Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN
INTERAKSI OBAT

OLEH :

KELAS 67

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat
pemakaian obat lain(Interaksi Obat) atau oleh makanan, obat
tradisional, minuman, dan senyawa lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersamasama.
Inteaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat
perhatian. Sebuah studi Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun
hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal
di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkna hingga
terjadi kasus kematian. Karena interaksi atau efek samping dari
obat.
Pada

interaksi

obat

dapat

menimbulkan

efek

menguntungkan maupun merugikan bagi tubuh. Sehingga pada


praktikum ini kita ingin membuktikan interaksi obat yang terjadi
anatara obat bius dengan jus buah sirsak. Apakah menguntungkan
atau tidak.
Obat bius adalah sejenis obat yang digunakan dalam proses
pembedahan atau prosedur lain yang dilakukan oleh dokter.
Kegunaan obat bius adalah untuk menghilangkan kesadaran dari
pasien sehingga pada saat pasien dibedah rasa sakitnya tidak
terasa. Dari penjelasan tentang pengertian obat bius diatas
kemudian didapat satu istilah yaitu anastesi.

B. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk memahami
interaksi obat yang terjadi pada hewan coba Tikus (Rattus
norvegicus) setelah pemberian obat bius ketamine secara IP
(intraperitonial) dengan jus buah sirsak secara oral.
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan
onset dan durasi pada hewan coba Tikus (Rattus norvegicus)
setelah pemberian obat bius ketamine secara IP (intraperitonial)
dengan jus buah sirsak secara oral.
D. Prinsip Praktikum
Adapun prinsip dari praktikum ini adalah penentuan interaksi
obat ketamine dengan jus buah sirsak berdasarkan parameter
onset dan durasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Bila seseorang pasien diberikan dua atau lebih obat,
kemungkinan besar akan terjadi interaksi obat-obat tersebut di
dalam

tubuhnya.

Efek

masing-masing

obat

dapat

saling

mengganggu dan efek samping yang tidak diinginkan mungkin

akan timbul. Ada beberapa cara berlangsungnya interaksi obat


diantaranya (Tjay, 2007):
a. Interaksi kimiawi. Obat bereaksi dengan obat lain secara
kimiawi, misalnya pengikatan fenitoin oleh kalsium, tetraksiklin
oleh logam bervalensi dua, dimerkaprol (BAL) oleh arsen atau
air raksa dan penisilamin oleh Cu, Pb, atau Au.
b. Kompetisi untuk protein plasma. Analgetika

(Salisilat,

fenilbutazon, indometarin) klofibrat dan kinidin mendesak obat


lain dari ikatannya pada protein dan dengan demikian
memperkuat khasiatnya misalnya sulfonamide dan kumarin
memperkuat daya kerja tolbutamid dan metotrekstad.
c. Induksi enzim. Obat yang menstimulir pembentukan enzim hati,
tidak hanya mempercepat perombakan . Obat lain contohnya
adalah hipnotika ( barbital) dan anti epileptika (fenitoin,
karbamazepin,

lamotrigin,felbamat)

memperlancar

biotransformasi anti koagulansia dan anti depresiva trisiklik


(imipramin, amitripilin) dan menurunkan khasiatnya. Contoh lain
adalah hipnotika dan obat-obat rewmatik yang mengurangi
kegiatan fenitoin.
d. Inhibisi enzim. Zat yang mengganggu fungsi hati dan enzimnya,
seperti alcohol dapat memperkuat daya kerja obat lain yang
efek dan lama kerjanya tergantung dari enzim tersebut.
Allopurinol, yang memblokir xanthin /oksidase pada sintesa
asam urat, memperkuat khasiat turunan purin (antara lain obat
kanker nerkaptokurin) yang justru diuraikan oleh enzim tersebut.

Metabolisme alcohol di blokir oleh disulfiram, sulfonil urea


(tolbutamida dan lain-lain) dan metronidazol , hingga oksidasi
oleh dehidrogenase dihentikan pada tingkat asetal dehida yang
kadarnya meningkat dan memberikan efek toksikm yang tidak.
Selain itu juga adakalanya terjadi interaksi dari obat
dengan

bahan

makanan

yang

dapat

mempengaruhi

farmakokinetika obat (Tjay,2007)


