang oleh masyarakat untuk
memecahkan

persoalan

mereka

adalah

berkesinambungan

dan

memungkinkan mengantisipasi munculnya masalah dikemudian hari.


10.

Belajar dari Kesalahan


Dalam PRA kesalahan itu wajar dan sangat manusiawi, oleh sebab itu
perencanaan program jangan terlalu sulit sehingga masyarakat tidak
mampu memenuhinya. Dalam menyusun kegiatan bukan juga hal yang
bersifat coba coba akan tetapi telah mempertimbangkan banyak hal
termasuk tentang kesalahan.

11.

Terbuka
Dalam PRA sangat memungkinkan ketidak sempurnaan oleh sebab itu
keterbukaan atas tanggapan orang lain terhadap kegiatan PRA ini sangat
positif sebab disdari bahwa disetiap metode tidak pernah ada yang
berlangsung dengan sempurna.

D. Metode ZOPP
Tujuan, Berorientasi, Proyek, Perencanaa

a.

Metode ini berorientasi kepada tujuan. Menggunakan 4 data kegiatan


dalam mengkaji desa :

1)

Kajian permasalahan
Menyidik masalah di suatu keadaan proyek pembangunan.

2)

Kajian Tujuan
Meneliti tujuan-tujuan yang ingin dicapai akibat dari pemecahan
tersebut

3)

Kajian Alternatif

13

Penelitian-penelitian untuk mentapkan pendekatan proyek yang paling


memberi harapan untuk berhasil

4)

Kajian Peran
Untuk mendata berbagai pihak (lembaga, kelompok masyarakat, dan
sebagainya) yang terkait dengan proyek

selanjutnya, selanjutnya

mengkaji potensi.

b.

Ciri-ciri utama metode ZOOP

1)

Adanya kerja kelompok

2)

Adanya program transparansi proyek

3)

Adanya

kepemanduan

yakni

kerjasama

dalam

penyususnan

perencanaan diperlancar oleh orang atau sekelompok orang yang tidak


terkait dengan proyek

c.

Kegunaan perencanaan ZOPP

1) Meningkatkan

kerjasama semua pihak yang terkait, mengetahui

keadaan yang lingkungan diperbaiki melalui proyek

2) Merumuskan

kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan yang diinginkan dan sebagai dasar melaksanakan proyek

E. KTP (Kerja Tindak Partisipatif)


Belajar dan bertindak bersama, aksi refleksi partisipasi kajian terus menerus
sampai menemukan jalan keluar.

F.

PRD (Participation Research And Development)

1) Focus menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk


bekerja sama. Mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian
melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

2) Implementasikan dalam proyek pembangunan yang memungkinkan anggota


masyarakat memperoleh dukungannya.

14

G. PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Perdesaan)


Menggali permasalaha yang ada di masyarakat penyebab terjadinya masalah,
cara mengatasinya dengan menggunakan sumber daya local atas prinsip
pembangunan masyarakat.

H. PLM (Participation Learning Methods)


Digunakan pada tahap identifikasi contohnya adalah pendapat dan wawancara.

I.

PAR (Participation Asseisment)


Pengungkapan dan penguraian secara kritis terhadap praktek-praktek social
mereka. Mewujudkan pengalaman-pengalaman mereka sendiri sebagai sasaran
pengkajian.
Prinsi-prinsip PAR :

a.

Belajar dari akibat perubahan

b.

Partisipasi murni dan otentik berkesinambungan

c.

Kerjasama semua yang memiliki tanggung jawab

15

BAB III
KESIMPULAN

1. Dua pendekatan dalam metode sosial yakni metode linier dan partisipatif. Dalam
metode linier kita akan menemukan enam tahapan diantaranya: pendefinisian
masalah, studi kelayakan, analisa sistem, perancangan sistem, pembangunan sistem,
dan pemeriksaan ulang dan pemeliharaan
2. Pembangunan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan
rakyat dan dalam prosenya melibatkan rakyat baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Metode-metode Pendekatan Perubahan Sosial diantaranya rapid appraisal, survey
formal, participatory appraisal, metode ZOPP, KTP (kerja tindak partisipatif), PRD
(participation research and development), PPKP (pemahaman partisipatif kondisi
perdesaan), PLM (participation learning methods), dan PAR (participation
asseisment).

16

DAFTAR PUSTAKA

Hikmat, Harry (2001), Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora Utama.


Suharto, Edi (1997), Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum
Pemikiran, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS).
http://andrikardimansah2a.blogspot.com/2011/10/metode-dan-pendekatan-masalahsosial.html
http://nuswantorotejo.blogspot.com/2013/06/metode-metode-perencanaanpartisipatif.html#.U4HAw6JqMe4
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/metode-metode-dalam-sosiologi.oh112671.html

17

Anda mungkin juga menyukai