Pengetahuan mengenai pengaruh makanan terhadap
kerja obat masih sangat kurang. Karena itu, pada banyak bahan
obat masih belum jelas bagaimana pengaruh pemberian
makanan pada saat yang sama terhadap kinetika obat. Pada
sejumlah senyawa makanan menyebabkan penundaan absorbs
karena perubahan harga PH dalam lambung serta perubahan
mutilitas usus. Tentang pengaruh komponen makanan terhadap
biotransformasi bahan obat, telah banyak dilakukan pada
hewan

percobaan,

tetapi

pada

manusia

hanya

sedikit

(mutschles,1999)
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat
diekskresi melalui ginjal dalam bentuk metabolitnya. Ekskresi
melalui ginjal melibatkan 3 proses, yaitu filtrasi glomerulus,
sekresi

aktuif

ditubulus

proksimal

dan

reabsorbsi

pasif

disepanjang yang ada pada tubulus (Ansel, 1989)


Laju dan jumlah absorbs obat dalam tubuh dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : luas permukaan dinding
usus, kecepatan pengosongan lambung, pergerakan saluran

cerna dan aliran darah ketempat absorbs. Laju absorpsi obat ini
dapat digambarkan secara matematik sebagai suatu proses
orde ke satu atau orde nol. (Shargel, 2001).
Dalam model farmakokinetik ini sebagian besar
menganggap bahwa absorbs obat mengikuti orde ke satu,
kecuali apabila anggapan absorbs ode nol. Memperbaiki model
secara bermakna atau telah teruji dengan percobaan (Shargel,
2001)
Dalam arti sempit farmakokinetik khususnya mempelajari
perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya
didalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari

waktu.(Tjay,

2007)
B. Uraian Bahan
1. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
: AETHANOLUM
Nama Lain
: Alkohol
RM/BM
: C2H5OH/ 64,51
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan
jernih tidak berwarna
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai antiseptic
2. Ketamine (Ditjen POM,1979)
Nama resmi
: KETAMINE HYDROCHLORIDOM
Nama Lain
: Ketamine hidroksida
RM/BM
: C12H10ClNOHCl/ 244,19
Pemerian
: Serbuk hablur, Putih, Bau lemah khas
Kelarutan
: Mudah larut dalam air dan dalam methanol P,
Penyimpanan
Kegunaan
C. Uraian Obat

agar sukar larut dalam koroform P


: Dalam wadah tertutup baik
: Sebagai analgetik

Ketamine (Ditjen POM,1979)

Nama resmi

: KETAMINE HYDROCHLORIDUM

Nama Lain

: Ketamine hidroksida

RM/BM

: C12H10ClNOHCl/ 244,19

Pemerian

: Serbuk hablur, Putih, Bau lemah khas

Kelarutan

: Mudah larut dalam air dan dalam methanol P, agar


sukar larut dalam koroform P

Penyimpana

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai analgetik

D. Uraian Hewan
Tikus putih (Rathus novergicus)
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vetebrata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Rathus

Spesies
: Rathus Novergicus
Lama Hidup
: 2-3 tahun dapat sampai 4 tahun
Lama Bunting
: 20-22 hari
Kawin sesudah beranak
: 1-24 jam
Umur disapih
: 21 hari
Umur dewasa
: 40-60 hari
Umur dikawin
: 10 minggu
Siklus estrus
: 4-5 hari
Lama estrus
: 9-20 jam
Perkawinan
: Pada waktu estrus
Ovulasi
: 8-11 jam sesudah timbul estrus
Jumlah anak
: Rata-rata 9-20
Perkawinan kelompok
: 3 betina dengan 1 jam
E. Uraian sampel
Buavita jus sirsak
Komposisi
: Air, sari buah sirsak, konsntrat buah leci,
konsentrat buah peach, sukrosa, perisa
sirsak, pengatur keasaman asam sitrat
dan natrium sitrat, vitamin C, nabati dan
vitamin A.
Tekanan saji
: 250 ml
Energi total
: 170 kkal
Lemak total
:0%
Protein
: 0 gram
Karbohidrat total
: 49 gram
Gula
: 17 gram
Natrium
: 85 gram
Kalium
: 150 mg
Vitamin : A = 40 %
B1 = 15 %
B2 = 40 %
B3 = 15 %
C = 65 %
Produksi oleh : PT. Ultra jaya milk industry Tbk. Bandung-Indonesia
F.Prosedur Kerja (Anonim.2014)
1. Pembuatan larytan baku dan kurva baku amoksisilin
Ditimbang dengan seksama amoksisilin baku sebanyak 50
mg kemudian dilarutkan dengan urine blangko sebanyak 5 ml,

lalu dicukupkan volumentya dengan aqudest hingga 50 ml


(1000 ppm)
Dibuat larutan baku amoksisilin 5, 10, 25, dan 20 ppm/\.
2. Penyiapan sampel urin dan pengukuran absorban
Dipipet 1,0 ml urin ditambahkan 10 ml TCA 10 %, lalu
diaduk hingga homogeny dengan menggunakan vortex. Larutan
tersebut disentrifugasi pada 4000 rpm selama 10 menit.

BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan adalah gelas kimia 50 mL, kanula, lap
kasar, spoit 1 mL, dan stopwatch.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah alkohol, jus buah sirsak, dan
obat bius ketamine.
C. Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang hewan coba Tikus (Rattus norvegicus)
Diberikan ketamine secara IP (intra peritonial) sebanyak 1 mL
Diberikan jus buah sirsak secara oral sebanyak 5 mL
Diamati interaksi yang terjadi pada Tikus (Rattus norvegicus)

Dihitung onset dan durasi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
No
1

Hewan Coba
Tikus (Rattus norvegicus)

Onset
2 menit

Durasi
2 jam

B. Pembahasan
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat
pemakaian obat lain Iinteraksi obat) atau oleh makanan, obat
tradisional, minuman, dan senyawa lain. Interaksi obat ada yang
menguntungkan yaitu mempercepat kerja dari obat ataupun yang
merugikan bagi tubuh hingga efek kematian dapat terjadi.
Pada praktikum ini, kita menggunakan hewan coba Tikus
(Rattus norvegicus) yang dimana kita ingin melihat interaksi antara
obat bius ketamine dan jus buah sirsak, apakah menguntungkan atau
merugikan.
Mula-mula hewan coba ditimbang dan kemudian diberikan
ketamine secara IP (intra peritonial) sebanyak 1 mL. Kemudian
langsung diberikan jus buah sirsak sebanyak 5 mL secara oral. Pada
pemberian ini, praktikan harus berhati-hati dalam dalam pemberian jus
buah sirsak secara oral agar tidak masuk pada paru-paru Tikus
(Rattus norvegicus) sehingga dapat menyebabkan kematian. Dimana
itu adalah kesalahan cara pemberian bukan interaksi antara ketamine
dan jus buah sirsak itu sendiri.
Setelah pemberian oral jus buah sirsak, Tikus (Rattus
norvegicus) langsung hilang kesadaran pada menit kedua yang
dinamakan sebagai onset. Dan kembali sadar pada waktu 2 jam, yang
dinamakan dengan durasi. Ini menandakan bahwa interraksi antara
ketamine dan jus buah sirsak. Dimana, jus buah sirsak ini
mempercepat kerja dari ketamine. Itu ditandai dengan setelah
pemberian jus buah sirsak, Tikus (Rattus norvegicus) langsung

memperlihatkan respon yaitu hampir tidak sadarkan diri hingga terjadi


anastesi yang baik selama 2 jam.
Jadi, pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa interaksi
obat yang terjadi antara ketamine dan jus buah sirsak baik. Ini ditandai
dengan data yang didapatkan pada onset 2 menit sedangkan pada
literatur 0-10 menit. Hal ini menandakan bahwa mempercepat
terjadinya onset. Pada data durasi didapatkan 2 jam sedangkan pada
literatur dikatakan bahwa durasinya 10-15 menit. Ini menandakan
bahwa memperrpanjang dari durasi obat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapatkan data onset yaitu 2 menit. Hal
ini menandakan bahwa ketamine dan jus buah sirsak mempercepat
dari onset sebab pada literatur diterangkan bahwa onset ketamine 010 menit. Sedangkan pada data durasi di dapatkan data 2 jam. Pada
literatur dikatakan durasi pada ketamine 10-15 menit. Hal ini
menandakan bahwa ketamin dengan jus buah sirsak memperpanjang
durasi obat. Ini dapat dikatakan bahwa interaksi obat antara ketamine
dan jus buah baik.

B. Saran
Disarankan kepada praktikan agar selalu berhati-hati dalam
melakukan praktikum serta memahami dengan baik cara kerja dari
praktikum agar meminimalisir kesalahan yang dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Ansel,C.Howard.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.UI.Jakarta
Anonim.2014.Penuntun Farmakokinetika.UMI.Makassar
Ernest,Mutschler.1999.Dinamika Obat.Bandung
Ditjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Departemen Kesehatan
RI.Jakarta
Tjay dan Kirana.2007.Proses Pembelajaran Dalam Kesehatan.Jakarta

LAMPIRAN

Skema kerja
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Diambil tikus dan ditimbang

Disuntikkan ketamin sebanyak 1 ml dengan spoit insulin secara


intraperitonial (IP)

Dimasukkan secara oral jus sirsak sebanyak 5 ml dengan kanula

Dilihat onset dan durasinya

Dicatat hasilnya

Anda mungkin juga menyukai